Trump Berencana Menempatkan Pasukan di Gaza dan Menambah Pasukan Besar-Besaran di Suriah, Targetkan Minyak dan Keamanan Israel

EtIndonesia. Menurut laporan dari Prensa Latina dan berbagai media lainnya, pekan lalu pasukan koalisi internasional yang dipimpin AS mengirimkan tambahan pasukan ke pangkalan mereka di timur laut Suriah. Meskipun jumlah pasti pasukan yang dikirim belum diungkapkan, lebih dari 60 kendaraan militer, pesawat angkut, dan helikopter telah tiba di Suriah, membawa pasokan militer dalam jumlah besar. Selain itu, sebanyak 20 truk dikirim ke pangkalan Kashrak, mengangkut perlengkapan militer dan logistik. Ini merupakan penguatan terbesar bagi pasukan AS di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber-sumber intelijen menunjukkan bahwa meskipun Donald Trump pernah berjanji untuk mengurangi kehadiran militer AS di luar negeri dan mengalihkan fokus ke persaingan kekuatan besar di kawasan Indo-Pasifik, namun perkembangan situasi di Timur Tengah memaksa AS untuk tetap bertahan di wilayah tersebut.

Sejak 2023, konflik yang semakin intens antara Hamas dan Israel di Gaza telah merembet ke Lebanon dan Suriah, menyebabkan AS harus meningkatkan kehadiran militernya untuk menjaga stabilitas regional. Kebijakan pemerintahan Joe Biden dalam menangani konflik ini banyak dikritik sebagai kurang tegas, sehingga Trump ingin mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk mempertahankan dominasi AS di Timur Tengah.

Trump Berencana Kembali ke Timur Tengah: Minyak dan Israel Jadi Prioritas Utama

Pada Senin (3/2), media AS melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang merancang strategi “Kembali ke Timur Tengah”, yang bertujuan untuk mengembalikan pengaruh AS di kawasan tersebut.

  1. Penguasaan Minyak Suriah

Salah satu motivasi utama Trump dalam meningkatkan kehadiran militer di Suriah adalah mengamankan sumber daya minyak. Meskipun cadangan minyak Suriah tidak sebesar negara-negara Teluk, minyak merupakan komponen penting dalam ekonomi Suriah serta krusial bagi upaya rekonstruksi negara tersebut.

Trump sendiri pernah secara terang-terangan menyatakan: “Kami mempertahankan pasukan hanya demi minyak.”

Dengan menguasai ladang minyak Suriah:

  • AS bisa mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar.
  • Biaya operasional militer AS di Timur Tengah dapat ditutupi dari hasil minyak.
  • Rusia, Iran, dan pemerintah Bashar al-Assad semakin kesulitan mendapatkan pendapatan minyak.
  1. Perlindungan Israel

Dukungan terhadap Israel menjadi alasan utama lain dari kebijakan Trump untuk memperbesar kehadiran militer AS.

  • Sejak 2023, krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dan konflik dengan Hamas, Hizbullah, serta kelompok militan di Suriah dan Yaman terus meningkat.
  • Benjamin Netanyahu telah berulang kali mengkritik Biden karena kurang mendukung Israel, dan Trump ingin membuktikan bahwa dia akan lebih tegas dalam mendukung negara tersebut.
  • Untuk mencegah konflik di Gaza berkembang menjadi perang regional, Trump ingin meningkatkan jumlah pasukan AS di Suriah dan sekitarnya.

Selain itu, Iran, melalui dukungannya terhadap Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, terus melancarkan serangan terhadap Israel dan pangkalan militer AS di Timur Tengah.

Sebagai respons, AS telah meningkatkan sistem pertahanan udara serta dukungan intelijen bagi Israel, dan tengah bersiap untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Iran.

Ancaman Turki dan Dampak terhadap Stabilitas Regional

Selain menghadapi Iran dan kelompok militan di Suriah, AS juga harus berhadapan dengan Turki.

Turki baru-baru ini meningkatkan operasi militer terhadap pasukan Kurdi di Suriah, yang selama ini merupakan sekutu AS dalam perang melawan ISIS.
Dengan memperbesar kehadiran militer di Suriah, AS juga ingin menghalangi agresi Turki terhadap pasukan Kurdi.

Sejak AS keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran, Trump telah menerapkan:

  • Sanksi ekonomi berat terhadap Iran.
  • Tekanan militer melalui kehadiran pasukan di Timur Tengah.
  • Pelemahan Iran dengan membatasi pengaruhnya terhadap kelompok militan di kawasan tersebut.

Selain itu, seiring runtuhnya pemerintahan Assad di Suriah dan meningkatnya pengaruh kelompok oposisi bersenjata, kekosongan kekuasaan dapat memicu gelombang baru perang proxy di Timur Tenga

Trump berharap bahwa AS tetap bisa menjadi kekuatan dominan di kawasan tersebut, tetapi bagaimana dia akan menghadapi tekanan dari berbagai kelompok regional, masih menjadi pertanyaan besar.

Kesimpulan: Kembalinya Militer AS ke Timur Tengah

  1. AS baru saja mengirimkan penguatan militer terbesar ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
  2. Trump ingin memperkuat dominasi AS di Timur Tengah dengan fokus pada dua hal utama: minyak dan keamanan Israel.
  3. Pasukan tambahan AS akan ditempatkan di Suriah untuk menghadapi Iran, Hizbullah, dan kelompok militan lainnya.
  4. AS juga ingin menahan pengaruh Turki serta mencegah kekosongan kekuasaan di Suriah.
  5. Keputusan ini berpotensi memperburuk eskalasi konflik di Timur Tengah dan dapat memicu konfrontasi dengan Iran.

Apakah langkah Trump ini akan memperkuat pengaruh AS di Timur Tengah, atau justru memicu perang yang lebih besar? (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS