Kisah Misterius Seorang Anak yang Bereinkarnasi untuk Balas Dendam

EtIndonesia. Nyonya Zhang berasal dari Kota Taipei, Taiwan. Keluarganya mengalami peristiwa yang sangat aneh. Ayah, kakek, dan buyut Nyonya Zhang semuanya meninggal pada hari ulang tahun mereka yang ke-36, begitu juga lima generasi di atasnya.

Semua laki-laki sulung di keluarga mereka tidak bisa lolos dari takdir meninggal pada usia 36 tahun. Sedangkan perempuan sulung di keluarga mereka—bibinya meninggal saat ulang tahunnya yang ke-34, begitu juga neneknya yang meninggal pada usia 34 tahun. Artinya, semua anak laki-laki sulung di keluarga mereka meninggal pada ulang tahun ke-36, sedangkan perempuan sulung meninggal pada ulang tahun ke-34.

Meskipun ibu Nyonya Zhang mengetahui hal ini, dia tidak pernah memberitahunya karena takut Zhang tidak akan mampu menanggung beban psikologisnya, karena dia sendiri adalah anak sulung.

Pada usia 33 tahun, Zhang sudah memiliki tiga orang anak laki-laki. Pada bulan Mei tahun itu, dia mengetahui bahwa dia hamil lagi, dengan perkiraan kelahiran tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-34.

Selama kehamilan ini, ada beberapa fenomena aneh yang dialami oleh Zhang:

Pertama, dia merasa sangat tersiksa hingga ingin membenturkan dirinya ke dinding.

Kedua, selama masa ngidam, dia meminta suaminya dan ketiga anaknya untuk memukulnya agar merasa lebih baik, bahkan harus memukulnya dengan keras sehingga dia bisa bertahan melewati malam itu. Jika suaminya dan anak-anaknya tidak mau memukulnya, dia akan marah besar kepada mereka. Ini adalah fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya selama kehamilannya. Sebenarnya, dia tidak tahu bahwa anak keempat yang dikandungnya adalah reinkarnasi dendam si anak dari kehidupan sebelumnya.

Ibu Nyonya Zhang memiliki teman seorang biksu. Saat biksu tersebut datang menemui ibunya, dia tampak terkejut dan menghela napas, namun tidak berani menjelaskan kebenarannya kepada Nyonya Zhang.

Pada bulan keenam kehamilannya, suatu hari ibu Nyonya Zhang ingin makan roti gulung. Lalu Zhang pergi ke sebuah restoran di Kota Taipei untuk membelinya. Setelah naik bus, meskipun semua penumpang melihat bahwa dia sedang hamil besar, tidak ada satu pun yang bersedia memberikan kursinya, bahkan ada yang pura-pura tidur, berpura-pura tidak melihatnya.

Sepanjang perjalanan, Zhang terus berdiri. Tiba-tiba, bus menabrak sesuatu yang berat dan melakukan pengereman mendadak, membuatnya terjatuh dan Zhang akhirnya dibawa ke rumah sakit. Malam itu, dia merasa sangat kesakitan di perut, dan melahirkan bayi laki-laki prematur.

Anak itu lahir prematur pada usia enam bulan kehamilan, tubuhnya masih sangat kecil, tetapi terlihat sangat tampan. Dokter mengatakan bahwa bayi itu lahir terlalu dini, jadi mereka hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, tapi tidak yakin apakah bayi itu bisa diselamatkan, dan meminta Zhang untuk tidak berharap terlalu tinggi.

Tidak lama kemudian, pihak rumah sakit memberi tahu Zhang bahwa dia bisa pulang terlebih dahulu, sementara bayinya harus tetap tinggal di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut.

Pada malam hari saat bayi itu genap satu bulan, Zhang mengalami mimpi buruk. Dia bermimpi bahwa bayi itu menarik tangannya, dan tiba-tiba tangannya lepas, wajah bayi itu menjadi hitam. Dia terbangun dari mimpi itu dan menyadari bahwa mimpi itu adalah pertanda buruk. Dia langsung meminta suaminya menelepon rumah sakit untuk menanyakan kondisi bayinya. Saat itu jam 3 pagi, suaminya awalnya enggan menelepon, namun karena desakan Zhang, akhirnya suaminya menelepon rumah sakit.

Tepat pada saat itu, telepon dari rumah sakit masuk, mengabarkan bahwa bayi itu meninggal pada pukul 3 pagi. Zhang mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi pada bayinya dan mulai menangis sedih.

Pada pagi hari sekitar pukul 6, biksu dari Taichung datang ke rumah mereka. 

Biksu itu berkata: “Apakah anak itu meninggal pada pukul 3?” 

Suaminya terkejut dan bertanya: “Bagaimana Anda tahu?” 

Biksu itu kemudian menjelaskan semuanya.

Ternyata, pada tengah malam sebelumnya, bayi itu datang untuk berpamitan kepada biksu tersebut. 

Bayi itu berkata: “Sebenarnya, aku berniat membawanya (maksudnya Zhang) pergi bersamaku, tetapi sekarang aku tidak bisa lagi melakukannya.”

“Pertama, dia benar-benar berbakti kepada ibunya. Ibunya ingin makan sesuatu, dan meski sedang hamil besar, dia masih pergi membelikannya. Selain itu, kecelakaan yang dia alami membuatku kehilangan tenaga untuk tetap tinggal di perutnya. Awalnya, aku berencana membawanya pergi pada hari ulang tahunnya yang ke-34.”

Biksu itu bertanya: “Apa sebenarnya dendammu padanya?”

Bayi itu menjawab: “Dia adalah pejabat korup di kehidupan sebelumnya. Dia salah memutuskan kasus hukum, menyebabkan aku mati secara tidak adil di penjara. Semua penderitaan yang dia rasakan sejak awal kehamilan adalah penyiksaan yang aku alami di penjara. Aku membuatnya menabrakkan diri ke dinding dan membiarkan anak-anaknya memukulnya, mirip dengan hukuman di penjara. Namun, setelah dia melahirkanku, di rumahnya ada altar Buddha, sehingga aku tidak bisa masuk ke rumahnya. Aku mencoba menariknya, tapi tidak berhasil, jadi aku menyerah. Sekarang aku akan reinkarnasi ke tempat lain di Changhua.”

Akhirnya, biksu itu juga mengungkap rahasia yang lebih dalam:

“Semua pria dan wanita tertua dalam keluarganya yang meninggal muda sebenarnya adalah orang-orang yang terlibat dalam kasus hukum yang salah itu—baik sebagai pejabat, hakim, atau penerima suap.”

Kisah ini menjadi salah satu peristiwa aneh yang menegaskan hukum karma, bahwa apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini akan kembali kepada kita dalam kehidupan berikutnya. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS