EtIndonesia. Pada tanggal 20 Februari, pejabat Rusia menyatakan kesepakatan untuk melanjutkan dialog dengan Amerika Serikat mengenai berbagai isu strategis. Meski demikian, Rusia menolak keras pengiriman pasukan perdamaian dari negara-negara anggota NATO ke Ukraina. Sementara itu, Presiden Ukraina, Zelenskyy, mengungkapkan kesiapan negaranya untuk mencapai kesepakatan bersama Presiden AS mengenai investasi dan masalah keamanan, usai bertemu dengan utusan khusus Amerika untuk isu Rusia-Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menambahkan bahwa dialog antara Rusia dan Amerika Serikat juga mencakup pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina. Namun, dia menegaskan bahwa jika pasukan perdamaian yang dikerahkan berasal dari negara anggota NATO, hal tersebut akan menimbulkan risiko besar bagi keamanan Rusia.
Usulan Pasukan Perdamaian dan Kesiapan Tempur
Mantan Perdana Menteri Inggris, Stamp, sebelumnya mengusulkan pengiriman pasukan perdamaian dari Eropa ke Ukraina, dengan jumlah yang tidak melebihi 30.000 personel. Usulan ini diajukan dengan syarat Amerika Serikat memberikan jaminan perlindungan terhadap pasukan tersebut.
Di sisi lain, laporan dari situs pertahanan Spanyol pada tanggal 19 mengungkapkan bahwa meskipun terdapat pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Rusia, demi meningkatkan kemampuan tempur udara NATO, Angkatan Udara AS telah menempatkan empat pesawat pengebom B-52 di pangkalan udara RAF Fairford, Inggris. Pesawat-pesawat tersebut kini bergabung dengan kelompok pengendali serangan bersama Inggris untuk melakukan latihan dukungan udara jarak dekat secara bilateral.
Komunikasi Tingkat Tinggi dan Kontrol Politik Internal
Pada tanggal 19 Februari, Presiden Putin menyatakan bahwa dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Trump, Ukraina tidak dikecualikan sebagai bagian dari agenda diskusi. Namun, dia menekankan bahwa pertemuan informal yang hanya berlangsung singkat sambil minum kopi tidaklah memadai.
“Kita harus memastikan tim kita siap menghadapi isu-isu yang sangat penting bagi Amerika Serikat dan Rusia, agar kita dapat mencapai solusi yang diterima kedua belah pihak,” ujar Putin.
Sebagai akibat dari upaya mempersiapkan pertemuan penting dengan Presiden Trump, pidato tahunan penting Putin yang biasanya disampaikan kepada parlemen federal pada akhir Februari pun tertunda. Beberapa minggu terakhir, komentar-komentar dari Putin dan pejabat Rusia mengenai hubungan dengan Amerika Serikat dikendalikan secara ketat, guna menjaga posisi tawar yang menguntungkan di mata lawan bicara.
Implikasi Regional dan Tanggapan Terhadap Iran
Di sisi lain, media Iran secara tiba-tiba memperingatkan bahwa Rusia mungkin rela mengorbankan kepentingan Iran demi mendapatkan konsesi dari Amerika Serikat dalam konflik di Ukraina. Peringatan ini juga menyiratkan bahwa Rusia berpotensi mengabaikan tindakan apa pun yang diambil oleh Amerika Serikat terhadap Iran, menambah kompleksitas hubungan di kawasan tersebut.
Survei Popularitas dan Isu Transparansi di Ukraina
Dalam ranah domestik, Kyiv International Institute of Sociology (KIIS) mengeluarkan survei yang menunjukkan dukungan terhadap Presiden Zelenskyy mencapai 57%. Meski demikian, terdapat kritik dari beberapa pihak yang mengungkapkan bahwa survei tersebut dilakukan oleh lembaga yang dimiliki dan dioperasikan oleh rekan dekat Zelenskyy, yakni pejabat Universitas Kyiv, Volodymyr Paniotto, yang juga mendapat dana dari National Endowment for Democracy (NED) dan Open Society Foundations. Isu transparansi ini kembali memicu perdebatan tentang keakuratan data dukungan publik terhadap pemerintahan Ukraina.
Pertemuan Zelenskyy dan Upaya Mencapai Perdamaian
Pada tanggal 20 Februari, Zelenskyy menulis tentang pertemuan produktifnya dengan Kellogg yang membahas berbagai rincian penting, mulai dari situasi medan perang, pertukran tawanan perang, hingga jaminan keamanan efektif.
“Kita telah menyentuh cara tercepat dan paling konstruktif untuk mencapai hasil. Kita harus memastikan perdamaian yang handal dan berkelanjutan, sehingga Rusia tidak pernah bisa memulai perang lagi. Kita bersatu dengan Amerika Serikat dan Eropa untuk mencapai perdamaian dan keamanan yang lebih baik,” tulis Zelensky.
Walaupun konferensi pers pasca pertemuan tersebut dibatalkan secara mendadak dan digantikan dengan sesi foto bersama, hal tersebut dilakukan atas permintaan pihak Amerika Serikat, meskipun alasan spesifiknya tidak diungkapkan.
Analisis Strategis: Peran Amerika dan Pergeseran Pengaruh Global
Seorang pengamat bernama Fang Wei mengemukakan bahwa penempatan tim Rusia yang mewah oleh Presiden Trump memiliki tujuan strategis, yaitu untuk membangun kepercayaan sehingga Rusia merasa aman. Menurutnya, hal ini merupakan langkah untuk mengalihkan pengaruh Rusia dari Tiongkok menuju Amerika Serikat, serta mendorong Uni Eropa untuk mengambil peran lebih besar dalam menghadapi ancaman Rusia.
Sementara itu, penarikan sumber daya Amerika dari Ukraina dianggap sebagai strategi jangka panjang untuk memastikan keamanan Taiwan di masa depan. Meski terdapat pihak yang menentang kebijakan Ukraina yang diusung oleh Trump, belum semua informasi penting terkait hal tersebut diketahui publik.
Perkembangan Dramatis di Timur Tengah: Hamas dan Pertukaran Sandera Israel
Dalam kabar lain yang tak kalah mengharukan, pada tanggal 20 Hamas menyerahkan jenazah empat sandera Israel yang ditahan sejak konflik antara Israel dan Hamas. Di antara jenazah yang diserahkan terdapat Kfir, bayi berusia 9 bulan, dan Ariel yang baru berusia 4 tahun. Ini merupakan kali pertama Hamas menyerahkan jenazah sandera.
Proses penyerahan dilakukan dengan pengamanan ketat, di mana militan Hamas mengepung lokasi dan pada tahap akhir jenazah dimasukkan ke dalam mobil Palang Merah Internasional. Di perbatasan Gaza, warga Israel berkumpul meskipun hujan, untuk memberikan penghormatan kepada konvoi tersebut.
Di Tel Aviv, warga berkumpul di lapangan di luar markas besar pertahanan dan menyatakan keprihatinan mendalam, diiringi pernyataan Presiden Israel, Herzog, yang menyatakan: “Saat ini, perasaan duka dan amarah begitu mendalam; segenap bangsa merasa patah hati.”
Sebelumnya, pada November 2023, Hamas sempat mengklaim bahwa sandera yang terdiri dari seorang ibu dan dua anak tewas akibat serangan udara Israel, meskipun klaim tersebut tidak disertai bukti dan belum dikonfirmasi oleh pihak Israel.
Sebagai bagian dari proses pertukaran jenazah sandera ini, diperkirakan Israel akan melepaskan lebih dari 600 tahanan Palestina pada tanggal 22 Februari 2025.
Isu ini menimbulkan beragam reaksi di media sosial dan kalangan pengamat, yang menyebut pertukaran tersebut sebagai cerminan kekejaman dan ekstremisme, meskipun juga ada yang menilai bahwa situasi ini masih menyimpan lapisan-lapisan kompleks yang harus diungkap dalam perkembangan mendatang.