EtIndonesia. Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance menyampaikan pidato yang mengguncang dunia bisnis di KTT American Dynamism (American Dynamism Summit) pada Senin 17 Maret 2025.
Dalam pidatonya, ia menyerukan kepada perusahaan AS untuk lebih fokus pada inovasi daripada terus bergantung pada tenaga kerja murah.
Vance secara tegas menyatakan bahwa eksperimen globalisasi telah gagal dan menyerukan perubahan paradigma bagi ekonomi Amerika.
Kesalahan Fundamental Globalisasi: “Kita Salah Perhitungan!”
Dalam pidatonya, Vance mengkritik salah satu kesalahan terbesar dalam globalisasi, yaitu asumsi bahwa desain dan manufaktur dapat dipisahkan tanpa konsekuensi negatif.
“Negara-negara kaya berpikir bahwa mereka bisa mempertahankan dominasi dalam desain dan teknologi, sementara negara-negara miskin hanya menangani produksi dan manufaktur. Tetapi kenyataannya berbeda. Ketika daerah manufaktur berkembang, mereka juga membangun keahlian desain mereka sendiri. Hasilnya? Negara-negara yang mengandalkan outsourcing akhirnya kehilangan daya saing.”
Menurut Vance, lokasi manufaktur memiliki dampak besar pada inovasi desain, karena:
✅ Efek Jaringan: Desainer dan produsen saling berbagi wawasan teknologi
✅ Pertukaran Keahlian: Tenaga kerja yang sama dapat berpindah antara perusahaan desain dan manufaktur
✅ Transfer Pengetahuan: Hak kekayaan intelektual dan praktik terbaik sering kali tersebar luas
“Kita telah salah perhitungan. Wilayah manufaktur justru memberikan keuntungan besar bagi desain. Inovasi berkembang pesat ketika perusahaan desain dan manufaktur bekerja sama. Mereka berbagi kekayaan intelektual, praktik terbaik, bahkan kadang-kadang berbagi tenaga kerja yang paling berbakat.”
Tiongkok : Bukti Nyata Kegagalan Globalisasi
Dalam pidatonya, Vance menyoroti bagaimana Tiongkok telah memanfaatkan globalisasi untuk mencuri teknologi dan membangun kekuatan industrinya sendiri.
“Tiongkok menggunakan segala cara—pencurian teknologi, suap, dan infiltrasi—untuk membangun kemampuan desain mereka sendiri. Kini, mereka tidak hanya bersaing, tetapi juga menantang Barat secara langsung.”
Ia menegaskan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak akan pernah melepaskan peluang untuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) atau teknologi lain demi kepentingan mereka sendiri.
“Saya ingin bertanya kepada kalian: Apakah ada kemungkinan bahwa rezim seperti PKT akan melepaskan kesempatan untuk menggunakan AI atau teknologi lainnya demi kepentingan mereka sendiri dan untuk melemahkan lawan mereka? Jawabannya jelas: Tidak! Inilah mengapa Amerika Serikat harus terus memimpin dalam inovasi teknologi.”
Ketergantungan pada Tenaga Kerja Murah: “Seperti Kecanduan Narkoba”
Vance juga mengecam ketergantungan Amerika pada tenaga kerja murah, menyebutnya sebagai “tongkat penyangga” yang menghambat inovasi.
“Tenaga kerja murah pada dasarnya adalah sebuah tongkat penyangga. Bahkan, saya berani menyebutnya sebagai ‘narkoba’. Terlalu banyak perusahaan Amerika yang sudah kecanduan.”
Menurutnya, ketergantungan terhadap tenaga kerja murah menyebabkan:
🔻 Stagnasi produktivitas – Perusahaan tidak terdorong untuk meningkatkan efisiensi
🔻 Kurangnya inovasi – Tidak ada insentif untuk mengembangkan teknologi baru
🔻 Persaingan yang tidak sehat – Upah rendah menekan kesejahteraan pekerja lokal
Sebaliknya, ia menegaskan bahwa biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dapat mendorong inovasi, seperti:
✔ Otomatisasi – Perusahaan akan berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan efisiensi
✔ Produktivitas Lebih Tinggi – Perusahaan akan lebih fokus pada inovasi ketimbang mencari cara menekan biaya tenaga kerja
“Ketika upah minimum naik, banyak perusahaan memilih untuk mempercepat otomatisasi guna meningkatkan efisiensi. Ini membuktikan bahwa ketergantungan pada tenaga kerja murah hanyalah ilusi yang menghambat kemajuan.”
“Globalisasi Gagal, Tetapi Inovasi Tidak!”
Vance menegaskan bahwa kegagalan globalisasi bukan berarti kegagalan inovasi. Sebaliknya, ia percaya bahwa ini adalah peluang bagi Amerika untuk kembali menjadi pemimpin global dalam inovasi dan teknologi.
“Kita harus menerima kenyataan bahwa globalisasi telah gagal. Tapi itu tidak berarti kita harus menyerah pada inovasi. Justru sebaliknya—ini adalah momen yang tepat untuk mempercepat inovasi!”
Dalam penutupan pidatonya, ia menegaskan bahwa masa depan Amerika bergantung pada inovasi, bukan pada paradigma ekonomi lama yang telah usang.
“Amerika tidak boleh lagi bergantung pada logika globalisasi yang usang untuk mempertahankan daya saing. Kita harus kembali pada esensi sejati dari keunggulan Amerika—inovasi!” (Jhon)
Sumber : NTDTV.com