EtIndonesia. Armada tempur kapal induk yang dipimpin oleh HMS Prince of Wales — kapal induk terbesar milik Inggris — telah resmi berlayar dari Inggris bagian selatan pada siang hari waktu setempat, 22 April, untuk menjalankan misi penempatan di kawasan Indo-Pasifik selama tujuh setengah bulan. Operasi ini diberi nama sandi “Operation Highmast”. Langkah ini menandai penguatan komitmen Inggris terhadap perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik.
Menurut laporan Central News Agency (CNA), Menteri Pertahanan Inggris, John Healey dalam sesi tanya jawab di parlemen pada hari yang sama, secara terbuka menyatakan bahwa masa depan Taiwan harus dibahas dan diselesaikan melalui negosiasi damai, bukan melalui ancaman atau konflik.
Healay menegaskan: “Inggris berharap Tiongkok sepenuhnya memahami bahwa keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik adalah perhatian yang sangat kuat bagi kami.”
Laporan tersebut menyebutkan, Healey secara proaktif mengangkat isu Selat Taiwan saat menjawab pertanyaan terkait peran Tiongkok. Dia menekankan bahwa keamanan Indo-Pasifik, Eropa, dan Atlantik saling berkaitan dan harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Hal ini juga sejalan dengan strategi militer terbaru Inggris, yang menampilkan konsistensi tinggi antara posisi politik dan militer negara tersebut.
Selama masa penempatan armada ini, Inggris dijadwalkan menggelar berbagai latihan militer bersama dengan sekutu-sekutu Indo-Pasifik seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Latihan-latihan ini akan melibatkan beberapa kapal induk dan bersifat intensitas tinggi.
Dalam wawancara dengan CNA, Komandan Gugus Tugas Brigadir Jenderal James Blackmore menyatakan bahwa Inggris tidak menutup kemungkinan untuk melakukan operasi kebebasan navigasi (FONOPs) di wilayah-wilayah sensitif seperti Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan, sambil menegaskan, “semua opsi tentu tetap terbuka.”
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa menjelang keberangkatan armada ini, Kepala Staf Pertahanan Inggris, Tony Radakin melakukan kunjungan ke Beijing pada 9 April. Ini merupakan kunjungan pertama seorang Kepala Staf Pertahanan Inggris ke Tiongkok dalam sepuluh tahun terakhir. Dalam pertemuan tersebut, Radakin kembali menekankan bahwa perdamaian dan stabilitas Indo-Pasifik sangat penting bagi Inggris, serta menggarisbawahi bahwa isu Taiwan harus diselesaikan secara damai.
Selain itu, ketika ditanya tentang apakah tuduhan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy—bahwa lebih dari 150 warga negara Tiongkok turut berpartisipasi dalam operasi militer Rusia—akan mempengaruhi kebijakan Inggris terhadap Tiongkok, Healey menjawab bahwa ketergantungan Putin yang semakin besar terhadap bantuan Korea Utara dan Iran justru menunjukkan kelemahan strategis Rusia, bukan kekuatan.Laporan itu juga menyoroti bahwa kapal perang HMS Richmond, yang ikut serta dalam misi kali ini, sebelumnya pernah melewati Selat Taiwan pada tahun 2021 dalam misi kebebasan navigasi, yang saat itu memicu protes keras dari Tiongkok. Kini, HMS Richmond telah ditingkatkan dengan sistem jaringan data taktis real-time terbaru, dan akan memainkan peran kunci sebagai pusat integrasi dan transmisi informasi dalam misi ini. (jhn/yn)