EtIndonesia.Pada hari Kamis (8/5), pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengadakan pertemuan di Moskow dan menandatangani pernyataan bersama PKT-Rusia. Pada hari yang sama, parlemen Ukraina berhasil mengesahkan perjanjian mineral yang ditandatangani dengan Amerika Serikat, yang dianggap sebagai tonggak sejarah.
Ketua Parlemen Ukraina, Ruslan Stefanchuk: “Setuju: 338 suara. Pemungutan suara selesai, perjanjian mulai berlaku.”
Anggota parlemen Ukraina menyatakan bahwa mereka menyambut baik hak prioritas yang diberikan kepada Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam putaran baru proyek investasi di Ukraina, yang mencakup pengembangan sumber daya alam seperti aluminium, grafit, minyak, dan gas alam. Mereka juga berharap kerjasama ini akan memastikan dukungan jangka panjang dari AS dalam melawan invasi Rusia.
Sesuai perjanjian tersebut, AS dapat langsung berinvestasi dalam proyek rekonstruksi Ukraina atau memberikan sistem pertahanan udara serta bantuan militer lainnya.
Pada hari Kamis (8/5), Presiden AS, Donald Trump kembali menekankan pentingnya perjanjian mineral ini, dan menyatakan tidak menutup kemungkinan menggunakan Tiongkok sebagai pintu masuk untuk mencari jalan menuju gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
Presiden AS Donald Trump: “Pertempuran sekarang sedikit berbeda dari sebelumnya. Saya rasa jika kita tidak terlibat, mereka akan terus berperang, dan Rusia bahkan bisa mengambil semua sumber daya itu.”
Pada hari yang sama, saat menjawab pertanyaan wartawan, Trump membantah bahwa dia akan bertemu dengan Putin minggu depan.
Wartawan: “Tuan Presiden, apakah Anda akan bertemu Putin di Arab Saudi minggu depan?”
Presiden AS Donald Trump: “Saya rasa tidak, tapi pembicaraan kami cukup menyenangkan.”
Pada hari yang sama, Uni Eropa menyatakan bahwa sejumlah menteri dari negara-negara Eropa akan mengunjungi Ukraina pada hari Jumat (9/5) untuk menandatangani dokumen yang mendukung pembentukan pengadilan khusus Ukraina guna mengadili “tindakan agresi Rusia”.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas: “Besok, kami juga akan memberikan dukungan politik final untuk pembentukan pengadilan kejahatan perang guna mengadili kejahatan agresi. Tidak ada toleransi terhadap impunitas. Mereka yang melakukan kejahatan akan dimintai pertanggungjawaban.”
Pada hari Kamis, Presiden Rusia, Vladimir Putin dan pemimpin PKT Xi Jinping mengadakan pembicaraan di Moskow dalam rangka peringatan Hari Kemenangan ke-80 Perang Dunia II, dan menandatangani pernyataan bersama.(hui/yn)