6 Makhluk Unik di Laut yang Tidak Memiliki Otak — Tapi Tetap Bisa Hidup dan Belajar

EtIndonesia. Dalam pandangan manusia, “kepintaran” sering kali identik dengan keberadaan otak. Berbagai penelitian ilmiah pun menunjukkan bahwa ukuran otak dan kompleksitas jaringan saraf sangat menentukan kemampuan makhluk hidup dalam belajar, mengingat, dan mengontrol perilaku. Namun jauh di kedalaman samudra, ada segelintir makhluk hidup yang menantang konsep ini — mereka tidak punya otak, namun tetap mampu merasakan dunia, menangkap mangsa, bahkan menampilkan perilaku seperti belajar.

Berikut adalah enam makhluk laut luar biasa yang hidup tanpa otak, tetapi tetap mampu menjalankan hidup dengan cara yang mencengangkan.

1. Bintang Laut

Makhluk laut bercabang lima ini memikat para penyelam dengan bentuknya yang menyerupai bintang, dan kerap disangka sebagai jenis ikan. Padahal, bintang laut bukanlah ikan, melainkan bagian dari kelompok echinodermata, yang berkerabat dengan teripang dan dolar pasir (sand dollar).

Bintang laut tidak memiliki otak maupun darah. Sebagai gantinya, mereka menggunakan sistem saraf sederhana berupa cincin saraf dan kabel saraf yang menyebar ke setiap lengan, serta menyaring air laut untuk mendistribusikan nutrisi dan informasi.

Yang menakjubkan, penelitian tahun 2023 menemukan bahwa struktur dan konfigurasi genetik tubuh bintang laut menyerupai “kepala yang bisa bergerak”. Setiap ujung lengannya memiliki titik mata yang bisa mendeteksi cahaya, dan sistem ini memungkinkan mereka merespons lingkungan secara kompleks — semua tanpa otak pusat.

2. Landak Laut

Kebanyakan orang mengenal landak laut sebagai hidangan eksotis atau sebagai makhluk berduri di pantai. Namun di balik penampilannya yang berduri, landak laut adalah keajaiban biologis yang bisa bergerak tanpa otak dan tanpa mata.

Landak laut memiliki struktur bernama sel fotosensitif dermal yang tersebar di duri dan kaki tabungnya. Struktur ini memungkinkan mereka mendeteksi cahaya dan arah. Mereka bahkan bisa menghindari rintangan dan mencari makanan—kemampuan yang baru dibuktikan secara ilmiah pada tahun 2011. Temuan ini mengubah cara pandang kita tentang proses “melihat” dalam dunia hewan.

3. Anemon Laut

Sering disebut “bunga laut”, anemon laut sesungguhnya adalah hewan karnivora tak bertulang belakang. Mereka memiliki tentakel berwarna-warni yang dilengkapi dengan sel penyengat beracun untuk melumpuhkan mangsanya sebelum memasukannya ke satu-satunya lubang tubuhnya, yang berfungsi ganda sebagai mulut dan anus.

Meskipun struktur tubuhnya sangat sederhana dan tidak memiliki otak, anemon laut menjalin hubungan simbiosis unik dengan makhluk lain. Contohnya, ikan badut dapat hidup di antara tentakel beracunnya, sementara ganggang hijau bersimbiosis di dalam tubuhnya untuk melakukan fotosintesis. Di antara hewan “tanpa otak”, anemon laut menunjukkan bentuk kecerdasan ekologi dan sosial yang mengejutkan.

4. Spons Laut

Sekilas, spons laut terlihat seperti batu karang tak bergerak, bahkan sering dipakai sebagai bahan spons mandi. Namun di balik kesederhanaan bentuknya, spons laut adalah makhluk hidup yang sangat tangguh.

Spons tidak memiliki otak, tidak punya sistem saraf, bahkan tidak memiliki jaringan sejati, tetapi mampu menyaring air laut untuk menyerap nutrisi dan memainkan peran penting dalam ekosistem laut. Lebih mencengangkan lagi, ilmuwan menemukan bahwa spons mengandung kode genetik mirip sinaps (penghubung antar neuron), yang mengindikasikan bahwa mereka memiliki mekanisme komunikasi seluler yang primitif namun efektif.

5. Ubur-ubur Api

Makhluk kenyal dan transparan ini tidak memiliki otak, jantung, atau tulang, namun mampu berenang anggun di air dan menangkap mangsa dengan tentakel beracun.

Yang mengejutkan, penelitian pada tahun 2023 terhadap ubur-ubur kotak Karibia (Caribbean box jellyfish) menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan belajar berdasarkan pengalaman — sesuatu yang sebelumnya diyakini hanya bisa dilakukan oleh makhluk dengan otak. Ubur-ubur ini menunjukkan plastisitas pada sel-sel sarafnya, sehingga bisa membentuk pola respons dan “ingatan” terhadap rangsangan lingkungan.

6. Portuguese Man o’ War (Siphonophore)

Dikenal juga sebagai ubur-ubur perang Portugal, makhluk ini tampak seperti satu hewan besar, padahal sebenarnya adalah koloni dari banyak individu bersel tunggal yang hidup bersama secara simbiotik.

Dengan bantuan kantung udara mengambang, Man o’ War melayang di permukaan laut, mengandalkan arus dan angin sebagai penggerak, serta menggunakan tentakel beracun untuk menangkap mangsa.

Meskipun tidak memiliki otak, setiap “unit” dalam koloni memiliki tugas tersendiri: ada yang bertugas menangkap makanan, ada yang mencernanya, dan ada yang bertanggung jawab atas pergerakan. Mereka berfungsi sebagai organisme kolektif yang sangat terkoordinasi, dan mencerminkan bentuk kecerdasan terdistribusi dalam bentuk yang ekstrem.

Penutup: Otak Bukan Satu-satunya Kunci Hidup

Kehidupan laut dalam mengajarkan kita satu hal penting: Otak bukanlah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, belajar, dan berkembang.

Lewat jaringan saraf tersebar, sensitivitas seluler, atau kerja sama organisme mikroskopis, makhluk-makhluk ini menunjukkan bahwa kehidupan dapat bertahan bahkan dalam bentuk paling sederhana. Meski tak memiliki bahasa, teknologi, atau peradaban, mereka telah hidup berdampingan dengan laut selama ratusan juta tahun—dan tetap menjadi keajaiban kompleks dalam bentuk paling sederhana. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS