Produk Murah Tiongkok Gempur Pasar ASEAN, Pakar Peringatkan Risiko Ekonomi Besar

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan Tiongkok terus memperluas ekspor ke negara-negara ASEAN, yang semakin menekan industri lokal di Asia Tenggara. Para ahli memperingatkan bahwa tren ini dapat menghambat proses industrialisasi negara-negara ASEAN dan membawa risiko ekonomi bagi kawasan tersebut.

EtIndonesia. Data menunjukkan bahwa dalam perubahan lanskap perdagangan global, porsi ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat dan Uni Eropa menurun dari tahun ke tahun, sementara hubungan dagang Tiongkok dengan negara-negara ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia semakin erat. Pada tahun 2024, porsi ekspor Tiongkok ke ASEAN mencapai 16,4%, untuk pertama kalinya melampaui ekspor ke AS dan Eropa.

Manishi Raychaudhuri, pendiri sekaligus CEO perusahaan investasi Emmer Capital Partners yang berbasis di Hong Kong, menulis bahwa dengan semakin populernya platform e-commerce, produk murah asal Tiongkok membanjiri pasar Asia Tenggara, sehingga memberikan tekanan besar terhadap sektor manufaktur lokal.

Sebagai contoh, di Indonesia, akibat lonjakan impor pakaian dari Tiongkok, sebanyak 80.000 pekerja tekstil kehilangan pekerjaan pada tahun 2024, dan diperkirakan sebanyak 280.000 orang lagi akan kehilangan pekerjaan pada tahun 2025. 

Thailand juga mengalami masalah serupa, dengan rata-rata lebih dari 100 pabrik kecil-menengah tutup setiap bulan dalam empat tahun terakhir. Sektor yang terdampak termasuk furnitur, elektronik, pakaian, otomotif, dan baja.

Para ahli memperingatkan bahwa membanjirnya barang murah Tiongkok ke pasar Asia Tenggara meningkatkan risiko “deflasi impor”, yang bisa menimbulkan siklus negatif berupa penurunan harga barang, penundaan konsumsi oleh konsumen, pengurangan investasi oleh perusahaan, dan pemutusan hubungan kerja.

Selain itu, perusahaan Tiongkok juga memanfaatkan Asia Tenggara sebagai “basis transhipment” untuk mengekspor barang ke Amerika Serikat guna menghindari tarif bea masuk. Untuk menindak praktik “pencucian asal barang” ini, pada  April lalu, Donald Trump mengumumkan tarif tinggi yang setara terhadap negara-negara terkait, yang memaksa negara-negara seperti Vietnam memperketat pengawasan label asal produk.

Raychaudhuri menyarankan bahwa dalam menghadapi tekanan ekspor Tiongkok dan hambatan perdagangan dari AS, negara-negara ASEAN harus secara hati-hati menyesuaikan strategi ekonomi mereka, memperkuat permintaan domestik dan meningkatkan daya saing industri lokal. (Hui)

Laporan oleh Fu Yu – New Tang Dynasty Television

FOKUS DUNIA

NEWS