30 Tahun Hilangnya Panchen Lama, Masih Tak Diketahui Hidup atau Mati – Marco Rubio: Hentikan Penindasan!


EtIndonesia. Tepat pada 17 Mei 1995, seorang anak berusia 6 tahun yang juga merupakan tokoh spiritual Tibet, Panchen Lama ke-11 Gedhun Choekyi Nyima, diculik oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sejak saat itu, dia dan keluarganya menghilang tanpa jejak. Hari ini menandai 30 tahun penculikan tersebut, dan seruan internasional kembali menggema agar pemerintah Tiongkok mengungkap keberadaan Panchen Lama serta membebaskan dia dan keluarganya.

Pada 18 Mei 2025, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa Panchen Lama telah “menghilang selama tiga dekade”, dan mendesak Beijing untuk menghadapi fakta serta bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Rubio: Panchen Lama Harus Dibebaskan, Tiongkok Harus Hentikan Penindasan

Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menegaskan bahwa penculikan itu terjadi hanya tiga hari setelah Dalai Lama ke-14 mengumumkan pengakuannya terhadap Gedhun Choekyi Nyima sebagai inkarnasi sah Panchen Lama ke-11. Namun, bocah itu langsung disapu bersih dari publik, dan hingga hari ini tidak ada satu pun kabar resmi mengenai keberadaannya.

Rubio menyerukan agar Pemerintah Tiongkok segera membebaskan Gedhun Choekyi Nyima dan menghentikan penindasan terhadap kebebasan beragama rakyat Tibet.

Dua Pemimpin Spiritual Utama dalam Buddhisme Tibet

Dalam ajaran Buddhisme Tibet, Dalai Lama dan Panchen Lama adalah dua pemimpin spiritual tertinggi yang saling mengakui reinkarnasi satu sama lain. Pada 14 Mei 1995, Dalai Lama mengumumkan secara resmi bahwa bocah berusia 6 tahun tersebut adalah reinkarnasi sah Panchen Lama.

Namun, pada 17 Mei, hanya tiga hari kemudian, bocah itu dan keluarganya diculik oleh rezim Komunis Tiongkok.

Aksi Protes dan Kekhawatiran akan Masa Depan Dalai Lama

Pada hari peringatan 30 tahun penculikan tersebut, warga Tibet di pengasingan menggelar aksi protes di Dharamsala, India, mengecam Tiongkok atas penahanan terhadap pemimpin spiritual mereka dan menuntut pembebasan.

Di saat yang sama, menjelang ulang tahun ke-90 Dalai Lama yang akan jatuh pada 6 Juli, kekhawatiran dunia meningkat mengenai suksesi dan manipulasi reinkarnasi Dalai Lama oleh Pemerintah Tiongkok.

Tuntutan Global: Di Mana Panchen Lama?

Organisasi Christian Solidarity Worldwide (CSW) melalui pejabat urusan publiknya Ellis Heasley menyampaikan peringatan bahwa Panchen Lama ke-11 menjadi tahanan politik termuda di dunia. Sejak 1996, Komite Hak Anak PBB telah menyerukan Tiongkok untuk memberikan informasi tentang bocah tersebut, namun tidak pernah mendapat jawaban yang dapat dipercaya.

Heasley juga mengungkap bahwa pada Mei 2020, Pemerintah Tiongkok sempat mengklaim bahwa Nyima telah menerima pendidikan gratis, lulus ujian nasional, dan kini memiliki pekerjaan, serta tidak ingin “kehidupan normalnya terganggu”. Namun, pernyataan tersebut tidak disertai bukti apa pun dan tidak dipercayai komunitas internasional.

Kecurigaan Manipulasi Reinkarnasi Dalai Lama

Dalam wawancara pada 16 Mei dengan Radio Free Asia, Geszang Jiansan, perwakilan Pemerintah Tibet di Pengasingan di Taiwan, menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak mempercayai narasi Tiongkok. Dia menuding bahwa rezim Komunis tengah mempersiapkan skenario untuk mengendalikan proses reinkarnasi Dalai Lama ke-15.

Menurutnya, ada kekhawatiran bahwa Pemerintah Tiongkok akan memaksa Gedhun Choekyi Nyima—jika masih hidup—untuk mengesahkan reinkarnasi Dalai Lama yang dipilih oleh Beijing, demi memperkuat kontrol politik mereka atas Tibet. Geszang mengatakan, jika skenario ini benar terjadi, maka dunia agama akan menolaknya dengan tegas.

Catatan Sejarah: Rezim Tiongkok Pernah Gunakan Panchen Lama sebagai Alat Politik

Geszang menjelaskan bahwa setelah Tiongkok mencaplok Tibet pada 1951, Partai Komunis berupaya mengadu domba Panchen Lama melawan Dalai Lama, dengan memberikan posisi tinggi dalam lembaga-lembaga resmi negara.

Namun, Panchen Lama ke-10, Choekyi Gyaltsen, akhirnya menulis petisi panjang 70.000 kata pada 1962 yang mengecam kebrutalan Pemerintah Tiongkok terhadap rakyat Tibet. Akibatnya, dia dipenjara selama 10 tahun di penjara Qin Cheng di Beijing, dan setelah dibebaskan pun masih dikenai tahanan rumah.

Kematian Mencurigakan Panchen Lama ke-10

Setelah keluar dari tahanan, Panchen Lama ke-10 kembali menjabat dan aktif memperjuangkan pelestarian budaya, pendidikan, dan agama Tibet, yang menjadikan era 1980-an sebagai masa keemasan bagi budaya Tibet di bawah penjajahan Tiongkok.

Namun, pada 23 Januari 1989, dia memberikan pidato penting di Biara Tashilhunpo dan secara terbuka menyatakan bahwa “harga yang dibayar rakyat Tibet jauh lebih besar dari hasil yang didapat” selama pemerintahan Tiongkok. Lima hari kemudian, dia meninggal dunia secara mendadak.

Pemerintah menyatakan penyebab kematiannya adalah serangan jantung, namun banyak orang Tibet mencurigai dia telah diracun oleh Pemerintah Tiongkok. Setelah kematiannya, Beijing menyelenggarakan pemakaman megah, lalu menolak pengakuan Dalai Lama terhadap reinkarnasi Panchen Lama, dan sebaliknya menunjuk versi “resmi” buatan pemerintah melalui metode undian dari “vaskom emas”—sebuah praktik yang banyak dianggap palsu dan mencederai tradisi spiritual Tibet. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS