Perang Makin Gila! Rusia Luncurkan Serangan Udara Paling Brutal, Ukraina Bongkar Bantuan Rahasia Tiongkok

EtIndonesia. Situasi perang Rusia-Ukraina kembali memanas setelah Rusia meluncurkan serangan udara terbesar sejak awal invasi pada 2022. Dalam peristiwa yang terjadi pada malam 25 Mei 2025, Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa hampir 300 drone dan puluhan rudal ditembakkan ke sejumlah kota besar di Ukraina. Serangan dahsyat ini menewaskan sedikitnya 13 orang di ibu kota Kiev dan melukai puluhan warga sipil lainnya.

Rincian Serangan: Skala Terbesar Sejak Invasi

Menurut pernyataan resmi Angkatan Udara Ukraina, Rusia melepaskan 298 drone penyerang dan 69 rudal dalam serangan yang berlangsung sepanjang malam. Pasukan pertahanan udara Ukraina mengklaim keberhasilan menembak jatuh 45 rudal dan 266 drone, namun jumlah serangan yang masif tetap menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur sipil di beberapa kota besar, termasuk Kiev, Dnipro, dan Kharkiv.

“Ini adalah serangan udara terbesar yang pernah kami alami sejak invasi penuh skala pada Februari 2022,” ujar seorang pejabat Angkatan Udara Ukraina. “Skala dan koordinasi serangan ini benar-benar di luar perkiraan kami.”

Laporan dari Reuters juga menegaskan bahwa serangan kali ini merupakan operasi militer terbesar dari pihak Rusia sejak awal perang, baik dari segi jumlah amunisi maupun target yang disasar.

Tuduhan Peran Tiongkok dalam Industri Militer Rusia

Di tengah meningkatnya eskalasi, muncul laporan bahwa Tiongkok diduga secara diam-diam memasok berbagai komponen penting bagi industri militer Rusia. Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Ukraina, Ivashchenko, secara terbuka menuduh bahwa Tiongkok telah mengirimkan mesin industri, bahan kimia khusus, bubuk mesiu, serta komponen-komponen penting lainnya ke sedikitnya 20 pabrik militer Rusia.

“Selain mesin dan bahan peledak, Tiongkok juga terlibat dalam setidaknya lima proyek kedirgantaraan bersama Rusia sepanjang 2024-2025,” ungkap Ivashchenko dalam konferensi pers.

Pemerintah Tiongkok sendiri membantah tuduhan ini. Dalam pernyataan resminya, Beijing menegaskan tidak pernah mengekspor senjata mematikan atau membantu salah satu pihak dalam konflik Rusia-Ukraina. Namun, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyoroti adanya warga negara Tiongkok yang bekerja di fasilitas drone militer Rusia, sehingga semakin memperkuat dugaan keterlibatan Tiongkok dalam industri perang Rusia.

Serangan terhadap Putin dan Peringatan dari Moskow

Di sisi lain, otoritas Rusia mengklaim bahwa Presiden Vladimir Putin berhasil selamat dari serangan drone Ukraina saat melakukan kunjungan kerja ke wilayah Kursk. Menurut laporan resmi Rusia, helikopter yang membawa Putin menjadi target serangan besar-besaran, namun berhasil menghindari bahaya setelah pasukan Rusia menembak jatuh 46 drone.

Peristiwa ini menambah ketegangan antara kedua negara. Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, Dmitry Medvedev, dalam pernyataannya mengancam akan memperluas zona penyangga hingga hampir mencakup seluruh wilayah Ukraina jika negara-negara Barat tak menghentikan bantuan militernya ke Kiev.

“Selama Barat terus mengirim senjata dan bantuan ke Ukraina, kami tidak akan ragu memperluas zona keamanan kami. Jika perlu, kami akan menjadikan seluruh Ukraina sebagai zona penyangga,” tegas Medvedev.

Perang Drone dan Macetnya Jalur Diplomasi

Baik Kiev maupun Moskow saling menuding pihak lawan terus memperbesar intensitas serangan drone. Rusia menuduh Ukraina memperbanyak serangan ke wilayah perbatasan dan fasilitas militer, sementara Ukraina menegaskan bahwa serangan drone dan rudal Rusia sudah melampaui batas-batas kemanusiaan.

Sementara itu, upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik masih menemui jalan buntu. Perundingan damai yang sempat diinisiasi di Istanbul beberapa waktu lalu belum membuahkan hasil konkret. Di sisi lain, pertukaran tawanan perang dalam skala besar yang diharapkan menjadi langkah awal menuju perdamaian juga gagal menurunkan eskalasi di lapangan.

Desakan Zelenskyy dan Kekhawatiran Dunia

Presiden Zelenskyy secara terbuka meminta Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mengambil sikap tegas terhadap agresi Rusia. Ia menilai bahwa sikap diam dunia internasional hanya akan membuat Putin semakin percaya diri melanjutkan serangan brutalnya.

“Jika dunia tetap diam dan hanya menonton, Putin akan semakin berani. Kami membutuhkan dukungan nyata, bukan hanya retorika,” tegas Zelenskyy.

Serangan besar-besaran kali ini memunculkan kekhawatiran baru akan kemungkinan eskalasi perang yang lebih luas, serta menambah beban kemanusiaan di Ukraina yang hingga kini masih terus bertahan di bawah bayang-bayang konflik.

FOKUS DUNIA

NEWS