Seorang eksekutif perusahaan farmasi raksasa Jepang, Astellas Pharma, baru-baru ini dijatuhi hukuman di Tiongkok atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata. Tingginya sensitivitas kasus ini menarik perhatian internasional
EtIndonesia. Seorang eksekutif Astellas Pharma yang ditempatkan di Tiongkok dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh Pengadilan Menengah Pertama Shanghai pada 13 Mei dengan dakwaan “mata-mata”.
Konsulat Jenderal Jepang di Shanghai memberitahu kantor berita Kyodo bahwa pria tersebut, Nishiyama Hiroshi, tidak mengajukan banding dalam jangka waktu hukum yang ditentukan, sehingga putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Nishiyama Hiroshi yang kini berusia lebih dari 50 tahun, awalnya dijadwalkan menyelesaikan penugasannya di Tiongkok dan kembali ke Jepang pada akhir Maret 2023. Namun, ia tiba-tiba menghilang menjelang keberangkatannya. Kementerian Luar Negeri PKT kemudian menyatakan bahwa ia telah ditahan karena kegiatan mata-mata.
Menurut informasi dari Kamar Dagang Jepang di Tiongkok dan Kedutaan Besar Jepang di Beijing, Nishiyama sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang Jepang di Tiongkok, serta penasihat senior Astellas Pharma untuk wilayah Tiongkok. Ia juga sering hadir dalam acara ekonomi yang diselenggarakan oleh pihak Tiongkok.
Organisasi HAM Safeguard Defenders pada Februari tahun ini mengungkapkan bahwa otoritas PKT sering menggunakan tempat penahanan rahasia yang ditentukan untuk secara sembunyi-sembunyi menahan, menyiksa, dan memperlakukan buruk warga negara asing, serta memanfaatkan mereka sebagai alat dalam praktik “diplomasi sandera”. (Hui)
Laporan oleh jurnalis NTDTV An Qi dan Rong Yu.