Cara Terbaik Memanjakan Diri Saat Melewati Usia 60 Tahun: Bercermin

EtIndonesia. Sering kali, kita membayangkan hidup orang lain begitu indah, sementara kita merasa hidup kita sendiri kurang memuaskan. Padahal, setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Kita akan bertemu banyak orang, melihat beragam gaya hidup, namun di balik gemerlapnya kehidupan orang lain, ada pula penderitaan yang tak terlihat. Maka daripada terus menatap hidup orang lain, lebih baik mulai mengarahkan pandangan ke dalam diri sendiri.

Ketika kita memasuki usia 60 tahun dan mulai menikmati masa pensiun, saat itulah kita semakin perlu menjadi diri sendiri. Dan untuk menjadi diri sendiri, kita harus melihat diri dengan jernih, menghargai diri sendiri, dan belajar mencintai diri sendiri.

Untuk itu, “cermin” menjadi benda penting dalam hidup kita. Tapi bukan sembarang cermin — inilah tiga jenis cermin yang bisa membuat hidup lebih bahagia, lebih bijak, dan lebih lapang.

1. Bercermin di “Cermin Tertawa” — Menyenangkan Hati, Menjaga Mental Positif

Peneliti dari Universitas Osaka pernah mempublikasikan riset di jurnal Cerebral Cortex, menyatakan bahwa kebiasaan bercermin dapat memicu rasa senang secara fisiologis, karena saat melihat wajah sendiri, otak akan memproduksi dopamin yang memunculkan rasa bahagia.

Dalam psikologi, ada istilah efek paparan berulang (mere exposure effect), artinya: semakin sering seseorang melihat suatu hal, dia akan makin terbiasa dan bahkan menyukainya. Misalnya, seseorang yang tadinya tidak suka memancing, namun karena sering pergi ke pemancingan, lama-lama jadi jatuh cinta pada kegiatan itu.

Begitu juga dengan bercermin. Jika kita membiasakan diri bercermin setiap hari, lama-kelamaan kita akan lebih akrab dengan diri sendiri, bahkan bisa menerima dan mencintai penampilan kita apa adanya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri.

Saat hati sedang gundah, cobalah melihat “cermin lucu” seperti cermin melengkung. Di situ kita bisa melihat bayangan diri yang gemuk, kurus, tinggi, atau pendek secara berlebihan — dan akhirnya tertawa sendiri. Diri kita memang punya banyak sisi, hanya saja kita jarang melihatnya dari sudut yang berbeda. Kadang kita hanya fokus pada kekurangan, lalu merasa sedih sendiri.

Padahal, saat menua, hal paling penting yang perlu dijaga adalah kondisi mental. Jika mental sehat, semangat hidup pun akan tumbuh. Seperti pepatah: “Jika kita tak bisa mengalahkan yang di atas, kita masih bisa bersyukur bahwa kita lebih baik dari yang di bawah.”

Kalau tak bisa menemukan kebahagiaan di kiri, cari di kanan. Temukan keindahan diri, syukuri yang sudah ada, maka hati akan merasa lebih damai.

2. Bercermin di “Cermin Perbaikan Diri” — Menimbang, Memilih, dan Menjaga Moral

“Dengan cermin dari logam, kita bisa merapikan pakaian.
Dengan cermin dari sejarah, kita bisa belajar naik-turunnya peradaban.
Dengan cermin dari manusia lain, kita bisa mengetahui benar dan salah.”
Kaisar Tang Taizong, Li Shimin

Usia tua bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah menjadi tua tapi kehilangan kebijaksanaan.

Contohnya, di dalam bus, ada lansia yang marah-marah karena berebut tempat duduk dengan anak muda, menyebabkan kegaduhan. Di lingkungan perumahan, ada lansia yang memutar musik keras saat senam pagi, membuat tetangga terganggu. Ada juga yang bermain gasing logam di taman hingga merusak lantai, lalu diusir warga.

Ingat, masyarakat ini bukan hanya milik orang tua, tapi milik semua orang. Menjalani masa tua dengan baik berarti menghormati aturan sosial dan tetap belajar dari orang-orang yang baik di sekitar kita.

“Cermin perbaikan diri” membantu kita menyaring pengaruh dari luar. Kita bisa menyerap nilai-nilai positif dan meninggalkan yang buruk.

Saat masih bekerja, biasanya di depan kantor ada cermin untuk merapikan penampilan. Atasan pun akan memberikan evaluasi terhadap sikap kita. Namun setelah pensiun, tak ada lagi cermin kantor, tak ada lagi atasan yang mengingatkan. Maka jadikanlah orang-orang di sekitar sebagai cermin.

Lansia yang dihormati masyarakat biasanya memiliki satu ciri utama: kebaikan hati. Jika masih mampu, gunakan keterampilan kita untuk membantu orang lain. Kalau tidak bisa, setidaknya tidak merepotkan orang lain dan tidak membuat onar — itu sudah sebuah kebajikan.

3. Bercermin di “Cermin Sudut Lebar” — Luaskan Pandangan, Bangun Wawasan

Manusia sering terjebak pada satu kelemahan: fokus pada satu titik, lalu melupakan hal yang lebih besar di sekelilingnya. Dalam istilah modern, ini disebut “ruang gema informasi” — kita hanya hidup dalam dunia kecil kita sendiri, tanpa menyadari luasnya dunia di luar.

Seperti kepompong yang terus melilit ulat. Jika ulat berhasil keluar, dia akan menjadi kupu-kupu. Tapi jika tidak bisa, maka dia akan musnah di dalam.

Memasuki usia 60-an, kita memang menua secara fisik, tapi pikiran kita harus tetap tumbuh — bahkan lebih luas dari sebelumnya.

“Seberapa besar wawasanmu, sebesar itulah masa depanmu.” Bila Anda tidak berpikir tentang bagaimana menjalani hidup di usia 80 atau 90 tahun nanti, tidak memiliki rencana sepuluh tahun ke depan, maka Anda akan larut dalam kebingungan dan tersisih dari masyarakat.

Dalam fotografi, lensa sudut lebar (wide-angle) membuat gambar terlihat lebih luas dan megah. Dalam kehidupan, “cermin sudut lebar” membantu kita melihat lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas. Di tikungan jalan, cermin ini membantu pengemudi menghindari tabrakan — begitu pula dalam hidup.

Bagi lansia, membaca buku, bepergian, mempelajari keterampilan baru, dan memaafkan orang lain adalah cara untuk memperluas sudut pandang. Orang tua yang berpikiran luas akan mampu menerima kekurangan anak-anaknya, menantu, bahkan lingkungan sosial — dan hidup lebih damai.

Dunia bukan hanya rumah sendiri, tapi juga luasnya dunia luar. “Lapang dada, hidup pun lapang.”

Saat Anda bisa menghargai diri sendiri, Anda akan keluar rumah dengan hati gembira dan menemukan lebih banyak keindahan. Dengan belajar dari orang lain, Anda tahu bagaimana memperbaiki diri. Dengan memperluas pandangan, Anda memahami arah kehidupan dan punya harapan untuk hari esok.

Akhir Kata

Saat waktu senggang, cobalah untuk ‘bercermin’ — bercermin ke dalam hati, sikap, dan pikiran. Jadilah versi terbaik dari diri Anda sendiri, luar dan dalam.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS