Dunia di Ujung Tanduk! 355 Drone Hujani Ukraina, Trump Ancam Rusia Hancur, Tiongkok Terseret Skandal Perang

EtIndonesia. Ukraina kembali menjadi pusat guncangan geopolitik dunia setelah mengalami serangan drone terbesar sepanjang sejarah konflik, dengan total 355 drone dikerahkan oleh Rusia dalam satu malam pada 25 Mei. Serangan ini memicu gelombang kecaman internasional dan memunculkan reaksi keras dari para pemimpin Barat, terutama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Serangan Udara Massif: Ukraina Dihujani 355 Drone dalam Satu Malam

Pada malam 25 Mei, Rusia melancarkan serangan udara intensif dengan menggunakan ratusan drone ke berbagai wilayah strategis Ukraina. Ini menjadi serangan drone terbesar sejak invasi dimulai pada 2022. Menurut otoritas Ukraina, total 355 drone dan rudal diluncurkan ke berbagai kota besar, menyebabkan kerusakan infrastruktur vital dan menelan korban jiwa serta luka-luka.

Serangan yang berkelanjutan selama dua malam berturut-turut ini menandai babak baru dalam intensitas konflik. Pemerintah Kiev menyatakan bahwa pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebagian besar drone, namun masih ada puluhan yang lolos dan menghantam target sipil serta militer.

Trump Menyebut Putin “Gila”, Barat Kompak Cabut Pembatasan Senjata untuk Ukraina

Di tengah situasi genting tersebut, Presiden AS, Donald Trump menampilkan sikap yang jauh lebih keras terhadap Rusia. 

Melalui media sosialnya, Trump secara terbuka menyatakan: “Putin sudah benar-benar gila. Sejak awal saya sudah bilang, ia ingin seluruh Ukraina. Jika itu benar, dan dia nekat melakukannya, Rusia akan runtuh.”

Pernyataan Trump ini mendapat sorotan dari berbagai analis. Zhang Tianliang, seorang pengamat politik internasional, menilai bahwa Trump akhirnya menyadari bahwa Putin hanya mempermainkan pihak Barat, khususnya dirinya sendiri, tanpa niat tulus untuk mengakhiri perang. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio bahkan dianggap lebih tajam dalam mengecam Moskow, mendesak aksi nyata dari Washington dan sekutunya.

Sebagai respons konkret terhadap eskalasi ini, pada 26 Mei, Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat secara resmi mencabut seluruh batasan jangkauan penggunaan senjata yang dipasok ke Ukraina. Kini, militer Ukraina diperbolehkan menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia, termasuk markas komando dan gudang senjata strategis.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menambahkan: “Trump sekarang mulai sadar, pemimpin Rusia itu sudah berbohong kepadanya soal perang.” 

Macron juga menuntut agar Barat memberikan tenggat waktu jelas bagi Moskow untuk menerima gencatan senjata, dengan ancaman sanksi lebih keras jika Rusia tetap menolak.

Insiden Viral: Macron dan Istri di Vietnam, serta Upaya “Pemenggalan Kepala” Putin

Sementara itu, lawatan Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte ke Vietnam menjadi sorotan tersendiri. Sebuah video viral menunjukkan Brigitte tiba-tiba menepuk wajah Macron saat turun dari pesawat, membuat momen tersebut ramai dibahas di media sosial. Istana Elysee awalnya membantah ada masalah, namun akhirnya mengakui bahwa insiden itu hanya candaan di antara suami istri.

Di sisi lain, pada 26 Mei, media Taiwan mengutip laporan Channel One Rusia yang menyebut pada 20 Mei lalu, militer Ukraina berusaha melakukan serangan “pemenggalan kepala” terhadap Presiden Putin. Dalam operasi tersebut, sebanyak 46 drone Ukraina diarahkan untuk menyerang rute pesawat kepresidenan saat Putin menuju Kursk. Meski begitu, semua drone berhasil dipatahkan oleh sistem pertahanan Rusia dan Putin dinyatakan selamat.

Pesawat  khusus Presiden Putin, IL96 300PU—yang dijuluki “Kremlin Bow in the Air”—dilengkapi teknologi pertahanan canggih, termasuk perlindungan infra merah, sistem anti-radar, pertahanan 360 derajat, komunikasi satelit terenkripsi, serta kemampuan komando nuklir. Demi keamanan ekstra, biasanya 3-5 pesawat pengiring beroperasi secara terbuka maupun rahasia, sehingga jalur dan identitas pesawat asli sangat sulit dilacak.

Tiongkok Terbongkar Pasok Material Militer ke Rusia, Ukraina Beri Sinyal Keras ke Barat

Di tengah memanasnya situasi, Kepala Intelijen Luar Negeri Ukraina, Yuriy Ivashchenko, mengungkap kepada Ukrinform bahwa Tiongkok secara sistematis memasok mesin industri, bahan kimia khusus, mesiu, suku cadang, dan komponen elektronik ke lebih dari 20 pabrik militer Rusia. Dari 2024 hingga 2025, tercatat sedikitnya lima kerja sama besar antara Beijing dan Moskow, termasuk pengiriman suku cadang dan dokumen pesawat tempur.

Lebih mengejutkan lagi, 80% perangkat elektronik yang digunakan pada drone militer Rusia saat ini berasal dari Tiongkok. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sebelumnya secara terbuka menuduh Beijing memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow, bahkan melibatkan warga negara Tiongkok dalam produksi senjata Rusia. Tuduhan ini segera dibantah oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, namun berbagai bukti terus bermunculan.

Motif Ukraina Bongkar Keterlibatan Tiongkok: Menggugah Barat untuk Bertindak

Cheng Chin-mu, Wakil Dekan Departemen Hubungan Internasional Universitas Tamkang, Taiwan, menilai bahwa pengungkapan Ukraina tentang peran Tiongkok di balik mesin perang Rusia bukan tanpa alasan. Menurutnya, tujuan utama Kiev adalah membangunkan Barat—terutama Amerika Serikat—bahwa konflik Ukraina bukan lagi sekadar “Ukraina versus Rusia”, melainkan pertempuran antara Ukraina dan poros Tiongkok-Rusia.

“Zelenskyy secara spesifik memberi pesan ke Trump, bahwa hambatan terbesar bagi perdamaian saat ini justru adalah Beijing, bukan hanya Moskow. Jika AS dan Barat tidak menindak langsung ke akar masalah, perang ini tidak akan pernah usai,” ungkap Cheng kepada Epoch Times.

Cheng menambahkan, bocoran ini dapat menimbulkan dua efek besar:

  • Mempersempit ruang gerak Tiongkok dalam menjalin hubungan strategis dengan Eropa, khususnya di tengah perang dagang dengan AS.
  • Meningkatkan kesadaran global, terutama di Washington, bahwa kunci untuk menekan Rusia bukan sekadar sanksi ekonomi, tetapi juga memutus rantai pasokan militer dari Tiongkok.

Kesimpulan: Perang Ukraina Memasuki Babak Baru, Peran Tiongkok Kian Disorot

Serangan drone masif Rusia ke Ukraina, perubahan sikap Trump, pencabutan pembatasan jangkauan senjata Barat, serta terbongkarnya peran Tiongkok sebagai pemasok utama industri militer Rusia menjadi sinyal bahwa konflik ini memasuki fase baru yang jauh lebih berbahaya dan kompleks. Tarik-menarik kekuatan antara Barat, Rusia, dan Tiongkok kini semakin terang-terangan, menempatkan dunia pada ambang eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

FOKUS DUNIA

NEWS