EpochTimesId – Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dari Wales, Lloyd Gunton, dijatuhi hukuman seumur hidup pada hari Jumat, 2 Maret 2018, waktu Eropa. Dia disidang karena merencanakan serangan teror yang terinspirasi ISIS di ibu kota negara itu tahun lalu.
Dia akan dikurung di penjara setidaknya 11 tahun, sebelum kondisi kesehatan mentalnya dievaluasi. Namun, hakim memastikan agar Negara mengawasinya sepanjang sisa hidup, karena kelainan mental yang dialaminya.
Lloyd Gunton dari Mid Glamorgan, Wales, ditangkap tahun lalu beberapa jam sebelum konser Justin Bieber digelar di Cardiff pada 30 Juni 2017. Dia terbukti mencari celah keamanan konser di internet.
Pihak berwenang menemukan ransel di kamarnya dengan pisau dan palu di dalamnya. Ada pula sebuah catatan yang ditulis dari sudut pandang seorang martir, yang menyebut dirinya sebagai ‘seorang tentara Negara Islam’.
Menurut Crown Prosecution Service (CPS), dia juga meneliti tempat-tempat seperti Kastil Cardiff, New Theatre, pusat perbelanjaan Capitol, dan Central Library. Tempat itu diduga menjadi pilihan serangan teror simpatisan ISIS.
Polisi menangkap bocah tersebut setelah dia memasang foto terkait potensi teror di situs media sosial Instagram. “Foto-foto tersebut berasal dari teroris, bendera ISIS hitam, dan gambar lainnya yang mendorong serangan teroris di Cardiff. Kata sandi Instagram-nya adalah ‘Truck Attack’,” kata CPS.
Gunton membantah merencanakan serangan teror. Dia mengatakan kepada juri tahun lalu, bahwa dia memiliki ketertarikan pada gambar darah dan penasaran dengan ISIS. Dia juga mengatakan kepada juri bahwa dia tidak memiliki Alquran, dan tidak percaya pada Islam. Dia juga mengaku suka makan daging babi.
“Saya ingin melihat betapa mudahnya bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap terorisme untuk online dan mendapatkan informasi, karena polisi dan pemerintah berusaha untuk menindak terorisme dan radikalisasi,” katanya, seperti dikutip dari Guardian. “Saya ingin melihat apakah mungkin, bukan untuk saya, tapi dari sudut pandang orang lain.”
Namun, tindak-tanduk-nya di internet berkata lain. Catatan internetnya mencakup pencarian untuk ‘serangan teroris Isis’, “operasi bersenjata dari polisi mobil Inggris’, ‘bagaimana menciptakan serangan teror’, dan ‘membawa truk ke kerumunan orang-orang’.
Sejarah penelusurannya tentang ‘ekstremisme kekerasan’ ditelusuri sejak musim panas 2016, menurut CPS.
Dia juga mengaku menulis surat yang ditemukan di ranselnya dan meletakkan pisau dan palu di sana bersamanya. Namun, dia mengaku tidak berniat menyakiti siapapun.
Pada 27 November 2017, dia dinyatakan bersalah atas dua dakwaan terkait terorisme. Dakwaan itu adalah memiliki catatan informasi teroris, dan dakwaan terlibat dalam tindakan untuk persiapan aksi teroris.
Remaja tersebut, yang pernah menjadi seorang siswa tingkat A, telah didiagnosis menderita autisme.
Hakim Mark Wall QC mengatakan bahwa diagnosis autisme membuatnya menjadi penyendiri. Dia juga menjadi lebih mudah terpengaruh dengan hal-hal yang dibaca di internet.
Wall mengatakan terpaksa menjatuhkan hukuman tidak terbatas kepada Gunton untuk memastikan bahwa anak tersebut tidak memiliki kesempatan untuk melakukan serangan di masa depan.
“Anda bukan suatu kondisi yang akan memulihkan Anda,” Hakim Wall memberi tahu Gunton.
“Adalah penting bahwa, setelah tergoda untuk melakukan pelanggaran serius seperti ini, Anda berada di bawah pengawasan selama sisa hidup Anda.” (NTD.tv/The Epoch Times/waa)