EpochTimesId – Diktator Korea Utara, Kim Jong-un dikabarkan mengeluarkan dua instruksi yang berbeda untuk bawahannya. Seperti ramai diberitakan media Korea Selatan, Kim Jong-un memberi perintah untuk Kim Yong-chol untuk menyampaikan keinginan berdialog dengan dunia luar.
Wakil Ketua Komite Partai Buruh Korea Utara ketika mengunjungi Korea Selatan menyampaikan kepada dunia luar tentang keinginan Korea Utara untuk berdialog dengan Amerika Serikat. Tetapi, di internal Korut, Jong-un memberi instruksi berlawanan.
Kim Jong-un menyampaikan kepada jajaran militer bahwa sikapnya jelas, tidak akan berdialog dengan AS dan tidak bersedia meninggalkan program senjata nuklir. Tujuan mengutus Kim Yong-chol ke Korea Selatan tak lain adalah untuk menjajaki sejauh mana sikap pemerintah Korea Selatan.
Media ‘Daily NK’ pada 2 Maret 2018 mengutip ucapan seorang sumber asal pejabat senior Korut melaporkan, bahwa Kim Jong-un pada 22 Februari sore memberi instruksi tertulis kepada pejabat terdekat. Isinya bertentangan dengan sikap yang ditunjukkan Kim Yong-chol kepada Korea Selatan dan AS beberapa waktu lalu.
Instruksi itu berbunyi, “Tidak pernah terpikirkan untuk berdialog dengan Amerika Serikat, Korea Selatan juga bukan sebagai mediator.”
“Kotra Utara tidak akan meninggalkan program pengembangan senjata nuklir. Semua jajaran perlu terus menjaga kewaspadaan tinggi meskipun hubungan dengan Selatan lebih hangat.”
Sumber tersebut mengatakan bahwa Kim Jong-un juga mengklaim bahwa dunia beroperasi dengan Korea Utara sebagai intinya. Dia mengatakan agar jajarannya tidak perlu khawatir.
Sumber mengatakan bahwa melalui menunjukkan sikap mau meninggalkan senjata nuklir, Kim Jong-un berharap sanksi bisa diperlonggar.
Instruksi juga menyebutkan, tujuan mengutus Kim Yong-chol ke Selatan adalah untuk memetakan mana kawan mana lawan. Yong-chol menjajaki sejauh mana ketulusan pemerintah Korea Selatan. Melalui kunjungan kali ini ingin melihat apakah pemerintah Korea Selatan benar-benar ingin berdialog dengan Utara.
Setelah Kim Yong-chol bertemu Moon Jae-in dan menyampaikan keinginan Korea Utara untuk ingin menyelesaikan masalah lewat dialog, Presiden AS Donald Trump pada 26 Februari mengatakan, “Dialog hanya akan dilakukan dengan kondisi yang benar.”
Jurubicara Deplu AS, Heather Nauert pada 27 Februari mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengadakan dialog dengan Korea Utara sampai mereka siap untuk membahas denuklirisasi. Korea Utara harus mau menghentikan program nuklir. Kondisi untuk dialog AS-Korea Utara adalah denuklirisasi Semenanjung Korea.
Sebagai tanggapan, Korea Utara pada 3 Maret memberikan pernyataan bahwa pihaknya menolak untuk berdialog dengan Amerika Serikat dalam kondisi tersebut. Media Korea Utara mengatakan Negara-nya tidak akan meninggalkan program senjata nuklir dan misilnya sebagai pengganti kesempatan untuk mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat.
Sebuah artikel dari media tersebut juga mengancam bahwa Korea Utara telah siap untuk berperang melawan Amerika Serikat.
Sebelumnya, ‘Tokyo web’ Jepang dalam analisanya pada 26 Februari menyebutkan bahwa Korea Utara tidak akan melepaskan senjata nuklirnya. Tetapi, Korut menunjukkan kesediaannya untuk mengadakan dialog dengan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk mencegah latihan militer gabungan AS-Korea Selatan kembali digelar.
Selain itu, Korea Utara ingin memutus aliansi militer antara Amerika dengan Korea Selatan. (Chen Juncun/ET/Sinatra/waa)