oleh Lin Yan
Reuters mengutip ucapan sumber yang akrab dengan masalah pada Kamis (23/8/2018) memberitakan bahwa beberapa perusahaan Tiongkok yang memperdagangkan batu bara impor dari AS telah mulai membeli batu bara dari negara lain sebagai persediaan.
Batu bara telah ‘dinaikkan tingkat’ dari daftar pengenaan tarif pajak balasan Tiongkok gelombang ketiga menjadi gelombang kedua. Meskipun hal ini berpengaruh langsung terhadap ekspor batu bara AS, tetapi Tiongkok sendiri juga membayar harga mahal.
Revitalisasi industri batubara AS adalah salah satu komitmen penting Trump dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2016. Menaikkan tarif batu bara AS oleh Tiongkok komunis dianggapnya sebagai langkah untuk menjatuhkan suara dukungan terhadap Trump.
Menurut data pelayaran Thomson Reuters Eikon, setidaknya ada 6 buah kapal pengangkut batu bara AS akan tiba di Tiongkok bulan ini, dan 3 di antaranya masih dalam pelayaran atau sedang menunggu dermaga untuk pembongkaran.
Mulai hari Kamis, AS akan menerapkan kenaikan 25 % tarif atas komoditas impor dari Tiongkok senilai USD. 16 miliar yang meliputi 279 jenis barang, termasuk semikonduktor, bahan kimia, plastik, sepeda motor dan skuter listrik.
Hampir bersamaan, Tiongkok komunis juga melakukan pembalasan dalam jumlah yang sama terhadap komoditas impor dari AS, termasuk bahan bakar minyak, batu bara, tembaga bekas, bensin, baja, mobil dan peralatan medis, yang mencakup total 333 komoditas.
Wang Fei, seorang analis batu bara dari perusahaan Hua An Futures, mengatakan bahwa sebelum tarif batu bara dinaikkan, pedagang domestik telah mengimpor batu bara terlebih dahulu, termasuk impor dari Amerika Serikat untuk mengantisipasi depresiasi Renminbi.
Awal pekan ini, Shanghai Runhe International, sebuah perusahaan perdagangan batu bara domestik utama telah membongkar habis muatan batu bara jenis metalurgi asal Amerika Serikat yang berlabuh di Pelabuhan Qinhuangdao.
“Sejak akhir bulan Juli, kami sudah benar-benar menghentikan impor batu bara metalurgi AS yang disukai oleh pabrik besi dan baja Tiongkok”, kata seorang manajer senior Shanghai Runhe Internasional yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters. “Terlalu besar faktor ketidakpastian dalam transaksi (jika ada)”.
Ia mengungkapkan bahwa barang yang tiba pada bulan Agustus sebagian besar adalah barang pesanan pada bulan Mei. Ini adalah pertama kalinya sejak Beijing yang mengancam akan mengenakan tarif tinggi untuk batu bara, pada saat itu, pembeli Tiongkok membeli batu bara dengan harga murah.
Meskipun Amerika Serikat bukan negara pemasok utama batu bara bagi Tiongkok, tetapi karena harga batu bara dari negara pemasok utama yakni Australia terus meningkat. Bahkan harga pada bulan Juli mencapai yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir yang memaksa perusahaan Tiongkok untuk mencari pasokan alternatif. Ini merupakan alasan permintaan batu bara AS meningkat.
Perdagangan batu bara spot internasional oleh masyarakat internasional, terkecuali sejumlah kecil karena adanya kemitraan jangka panjang antara pembeli dan penjual, kebanyakan dari perusahaan pembeli lebih memilih kontrak jangka pendek sehingga harganya sangat sensitif.
Dari statistik resmi Tiongkok tahun 2017 menunjukkan bahwa Tiongkok mengimpor 3,17 juta ton batu bara dari Amerika Serikat, terutama jenis batu bara kokas, sedangkan pada tahun 2016, karena harga batu bara Australia lebih murah daripada AS, angka impor batu bara dari AS hampir nol.
Namun, pasar batu bara domestik pada tahun 2018 beroperasi pada level yang tinggi, mengakibatkan harga batu bara kokas penyerahan berjangka naik 12% sejak awal Juli dan telah mencapai RMB. 1.334 (setara USD. 194,06) pada hari Rabu (22 Agustus). Sebaliknya, selama harga batu bara termal di atas USD. 70 per ton (sudah meliputi biaya penambangan AS, transportasi darat dan biaya pengiriman, ditambah keuntungan), batu bara AS dapat diekspor ke Asia.
Dengan kata lain, setelah memberlakukan tarif balasan yang dilampiaskan melalui batu bara AS, pemerintah Tiongkok komunis tampaknya tidak peduli terhadap perusahaan domestik mereka yang kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan batu bara harga murah demi menekan inflasi.
Beberapa pembeli Tiongkok yang memiliki rencana lain justru berharap menggunakan perang dagang sebagai sarana tawar menawar untuk membeli barang-barang Amerika dengan harga yang lebih murah.
Menurut sumber yang akrab dengan masalah ini, bahwa setelah konflik dagang meningkat, sebuah perusahaan BUMN Tiongkok, Guangdong Yudean Group meminta perusahaan pemasok batu bara AS menurunkan harga batu bara yang diminta, tetapi mendapat penolakan.
Tapi dalam beberapa tahun terakhir karena pencemaran lingkungan yang serius mempengaruhi modal politik Tiongkok komunis, sehingga standar lingkungan terpaksa ditingkatkan.
Daerah penghasil utama batu bara domestik di provinsi Shanxi juga terkena peningkatan standar kualitas produksi dan dalam jangka pendek terkena pembatasan jumlah produksi batu bara. Akibatnya, Tiongkok masih merupakan importir utama batu bara dunia.
Menurut laporan ‘Harian Batu Bara Tiongkok’ bahwa tahun 2017, Tiongkok mengimpor total 270 juta ton batu bara dan mengekspor 8.17 juta ton batu bara, termasuk negara pengimpor batu bara.
Tahun 2018, di bawah perkiraan yang ideal, impor batu bara tahunan Tiongkok dapat meningkat sebesar 10% dari periode yang sama tahun lalu, jadi volume impor secara total dapat mencapai lebih dari 300 juta ton.
Pada tahun 2017, negara-negara berikut adalah negara pemasok utama batu bara untuk Tiongkok : Indonesia, Australia, Mongolia, Rusia. Keempat negara tersebut memasok 92 % kebutuhan batu bara Tiongkok, selebihnya didatangkan dari Filipina, Kanada dan AS.
Tiongkok bukan negara pengimpor batu bara terbesar bagi Amerika Serikat. Dari data pelayaran diketahui bahwa ekspor batu bara lintas laut AS pada tahun 2017 hanya sekitar 79,4 juta ton. Di antara mereka, Tiongkok membeli 5,95 juta ton, Jepang membeli 6,9 juta ton dan India, yang dijadikan tujuan utama batubara AS di Asia, membeli 13 juta ton.
Konflik perdagangan antara Tiongkok dengan AS berubah menjadi perang berlarut-larut, fakta telah membuat semua lapisan masyarakat menjadi tidak tenteram. Namun, kepala ekonom perusahaan Orient Asset Management Corporation WU Qing mengatakan : Berkepanjangan adalah situasi terburuk dari tindakan perang dagang, Semakin berkepanjangan perang berlangsung akan semakin tidak menguntungkan bagi Tiongkok komunis.
Dunia luar menduga bahwa harga batu bara metalurgi di pasar domestik Tiongkok masih akan tetap ketat dalam bulan Agustus ini, pasokan ketat dan harga pun tetap tinggi. (Sin/asr)