oleh Wang Youqun
Sementara wabah besar yang disebabkan oleh bencana buatan Komunis Tiongkok masih menyebar secara global, Komunis Tiongkok tidak memedulikan penentangan keras dari semua lapisan masyarakat di Hong Kong dan komunitas internasional, menciptakan “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong” di balik pintu tertutup dan memberlakukan paksa “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong” ini pada 7 juta warga Hong Kong yang menyebabkan konsekuensi serius.
Sejak pengumuman berita relevan oleh juru bicara Kongres Rakyat Nasional Partai Komunis Tiongkok pada 21 Mei hingga hari ini, dalam waktu kurang dari tiga bulan, Partai Komunis Tiongkok telah terpuruk enam kali berturut-turut atas masalah Hong Kong.
Pertama, menangkap Li Zhiying malah berakibat sebaliknya Pada
10 Agustus, Komunis Tiongkok menangkap Li Zhiying (Jimmy Lai), pendiri Hong Kong One Media, dan hampir 200 polisi Hong Kong menggeledah kantor “Apple Daily”. Ini adalah salah satu tindakan tak terelakkan yang diambil oleh Komunis Tiongkok, menggunakan “Undang-undang Keamanan Nasional versi Hong Kong” untuk mematikan kebebasan pers di Hong Kong.
Komunis Tiongkok sudah terbiasa dengan “satu partai politik, satu doktrin, satu pemimpin dan satu suara”. Semua media di bawah Komunis Tiongkok, harus bermarga Dang (dibaca: tang, berarti: partai). 71 tahun Komunis Tiongkok berkuasa dan merampas kebebasan berbicara rakyat Tiongkok sebagai akibatnya adalah daya hidup dan vitalitas dari warga Tiongkok tercekik lemas.
Komunis Tiongkok telah memerintah Hong Kong selama 23 tahun dan sebagian besar media Hong Kong telah disusupi ideologi merah. Media One yang didirikan oleh Li Zhiying adalah salah satu dari beberapa media Hong Kong yang mampu bersuara independen, dan secara alami telah menjadi duri di mata dan dalam daging Komunis Tiongkok.
Menindas Media One sekaligus berdampak memperingatkan media lain, yang akhirnya akan membuat semua media Hong Kong bermarga Partai, inilah tujuan Komunis Tiongkok. Dalam makna tertentu, kebebasan berbicara adalah induk dari semua kebebasan. Tanpa kebebasan untuk mengatakan kebenaran, dunia akan menjadi gelap. Tindakan penindasan Komunis Tiongkok terhadap kebebasan pers di Hong Kong sangat bertentangan dengan kebebasan berbicara yang diakui secara universal serta pasti ditentang keras oleh Hong Kong dan dunia bebas.
Pada 11 Agustus, ketika Jimmy Lai, yang telah ditahan selama 40 jam, dibebaskan dengan jaminan, sejumlah besar warga di tempat kejadian bersorak kegirangan dan berteriak “Dukung Apple, bertahanlah sampai akhir!” Dalam waktu kurang dari dua hari, saham One Media melonjak tajam, dan kekayaan pribadi Jimmy Lai meningkat tajam dari 170 juta dolar Hong Kong melonjak menjadi 1,89 miliar dolar Hong Kong. “Apple Daily” dicetak dari 70.000 eksemplar menjadi 550.000 eksemplar, dan semuanya terjual habis. Beberapa warga mengatakan bahwa meskipun “Apple Daily” menerbitkan kertas kosong, mereka juga akan membelinya. Sang pemilik media Apple ditangkap, sahamnya malahan meroket dan surat kabarnya laris manis, sesuatu yang jarang terjadi di dunia.
Solidaritas komunitas internasional berturut-turut datang dari Wakil Presiden AS Mike Pence, Menteri Luar Negeri Pompeo, sejumlah anggota Kongres, hingga Perwakilan Tinggi UE untuk Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Borelli, dari Twitter, Facebook, YouTube hingga media berita besar di seluruh dunia, memicu gelombang kecaman terhadap Komunis Tiongkok. Bisa saja Komunis Tiongkok menangkap lebih banyak lagi warga Hong Kong, tetapi toh tidak dapat menaklukkan keinginan rakyat Hong Kong untuk mempertahankan dan menuntut kebebasan.
Kedua, Berita Menggembirakan: AS memberi sanksi kepada 11 pejabat tinggi Tiongkok dan Hong Kong
Pada 7 Agustus, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap 11 pejabat Tiongkok dan Hong Kong, termasuk Xia Baolong, direktur Kantor Urusan Hong Kong dan Macau dari Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok, Zhang Xiaoming, wakil direktur Kantor Urusan Hong Kong dan Macau, direktur Kantor Hubungan Hong Kong Luo Huining, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, Komisaris Polisi Hong Kong Tang Bingqiang (Chris Tang Ping-keung), dan lainnya. Begitu berita itu keluar, banyak orang Tiongkok yang berseru “sangat memuaskan”.
Para praktisi kalangan perbankan menunjukkan bahwa dampak sanksi AS melampaui aset yang di Amerika Serikat. Bank mana pun yang memperdagangkan dolar AS tidak akan memberikan layanan kepada target yang terkena sanksi agar tidak terkena hukuman oleh Amerika Serikat.
Ini adalah kali ketiga dalam sebulan Amerika Serikat menyebutkan nama dan memberi sanksi kepada pejabat senior Tiongkok, tetapi pasti bukan yang terakhir. Hal ini akan menjadi gelombang kejutan yang kuat bagi semua pejabat senior Tiongkok yang kebanyakan telah memindahkan (sebagian) keluarga, anak-anak, dan harta benda mereka ke Amerika Serikat.
Komunis Tiongkok berpikir bahwa mereka memberlakukan paksa Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong, dan Amerika Serikat tidak akan benar-benar menyerang balik. Komunis Tiongkok berpikir bahwa setelah mereka memenangkan Hong Kong, dapat sekaligus mengambil alih Taiwan, namun, Komunis Tiongkok sekali lagi telah salah berkalkulasi.
AS tidak hanya akan menyerang balik dengan keras, dan dengan prinsip memukul ular harus memukul tujuh inci. Sanksi yang akurat terhadap pejabat senior Komunis Tiongkok adalah “tujuh inci”-nya Komunis Tiongkok. Begitu jurus ini dikeluarkan, para elit Komunis Tiongkok pasti akan berada dalam kekacauan besar.
Ketiga, Hasil pemilihan awal faksi Demokratis menciptakan keajaiban lagi
Pada 11-12 Juli, Golongan Demokrat Hong Kong mengadakan pemilihan awal untuk pemilihan Dewan Legislatif tahun 2020. Pada 15 Juli, hasil pemilihan pendahuluan diumumkan, dan mereka yang secara aktif berpartisipasi dalam gerakan Anti-ekstradisi ke Tiongkok meraih kemenangan yang luar biasa. Pihak penyelenggara awalnya memprediksi akan diikuti oleh 170.000 orang, alhasil, lebih dari 600.000 orang memberikan suara mereka, telah mencetak rekor sejarah untuk pemungutan suara sipil Hong Kong.
Huang Zhifeng (Joshua Wong), mantan sekretaris partai “Demosistō” yang telah dibubarkan, dan orang-orang yang direkomendasikannya telah menerima suara tinggi dalam pemilihan awal. Joshua percaya bahwa partisipasi pemilih yang tinggi kali ini adalah lontaran pesan kepada Partai Komunis Tiongkok dan dunia bahwa orang-orang Hong Kong belum menyerah dan juga “tidak tunduk kepada Partai Komunis”, ia pun akan terus melawan penindasan dari penguasa.
Ini adalah keajaiban lain yang diciptakan oleh para demokrat dalam pemilihan Dewan Distrik Hong Kong pada akhir tahun lalu, sekaligus juga adalah untuk kali pertama warga Hong Kong menyatakan suara non kooperatif mereka melalui cara-cara damai, rasional, dan tanpa kekerasan pasca penerapan “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong”.
Keempat, Penundaan pemilihan Dewan Legislatif menunjukkan kurang percaya diri Komunis Tiongkok
Pada 31 Juli, pemerintah Hong Kong mengumumkan penundaan pemilihan Dewan Legislatif yang sedianya akan diadakan pada 6 September, selama satu tahun dengan alasan epidemi.
Pada 2 Agustus, Menteri Luar Negeri AS Pompeo menyatakan bahwa epidemi bukanlah alasan penundaan pemilihan umum Hong Kong, tetapi adalah ketakutan Komunis Tiongkok bahwa kandidat yang didukungnya akan gagal. Komentar satu kalimat ini sangat mengena.
Komunis Tiongkok telah berkuasa selama 71 tahun selalu takut untuk melaksanakan “pemilihan umum sejati” yang diakui secara internasional. Pemilihan yang selalu mereka lakukan semuanya adalah pemilihan palsu. Selama 71 tahun, miliaran orang Tiongkok selamanya tidak pernah memilih pemimpin favorit mereka sesuai dengan keinginan mereka yang sebenarnya, seperti pemilihan presiden di Taiwan dan lain sebagainya. Komunis Tiongkok secara hukum belum memperoleh peralihan kekuasaan dari 1,4 miliar rakyat Tiongkok dan tidak memiliki legitimasi.
Komunis Tiongkok paling takut dengan “pemilihan umum sejati”. Sejak 12 Juni tahun lalu, Komunis Tiongkok terus meningkatkan penindasan dengan kekerasan terhadap gerakan Anti-Ekstradisi di Hong Kong, mengira bahwa mereka dapat menaklukkan orang-orang Hong Kong dengan mengandalkan “hujan peluru”. Namun, hasil pemilihan Dewan Distrik Hong Kong pada Desember tahun lalu benar-benar diluar dugaan Komunis Tiongkok: Faksi demokrat memenangkan 389 kursi, suatu kemenangan besar; Faksi proBeijing hanya mendapatkan 59 kursi, suatu kekalahan telak.
Selanjutnya adalah tiga kali pemungutan suara demokratis di Taiwan: Pemilihan presiden, Tsai Ing-wen yang dengan teguh menentang Komunis Tiongkok, terpilih dengan suara perolehan tinggi; pemilihan dewan legislatif, Partai Progresif Demokratik yang dengan tegas menentang Komunis Tiongkok telah menang telak; Referendum Kaohsiung tentang pencopotan Walikota Kaohsiung Han Guo-Yu yang pro- Komunis Tiongkok telah dicopot dari jabatannya dengan jumlah suara mayoritas.
Empat kali pemungutan suara di atas, ditambah dengan pemilihan awal Faksi Demokrat Hong Kong, 5 kali ekspresi opini publik yang nyata menunjukkan bahwa Komunis Tiongkok tidak dikehendaki oleh rakyat Hong Kong dan Taiwan. Inilah alasan penting mengapa PKT bergegas menerapkan secara paksa “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong”.
Setelah penerapan “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong”, Komunis Tiongkok lagi-lagi menangkap orang, mengeluarkan perintah buronan dan men-diskualifikasi para calon dari faksi demokrasi, berbagai metode telah digunakan, dan masih tidak ada kepercayaan untuk memenangkan pemilihan legislatif di bulan September. Penundaan pemilihan Dewan Legislatif oleh Komunis Tiongkok, pada akhirnya, tidak hanya takut kehilangan kendali atas Hong Kong, yang lebih ditakutkan lagi adalah kehilangan kekuasaannya di daratan Tiongkok.
Kelima, tindakan balasan “Aliansi Lima Mata” akan menggiring lebih banyak sanksi
Setelah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong diterapkan, negara-negara anggota “Aliansi Lima Mata”: Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru telah secara berturut-turut mengadopsi serangkaian tindakan balasan.
Pada 29 Mei, Presiden AS Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan secara bertahap membatalkan perlakuan istimewa terhadap Hong Kong, yang melibatkan semua perjanjian dengan Hong Kong, mulai dari ekstradisi hingga pengontrolan ekspor, teknologi penggunaan ganda dll. Pada 14 Juli, Trump menandatangani “Undang-Undang Otonomi Hong Kong”, diantaranya termasuk sembilan tindakan sanksi besar.
Pada 3 Juli, Kanada mengumumkan: Melarang ekspor peralatan militer sensitif ke Hong Kong dan menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong. Pada 9 Juli, Australia mengumumkan menunda perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong, dan memperpanjang izin tinggal untuk sekitar 10.000 penduduk Hong Kong yang sudah berada di Australia selama 5 tahun, serta menyediakan service bantuan permohonan pengajuan izin tinggal permanen, warga Hong Kong juga memiliki peluang prioritas dalam pengajuan visa Program Global Talent.
Pada 20 Juli, Inggris mengumumkan penangguhan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong “segera dan tanpa batas waktu”. Sebelumnya, Inggris telah menyediakan 350.000 penduduk Hong Kong yang memegang paspor nasional Inggris di luar negeri dan 2,6 juta orang lainnya yang memenuhi syarat untuk mendapatkan paspor Inggris dengan kebijakan tempat tinggal dan pemukiman yang lebih longgar. Pada 28 Juli, Selandia Baru mengumumkan penangguhan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong.
Pada 31 Juli dan 3 Agustus, Jerman dan Prancis berturut-turut menangguhkan perjanjian ekstradisi mereka dengan Hong Kong. Diperkirakan akan terdapat lebih banyak lagi negara yang menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong. Uni Eropa dan NATO juga berturut-turut telah menyatakan akan mengadopsi tindakan sanksi yang sesuai terhadap Komunis Tiongkok.
Komunis Tiongkok berpikir bahwa negara-negara lain sibuk dengan pencegahan dan pengendalian epidemi, paling-paling hanya bicara saja dan tidak akan serius menindak Komunis Tiongkok yang sewenang-wenang di Hong Kong. Namun, Komunis Tiongkok sekali lagi telah salah menilai dan yang diperolehnya adalah serangan balasan langsung.
Keenam, gerakan anti-tirani Komunis Tiongkok orang Hong Kong di luar negeri meningkat
Hong Kong adalah kota metropolis internasional yang telah berhubungan dengan dunia bebas selama lebih dari 100 tahun, banyak talenta luar biasa dari Hong Kong telah tersebar di seluruh dunia. Setelah Komunis Tiongkok memaksakan “Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong”, para elit Hong Kong di luar negeri akan menggerakkan kampanye melawan tirani Komunis Tiongkok, gerakan tersebut dari memperjuangkan kebebasan Hong Kong kini meningkat menjadi gerakan mendongkel Komunis Tiongkok secara tuntas.
Wakil yang paling khas adalah pengusaha industri Hong Kong Yuan Gongyi (Elmer YUEN Gong Yi). Ia pernah berbisnis di Amerika Serikat, Hong Kong dan daratan Tiongkok, bisnisnya sukses dan memiliki banyak anak – cucu, sebenarnya bisa menghabiskan masa tuanya tanpa berurusan dengan keduniawian, namun, Komunis Tiongkok telah melakukan kejahatan di Hong Kong berulang kali, yang membuat dirinya kehabisan kesabaran. Sejak Mei lalu, ia dengan teguh memutuskan semua bisnisnya di daratan Tiongkok dan pergi ke Amerika Serikat untuk mengabdikan dirinya pada “Gerakan Langit memusnahkan Komunis Tiongkok”.
Bermusuhan dengan seluruh dunia, Komunis Tiongkok akan berakhir dengan kehancuran
Dalam tahun marak bencana, orang normal akan melakukan introspeksi dan penyesalan, merehabilitasi diri, memperbaiki internal dan eksternal.
Komunis Tiongkok melakukan hal yang sebaliknya, malah dengan menyalahgunakan krisis, memaksa Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong, mengkhianati perjanjian internasional yang telah diajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa: “Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris”, mengkhianati janji kepada dunia yakni untuk menerapkan “satu negara dengan dua sistem” di Hong Kong dengan tidak mengubahnya selama 50 tahun, menghancurkan kebebasan dan otonomi Hong Kong. Ini sama saja bermusuhan dengan seluruh umat manusia.
Mencius berkata “Orang pasti telah terlebih dahulu bertindak menghina diri sendiri sebelum orang lain menghinanya.”
Hari ini, Komunis Tiongkok hampir mencapai taraf “tikus menyeberangi jalan, semua orang berteriak memukul” di komunitas internasional, ini semua disebabkan oleh Komunis Tiongkok sendiri yang telah terlebih dahulu “melakukan kejahatan”. (lin)
Wang Youqun lulus dengan gelar Ph.D. bidang Hukum dari Universitas Renmin Tiongkok. Dia pernah bekerja sebagai asisten dan copywriter untuk Wei Jianxing (1931–2015), anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok dari tahun 1997 hingga 2002.
Keterangan Foto : Taipan media Hong Kong Jimmy Lai pada 11 Desember 2014. Rumah besarnya dan gedung Next Media pada 12 Januari 2015, dan orang-orang Hong Kong khawatir serangan itu terkait dengan rezim Tiongkok. (Yu Kong / Epoch Times)
Video Rekomendasi :