244 tahun silam, para bapak pendiri Amerika yang arif bijaksana memegang teguh keyakinannya terhadap Tuhan, dan mendirikan negara Amerika. Empat tahun silam, Presiden Trump yang menaati kehendak Langit bersumpah akan “membuat Amerika hebat lagi”, dan menjelaskan makna sejati dari kehebatan Amerika yakni: “Tidak memuja pemerintah tapi hanya memuja Tuhan”.
Masyarakat dunia mengetahui bahwa yang membuat Amerika dapat memimpin dunia bebas selama dua abad lebih adalah berkat dasar pendirian negaranya yang berupa “Deklarasi Kemerdekaan” dan “UU Perlindungan HAM,” yang mana dijadikan landasan oleh para pendirinya yakni: “Prinsip kebenaran berikut ini sudah sangat jelas bahwa setiap manusia terlahir setara, Sang Pencipta telah memberikan hak yang tidak bisa dirampas bagi mereka…”
Segala bentuk HAM adalah hak yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Melindungi HAM, juga merupakan misi yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, inilah mengapa Amerika dapat menikmati kebebasan, demokrasi, kekayaan dan kekuatan, serta penyebab mendasar Amerika menjadi “negeri indah – dalam bahasa Mandarin Negara Amerika Serikat disebut Mei Guo (‘dibaca: mei kwok’) yang artinya negeri yang indah.”
Namun hari ini, kaum ekstrem sayap kiribeserta iblis merah komunis di belakangnya, berusaha menggunakan kebohongan dan penipuan untuk “mencuri”Pemilu Amerika, merampas hak dan kebebasan rakyat Amerika, serta mengacaukan pilihan Presiden AS yang telah ditentukan oleh Tuhan bagi manusia.
Ini tidak hanya telah memfitnah kepercayaan tulus manusia terhadap Tuhan, dan menjadi aib bagi Amerika, juga akan menyeret warga AS dan manusia ke tepi bahaya kehancuran.
Kecurangan pemilu mengacaukan Amerika
Melihat tanah sakral demokrasi Amerika yang memimpin dunia dengan keadilan dan kebebasan, apa yang kini telah terjadi di tengah pemilu presiden yang sangat sakral ini?
Media massa arus utama yang dikendalikan oleh kaum sayap kiri, tidak hanya membingungkan hati warga dengan hasil survei pemilu yang jauh dari realita, tak hanya memblokir dan menyaring rumor terkait kebobrokan dan pemihakan kepada komunis oleh keluarga Biden, tak hanya menyebarkan berita yang mendistorsi fakta di tengah proses pemungutan suara. Bahkan juga, di saat kecurangan pemilu terungkap dan hasil pemilu belum bisa dipastikan, telah menggantikan konstitusi dan aspirasi warga dengan mengumumkan secara sepihak Joe Biden sebagai pemenang pemilu.
Sama menakutkannya, banyak aksi penipuan dan kecurangan pemilu dalam skala besar telah terungkap: di malam pemungutan suara ketika perolehan suara Trump memimpin, diawali dengan negara bagian krusial menghentikan perhitungan suara tanpa sebab. Kemudian dibanjiri dengan suara Biden hampir seratus persen; pusat pemungutan suara secara ilegal melarang petugas pengamat mengawasi perhitungan suara.
Selanjtunya, menutupi pekerjaan penghitungan suara yang seharusnya dilakukan secara terbuka. Bahkan di bawah perintah pengadilan, para petugas pengawas suara dari Partai Republik tidak bisa mengamati proses penghitungan suara dari jarak dekat; hanya di negara bagian Nevada saja telah dilaporkan lebih dari 3.000 kasus kecurangan warga pemilih kepada Departemen Kehakiman.
Tak hanya itu, sistem pemungutan suara otomatis di banyak tempat terungkap terdapat banyak kebocoran, perolehan suara Trump dialihkan menjadi perolehan Biden. Di berbagai tempat di AS banyak surat suara yang menipu, dikirim melalui pos diungkap oleh warga. Ada yang beberapa rangkap, ada yang menggunakan nama palsu, bahkan surat suara dari warga yang telah lama meninggal dunia, menurut informasi saat ini sebanyak puluhan ribu saksi mata bersedia diambil sumpahnya untuk bersaksi.
Negara besar yang begitu digdaya, kekacauan yang diakibatkan oleh kecurangan, sungguh aneh luar biasa, tidak hanya telah merusak demokrasi konstitusional yang dibanggakan oleh dunia bebas, menginjak peradaban manusia dan batas moral. Tapi, juga telah meramalkan masa depan Amerika yang penuh bahaya, yakni: apabila kaum sayap kiri sampai berhasil “mencuri” pemilu AS, maka Amerika dan seluruh dunia akan digerogoti oleh sosialisme yang jahat dan akan terseret masuk ke jurang yang dalam.
Pemilu kobarkan perang kebenaran melawan kejahatan, Trump perangi iblis merah
Semua ini, persis seperti yang disebutkan pada editorial Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita dalam buku Sembilan Komentar: “Iblis telah menguasai dunia kita, bahkan Amerika yang dipandang sebagai pemimpin dunia bebas pun telah hampir seluruhnya terperangkap di tengah serangan iblis sesat komunis”.
Editorial menjelaskan “iblis itu adalah roh sesat komunisme, tujuan akhir roh sesat ini adalah untuk memusnahkan umat manusia”. Dia akan muncul dengan mengenakan nama keren seperti sosialisme, progresivisme, kaum liberal, Neo- Marxisme, berbagai partai dan golongan sayap kiri dan lain sebagainya yang membingungkan manusia, dengan mengibarkan panji yang seakan menegakkan kebenaran seperti “globalisasi”, “pembenaran politik” dan lain sebagainya serta menyusup ke lini pendidikan, media massa, dan hukum dengan slogan demokrasi, kesetaraan, keadilan sosial dan lain-lain, “Menghalalkan segala acara dalam menghancurkan segala bentuk tradisi, mulai dari agama, kepercayaan, moralitas, kebudayaan, keluarga, seni, pendidikan, hukum, dan lain-lain, serta merusak moral manusia agar terjerumus ke dalam jurang yang dalam.”
Kekacauan yang ditimbulkan akibat kecurangan dalam pemilu AS 2020 ini, menandakan bahwa “tipu muslihat roh sesat komunis sudah hampir berhasil memusnahkan umat manusia”. Presiden Trump dalam kampanyenya sudah pernah memperingatkan: kalau sampai Biden terpilih menjadi presiden, maka Partai Komunis Tiongkok akan memiliki Amerika.
Melihat pandangan dan latar belakang capres dan cawapres dari Partai Demokrat, melihat pula sikap media massa arus utama, perusahaan Big Tech dan kekuatan sayap kiri serta keterkaitannya dengan Komunis Tiongkok, melihat lagi pemimpin sejumlah negara memposisikan dirinya pada pilpres AS kali ini, tak sulit ditemukan, alasan atau dalih apa pun yang dilontarkan.
Yang ingin diwujudkan kaum sayap kiri adalah sosialisme (komunisme), kaum sayap kiri ekstrem mulai dari pemahaman hingga perilakunya, tengah bermetamorfosis menjadi sama dengan PKT.
Sejak Presiden Trump menjabat pada 2017 hingga kini, sambil menahan fitnah oleh media massa sayap kiri, telah mendobrak kekangan oleh kekuatan jahat dari berbagai kalangan mulai dari politik, bisnis maupun budaya dan pendidikan. Tidak hanya menciptakan satu persatu keajaiban ekonomi, juga telah menghentikan tren kemerosotan AS ke arah sosialisme sejak abad lalu, memimpin rakyat AS kembali ke nilai universal moralitas dan budaya.
Donald Trump tidak hanya merupakan Presiden AS pertama yang mengadakan Konferensi Kebebasan Beragama di PBB, juga Presiden AS pertama selama 30 tahun terakhir yang melindungi kebebasan beragama dengan menerapkannya hingga ke tingkat pemerintahannya.
Trump juga merupakan Presiden AS pertama, juga satu-satunya sejak Presiden Ronald Reagan yang mengenali kejahatan paham komunis dan mulai menentang serta mengeliminasi Partai Komunis Tiongkok.
Ia memimpin Amerika mengubah kebijakan peredaan ketegangan selama 30 tahun terakhir terhadap Komunis Tiongkok, pada kawasan dunia telah membunyikan lonceng tanda bahaya terhadap PKT.
Sebelum pemilu, Presiden Trump tengah memimpin dunia bebas mengepung Komunis Tiongkok dengan serangan menyeluruh, membuat kejahatan komunis tidak bisa menyembunyikan diri di hadapan rakyat Tiongkok dan masyarakat internasional.
Walaupun setelah terjadinya kecurangan dalam pemilu, menghadapi serangan brutal sayap kiri terhadap seluruh AS, bahkan seluruh dunia dengan mesin berita dan kekuatan jahat di dalam pemerintahan serta sistem peradilan di AS, Presiden Trump sepertinya tidak sedikit pun gentar dan goyah.
Ia tengah mengobarkan tantangan hukum di berbagai negara bagian yang terjadi kecurangan pemilu, di saat yang sama memperbesar kekuatan penumpasan Komunis Tiongkok, mengupayakan rakyat Tiongkok menggulingkan tembok tinggi internet yang dibuat Komunis Tiongkok.
Pilpres AS belumlah berakhir, Presiden Trump tengah berperang sengit melawan kaum sayap kiri dan iblis merah Partai Komunis Tiongkok.
Pisahkan “Kiri dan Kanan” Serta Kebaikan dan Kejahatan Demi Memilih Masa Depan
Faktanya, di tengah pertarungan antara “kiri dengan kanan” saat ini, telah melampaui batasan partai politik bahkan ideologi, dan telah berubah menjadi perang antara kebaikan melawan kejahatan.
Kaum ekstrem kiri sekarang telah disusupi oleh paham komunis, dan yang mengendalikan di belakangnya adalah iblis jahat komunis dan iblis merah Komunis Tiongkok. Yang disebut “sayap kanan” sebenarnya merupakan kekuatan masyarakat yang ingin kembali ke tradisional dan moralitas, mempertahankan nilai universal serta keyakinan terhadap Tuhan.
Semakin lama semakin banyak orang menyadari, Pilpres AS 2020 bukan perang antara dua partai politik, bukan pertarungan antara Trump melawan Biden, melainkan pertarungan antara nilai tradisional melawan sosialisme, “Adalah perang kebenaran melawan kejahatan, adalah pertarungan Dewa melawan iblis.”
Dalam pilpres kali ini, Presiden Trump tidak hanya melawan politikus yang korup, pejabat pemerintahan yang curang, dan media massa “arus utama” yang mengendalikan opini publik saja, melainkan termasuk juga kekuatan sayap kiri dari berbagai kalangan yang telah digerogoti oleh komunisme mulai dari pendidikan, budaya, IPTEK dan lain-lain, bahkan juga pemerintahan negara sekutunya sekalipun.
Akan tetapi, Donald Trump tidak berperang sendirian. Trump tidak hanya mendapatkan dukungan negara sekutu politik yang mempertahankan nilai universal, juga mendapatkan bantuan dari media massa baru yang memegang prinsip tradisional dan juga pedoman pers, ditambah lagi dengan jutaan warga dan berbagai negara lain yang meyakini nilai-nilai universal.
Ketua Komisi Pemilihan Federal telah menyatakan sikap, meyakini terdapat kecurangan pada pemilu. Wakil Presiden Pence, Menlu Pompeo dan para senat senior berikut pejabat pemerintahan federal dan pemerintahan Negara Bagian, telah menyatakan sikap menentang kecurangan pada pemilu.
Banyak pengacara, bintang film dan tokoh berbagai kalangan yang tersohor, beramai-ramai mengutuk kecurangan pada pemilu, dan langsung menuding kaum sayap kiri akan membawa masyarakat AS terjerumus ke dalam bahaya sosialisme.
Tidak sedikit negara dunia juga tidak mengakui kemenangan Biden, di antaranya pemerintah Meksiko dan berbagai negara lain yang menyatakan, pilpres AS belum ditetapkan, tidak pantas memberikan ucapan selamat. Dan, di tengah masyarakat, ketika media massa kebenaran berhasil mendobrak pemberitaan yang sesat, tak sedikit warga menyerukan, “Dia (Trump) adalah singa jantan, yang berperang demi kita.”
Di saat Presiden Trump mengobarkan perang dagang pada 2019 untuk melawan penyusupan ekonomi oleh Partai Komunis Tiongkok, ia pernah berkata dengan lugas: “Saya adalah orang pilihan Tuhan, itu sebabnya saya akan menantang Partai Komunis TIongkok”. Fakta telah membuktikan, Trump tidak hanya melawan Komunis Tiongkok, namun juga berperang bagi warga AS, sekaligus berperang demi mempertahankan tradisi dan moral bagi seluruh dunia.
Karena sosialisme yang diadvokasi dan ingin diterapkan oleh kaum kiri di Amerika Serikat dan di seluruh dunia benar-benar membawa orang-orang, bukan hanya slogan-slogan spekulatif atau kesejahteraan tinggi yang tak layak dilanjutkan, melainkan adalah kebohongan, penipuan, kebobrokan dan hegemonisme yang terungkap dalam pemilu kali ini, serta mimpi buruk dan derita nestapa yang pernah dialami oleh satu miliaran orang.
Selama lebih dari seratus tahun Gerakan Merah Komunisme, dunia telah menyaksikan kebohongan utopia yang lebih indah, dan pada saat yang sama telah menyaksikan lebih banyak teror, penganiayaan, pembunuhan dan degradasi moral yang lebih jahat, disertai dengan kemiskinan, kelaparan dan kekacauan.
Komunisme yang jahat pernah menguasai dan telah menghancurkan sepertiga populasi dunia, telah menghancurkan budaya tradisional yang indah dan moralitas gemilang, serta membawa bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada umat manusia, terutama yang telah dilakukan oleh partai Komunis Tiongkok.
Pemilu AS kali ini laiknya cermin pengungkapan siluman yang menjangkau maha jauh dan maha kuasa, menyentuh jiwa dan menerangi semua insan di dalamnya, membuat berbagai masyarakat, pemerintah, dan organisasi dari seluruh dunia yang terjebak dalam perselisihan antara golongan kiri dan kanan, mau tidak mau harus menghadapi, berpikir dan melakukan pilihan.
Kehendak Tuhan jelas sekali, dunia surga dan dunia manusia saling berpadanan.
Sejak hari pemungutan suara dalam pemilihan umum AS, menguntit berbagai negara di seluruh dunia yang telah membuat pilihan berbeda dalam pemilihan umum, epidemi virus PKT yang telah dilepas-liarkan dan disebarkan ke seluruh dunia oleh Partai Komunis Tiongkok, juga telah mengalami perubahan mendadak, dan kasus baru di sebagian negara telah melonjak dalam tempo satu hari.
Setelah penipuan berskala besar terjadi pada hari pemungutan suara di AS, jumlah kasus baru di Amerika Serikat menembus 100.000 kasus pada hari berikutnya dan mencapai rekor tertinggi, yang sejauh ini tetap bertengger tinggi tak kunjung turun.
Dalam menghadapi pandemi yang mewabah. Editorial khusus The Epoch Times pernah menunjukkan bahwa virus PKT (COVID-19) itu ditujukan pada Komunis Tiongkok, dan pandemi juga akan berubah seiring dengan sikap orang-orang terhadap Partai Komunis TIongkok.
Masing-masing dari kita menghadapi “pemilihan besar” yang berkaitan dengan masa depan diri sendiri. Semuanya harus membuat pilihan dari hati nurani: lampaui batasan partai dan campakkan Iblis Merah, pilah antara yang baik dan yang jahat, berpegang teguh pada tradisi, serta pilih kecemerlangan. Ketika keadilan berbicara dan hati nurani dibangunkan, itu akan menjadi hari ketika “pemilihan umum” benar-benar sudah berakhir. (sud)
Keterangan Foto : Patung Liberty digambarkan di New York, pada 14 Mei 2014. (Jewel Samad / AFP / Getty Images)
Video Rekomendasi :