Terungkap Keinginan Xi Jinping, Satukan Taiwan dengan Kekuatan Militer dalam 2 Tahun Mendatang

oleh Li Yun

Di bawah himpitan tekanan dalam dan luar, intensitas serangan baik dengan cara halus maupun kasar yang dilakukan rezim komunis Tiongkok terhadap Taiwan juga semakin meningkat. Apalagi setelah Joe Biden berkuasa sebagai Presiden Amerika Serikat, pesawat militer komunis Tiongkok kerap melakukan intimidasi terhadap Taiwan. Seorang intelektual Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping berkeinginan untuk menyatukan Taiwan dalam satu atau dua tahun mendatang.

Media Kongres Amerika Serikat ‘Roll Call’ melaporkan terkait Oriana Skylar Mastro, seorang sarjana Universitas Stanford yang mendalami tentang kekuatan militer komunis Tiongkok. 

Dilaporkan bahwa Oriana Skylar Mastro mengatakan kepada Komite Evaluasi Ekonomi dan Keamanan Amerika Serikat dengan  Tiongkok melalui konferensi video pada 18 Februari lalu, bahwa tidak diragukan lagi saat ini merupakan periode terlemah dalam masalah Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Taiwan terkait upayanya  menghentikan invasi komunis Tiongkok sejak usainya Perang Korea.

Menurut Oriana di masa lalu, sikap Beijing adalah pihaknya akan melancarkan peperangan terhadap Taiwan bila Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan. Tapi sekarang sikap itu telah berubah, ancaman terbesarnya adalah bahwa Beijing akan menggunakan kekuatan militer untuk menyatukan Taiwan. Tidak lagi peduli dengan kebijakan atau praktik Washington dan Taipei.

Oriana mengungkapkan bahwa ada perwira militer tinggi komunis Tiongkok mengatakan kepadanya bahwa Xi Jinping percaya mampu menyatukan Taiwan dalam satu atau dua tahun. 

Xi Jinping sekarang sedang menunggu matangnya waktu untuk melakukan tugas tersebut, dan komunis Tiongkok akan mengambil tindakan jika semuanya sudah siap.

Oriana menyarankan agar pemerintahan Biden memperkuat integrasi Taiwan dengan komunitas internasional, dan Amerika Serikat juga harus mengandalkan kekuatan sekutunya untuk membuat Beijing menyadari bahwa jika ia menginvasi Taiwan, maka negara-negara di dunia akan bergabung untuk melawan mereka. Dengan demikian Beijing akan tahu betapa mahalnya biaya untuk menyerang Taiwan.

Baru-baru ini, lembaga pemikir Australia ‘China Matters’ juga merilis laporan penelitian terbaru yang mengemukakan bahwa Xi Jinping berbeda dengan para pemimpin Partai Komunis Tiongkok sebelumnya. Dia bertekad untuk menyelesaikan masalah Taiwan pada generasi ini.

Mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dalam sebuah artikelnya yang diterbitkan jurnal ‘Foreign Affairs’ dengan judul “Menghindari Perang – Cara Menghindari Bencana yang Disebabkan oleh Konfrontasi Amerika Serikat – Tiongkok” menyebutkan, bahwa dekade berikutnya akan menjadi suatu “zaman yang berbahaya”. Taiwan akan menjadi fokus konflik berikutnya antara Amerika Serikat dengan komunis Tiongkok.

Artikel tersebut menyebutkan bahwa Xi Jinping ingin memperoleh status “setingkat Mao Zedong” di partai dengan prestasi menyatukan Taiwan. 

Selain itu, Xi Jinping  juga berniat mengalahkan Amerika Serikat dengan kekuatan militer dalam waktu sepuluh tahun ke depan. Tapi Beijing terlalu percaya diri dan mengabaikan faktor paling kritis.

Kevin Rudd menilai kemampuan pertahanan Taiwan telah sangat ditingkatkan selama pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Beijing juga mengabaikan tekad Amerika Serikat untuk membantu mempertahankan Taiwan. 

Beijing percaya bahwa Amerika Serikat tidak akan berperang tanpa peluang menang. Sebaliknya, jika Amerika Serikat tidak bertindak membantu Taiwan, sekutu demokrasinya selama beberapa dekade, maka itu akan menjadi malapetaka bagi Amerika Serikat.

Artikel tersebut menunjukkan bahwa terutama untuk negara sekutu Asia, jika Amerika Serikat meninggalkan Taiwan, maka itu akan membatalkan semua komitmen keamanan masa lalunya. Jika tidak ada konflik militer di Selat Taiwan sebelum tahun 2030, maka itulah kunci suksesnya.

Namun, Yao Cheng, mantan letnan kolonel Komando Angkatan Laut Tiongkok telah berulang kali menekankan bahwa seruan komunis Tiongkok menyerang Taiwan adalah sebuah khayalan belaka, tidak akan terlaksana. 

Yao Cheng mempertanayakan, bagaimana komunis Tiongkok bisa berperang?

Xi Jinping saja yang “berjalan sendiri di malam yang sepi sambil berdendang”, sesungguhnya tidak ada orang yang percaya kepadanya.

Yao Cheng mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok saat ini sedang bekerja keras untuk menaikkan gaji tentara, tetapi situasi ini tidak akan berlangsung lama. Mengapa prajurit meminta mengundurkan diri ?  

Karena tidak ada lagi orang yang mau mengorbankan nyawanya untuk kepentingan pemerintah komunis Tiongkok yang sudah berada di jalan buntu. Partai Komunis Tiongkok sudah berada di ambang kematian. Apalagi selama bertahun-tahun rakyat Tiongkok hanya boleh memiliki satu anak. Tidak ada lagi rumah tangga yang bersedia mengorbankan nyawanya demi memperjuangkan eksistensi partai jahat ini.  Siapa yang bersedia mengirim anggota keluarganya ke jalan kematian ?

Wang Zhongyi, ketua Liga Kebebasan Pemuda Dunia pernah mengatakan bahwa tentara komunis Tiongkok adalah “macan kertas”. Dari desain sistem tempurnya sampai kemauan berperang dari para perwira dan prajuritnya, dapat ditebak bahwa mereka tidak dapat memenangkan pertempuran bila berperang dengan kekuatan militer asing. Pemerintah komunis Tiongkok selama ini hanya memikirkan bagaimana menjaga stabilitas politik agar tetap bisa berkuasa. (sin)

Keterangan Foto : Ada seorang intelektual AS mengungkapkan bahwa Xi Jinping berharap dapat menyatukan Taiwan dalam 1 atau 2 tahun mendatang. (STR/AFP/Getty Images)