ETIndonesia-Baru-baru ini, sepucuk surat yang ditulis seorang suami untuk istrinya ini telah dibagikan lebih dari seratus ribu kali di Facebook.
Sebabnya, hanya karena suaminya ingin berbaring santai sejenak di sofa sambil menonton pertandingan sepak bola selepas pulang kerja.
Melihat itu, istrinya yang merasa suaminya tidak membantu mengurus anak-anak, dan bahkan menyetel TV dengan sura keras, menjadi kesal lalu keduanya mulai bertengkar hebat.
“Mengurus anak dan membantu sebentar di rumah tidak akan membuatmu mati kelelahan, kan! Cetus istrinya dengan kesal sambil mengecilkan volume TV.
Dan dengan marah suaminya pun menimpali, “Aku sudah lelah (kerja) sepanjang hari di kantor, sedangkan kamu hanya menemani anak-anak bermain di rumah!”
Lalu mereka pun mulai bertengkar hebat
Mungkin karena dia merasa kesal dan lelah dan suaminya mengucapkan kata-kata yang melukai perasaannya, sehingga istrinya berteriak dengan lantang mengatakan bahwa dia tidak tahan lagi dengan sikap suaminya.
Lalu istrinya segera mengemasi barang-barangnya dan pergi dari rumah, meninggalkan suami dan anak-anaknya di rumah.
Setelah itu, sang suami mau tidak mau harus menyiapkan makan malam anak-anak, dan membujuk mereka tidur.
Keesokan harinya, istrinya belum juga pulang, sehingga dia harus meminta izin tidak ke kantor untuk mengurus anak-anak.
Selama istrinya tidak berada di rumah, sang suami pun mau tidak mau harus turun tangan sendiri mengurus anaknya, dan tak disangka dia menjalani berbagai ujian selama itu. Dua hari kemudian, dia menulis surat ini:
Sayang:
“Dua hari yang lalu kita bertengkar hebat. Waktu itu sekitar jam 8 malam, aku pulang dalam keadaan lelah selepas kerja, aku hanya ingin duduk santai sejenak melepas lelah sambil menonton pertandingan bola.
“Kamu juga terlihat lelah dan dengan suasana hati yang buruk saat aku melihatmu waktu itu, sementara anak-anak terus merengek, dan yang paling bungsu juga sedang menangis meski kamu berusaha membujukrnya untuk tidur, dan aku meninggikan volume TV.”
“Kini aku merasakan jeritan dan tangisan anak-anak.”
“Aku merasakan segala macam kenakalan anak-anak, bahkan tidak sempat untuk mandi dengan santai.
“Aku mencoba dalam waktu bersamaan menyeduhkan susu panas sambil membantu mereka mengenakan pakaian dan merapikan dapur.
“Aku telah merasakan dikurung sepanjang hari di dalam rumah, dan tidak berbicara sama sekali dengan sosok manusia yang berusia di atas 10 tahun.
“Aku telah merasakan sendiri kelelahan secara mental dan fisik, dan satu-satunya hal yang ingin aku lakukan adalah tidur nyenyak selama 20 jam penuh. Tapi pada kenyataannya baru tiga jam tidur sudah diusik oleh tangisan bayi.
“Aku menggunakan waktu selama dua hari dua malam merasakan keseharianmu, dan sekarang dengan jujur aku bisa memberitahumu kalau aku sudah paham dengan deritamu.
“Aku tahu kelelahanmu.
“Aku mengerti, bahwa sebagai seorang ibu itu adalah pengorbanan yang berkesinambungan.
“Aku mengerti bahwa kelelahan sebagai ibu rumah tangga terkadang sama seperti kerja lebih dari 10 jam di kantor.
“Aku tahu bagaimana rasanya kekecewaan melepaskan karier pribadi, minat dan bahkan kebebasan ekonomi, hanya agar bisa membesarkan dan mengasuh anak-anak.
“Aku tahu bagaimana rasanya tiba-tiba tidak lagi mengandalkan anggaran ekonomi sendiri dan harus bergantung pada ketidak-pastian dari pasangan (suami).
“Aku tahu kamu telah mengorbankan segalanya, tidak bisa lagi selalu berkumpul dengan teman-teman, pergi ke gym, atau tidur nyenyak dengan ceria sepanjang malam.
“Aku tiba-tiba memahami bagaimana perasaanmu dikritik ibuku saat kamu mengurus anak-anak, bahwa tidak ada yang lebih memahami anak-anaknya daripada ibu kandungnya sendiri.
“Aku juga tahu bahwa menjadi seorang ibu akan menjadi beban tertentu dalam merintis kariernya di lingkungan kerja. Hanya sedikit orang yang menghargai atau menerima nilai dari seorang ibu rumah tangga.
“Aku menulis surat ini bukan hanya untuk member tahumu bahwa aku merindukanmu, tapi juga dengan jujur ingin kamu tahu :
“Selama ini kamu selalu berani, bertindak benar, dan aku sangat menghargai dan bersyukur atas kehadiranmu.
“Sebenarnya, aku tahu dengan semua yang kamu lakukan, hanya saja selalu mengabaikannya.”
Dari suamimu yang selalu menunggu kehadiranmu!
Banyak netizens yang sependapat setelah membaca surat itu, khususnya banyak ibu rumah tangga yang punya pengalaman pribadi.
Seringkali, ketika berdiri dari sudut pandang orang lain, dan memikirkan banyak hal, acapkali tidak sama dengan apa yang kita bayangkan, belajarlah untuk empati, lebih banyak mempertimbangkan posisi orang lain, dan ini terkadang benar-benar bisa lebih baik untuk menjaga perasaan pasutri !
Setiap pasutri pasti akan mengalami kontradiksi dan pertengkaran, namun saat mengatasi kesulitan ini, perasaan (cinta) akan menjadi lebih kokoh! Semoga semakin banyak orang bisa melihat pengorbanan dari pasangannya ! Semakin menyayangi dan mencintai pasangan juga dirinya sendiri!(jhn/yant)
Sumber: life.bldaily.com
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.