Analis Goldman Sachs : Harga Minyak Global Dapat Melonjak Hingga USD. 90 per Barel di Musim Dingin 2021

oleh Xiao Jing

Seiring pemulihan ekonomi global secara bertahap setelah epidemi Covid-19, harga berbagai komoditas terus meningkat, ini menjadi salah satu topik terpenting yang menjadi perhatian global. Kepala Riset Komoditas Global Goldman Sachs Jeff Currie memperkirakan bahwa pada musim dingin tahun ini, jika suhu belahan bumi utara lebih rendah dari biasanya, maka harga minyak internasional kemungkinan akan melonjak hingga USD. 90 per barel

Jeff Currie mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada 22 September, bahwa di bawah kondisi produksi minyak mentah global yang terbatas, pasokan gas alam di Eropa telah diperketat, sehingga harga terus naik. Oleh karena itu, harga minyak diperkirakan dapat mencapai USD. 90 per barel pada musim dingin tahun ini.

Perkiraan ini lebih tinggi USD. 10,- dari perkiraan harga Goldman Sachs sebelumnya.

Currie juga mengatakan bahwa harga gas alam yang tinggi dalam jangka panjang telah berdampak pada pemasok listrik Eropa dan juga meningkatkan permintaan minyak sebagai pengganti. Namun karena pengaruh cuaca, pasokan minyak berkurang sehingga mendorong kenaikan harga minyak.

Dia mengatakan situasi saat ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama di kawasan di luar Amerika Serikat.

Selain itu, fasilitas produksi minyak mentah di Teluk Meksiko di Amerika Serikat mengalami kerusakan cukup parah oleh terjangan Badai Ida dan Badai Tropis Nicholas, serta akibat pemulihan pasokan yang lambat juga menjadi faktor naiknya harga minyak.

“Rantai pasokan sangat tegang, dan tidak mampu mengatasi segala jenis gangguan”, kata Jeff Currie.

Laporan Goldman Sachs sebelumnya menunjukkan bahwa cuaca lebih dingin pada musim dingin tahun ini, maka lebih banyak minyak akan digunakan untuk pemanasan. Diperkirakan total permintaan minyak akan mencapai 900.000 barel per hari pada bulan Maret tahun depan. Menurut Currie, bahwa dalam menanggapi ketatnya pasokan dan lonjakan permintaan, batu bara dapat menjadi bahan bakar alternatif.

Pada 22 September, harga minyak mentah berjangka Brent Crude naik menjadi USD. 76,19 per barel, meningkat sekitar 46% sejak awal tahun ini.

Saat ini, inflasi telah menjadi masalah global. Menurut laporan bulanan terbaru yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), pada Agustus tahun ini, harga pangan global mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Indeks harga pangan telah meningkat lebih dari sepertiga sejak musim panas lalu.

Penyebab kenaikan harga pangan, pertama-tama adalah kekurangan pasokan yang disebabkan oleh pandemi virus komunis Tiongkok dan faktor cuaca yang tidak normal. Pembatasan perjalanan yang diberlakukan karena epidemi, juga menjadi penyebab banyak negara kekurangan tenaga pekerja asing yang terlibat dalam pekerjaan lapangan. Selain itu, kekeringan yang berkelanjutan juga semakin memperburuk panen tanaman.

Kedua, permintaan global untuk komoditas dan bahan baku terus meningkat, yang juga menyebabkan kenaikan pesat dalam biaya pengiriman global. Ini juga menjadi salah satu penyebab meningkatkan harga pangan global.

Untuk menahan depresiasi mata uang dan kenaikan harga, beberapa negara berkembang telah menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini untuk mencegah risiko inflasi dan mengendalikan tingkat inflasi dalam kisaran yang ditargetkan.

The Fed telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mengurangi pembelian utang sebelum bulan November, dan bahwa kenaikan suku bunga hanya akan mungkin terjadi setelah akhir pembelian utang tahun depan. 

Bank Sentral Eropa juga menyatakan bahwa mereka akan sedikit mengurangi rencana pembelian obligasi skala besar, tetapi akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar dalam jangka waktu tertentu guna mengatasi dampak buruk akibat epidemi. (Sin)