oleh Li Yan
Sebuah think tank Amerika Serikat pada Jumat 21 Januari menyebutkan bahwa sebuah kapal keruk muncul di perairan dekat Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja. Tampaknya Tiongkok telah mendanai pekerjaan konstruksi di sana, untuk perluasan fasilitas pelabuhan demi berlabuhnya kapal perang berukuran besar.
Reuters melaporkan bahwa Amerika Serikat terus berusaha untuk mencegah pemerintah Tiongkok, mengklaim teritorial yang lebih luas dan ekspansi militernya di Laut Tiongkok Selatan. Karena itu, pembangunan instalasi militer di Pangkalan Angkatan Laut Ream menjadi keprihatinan besar bagi AS.
“Perkembangan ini dinilai sebagai ancam bagi kepentingan AS dan mitranya, rongrongan terhadap keamanan regional, dan kedaulatan Kamboja,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.
Menurut laporan lembaga think tank AS ‘Center for Strategic and International Studies (CSIS)’, bahwa kapal keruk Tiongkok itu dapat dilihat dalam foto dan citra satelit komersial yang dirilis oleh pemerintah Kamboja pada bulan ini.
Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) sebuah organisasi bagian CSIS melaporkan : Menggali lebih dalam fasilitas pelabuhan di Pangkalan AL Ream memang dibutuhkan demi tambatan kapal perang berukuran besar. Ini juga merupakan bagian dari perjanjian rahasia antara pemerintah Tiongkok dengan Kamboja. Pada tahun 2019, pejabat AS pernah diberitahu tentang perjanjian tersebut.
Mengutip laporan dari Wall Street Journal pada tahun 2019, AMTI menyebutkan bahwa, perjanjian itu mengizinkan militer Tiongkok menggunakan pangkalan Ream dengan imbalan Tiongkok yang mendanai peningkatkan fasilitas pangkalan.
Pada Juni 2021, media Kamboja mengutip ucapan Menteri Pertahanan Tea Banh memberitakan bahwa pemerintah Tiongkok akan membantu memodernisasi dan memperluas Pangkalan AL Ream, tetapi tidak akan menjadi satu-satunya negara yang diizinkan untuk menggunakan fasilitas tersebut.
AS menuntut keterbukaan informasi tentang Pangkalan AL Ream
AMTI dalam laporannya menyebutkan bahwa, ada dua buah kapal keruk dan sebuah kapal besar beralas datar yang sarat dengan sedimen muncul di citra satelit komersial pada 16 Januari 2022.
Gambar lain menunjukkan kedua kapal keruk tiba di lokasi perairan pengerukan antara 13 Januari hingga 15 Januari.
Kapal keruk juga dapat dilihat di foto yang diposting di halaman Facebook Tea Banh pada 18 Januari, dan pekerjaan itu sangat mungkin menandakan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan pangkalan Ream. Tulis AMTI dalam laporannya.
“Perairan dangkal di sekitar perairan ream berarti pangkalan itu hanya dapat menampung kapal patroli berukuran kecil saat ini. Jika ada pelabuhan air dalam, pangkalan itu akan lebih berguna bagi Angkatan Laut Kamboja maupun Tiongkok”.
Disebutkan juga dalam laporan AMTI bahwa pembangunan di darat sudah dimulai sejak musim gugur tahun 2021, dengan pembukaan lahan di beberapa daerah barat daya pangkalan. Tanda-tanda ini sejalan dengan rencana “peningkatan infrastruktur besar”.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, tujuan penggunaan fasilitas Pangkalan Angkatan Laut Ream telah menimbulkan kekhawatiran, dan mendesak pemerintah Kamboja untuk benar-benar transparan tentang maksud, sifat dan ruang lingkup proyek Ream ini dan peran yang dimainkan oleh militer Tiongkok dalam pembangunannya.
Pada tahun 2021, Washington menjatuhkan sanksi kepada dua orang pejabat Kamboja karena dugaan korupsi di proyek Ream dan memberlakukan kepada Kamboja embargo senjata dan pembatasan ekspor.
Pemerintah AS mengungkapkan bahwa, akhir-akhir ini pengaruh militer Tiongkok di Kamboja semakin membesar, serta melibatkan masalah tentang hak asasi manusia dan korupsi. (sin)