Jin Shi
NATO mengumumkan pada 24 Januari bahwa mereka akan meningkatkan kekuatan tempurnya di Eropa Timur ,ketika tentara Rusia menekan Ukraina. Amerika Serikat juga memerintahkan 8.500 tentara ditempatkan dalam siaga tinggi.
Pasukan Rusia Kini terus meningkat menuju perbatasan Ukraina di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia merilis sebuah video pada Senin 24 Januari, yang menunjukkan sejumlah besar kendaraan militer mengemudi ke Belarus atas nama persiapan untuk latihan, ditempatkan di Belarus selatan, hanya 75 kilometer dari ibukota Ukraina, Kiev.
Saat ini, Rusia telah mengumpulkan 120.000 tentara dan menempatkan mereka di perbatasan utara, timur dan selatan Ukraina, membentuk situasi pengepungan.
Akankah Rusia Menyerang Ukraina? Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Senin 24 Januari, mengutip laporan intelijen, bahwa situasinya tidak optimis.
PM Inggris Boris Johnson berkata : “Sudah diketahui bahwa Rusia berencana meluncurkan serangan kilat untuk merebut Kiev.”
Johnson juga memperingatkan Rusia bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi berdarah dan bencana jika perang dilancarkan.
Perdana Menteri Inggris Johnson mengatakan: “Saya memiliki pemahaman tertentu tentang rakyat Ukraina dan saya pikir mereka akan bertarung.”
Di tengah awan perang, NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga pada hari Senin dan akan mengerahkan lebih banyak pesawat tempur dan kapal perang ke Eropa Timur.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuturkan, “Pengerahan tentara dan alat tempur sejalan dengan komitmen internasional NATO untuk memperkuat keamanan di Eropa.”
Pada hari Senin, militer AS juga memerintahkan 8.500 perwira dan tentara untuk memasuki keadaan siaga tinggi sebagai persiapan untuk penempatan ke Eropa setiap saat.
Juru Bicara Pentago, Jhon Kirby mengatakan menempatkan pasukan dalam siaga tinggi , dan tidak ada keputusan akhir apakah akan mengirim pasukan dari AS.
Media sebelumnya melaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mengirim pasukan ke Eropa Timur. Ini menandai titik balik utama dalam penanganan administrasi Biden atas krisis Ukraina. Biden sebelumnya menahan diri karena khawatir memprovokasi Rusia.
Beberapa pejabat AS mengungkapkan bahwa jika situasinya memburuk, Biden akan mengirimkan hingga 50.000 tentara ke Eropa Timur. Biden diperkirakan akan membuat keputusan paling cepat minggu ini.
Biden kembali ke Gedung Putih dari Camp David pada Senin 24 Januari dan mengadakan konferensi video dengan para pemimpin NATO dan UE di Gedung Putih pada sore hari. Agendanya untuk membahas situasi di Rusia dan Ukraina. Rapat tertutup untuk media.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pihaknya sedang bernegosiasi dengan sekutu dan mengoptimalkan semua opsi yang memungkinkan, termasuk mengirim pasukan.”
Amerika Serikat telah berulang kali memperingatkan Rusia bahwa mereka akan membayar mahal jika meluncurkan invasi terburu-buru.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan pihaknya akan merespons dengan cepat, tegas, dan bersatu.”
Departemen Luar Negeri A.S. pada Minggu 23 Januari, telah memerintahkan evakuasi anggota keluarga dan beberapa anggota staf kedutaan di Ukraina yang tidak esensial. Inggris juga membuat keputusan serupa pada hari Senin.
Menanggapi serangkaian tindakan oleh negara-negara Barat, Rusia mengkritiknya sebagai “histeris”.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga memukul pasar saham global. Indeks Dow Jones turun sebanyak 1.000 poin pada hari Senin.
Meskipun perang tampaknya sudah dekat, negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat telah menekankan bahwa masih ada kemungkinan solusi damai untuk krisis Ukraina. (hui)