Liu Haiying dan Rong Yu
Amerika Serikat mendesak anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap Korea Utara, tetapi diveto oleh Tiongkok dan Rusia. Sebelumnya, Korea Utara pada Minggu 30 Januari melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah dengan jangkauan yang cukup jauh untuk mencapai wilayah Guam di luar negeri AS.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan tertutup sola Korea Utara atas permintaan Amerika Serikat pada Minggu 6 Februari, ketika Korea Utara meluncurkan rudal yang mampu mencapai daratan AS.
Sebuah sumber mengatakan kepada AFP, bahwa pemerintah AS mengusulkan untuk mengeluarkan pernyataan yang mengutuk uji coba rudal Korea Utara, tetapi Tiongkok dan Rusia, antara lain, menolak untuk menanggapi.
Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, mengatakan setelah pertemuan itu bahwa Tiongkok dan Rusia sebenarnya memberi penghargaan kepada Korea Utara atas “perbuatan jahatnya” dengan mengusulkan untuk meringankan sanksi.
Thomas Greenfield mengatakan “Tidak ada alasan bagi Dewan Keamanan untuk memberi penghargaan kepada Korea Utara atas sembilan uji coba rudal dalam sebulan, hampir terbanyak pada tahun sebelumnya.”
Thomas Greenfield menambahkan, menghabiskan jutaan dolar untuk eksperimen militer ketika orang-orang di rumah kelaparan, menunjukkan bahwa negara ini tidak peduli dengan rakyatnya sendiri.”
Pertemuan soal Korea Utara adalah yang ketiga dalam sebulan. Delapan anggota Dewan Keamanan, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Irlandia dan Norwegia, ditambah Jepang, meminta Korea Utara untuk “menghentikan tindakan destabilisasinya dan melanjutkan dialog.”
Di antara Tujuh anggota Dewan Keamanan yakni Tiongkok dan Rusia, menolak untuk menandatangani pernyataan tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Hawaii pada 12 Februari, untuk mengadakan pembicaraan tripartit dengan Korea Selatan dan Jepang mengenai Korea Utara. (hui)