Liu Minghuan
Reuters melaporkan bahwa kota Mariupol dilanda pemboman Rusia pada bulan lalu, menyebabkan puluhan ribu penduduk terdampar, tanpa listrik dan makanan.
Juru bicara walikota Mariupol di tenggara Ukraina, Vadym Boichenko mengatakan 90 persen bangunan di Mariupol rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.
Menurut statistik, sebelum tentara Rusia mulai mengepung Mariupol, sekitar 140.000 orang melarikan diri dari Mariupol. Setelah pengepungan tentara Rusia, sekitar 150.000 orang pergi, dan 170.000 orang tetap di sana.
Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, mengatakan di televisi nasional sebelumnya pada 28 Maret, bahwa sekitar 160.000 warga sipil masih terjebak. “Orang-orang terjebak dalam bencana kemanusiaan, dan kita harus mengevakuasi seluruh penduduk dari Mariupol,” katanya.
Setidaknya 5.000 orang telah dimakamkan di Mariupol dan sebanyak 10.000 orang mungkin tewas, kata Tetyana Lomakina, penasihat presiden Ukraina untuk urusan koridor kemanusiaan, mengatakan kepada AFP melalui telepon pada tanggal 28 Maret.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada 25 Maret bahwa Moskow sekarang harus menguasai Donbas di Ukraina timur sebagai “target utama”. Bagian timur Ukraina telah lama dikendalikan oleh proxy Rusia.
Menurut AFP, penasihat militer presiden Ukraina Oleksiy Arestovich memperingatkan pada 27 Maret, bahwa pertempuran di sekitar kota pelabuhan strategis selatan Mariupol dapat meningkat.
“Ini telah menghidupkan kembali harapan di wilayah Kyiv, Chernigiv, Sumy, Kharkiv, dan kami akan mengusir musuh dari tempat-tempat ini,” katanya.
Tentara Ukraina menggunakan serangan taktis kecil untuk melawan invasi pasukan Rusia di daerah ini. (hui)