EpochTimesId – Dana Moneter Internasional (IMF) menemukan adanya tiga bahaya utama yang tersembunyi dalam sistem keuangan Tiongkok. Bahaya yang berhasil ditemukan melalui penelitian yang berlangsung selama 2 tahun, diklaim dapat menghancurkan ekonomi Tiongkok sendiri.
CNBC mengutip laporan IMF mengatakan, bahaya itu bermunculan pada saat Tiongkok beralih dari pabrik dunia ke ekonomi konsumen yang lebih modern. Sektor keuangan memiliki peran sangat penting dalam memfasilitasi peralihan ini. Namun dalam prosesnya mereka akan berkembang menjadi sistem yang lebih kompleks dan makin sarat hutang.
Dalam ‘Laporan Stabilitas Penilaian Bidang Keuangan Tiongkok Tahun 2017’ yang dikeluarkan oleh IMF pada 7 Desember 2017, IMF menyebut, “Kompleksitas sistem keuangan yang semakin meningkat telah menciptakan risiko stabilitas keuangan Tiongkok.”
Stress Testing (uji tekanan) yang dilakukan IMF menunjukkan bahwa empat per lima dari jumlah Bank di Tiongkok rentan terhadap gejolak. Ada 27 dari 33 Bank di Tiongkok yang berada dalam kondisi kekurangan modal.
Laporan IMF menyebutkan, perkembangan ekonomi Tiongkok yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir itu lantaran dirangsang oleh penanaman modal dan ekspor yang bertipe hutang.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok mudah untuk mendapatkan dana pinjaman dari Bank. Tetapi untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan demi melindungi lapangan kerja, menjaga stabilitas sosial, pemerintah daerah telah memperbesar jumlah hutang kepada perusahaan-perusahaan itu untuk melindungi diri mereka dari kebangkrutan.
Untuk menulis laporan ini, para peneliti IMF beberapa kali mengunjungi Tiongkok dari bulan Oktober 2015 sampai September 2017. Kunjungan dan penilaian dilakukan untuk memastikan sumber utama risiko sistemik yang ada dalam sektor keuangan Tiongkok.
IMF melaporkan bahwa bahaya pertama yang tersembunyi dalam sistem keuangan Tiongkok adalah jumlah kredit beresiko tinggi yang meningkat dengan cepat. Sebagian dari alasan itu adalah karena Bank-Bank berada di bawah tekanan politik yang kuat untuk membuat perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bertahan itu tetap hidup. Bukan mempailitkan mereka.
Jadi perusahaan-perusahaan sekarat itu meminjam lebih banyak hutang dalam beberapa tahun terakhir untuk memenuhi target pertumbuhan yang ditetapkan oleh otoritas Tiongkok.
Data Bank for International Settlements menunjukkan bahwa perbandingan rasio hutang keseluruhan terhadap PDB dalam perekonomian Tiongkok telah naik dari 180% di tahun 2011 menjadi 255,9% pada kuartal kedua tahun 2017.
Kenaikan ini sesuai dengan perlambatan pertumbuhan produktivitas, dan menimbulkan tekanan pada kualitas aset pada sistem perbankan. Mereka telah meningkatkan risiko ekonomi Tiongkok.
Resiko tersembunyi kedua adalah, pengalihan pinjaman berisiko tinggi dari Bank ke ‘Bank Bayangan’ yang kendur pengawasannya telah menambah kompleksitas sektor keuangan dalam menghandelnya, dan membuat pemerintah lebih sulit untuk mengawasi kegiatan sistem keuangan.
Resiko tersembunyi ketiga adalah masalah ‘bahaya moral’ yang terus meningkat. Bahaya yang disebabkan oleh pola pikir atau asumsi kebiasaan yang menganggap bahwa pemerintah akan turun tangan untuk membantu perusahaan BUMN dan pemerintahan daerah mengatasi kesulitan keuangan mereka.
Sebagai contoh, lembaga keuangan akan memberikan ‘Invisible guarantee’ kepada investor perorangan saat pemasaran produk, meskipun penjualan produk keuangan itu tidak layak untuk memperolehnya. Namun Bank hampir selalu mengkompensasi kepada investor atas kehilangan prinsipal mereka. (ET/Qin Yufei/Sinatra/waa)