Sekarang Ancaman Perang Korea Utara Tak Bisa Dielakkan

Epochtimes.id- Dua pesawat pembom B-1B Amerika Serikat bergabung dengan latihan tempur berskala besar di Korea Selatan pada Kamis lalu.

Latihan perang berlangsung di tengah peringatan dari Korea Utara yang menuding latihan perang dan ancaman Amerika Serikat telah membuat pecahnya perang “sebuah fakta yang tak terbantahkan.”

Latihan perang “Vigilant Ace” tahunan AS-Korea Selatan menyertakan 230 pesawat, termasuk beberapa pesawat tempur stealth AS yang paling canggih.

Latihan perang ini berlangsung seminggu setelah Korea Utara menggelar uji coba rudal balistik antarbenua ICBM. Rudal ini diklaim dapat mencapai seluruh Amerika Serikat.

Kementerian luar negeri Korea Utara menyalahkan latihan dan “penghinaan yang konfrontatif” oleh pejabat Amerika Serikat karena telah membuat perang tak terelakkan.

Dalam foto ini yang dipublikasikan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan, pembom B-1B Angkatan Udara AS dan jet tempur AS terbang di atas Semenanjung Korea selama latihan udara gabungan, Korea Selatan, Rabu, 6 Desember 2017. ( Kementerian Pertahanan Korea Selatan via AP)

“Pertanyaan yang tersisa sekarang adalah: kapan perang akan pecah?” katanya dalam sebuah pernyataan. “Kami tidak menginginkan perang tapi tidak akan menyembunyikannya.”

Tiongkok, tetangga Korea Utara dan sekutu utama lainnya, sekali lagi mendesak agar situasi tetap kondusif dan mengatakan bahwa perang bukanlah jawabannya.

Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Korea Utara menginginkan perundingan langsung dengan Amerika Serikat untuk mencari jaminan keamanannya, sesuatu yang Moskow siap untuk memfasilitasi.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada Menlu AS Rex Tillerson di sela-sela sebuah konferensi di Wina menyebutkan latihan militer Amerika Serikat dan retorika agresif menyebabkan meningkatnya eskalasi ketegangan tak dapat diterima.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan perundingan langsung dengan Korea Utara “tidak ada di meja sampai mereka bersedia untuk melakukan denuklirisasi.”

“Ini adalah sesuatu yang menurut Rusia disetujui, Ini adalah sesuatu yang dikatakan Tiongkok disetuji dan banyak negara lain di seluruh dunia, “katanya pada sebuah briefing reguler.

Nauert mengatakan Korea Utara “tidak menunjukkan minat untuk duduk dan melakukan percakapan serius saat mereka terus menembakkan rudal balistik.”

Juru bicara Departemen Luar Negeri lainnya, Justin Higgins, mengatakan bahwa tidak cukup bagi Korea Utara untuk membekukan program nuklirnya. Korut juga “harus siap untuk datang ke meja siap agar ‘berhenti dan mundur'” dari program nuklir.

Ketegangan meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir karena misil balistik Korea Utara, yang bertentangan dengan sanksi PBB tentang rudal berpenghulu nuklir yang mampu mencapai Amerika Serikat.

Korea Utara mengklaim rudal baru mencapai ketinggian sekitar 4.475 km (2.780 mil) – lebih dari 10 kali ketinggian Stasiun Luar Angkasa Internasional – dan terbang sejauh 950 km (590 mil) selama penerbangan 53 menit. (Reuters / KCNA)

Uji coba rudal minggu lalu, Amerika Serikat memperingatkan bahwa kepemimpinan Korea Utara akan “benar-benar hancur” jika perang harus terjadi.

Strategi pemboman

Pada September lalu, setelah uji coba nuklir Korut keenam, Pesawat B-1B terbang jauh ke utara sepanjang pantai Korea Utara dalam 17 tahun terakhir. Serangan Menteri Luar Negeri Pyongyang memperingatkan pembom Amerika Serikat dapat ditembak jatuh bahkan jika mereka tidak memasuki wilayah udara Korea Utara.

Yang Uk, seorang pejabat senior Pertahanan dan Keamanan Korea, mengatakan B-1B akan menjadi kunci penyerangan yang menargetkan fasilitas utama Korea Utara.

Pesawat pembom B-1B Lancer lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth, S.D., 5 Januari 2011. (Foto : Senior Airman Kasey Close, Angkatan Udara A.S/ US Department of Defense)

“Pembom B-1B telah dikirim secara reguler ke semenanjung Korea selama beberapa tahun terakhir. Namun, tampaknya Angkatan Udara A.S. mungkin telah meningkatkan pelatihannya untuk lebih mempersiapkan peperangan yang sebenarnya,” katanya.

Kedua belah pihak bersikeras bahwa mereka tidak menginginkan perang, sambil mengatakan mereka akan menyerang untuk membela diri.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, HR McMaster mengatakan pada akhir pekan kemungkinan perang “meningkat setiap hari.”

Dia mengatakan bahwa Trump telah siap untuk melakukan tindakan terhadap Korea Utara.

Namun Trump terus berusaha meyakinkan Tiongkok, Rusia dan negara-negara lain untuk melakukan lebih banyak untuk menekan Pyongyang agar melucuti program senjata nulirnya.

Senator AS dari Partai Republik, A. Lindsay Lindsey Graham mendesak Pentagon pada Minggu lalu meminta Pentagon untuk memulangkan pasangan dan anak-anak tentara AS dari Korea Selatan. Dia mengatakan konflik dengan Korea Utara semakin dekat.

Senator Lindsey Graham di Komite Keuangan Senat di Capitol Hill pada 25 September 2017 di Washington, DC (Chip Somodevilla / Getty Images)

Pentagon mengatakan bahwa pihaknya “tidak ada niat” untuk memulangkan semua pasangan dan anak tentara AS.

Pada Rabu lalu, Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, was-was tentang ikut serta Amerika Serikat dalam Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan pada Februari mendatang. Dia mengatakan kepada Fox News bahwa Washington sedang risau dengan warganya.

Namun, Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan pada Kamis bahwa Amerika Serikat berharap dapat ikut serta dalam olimpiade tersebu. Dia mengatakan AS ikut serta dengan Korea Selatan serta negara-negara lain untuk mengamankan venue olimpiade.

Korea Utara terus sesumbar mengancam untuk menghancurkan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Korut berkoar-koar bahwa program persenjataannya diperlukan untuk melawan agresi Amerika Serikat yang menempatkan 28.500 tentara di Selatan, sebuah warisan dari Perang Korea 1950-53.

Jeffrey Feltman, utusan sekretaris jenderal PBB untuk urusan politik, melakukan pembicaraan dengan pemimpin partai senior Korea Utara Ri Su-Yong di Assembly Hall Mansudae di Pyongyang pada 7 Desember 2017. (KIM WON-JIN / AFP / Getty Images )

Ketegangan yang meningkat tersebut bertepatan dengan kunjungan langka ke Korea Utara oleh Kepala Urusan Politik PBB Jeffrey Feltman.

Beberapa analis dan diplomat berharap kunjungan yang digagas oleh PBB bisa meredakan ketegangan. Feltman bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho Kamis lalu seperti dilaporkan kantor berita KCNA Korea Utara. (asr)

Sumber  : Ditulis oleh Soyoung Kim dan Heekyong Yang/Reuters