Fu Yao
Kepribadian yang Pecah Berkeping? Jiwa yang Mandiri?
Dalam istilah medis, “orang-orang” yang menghuni tubuh Billy ini disebut “kepribadian”, ibaratnya sama dengan pecahan-pecahan puzzle berbeda yang terintegrasi menjadi suatu keutuhan. Tapi selama dalam proses terapi, Arthur dan Aaron pernah mengoreksi klaim ini, mereka beranggapan bahwa mereka adalah benar-benar ada dan seharusnya disebut “orang”.
Sesungguhnya tidaklah berlebihan bagi mereka untuk mengatakan demikian, baik itu Arthur ataupun Ragen, masing-masing “orang” ini memiliki penampilan, bentuk tubuh, karakter, dan bakat yang unik, selain itu mereka dapat berbicara satu sama lain dan berkomunikasi dengan dunia luar secara mandiri. Jika mereka memiliki tubuh mereka sendiri di dimensi materi ini, siapa yang akan berpikir bahwa mereka bukanlah individu yang mandiri?
Sulit dibayangkan bagaimana Billy, yang telah tinggal di Amerika Serikat sejak ia masih kecil, memiliki aksen Inggris dan aksen Yugoslavia, siapa yang mengajarinya bahasa Arab, Serbia, dan keterampilan melukis dan musik yang luar biasa itu?
Yang lebih aneh lagi adalah ketika orang yang berbeda memiliki tubuh Billy, tubuhnya dapat menyesuaikan diri sebagaimana diperlukan. Bagaimana saya harus mengatakannya, ketika Ragen muncul, kekuatan otot Billy dan hormon adrenal akan berubah menyesuaikan diri, serta menunjukkan fisik yang kuat dan gerakan tangan dan kaki yang terampil. Sedangkan ketika David yang hanya berusia 8 tahun muncul, kereta dorong saja Billy tidak sanggup mendorongnya. Jika Tommy yang mahir ilmu meloloskan diri menempati tubuh Billy, maka tubuh Billy akan sangat lentur, seolah-olah dia memiliki ilmu menyusutkan tulang, jika diganti orang lain lagi, kemampuan tersebut akan menghilang lagi.
Ini sungguh terlalu aneh, mungkinkah tubuh manusia seperti sepotong pakaian, jika dikenakan oleh orang yang berbeda tinggi, pendek, gemuk dan kurus, akan menunjukkan efek yang berbeda? Atau dikatakan, dapatkah kemauan atau kekuatan mental seseorang menentukan kondisi fisiknya?
Ada kasus yang lebih aneh lagi, seorang wanita buta dengan multi kepribadian di Jerman mendapatkan kembali penglihatannya ketika dia beralih ke kepribadian lain di tubuhnya.
“Wanita Tunanetra” yang Tidak Tunanetra
Bruno Waldvogel, seorang psikiater di Munich, Jerman, menceritakan kasus seperti itu. Dia pada awal 2000-an pernah dikunjungi oleh seorang wanita Jerman berinisial B.T. (33) yang buta totall dan ketika berkunjung didampingi seekor anjing pemandu di sisinya.
Wanita itu mengatakan pada Dr. Waldvogel, dia kehilangan penglihatannya dalam sebuah kecelakaan pada usia 20 tahun. Dr. Waldvogel memeriksa catatan medisnya dan menemukan bahwa wanita itu menderita cedera otak, namun belum sampai melukai matanya.
Dalam proses merawat Ms. B.T, Dr. Waldvogel menemukan bahwa dia memiliki gangguan kepribadian ganda, dan setidaknya ada 10 kepribadian yang tinggal di dalam tubuhnya. Seperti kasus Billy, setiap kepribadian memiliki namanya sendiri, jenis kelamin, suara dan ada yang berbahasa Jerman serta bahkan ada yang berbahasa Inggris.
Namun Itu bukan hal yang paling mengejutkan. Ketika Ms. B.T. beralih ke nama kepribadian “Jugend (Remaja)”, penglihatannya pulih. Melalui pemeriksaan gelombang otak, Dr. Waldvogel menemukan bahwa ketika B.T. “buta”, otaknya tidak merespon gambar sama sekali, namun ketika dia menjadi “Jugend”, maka otaknya pun merespon gambar.
Dr. Waldvogel percaya bahwa kebutaan Ms. B.T. disebabkan oleh mentalnya, juga dengan lain kata, dia merasa dirinya buta maka penglihatannya terganggu. Setelah bertahun-tahun perawatan, penglihatan Ms. B.T. meningkat secara signifikan pada beberapa kepribadian, dan penglihatannya telah dipulihkan pada delapan kepribadian. Tetapi masih ada dua kepribadian yang buta total karena mereka memiliki reaksi emosional yang kuat terhadap kecelakaan itu dan mereka tidak merasa perlu untuk melihat. Jika diri sendiri tidak ingin melihat, maka siapapun tidak ada yang bisa membantu. Tampaknya kekuatan mental ini memang tidak dapat diabaikan, kita hendaknya biasakan melihat diri kita sendiri beserta orang lain dengan lebih positif, sedikit lebih percaya diri dan lebih banyak memberikan dorongan, serta mungkin akan ada keberhasilan yang tidak terduga.
Sesungguhnya, setelah melihat beberapa kasus kepribadian ganda, penulis merasa prihatin dan cukup trenyuh. Kebanyakan orang dengan kondisi seperti ini adalah orang-orang yang telah mengalami pukulan mental yang berat, ada yang terjadi di masa kanak-kanak, beberapa terjadi setelah tumbuh dewasa, dan rasa sakit yang hebat membuat mereka ingin melarikan diri dari kenyataan dan tidak ingin mengatur tubuh mereka sendiri lagi, akibatnya muncullah “orang” lain dan menggantikannya. Diri asli ini tidaklah mengetahui munculnya “orang” lain, sama seperti Billy, ia pergi tidur. Secara medis dikatakan, orang ini kepribadiannya telah terbelah, tetapi menurut pandangan generasi tua, kebanyakan akan berpikir bahwa orang tersebut dirasuki atau dikendalikan oleh sesuatu yang tidak kasat mata.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk tetap mempertahankan kesadaran diri dan benar-benar mendominasi diri sendiri. Terkadang, ketika kita melihat kembali beberapa hal yang kita lakukan dalam situasi yang tidak rasional, kita merasa sangat menyesal, dan berpikir kok bisa-bisanya diri ini melakukan hal seperti itu, bukankah ini sama sekali bukan gaya/karakter saya? Membandingkan kasus ini, mungkin serupa tapi tak sama, di saat kita tidak rasional maka pada detik itu bukanlah saya, saya telah dikendalikan oleh emosi seperti “naik pitam” dan “marah”, hanya saja tidak separah kasus kepribadian ganda. (Pur/Whs)
Tamat