Epoch Times
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda kunjungannya ke Tiongkok yang dijadwalkan mulai akhir pekan ini, karena insiden balon mata-mata PKT terbang di atas udara AS. Pejabat AS menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan AS.
“Setelah berkonsultasi dengan mitra antarlembaga dan Kongres kami, kami menilai bahwa kondisi bagi Blinken untuk melakukan perjalanan ke Tiongkok saat ini tidak tepat,” kata seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri kepada wartawan pada Jumat.
“Kami telah mencatat bahwa pernyataan penyesalan dari Republik Rakyat Tiongkok, tetapi kehadiran balon ini di wilayah udara kami jelas merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan kami dan hukum internasional, dan kejadian ini tidak dapat ditolerir”, kata pejabat itu.
“Tadi pagi, Menlu Blinken telah menyampaikan kepada Wang Yi, Direktur Kantor Pusat Luar Negeri Tiongkok, bahwa perjalanan perlu ditunda. Tapi Menlu juga menyatakan bahwa dirinya berencana untuk pergi ke Tiongkok segera setelah kondisi memungkinkan,” kata pejabat Kemenlu AS.
Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, bahwa para pejabat memutuskan untuk menunda perjalanan Blinken ke Tiongkok setelah pembicaraan tingkat tinggi antara Blinken, Presiden Biden dan pejabat tinggi keamanan nasional lainnya.
Pejabat Gedung Putih melihat bahwa hubungan AS – Tiongkok membaik dalam beberapa minggu setelah pertemuan Biden dengan Xi Jinping pada November 2022. Sedangkan perjalanan Blinken ini merupakan puncak pembicaraan yang lebih aktif antara Washington dan Beijing dalam 2 bulan sejak KTT Bali.
Sebelum perjalanan Blinken, para pejabat mengatakan bahwa Biden dan Xi Jinping mungkin akan mengadakan lagi pembicaraan telepon dalam beberapa bulan ke depan.
Banyak media yang mengutip informasi yang disampaikan oleh beberapa pejabat AS melaporkan, bahwa pemerintahan Biden memutuskan untuk menunda perjalanan Menteri Luar Negeri Blinken ke Beijing setelah pihak berwenang menemukan balon mata-mata PKT terbang di atas fasilitas nuklir yang sensitif di Montana.
CNN melaporkan, penundaan perjalanan Blinken ke Tiongkok kali ini merupakan tanggapan AS atas insiden penemuan balon mata-mata PKT yang terbang di atas udara Amerika Serikat, kata 2 orang pejabat AS. Penundaan kunjungan menandakan bahwa ketegangan telah memasuki tahapan baru.
ABC News mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa Blinken tidak ingin memperluas ketegangan dengan membatalkan kunjungan ke Tiongkok, tetapi ia juga tidak menghendaki insiden balon mata-mata PKT mendominasi pembicaraannya dengan pejabat Tiongkok.
Seorang pejabat AS juga memberikan konfirmasi kepada Reuters tentang penundaan kunjungan Blinken ke Tiongkok.
Perjalanan Blinken ke Tiongkok ini akan menjadi perjalanan pejabat tertinggi AS ke Tiongkok sejak tahun 2018. Bagi pemerintahan Biden, ini adalah bagian dari upaya untuk mencegah kian memburuknya persaingan antara Washington dengan Beijing. Namun bagi Tiongkok yang sedang terjepit oleh masalah dalam dan luar negeri, ia berharap kunjungan Blinken bisa membantu meredakan ketegangan dengan Amerika Serikat.
Pada Rabu (1/2) seorang pejabat senior Pentagon mengatakan bahwa, balon mata-mata itu pertama kali terlihat pada awal pekan ini ketika melayang di atas udara Montana, tempat silo rudal balistik antarbenua berada. Balon tersebut tidak menimbulkan ancaman intelijen, dan insiden melanggar kedaulatan ini juga pernah terjadi di waktu lalu, kata pejabat itu.
Tetapi pengumuman Pentagon pada Kamis tentang insiden balon mata-mata PKT ini memicu protes anggota parlemen dari Partai Republik. Mike Gallagher, Ketua komite baru Dewan Perwakilan Rakyat (United States House Select Committee on Strategic Competition between the United States and the Chinese Communist Party) mengatakan, insiden balon menunjukkan bahwa tawaran perbaikan diplomatik yang disampaikan oleh PKT baru-baru ini tidak mewakili perubahan substantif dalam kebijakannya.
Senator Tom Cotton mengatakan : “Menlu Blinken seharusnya membatalkan perjalanannya ke Tiongkok. Sedangkan Presiden Biden harus menjawab mengapa dia tidak mengamankan wilayah udara Amerika Serikat.”
Anggota parlemen lainnya mendesak Blinken untuk meminta pertanggungjawaban Tiongkok atas masalah balon mata-mata saat berkunjung ke Tiongkok nanti. Perwakilan Mike Lawler men-tweet, bahwa Tiongkok terus menjadi ancaman geopolitik terbesar bagi Amerika Serikat, dan contoh terbaru dari peningkatan provokasi mereka di wilayah udara AS adalah pelanggaran serius. Menteri Luar Negeri Blinken harus meminta pertanggungjawaban Xi Jinping saat berkunjung ke Beijing minggu depan.
Perwakilan Young Kim mengatakan : “Ini adalah hal yang tidak dapat diterima. Menlu Blinken, Anda perlu mengangkat masalah ini selama kunjungan Anda ke Tiongkok akhir pekan ini. Saya menantikan pengarahan lengkap di Komite Urusan Luar Negeri DPR.”
Pejabat AS menolak untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang balon tersebut, termasuk apa yang terpantau, ukurannya, atau spesifikasi lainnya.
“Saat ini (balon) terbang di ketinggian jauh di atas jalur penerbangan pesawat komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik terhadap personel di darat,” kata juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder kepada wartawan pada Kamis malam.
Pejabat senior itu mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengangkat masalah balon ini dengan pihak Beijing, dan Wall Street Journal melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri AS telah memanggil diplomat tinggi Tiongkok untuk Amerika Serikat.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengadakan pertemuan dengan penasihat utamanya selama kunjungan ke Filipina pada Rabu dan melaporkannya kepada Presiden Joe Biden.
Hubungan antara Washington dengan Beijing telah memburuk belakangan ini. Pemerintahan Biden semakin jelas dalam memberikan ketegasan mengenai kesediaan AS untuk membela Taiwan jika terjadi konflik. Pekan lalu, seorang jenderal Angkatan Udara AS memberitahu stafnya bahwa menurut analisa dirinya, perang AS – Tiongkok bisa pecah pada sebelum tahun 2025.
Pemerintahan Biden juga memberi pengarahan kepada anggota “Gang of Eight”, kata pejabat lain. “Gang of Eight” adalah singkatan dari anggota Kongres AS yang memiliki hak untuk menerima pengarahan intelijen rahasia dari cabang eksekutif, termasuk pemimpin bipartisan Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat dan pemimpin bipartisan Senat dan Dewan Intelijen Komite.
Greg Falco, seorang ahli kedirgantaraan di Johns Hopkins University mengatakan bahwa balon mata-mata PKT tidak lebih baik dari satelit dalam mengumpulkan gambar yang bagus, tetapi mungkin saja PKT menggunakannya untuk mengganggu komunikasi. (sin)