EpochTimesId – Sekitar dua per tiga dari jumlah supir taksi di Kota Suizhou, Provinsi Hubei melakukan aksi mogok beroperasi. Mereka menghentikan dan memarkir kendaraan mereka di depan gedung pemerintah dan departemen terkait untuk menuntut pemerintah setempat menjamin kecukupan pasokan bahan bakar gas demi kelancaran operasional mereka.
Seorang sopir taksi setempat memberitahu wartawan Epoch Times bahwa lebih dari 300 dari total sekitar 500 armada taksi lokal di Suizhou yang dioperasikan secara independen terpaksa ‘mengepung’ gedung pemerintah kota pada 13 Desember 2017 pagi waktu setempat.
Akibat tersendatnya pasokan gas tersebut, SPBU untuk bahan bakar gas alam di kota Suizhou hanya dioperasikan 2 jam dalam sehari. Akibatnya, hanya sedikit kendaraan taksi yang mendapatkan pasokan, sedangkan sebagian besar kendaraan terpaksa mengisi bahan bakar gas dengan harga lebih mahal di SPBU lainnya.
Hal ini jelas mempengaruhi pendapatan para sopir. Seorang sopir mengatakan, “Pemogokan hari itu berlangsung sampai pukul setengah enam sore, hingga sekretaris walikota menemui para sopir untuk mendengarkan tuntutan para sopir usai jam kantor.”
Sebenarnya, ini adalah pemogokan kedua kalinya yang terjadi dalam waktu yang berdekatan. Pertama kali pemogokan supir taksi terjadi pada 8 Desember 2017. Mereka pergi ke Organda untuk mengungkapkan situasi yang ada, namun tanggapan yang diberikan Organda adalah bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk mengatasi masalah ini.
Jadi sopir taksi memutuskan untuk ‘mengepung’ kantor pemda dengan harapan bisa menyelesaikan masalah dengan efektif. Namun, masalah pasokan gas ke SPBU belum juga membaik hingga saat ini.
Pasokan gas yang tersendat pun membuat sebagian sopir taksi menaikkan harga. Sejumlah warga kota Suizhou bahkan mengeluh karena sopir taksi enggan memakai argo.
“Operasi para sopir taksi jadi kacau karena ongkos taksi tidak ditagih berdasar argometer karena memang tidak dijalankan, kecuali berdasarkan negosiasi. Banyak penumpang mengeluh dengan situasi ini,” ujar salah seorang warga, kepada Epoch Times.
Hal tersebut diakui oleh para sopir taksi. Namun mereka juga menyampaikan bahwa hal itu terpaksa dilakukan karena mereka harus membeli BBG dengan harga tinggi dari biasanya. Setiap pengemudi dikabarkan menaikkan tarif dengan tingkat yang berbeda-beda. Ada penumpang yang tidak setuju maka terpaksa diturunkan dari taksi.
Oleh karena itu, sebagian warga yang biasanya menggunakan taksi dalam perjalanan sekarang terpaksa berganti alat transportasi. Kondisi ini akhirnya juga juga mempengaruhi penghasilan para sopir taksi.
“Masalah utamanya adalah pasokan gas alam, karena kendaraan taksi dibatasi pengisian BBG di semua SBPU dengan nilai 30 Yuan untuk sekali isi,” tutur seorang sopir taksi lainnya.
Ada sopir taksi yang khawatir jika masalah pertengkaran antar pengemudi akan meluas. “Karena sekarang saja sudah sering terjadi pertengkaran antar sopir gara-gara berebut untuk mengisi gas dalam waktu yang hanya 2 jam itu,” sambung sang sopir. (ET/Luo Ya/Sinatra/waa)