Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Evakuasi Massal di Teheran! Trump Kerahkan Militer AS, Netanyahu Deklarasi Perang Total

EtIndonesia. Krisis di Timur Tengah memasuki babak baru yang sangat mengkhawatirkan. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikabarkan tinggal selangkah lagi menandatangani perintah resmi pengerahan pasukan militer AS untuk terlibat langsung dalam konflik antara Israel dan Iran. Kebijakan ini diambil sebagai respons atas penolakan Iran terhadap sejumlah perjanjian damai yang terkait program nuklir mereka. Sumber Gedung Putih menyebut, Dewan Keamanan Nasional telah diperintahkan untuk siaga penuh di Situation Room, ruang krisis andalan Amerika.

Langkah Tepercaya Menuju Perang Terbuka

Pada 16 Juni, menurut laporan Channel 14 Israel, Trump diperkirakan akan menandatangani dokumen pengiriman pasukan AS ke kawasan Timur Tengah dalam hitungan jam, menandai keterlibatan Amerika secara terbuka bersama Israel untuk menghadapi Iran. Sinyal keterlibatan militer AS secara langsung ini merupakan eskalasi terbesar sejak konflik Israel-Iran memuncak beberapa bulan terakhir.

Peringatan Keras dan Evakuasi Massal di Teheran

Pada 16 Juni , situasi di ibu kota Iran semakin mencekam. Militer Israel secara resmi mengeluarkan peringatan bagi warga Teheran, khususnya di Distrik 3—wilayah strategis yang menjadi pusat kantor pemerintahan, komando militer, dan kawasan elite—untuk segera mengevakuasi diri. 

Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel untuk dunia Arab, mengumumkan melalui siaran berbahasa Persia: “Warga yang terhormat, demi keselamatan Anda, kami mohon segera tinggalkan kawasan yang disebutkan di Distrik 3 Teheran. Militer Israel akan beroperasi di wilayah tersebut, seperti yang telah dilakukan di beberapa lokasi Teheran sebelumnya, dengan target utama infrastruktur militer rezim Iran.”

Langkah ini menandakan rencana serangan udara skala besar yang tidak hanya menyasar fasilitas militer, tetapi juga kawasan vital pemerintahan di jantung Teheran.

Gedung Putih Siaga, Trump Beri Peringatan Terbuka

Pada 16 Juni  malam hari, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS secara resmi menyatakan bahwa seluruh Dewan Keamanan Nasional berada dalam kondisi siaga penuh. 

Di media sosial, Trump secara terbuka mengeluarkan pernyataan tegas kepada pemerintah Iran dan warganya: “Iran seharusnya menandatangani perjanjian yang sudah saya tawarkan. Ini pemborosan nyawa yang sia-sia. Saya sudah berkali-kali menegaskan: Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Semua orang harus segera meninggalkan Teheran!”

Pernyataan keras ini menguatkan analisis para pengamat bahwa Amerika, bersama Israel, siap memasuki babak keterlibatan langsung dalam perang melawan Iran.

Israel Nyatakan Perang Tanpa Syarat

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara resmi mendeklarasikan dimulainya perang total terhadap Iran. Netanyahu menegaskan, tidak ada ruang untuk gencatan senjata ataupun negosiasi damai. Target utamanya jelas: menggulingkan rezim Ayatollah Ali Khamenei dan menghancurkan pusat kekuasaan di Teheran. Israel pun telah memerintahkan evakuasi besar-besaran terhadap warga sipil, sebagai persiapan serangan skala besar ke ibu kota Iran.

Aksi Warga Iran: Dari Protes Hingga Seruan Intervensi Asing

Gelombang eksodus massal pun terjadi di Teheran, kota metropolitan berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa. 

Di tengah kepanikan, viral di media sosial foto seorang warga Iran yang mengangkat poster bertuliskan: “Israel, silakan targetkan Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei, dan kantor penyiaran nasional Republik Islam Iran.”

Aksi ini bukan hanya bentuk protes, tetapi juga ekspresi keputusasaan dan kerinduan akan perubahan di tengah ancaman perang dan runtuhnya rezim. Jika sebelumnya seruan intervensi asing hanya dibicarakan secara diam-diam, kini suara tersebut menggema di ruang publik Iran.

Eskalasi Global: Amerika, Tiongkok, dan Konflik Internal PKT

Di balik layar, mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS, Jenderal Michael Flynn, menyarankan kepada Steve Bannon bahwa Amerika harus membiarkan Israel “menyelesaikan pekerjaannya” di Iran agar AS dapat memfokuskan perhatian penuh ke ancaman Tiongkok. Hal ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi Amerika dalam merespons dinamika geopolitik global, di mana Tiongkok diketahui menjadi sekutu utama Iran.

Konflik internal di tubuh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sendiri kian tajam. Kabar penahanan rumah atas mantan pejabat tinggi Zeng Qinghong, yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung Xi Jinping, menunjukkan adanya perpecahan serius di elite politik Tiongkok. Sinyal melemahnya posisi Xi Jinping juga terlihat dari insiden penghapusan pemberitaan pertemuan makan malam antara Xi dan Presiden Belarusia oleh media resmi Belarusia, padahal media Tiongkok sama sekali tidak memberitakannya.

KTT G7: Trump Tolak Tandatangani Pernyataan Terkait Iran

Pada KTT G7 di Kananaskis, Alberta, Kanada tanggal 16 Juni, Presiden Trump secara tegas menolak menandatangani pernyataan bersama terkait Iran. Alasannya, pernyataan itu dinilai terlalu lunak karena hanya menyerukan pengawasan terhadap aktivitas nuklir Iran, tanpa menuntut penghentian total program pengayaan uranium.

Trump dan pemerintahannya tetap berkeras bahwa Iran harus menghentikan seluruh aktivitas pengayaan uranium. Menurut intelijen Israel, program tersebut bukan hanya untuk kepentingan Iran sendiri, melainkan juga ditujukan untuk mendukung kelompok proxy di Timur Tengah—suatu skenario yang bisa memicu krisis geopolitik jauh lebih besar.

Negosiasi Nuklir Buntu, Perang Tak Terhindarkan?

Upaya perundingan nuklir pun kembali buntu setelah Iran secara tegas menolak menghentikan pengayaan uranium. Pada hari Jumat sebelumnya, Israel sudah melakukan serangan ke Iran dan menyatakan komitmen untuk memastikan Iran tidak akan pernah lagi mampu mengembangkan senjata nuklir setelah perang berakhir.

Sementara itu, The Daily Telegraph melaporkan munculnya draf dokumen G7 yang menyerukan perlindungan warga sipil dan pengawasan ketat fasilitas nuklir Iran. Namun, draf tersebut akhirnya tidak disetujui Amerika, karena menurut Trump, tindakan “pengawasan” saja tidak cukup untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.

Seorang pejabat senior AS menambahkan, sejak awal perang, Israel selalu menargetkan fasilitas militer atau pemerintahan, dengan memperingatkan warga sipil terlebih dahulu. Sementara Iran justru meluncurkan rudal balistik ke pusat permukiman di Tel Aviv dan kota-kota lain, membuat ribuan warga sipil Israel harus berlindung di tempat penampungan.

Penutup: Ancaman Perang Regional Kian Dekat

Dengan serangkaian peristiwa dan keputusan besar dalam 24 jam terakhir, dunia kini menatap dengan cemas perkembangan selanjutnya. Ancaman perang terbuka antara kekuatan besar di Timur Tengah bukan lagi sekadar kemungkinan, tetapi sudah di depan mata. Keputusan akhir di tangan Presiden Trump—dan masa depan kawasan, bahkan stabilitas dunia, kini berada di ujung tanduk.

Peta Kekuatan Berubah: Hizbullah Tak Berkutik, Suriah Ikut Israel, Iran Terpojok!

EtIndonesia. Situasi di Timur Tengah terus memanas setelah serangan Israel ke Iran meluas dan mengguncang stabilitas kawasan. Berbagai kelompok pro-Iran di Timur Tengah kini dihadapkan pada pilihan sulit, bahkan sebagian memilih diam, menarik diri dari konfrontasi, atau justru berbalik arah. Perubahan geopolitik yang terjadi dinilai paling dramatis dalam satu dekade terakhir, menandai babak baru dalam percaturan kekuatan di kawasan.

Hizbullah dan Milisi Irak Memilih “Diam”, Menahan Diri dari Konflik Langsung

Laporan terbaru dari Associated Press menyebutkan bahwa Hizbullah di Lebanon—yang selama ini dikenal sebagai perpanjangan tangan Iran di perbatasan utara Israel—tampak memilih langkah diam sejak serangan Israel mulai meluas ke wilayah Iran. Padahal, sebelumnya Hizbullah dikenal sangat vokal dan kerap terlibat dalam konflik bersenjata melawan Israel di wilayah perbatasan.

Tak hanya Hizbullah, milisi-milisi pro-Iran di Irak pun menunjukkan kehati-hatian yang sama. Mereka menahan diri dari aksi balasan besar, diduga karena khawatir akan menjadi target berikutnya dalam daftar serangan Israel. Pengamat militer dan peneliti senior dari Chatham House London, Renad Mansour, mengonfirmasi hal ini.

“Milisi-milisi di Irak sangat menghindari konflik terbuka. Mereka belajar dari peristiwa terbaru, melihat bagaimana Iran dan Hizbullah menjadi sasaran empuk kekuatan militer Israel. Kini, mereka memilih bertahan dan tidak mencari masalah baru,” ujar Mansour.

Sementara itu, kelompok Houthi di Yaman masih melakukan serangan rudal secara sporadis ke wilayah Israel, namun tekanan strategis yang dihasilkan dinilai sangat minim. Serangan Houthi lebih bersifat simbolik, tidak cukup untuk mengubah keseimbangan kekuatan atau memaksa Israel mengalihkan fokus militernya.

Kondisi ini, menurut sejumlah analis, mencerminkan suasana penuh kehati-hatian di antara kelompok pro-Iran. Masing-masing lebih sibuk mempertahankan eksistensi dan menghindari pukulan balasan yang bisa mematikan organisasi mereka. 

“Semua pihak kini benar-benar menghitung risiko, tidak ada yang ingin menjadi korban berikutnya,” lanjut Mansour.

Suriah: Sikap Geopolitik Berubah Tajam, Buka Wilayah Udara untuk Israel

Salah satu kejutan besar justru datang dari Suriah. Presiden Ahmed al-Sharaa secara terbuka mengumumkan bahwa wilayah udara Suriah kini digunakan untuk melacak dan menembak jatuh drone maupun rudal yang datang dari arah Iran. Dalam praktiknya, langkah ini sama saja dengan memberi “lampu hijau” bagi Israel untuk melancarkan operasi militer pencegatan atas ancaman Iran melalui ruang udara Suriah.

Keputusan al-Sharaa ini dianggap sebagai perubahan sikap geopolitik yang sangat signifikan. Selama bertahun-tahun, Suriah dikenal sebagai sekutu dekat Iran dan Rusia dalam berbagai konflik di kawasan. Namun dalam situasi terbaru, Suriah justru memberikan dukungan teknis kepada Israel dalam menghadapi ancaman udara dari Iran.

“Ini bukan hanya manuver taktis, tapi perubahan strategis yang luar biasa,” ujar seorang diplomat Timur Tengah yang tak ingin disebut namanya. “Suriah secara de facto kini membantu Israel meminimalisir ancaman Iran di wilayah udara kawasan, dan itu belum pernah terjadi sebelumnya.”

Langkah al-Sharaa dinilai sebagai bentuk upaya menjaga kestabilan internal, mengingat Suriah tidak ingin terseret dalam konflik terbuka antara Iran dan Israel yang justru bisa memicu gelombang serangan balasan di dalam negerinya sendiri.

Respons AS: Trump dan Flynn Berikan Sinyal Tegas kepada Iran

Sementara di Amerika Serikat, respons keras kembali disuarakan oleh Presiden Donald Trump. Dalam wawancara eksklusif, Trump menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah bisa memenangkan konflik ini. Dia juga mengungkapkan bahwa pihak Iran sempat mengajukan negosiasi damai di masa lalu, namun kesempatan itu telah lewat.

“Saya dulu memberi Iran waktu 60 hari untuk berunding. Namun, di hari ke-61 kesepakatan langsung saya batalkan. Kalau Iran mau negosiasi, sekaranglah saatnya—lakukan sebelum semuanya terlambat,” tegas Trump, mengisyaratkan bahwa pintu diplomasi hampir tertutup sepenuhnya.

Tak hanya Trump, mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), Jenderal Michael Flynn, juga menyuarakan strategi yang cukup tajam. Dalam diskusi bersama mantan penasihat Gedung Putih, Steve Bannon, Flynn menekankan bahwa Amerika sebaiknya membiarkan Israel menyelesaikan “tugas berat” di Timur Tengah, sementara AS bisa fokus menghadapi tantangan global lainnya, khususnya dari Tiongkok.

“Jika Iran akhirnya tumbang dan digantikan pemerintahan baru yang pro-Barat, itu akan menjadi kemenangan geopolitik terbesar bagi AS di Timur Tengah dalam 20 tahun terakhir. Amerika Serikat akan mendapatkan kartu as yang bisa digunakan untuk menghadapi Tiongkok dan sekutu-sekutunya di kancah global,” ujar Flynn.

Flynn meyakini, keberhasilan Israel dalam menundukkan ancaman Iran tidak hanya akan memulihkan dominasi AS di Timur Tengah, tetapi juga mengubah peta kekuatan global secara dramatis.

Peta Kekuatan Timur Tengah: Babak Baru Dimulai

Para analis menilai, gelombang perubahan yang kini terjadi di Timur Tengah merupakan respons berantai atas eskalasi konflik Israel-Iran. Sikap diam Hizbullah dan milisi Irak, keengganan Houthi, serta perubahan posisi Suriah menjadi indikator bahwa “deterrence” atau efek jera dari kekuatan militer Israel benar-benar bekerja.

Di sisi lain, tekanan Amerika dan perubahan perimbangan kekuatan di lapangan juga mempercepat munculnya dinamika baru yang tidak terbayangkan sebelumnya. Banyak negara kini menunggu dengan was-was, sebab setiap langkah yang diambil oleh Israel, Iran, atau Amerika Serikat dapat memicu reaksi domino ke seluruh kawasan—bahkan meluas ke ranah global.

Situasi tetap sangat cair, namun satu hal pasti: Timur Tengah telah memasuki babak baru, dengan risiko, peluang, dan kejutan yang masih akan terus berkembang.

Remaja di Inggris Memenangkan Pertarungan Hukum Melawan Orangtuanya yang Menipunya untuk Tinggal di Ghana

EtIndonesia. Seorang anak laki-laki Inggris berusia 14 tahun baru-baru ini memenangkan pertarungan hukum melawan orangtuanya, yang dituduhnya menipunya agar terbang ke Ghana dan kemudian mencegahnya pulang ke rumah – Inggris.

Remaja yang tidak disebutkan namanya dan pengacaranya mengatakan kepada Pengadilan Banding London bahwa pada bulan Maret 2014, dia ditipu oleh orangtuanya untuk terbang ke Ghana dengan dalih mengunjungi kerabat yang sakit, tetapi malah didaftarkan di sekolah asrama di negara Afrika tersebut.

Meskipun remaja berusia 14 tahun itu telah berusaha keras untuk kembali ke negara asalnya, Fia dicegah oleh orangtuanya, jadi fia mencari beberapa pengacara dan membawa mereka ke Pengadilan.

Awalnya, Pengadilan Tinggi di London memutuskan mendukung orangtua tersebut, yang mengklaim telah memikirkan kepentingan terbaik nsho anak laki-laki tersebut ketika mereka mengirimnya ke Ghana dengan alasan palsu, tetapi Pengadilan Banding baru-baru ini mencabut putusan tersebut dan berpihak pada remaja tersebut, dengan mempertimbangkan bahwa kebebasan memilihnya telah dilanggar.

Dalam putusan awal, hakim Pengadilan Tinggi, Justice Hayden mengklaim bahwa keputusan orangtua untuk menipunya agar terbang ke Ghana ditentukan oleh “cinta mereka yang dalam, nyata, dan tanpa syarat,” karena
dia akan berisiko mengalami bahaya yang lebih besar jika tetap tinggal di London.

Pengacara orangtua tersebut memberi tahu Pengadilan bahwa remaja laki-laki tersebut telah mengembangkan minat pada budaya geng lokal dan “menunjukkan minat yang tidak sehat pada pisau.”

“Orang tua tersebut mendapati diri mereka dalam keputusan yang sangat tidak menyenangkan ketika mereka membuat keputusan yang mereka buat,” kata pengacara orangtua tersebut kepada Pengadilan. “Ghana menyediakan tempat yang aman, terpisah dari mereka yang membuatnya menghadapi risiko. Pilihan yang paling tidak berbahaya baginya adalah tetap tinggal di Ghana.”

Mengingat bukti mengenai kondisi “menyedihkan” anak laki-laki itu di Ghana, Pengadilan Banding London baru-baru ini membatalkan putusan awal.

Dia dilaporkan mengatakan kepada Pengadilan bahwa dia merasa seperti “hidup di neraka”, “hampir tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi” di sekolah asrama Afrika, dan “diejek” oleh teman-temannya di sana.

“Dia terpinggirkan dan terasing secara budaya,” kata Deirdre Fottrell KC, pengacara remaja tersebut. “Dia menganggap dirinya ditinggalkan oleh keluarganya. Dia merasa dirinya adalah anak laki-laki Inggris, anak laki-laki London.”

Anak laki-laki Inggris berusia 14 tahun itu tetap berada di Ghana, tetapi pengacaranya berharap bahwa putusan Pengadilan Banding merupakan langkah besar ke arah yang benar dan akan segera mengizinkannya untuk kembali ke London. Kasus ini diharapkan memiliki dampak besar pada hukum keluarga internasional. (yn)

Sumber: odditycentral

Netanyahu: “Kami Harus Bertindak Sekarang, Ini Soal Menyelamatkan Dunia dari Bencana Nuklir”

EtIndonesia. Dunia kembali menyoroti Timur Tengah setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam wawancara eksklusif dengan Fox News, menegaskan sikap tegas negaranya terhadap Iran. Dengan penuh emosi dan nada bicara yang tegas, Netanyahu menyatakan bahwa seluruh operasi militer Israel yang menyasar fasilitas strategis Iran, termasuk serangan udara terbaru di Teheran, dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya bencana nuklir yang dia sebut sebagai “ancaman bagi seluruh umat manusia”.

Netanyahu: “Kami Tidak Akan Biarkan Holocaust Kedua Terjadi”

Dalam pernyataan yang menggetarkan publik global, Netanyahu menegaskan: “Iran hanya tinggal beberapa bulan lagi untuk menghasilkan senjata nuklir. Kami harus bertindak sekarang. Ini adalah saat-saat terakhir, bukan hanya demi keselamatan bangsa kami, tapi juga untuk melindungi dunia dari ancaman rezim ini. Kami, bangsa Yahudi, tidak akan membiarkan bencana kedua seperti Holocaust terjadi.”

Netanyahu menekankan bahwa Israel tidak akan ragu menggunakan kekuatan militer demi mencegah Iran menjadi negara bersenjata nuklir. 

“Ini bukan soal politik belaka, tapi soal kemanusiaan dan masa depan dunia. Kita telah belajar dari sejarah. Tidak akan ada lagi kompromi terhadap ancaman pemusnahan massal,” tegasnya.

Potensi Pergantian Rezim Iran?

Ketika ditanya tentang kemungkinan pergantian rezim di Iran sebagai akibat dari operasi militer Israel, Netanyahu menjawab dengan lugas: “Itu bisa saja menjadi konsekuensi. Rezim Iran saat ini sangat lemah dan kehilangan kepercayaan publik. Rakyat Iran sudah lama tertindas, dan dunia harus mendukung keinginan mereka untuk kebebasan.”

Netanyahu juga secara khusus menyerukan kepada rakyat Iran untuk bangkit menuntut perubahan. 

“Selama 50 tahun kalian tertindas oleh rezim ini, sudah waktunya kalian bangkit dan menuntut perubahan,” kata Netanyahu, mengirimkan pesan yang langsung menyasar jantung masyarakat Iran.

Terungkap: Dua Kali Iran Coba Bunuh Trump, Netanyahu Hampir Jadi Korban Serangan Rudal

Dalam momen wawancara yang sama, Netanyahu mengungkap fakta mengejutkan kepada dunia internasional: Iran ternyata dua kali merencanakan upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

“Iran menganggap Trump musuh utama mereka. Dia keluar dari perjanjian nuklir, memerintahkan pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, dan menolak kompromi apa pun dengan Iran. Bagi mereka, Trump adalah ancaman terbesar yang harus disingkirkan,” ungkap Netanyahu.

Lebih lanjut, Netanyahu menceritakan pengalaman pribadinya yang nyaris menjadi korban serangan. 

“Saya sendiri pernah hampir terbunuh. Sebuah rudal menghantam jendela kamar tidur saya. Namun Israel sudah menyiapkan segala skenario. Jika dibutuhkan, kami siap mengeliminasi seluruh ancaman nuklir dan rudal Iran secara total,” ujarnya mantap.

Dukungan Diaspora Iran dan Simbol Perlawanan

Setelah serangan Israel ke Iran, berbagai video beredar luas di media sosial menunjukkan masyarakat Iran di luar negeri menyambut gembira serangan tersebut. Dalam salah satu video yang viral, terlihat aksi massa merobohkan patung pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di beberapa kota besar dunia. Aksi ini dinilai sebagai gelombang simbolis perlawanan terhadap rezim, menandakan semakin membesarnya harapan akan perubahan politik di Iran.

Delapan Karakter Netanyahu: Analisis Mendalam Pengamat Tiongkok

Sosok Benjamin Netanyahu memang tak lepas dari sorotan para analis dunia. Salah satu pengamat politik ternama dari Tiongkok, Profesor Yi Zhongtian, memberikan analisis menarik tentang karakter kepemimpinan Netanyahu. Dalam penjelasannya, Yi Zhongtian menyebutkan delapan karakter utama yang membentuk profil Netanyahu sebagai pemimpin militer-politik:

  1. Tidak pernah mengakui atau menyangkal sesuatu secara terbuka.
  2. Lebih suka bertindak daripada bicara.
  3. Tidak memberi penjelasan setelah bertindak.
  4. Tak pernah membalas kritik dengan kata-kata.
  5. Tindakannya selalu cepat, tepat, dan tegas.
  6. Jika disakiti, langsung membalas; tidak menahan dendam.
  7. Dalam operasi pembunuhan terarah, ia paling tuntas dan efektif.
  8. Hanya mengandalkan kekuatan nyata, bukan retorika belaka.

Analisis ini mempertegas citra Netanyahu sebagai pemimpin yang tanpa kompromi, sangat pragmatis, dan selalu siap mengambil langkah ekstrem jika menyangkut keamanan Israel. Karakter inilah yang selama beberapa dekade terakhir membuat Netanyahu disegani, bahkan oleh lawan-lawan politiknya, baik di dalam maupun luar negeri.

Penutup: Dunia Menanti Arah Krisis

Situasi di Timur Tengah kini kian memanas. Sementara Israel menganggap tindakan militernya sebagai “upaya terakhir” mencegah bencana global, Iran justru menuding Israel melakukan provokasi besar-besaran. Banyak negara dan lembaga internasional menyerukan penahanan diri serta dialog damai, namun pernyataan keras Netanyahu menandakan krisis ini belum akan mereda dalam waktu dekat.

Dunia kini menanti langkah selanjutnya: akankah operasi militer Israel benar-benar mampu mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, atau justru menyulut babak baru ketegangan yang lebih berbahaya?

Studi Mengungkapkan Seberapa Banyak Olahraga yang Anda Butuhkan Setiap Minggu untuk Mengontrol Tekanan Darah

EtIndonesia. Jika berbicara tentang olahraga demi kesehatan jantung, Anda tidak ingin mencapai puncaknya terlalu dini. Penelitian menunjukkan bahwa jika Anda ingin melindungi diri dari tekanan darah tinggi di usia senja, Anda perlu menjaga tingkat olahraga Anda hingga usia paruh baya.

Namun menurut sebuah studi yang melibatkan lebih dari 5.000 orang di empat kota AS, faktor sosial dapat membuat hal ini lebih sulit dilakukan bagi sebagian orang daripada yang lain.

“Remaja dan mereka yang berusia awal 20-an mungkin aktif secara fisik, tetapi pola ini berubah seiring bertambahnya usia,” penulis studi dan ahli epidemiologi Kirsten Bibbins-Domingo dari University of California, San Francisco (UCSF) menjelaskan pada bulan April 2021, saat studi tersebut dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan tekanan darah, tetapi penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa “mempertahankan aktivitas fisik selama masa dewasa muda – pada tingkat yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan sebelumnya – mungkin sangat penting” untuk mencegah hipertensi,” kata Bibbins-Domingo.

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah kondisi serius yang memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia. Kondisi ini dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke; kondisi ini juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan demensia di kemudian hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari satu dari empat pria dan sekitar satu dari lima wanita menderita hipertensi. Namun, kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi bahkan tidak tahu bahwa mereka mengalaminya – oleh karena itu, kondisi ini sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam”.

Namun, ada cara untuk mengatasi tekanan darah tinggi: olahraga menjadi fokus penelitian ini.

Lebih dari 5.100 orang dewasa direkrut untuk penelitian ini, yang melacak kesehatan mereka selama tiga dekade dengan penilaian fisik dan kuesioner tentang kebiasaan olahraga, status merokok, dan asupan alkohol mereka.

Pada setiap penilaian klinis, tekanan darah diukur tiga kali, dengan jarak satu menit, dan untuk analisis data, peserta dikelompokkan ke dalam empat kategori, berdasarkan ras dan jenis kelamin.

Secara keseluruhan – di antara pria, wanita, dan di kedua kelompok ras – tingkat aktivitas fisik menurun dari usia 18 hingga 40 tahun, dengan tingkat hipertensi meningkat dan aktivitas fisik menurun selama beberapa dekade berikutnya.

Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa masa dewasa muda merupakan jendela penting untuk melakukan intervensi guna mencegah hipertensi di usia paruh baya dengan program promosi kesehatan yang dirancang untuk meningkatkan olahraga.

“Hampir setengah dari peserta kami di usia dewasa muda memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang optimal, yang secara signifikan terkait dengan timbulnya hipertensi, yang menunjukkan bahwa kita perlu meningkatkan standar minimum untuk aktivitas fisik,” kata penulis utama Jason Nagata, seorang ahli UCSF dalam pengobatan dewasa muda.

Ketika para peneliti mengamati orang-orang yang telah melakukan lima jam olahraga sedang seminggu selama awal masa dewasa – dua kali lipat jumlah minimum yang saat ini direkomendasikan untuk orang dewasa – mereka menemukan bahwa tingkat aktivitas ini menurunkan risiko hipertensi secara signifikan, dan terutama jika orang mempertahankan kebiasaan olahraga mereka hingga usia 60 tahun.

“Mencapai setidaknya dua kali lipat pedoman [aktivitas fisik] minimum orang dewasa saat ini mungkin lebih bermanfaat untuk pencegahan hipertensi daripada sekadar memenuhi pedoman minimum,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Namun, tidak mudah untuk meningkatkan aktivitas fisik mingguan di tengah keputusan yang mengubah hidup dan tanggung jawab yang semakin besar.

“Hal ini mungkin terjadi terutama setelah sekolah menengah atas ketika kesempatan untuk aktivitas fisik berkurang saat orang dewasa muda bertransisi ke perguruan tinggi, dunia kerja, dan menjadi orang tua, serta waktu luang pun terkikis,” kata Nagata.

Adapun fakta lain yang menyadarkan, penelitian tersebut juga menunjukkan bagaimana pria dan wanita kulit hitam mengalami lintasan kesehatan yang sangat berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan kulit putih mereka. Pada usia 40 tahun, tingkat aktivitas fisik mencapai titik jenuh di antara pria dan wanita kulit putih, sedangkan tingkat aktivitas pada peserta kulit hitam terus menurun.

Pada usia 45 tahun, wanita kulit hitam melampaui pria kulit putih dalam tingkat hipertensi, sementara wanita kulit putih dalam penelitian tersebut mengalami tingkat hipertensi terendah hingga usia paruh baya.

Dan pada usia 60 tahun, antara 80 hingga 90 persen pria dan wanita kulit hitam menderita hipertensi, dibandingkan dengan hanya di bawah 70 persen untuk pria kulit putih dan sekitar setengah dari wanita kulit putih.

Tim peneliti menempatkan ras yang terkenal ini kesenjangan tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor sosial dan ekonomi; bukan berarti faktor-faktor tersebut dinilai dalam penelitian ini, meskipun pendidikan sekolah menengah atas dicatat.

“Meskipun remaja laki-laki kulit hitam mungkin memiliki keterlibatan yang tinggi dalam olahraga, faktor sosial ekonomi, lingkungan sekitar, dan tanggung jawab pekerjaan atau keluarga dapat mencegah keterlibatan berkelanjutan dalam aktivitas fisik hingga dewasa,” kata Nagata.

Penelitian ini dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine.(yn)

Sumber: sciencealert

“Hotel Santika Pandegiling Surabaya Hadirkan Inovasi Menu Baru Nasi Goreng Kwetiau, Perpaduan Rasa Nusantara yang Menggoda Selera”

0

Surabaya, 17 Juni 2025 – Kemangi Resto, signature restaurant dari Hotel Santika Pandegiling Surabaya, memperkenalkan kreasi terbaru yang menyatukan dua menu legendaris dalam satu sajian inovatif: Nasi Goreng Kwetiau.

Sebagai destinasi kuliner yang mengangkat kekayaan cita rasa nusantara, Terinspirasi dari dua hidangan andalan yang selalu menjadi favorit tamu – Nasi Goreng khas Kemangi Resto dan kwetiau beraroma rempah Nusantara. Chef Ervin sebagai Executive Chef Hotel Santika Pandegiling berkreasi menciptakan sajian baru yang menggugah selera.. Sebuah inovasi yang menyatukan kelezatan nasi goreng dengan tekstur lembut dan gurih dari kwetiau, menciptakan rasa yang unik namun tetap akrab di lidah.

“Ini bukan sekadar fusion menu,” ujar Chef Ervin Triana “melainkan refleksi dari semangat eksplorasi kami terhadap kekayaan kuliner Indonesia. Perpaduan ini lahir dari semangat inovatif untuk terus memperkaya pengalaman bersantap para tamu. Kami ingin menyajikan sesuatu yang baru, tanpa menghilangkan karakteristik rasa yang selama ini disukai pelanggan. Nasi Goreng Kwetiau adalah bentuk inovasi dari sesuatu yang sudah familiar, namun kami racik menjadi lebih menarik secara rasa dan tampilan”Nasi Goreng Kwetiau tidak hanya mengedepankan rasa, namun juga estetika penyajian. Disiapkan dengan standar tinggi dan bahan baku berkualitas, Nasi Goreng Kwetiau hadir dengan cita rasa kuat namun seimbang. Selain itu menu ini diracik dengan komposisi bumbu pilihan dan teknik memasak yang mempertahankan aroma, rasa, dan tekstur khas masing-masing elemen, menjadikannya sajian yang menggugah selera sekaligus memanjakan indera. Menu ini menjadi simbol dedikasi Kemangi Resto dalam menghadirkan cita rasa autentik dengan pendekatan kreatif dan modern. , cocok untuk dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari tamu hotel hingga pecinta kuliner

Gunung Berapi Ditemukan Tersembunyi ‘Di Depan Mata’ Tepat di Samping Penjelajah Mars NASA

EtIndonesia. Terkadang, sangat sulit untuk melihat gunung berapi karena bebatuan, terutama jika kamu hanya penjelajah seberat satu ton yang sendirian di kawah terpencil di Mars.

Namun demikian, benjolan di tepi Kawah Jezero memang gunung berapi, menurut para ilmuwan – dan temuan tersebut, berkat penjelajah Perseverance milik NASA, memiliki implikasi yang sangat menarik.

“Vulkanisme di Mars menarik karena sejumlah alasan – mulai dari implikasinya terhadap kelayakhunian, hingga pembatasan sejarah geologi yang lebih baik,” kata ilmuwan planet James Wray dari Institut Teknologi Georgia.

“Kawah Jezero adalah salah satu lokasi yang paling banyak diteliti di Mars. Jika kita baru mengidentifikasi gunung berapi di sini, bayangkan berapa banyak lagi yang mungkin ada di Mars. Gunung berapi mungkin lebih tersebar luas di Mars daripada yang kita duga.”

Wray menemukan gunung yang disebut Jezero Mons pada tahun 2007, tetapi tidak ada cukup bukti untuk mendukung penafsiran bahwa itu adalah gunung berapi. Kemudian Perseverance mulai menemukan batuan vulkanik di dasar kawah. Kecurigaan berkembang bahwa Jezero Mons mungkin telah meletus dari bagian dalam Mars yang meleleh.

Untuk mengonfirmasi spekulasi, tim yang dipimpin oleh ilmuwan planet Sara Cuevas-Quiñones dari Georgia Tech memutuskan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, mencari karakteristik gunung berapi yang diketahui di Bumi.

“Kami menggunakan data dari Mars Odyssey Orbiter, Mars Reconnaissance Orbiter, ExoMars Trace Gas Orbiter, dan Perseverance Rover, semuanya dalam kombinasi untuk memecahkan teka-teki ini,” jelas Wray.

Putusan mereka? Jezero Mons adalah gunung berapi. Bahkan ada kawah gunung berapi di sana. Sekarang tidak aktif, dan kemungkinan sudah lama tidak aktif, tetapi identifikasi ini akan membuat temuan Perseverance lebih mudah ditafsirkan.

Ada hal menarik lainnya: Kawah Jezero dulunya adalah sebuah danau. Jika kawah itu berada tepat di sebelah gunung berapi aktif yang mengepul, kondisi danau itu mungkin cukup hangat untuk mendukung kehidupan.

“Penggabungan kedua jenis sistem ini membuat Jezero lebih menarik dari sebelumnya,” kata Wray. “Kami memiliki sampel batuan sedimen luar biasa yang mungkin berasal dari wilayah yang dapat dihuni di samping batuan beku dengan nilai ilmiah penting.”

Temuan tersebut dipublikasikan di Communications Earth & Environment. (yn)

Sumber: sciencealert

Legacy Abadi Trump di Timur Tengah

Letjen (Purn) Michael T. Flynn dan Frank J. Gaffney

Serangan total Israel terhadap infrastruktur senjata nuklir dan kepemimpinan Iran telah menciptakan sebuah momen pilihan bersejarah: Akankah Israel diberi kesempatan untuk secara tegas mengalahkan ancaman eksistensial yang selama ini ditimbulkan oleh rezim tiranik Iran—bukan hanya terhadap rakyat Israel, tetapi juga terhadap kita—dan dengan itu membuka era stabilitas strategis yang sejajar dengan peradaban Barat, yang sangat jarang terjadi di Timur Tengah dan dunia bebas?

Atau justru Amerika Serikat akan kembali mengintervensi—sebagaimana yang sering terjadi di masa lalu—untuk mencegah kemenangan yang jelas dan menentukan, serta memastikan bahwa musuh Israel, dan juga musuh kita, dapat hidup untuk bertempur kembali di hari esok?

Jawaban atas pertanyaan itu pada dasarnya berada di tangan Presiden Donald Trump. Sikap yang akan diambilnya mungkin bergantung pada sejauh mana ia menerima informasi yang tepat mengenai opsi dan peluang yang tersedia, berikut risiko-risiko yang menyertainya. Ataukah justru dia sedang diselewengkan oleh pihak-pihak yang mengaku mewakili gerakan America First, namun dalam praktiknya malah tampak lebih memprioritaskan Iran dan Qatar?

Untungnya, seperti biasanya, Trump tampaknya telah memahami inti persoalan. Dalam komentarnya pada 14 Juni menanggapi kritik Tucker Carlson yang menyatakan bahwa dukungan AS terhadap Israel dalam serangannya ke Iran tidak sejalan dengan prinsip America First, Trump mengatakan kepada Michael Scherer dari The Atlantic:

“Yah, mengingat bahwa sayalah yang menciptakan ‘America First’, dan bahwa istilah itu tidak digunakan sebelum saya hadir, saya rasa sayalah yang berhak menentukannya.

“ Bagi mereka yang mengaku menginginkan perdamaian—Anda tidak bisa mendapatkan perdamaian jika Iran memiliki senjata nuklir.”

“Jadi, untuk semua orang baik yang tidak ingin melakukan apa pun terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh Iran—itu bukanlah perdamaian.”

Pernyataan lugas tersebut tampaknya akan diterjemahkan sebagai bentuk dukungan lanjutan terhadap upaya Israel untuk menghancurkan total program senjata nuklir Iran dan menumpas kapasitas tempur rezim tersebut, yang kini bisa saja berada di tangan tokoh-tokoh lapis kedua atau ketiga—banyak di antaranya bahkan diduga memiliki kecenderungan lebih psikopat dan apokaliptik dibanding para pejabat tinggi yang telah dinetralisasi sejauh ini.

Namun, apakah Trump benar-benar akan menempuh jalan itu sangat bergantung pada kualitas nasihat yang ia terima. Selain para komentator politik dan influencer tidak resmi, bisa jadi dia juga mendapat masukan keliru dari komunitas intelijen, yang selama ini salah menyimpulkan bahwa Iran tidak memiliki program senjata nuklir, serta dari kalangan yang mengklaim dirinya sebagai “nasionalis”, “realis”, dan pendukung prinsip “pengendalian diri”.

Padahal, mereka sesungguhnya sedang mendorong formula bagi perang tanpa akhir di Timur Tengah. Menghalangi Israel menyelesaikan tugasnya—baik dengan memutus pasokan senjata yang dibutuhkannya atau dengan bentuk intervensi lainnya—berarti membiarkan sisa-sisa program nuklir tetap berada di tangan para supremasis syariah, yang masih bercokol dan bertekad menghancurkan baik Israel maupun Amerika Serikat. Militer AS pada akhirnya akan dipaksa menghadapi bencana lanjutan yang pasti akan datang.

Dengan kata lain, alih-alih menerapkan Doktrin Trump secara paripurna—yang mendukung para sekutu untuk cukup kuat membela kepentingan mereka dan kepentingan kita sendiri di lingkungan mereka yang berbahaya, dengan dukungan AS dalam bentuk intelijen, amunisi, perlindungan politik, dan bukan keterlibatan militer langsung—kita justru berisiko terjebak dalam lumpur konflik yang memakan biaya sangat mahal.

Kini adalah saat di mana Trump harus mendapatkan nasihat militer terbaik, termasuk dari Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Daniel “Razin” Caine dan Komandan CENTCOM Jenderal Michael “Erik” Kurilla, mengenai berbagai peluang dan risiko terkait pemberian waktu, sumber daya, dan ruang diplomatik yang diperlukan Israel untuk meraih kemenangan yang menentukan.

Tak kalah penting, presiden juga berhak mendengar bahwa penghancuran total sekutu regional terpenting Partai Komunis Tiongkok oleh sekutu kita dapat menjadi langkah paling penting yang bisa kita ambil saat ini untuk menghalangi agresi Beijing di kawasan lain. Langkah itu bahkan bisa berdampak terhadap keputusan anggota BRICS, terutama Afrika Selatan, yang mungkin akhirnya menyadari bahwa bukan kepentingan mereka untuk terus mendorong agenda penggulingan dolar sebagai mata uang cadangan global.

Yang kami sampaikan hanyalah: berikan kesempatan nyata bagi perdamaian, dengan menjadikan Legacy Trump di Timur Tengah sebagai satu-satunya yang layak dikenang—yakni dengan memastikan bahwa Israel dan Amerika Serikat menang secara tegas atas rezim supremasi syariah yang telah terlalu lama memperbudak rakyat Iran dan mengancam, bahkan membunuh, rakyat kita dan rakyat negara Yahudi .


Pandangan dalam artikel ini merupakan opini penulis dan tidak mencerminkan posisi resmi The Epoch Times.

  • Letnan Jenderal Purnawirawan Angkatan Darat AS Michael T. Flynn pernah menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Presiden Donald J. Trump. Ia juga pernah bertugas di Angkatan Darat AS selama lebih dari 33 tahun, memiliki tiga gelar master, dan telah menerima berbagai penghargaan dan penghormatan dari kalangan sipil, militer, intelijen, dan penegak hukum
  • Frank Gaffney pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Pertahanan di bawah Presiden Ronald Reagan. Saat ini, ia menjabat sebagai Presiden Institute for the American Future (USFuture.org)

Iran dalam Bahaya! Israel Ancam Bom Karpet di Teheran, Parlemen Dipaksa Putuskan Nasib Nuklir

EtIndonesia. Krisis Timur Tengah kembali memanas setelah militer Israel secara resmi mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara berskala besar ke jantung kekuatan militer Iran. Sasaran utama adalah markas Brigade Al-Quds—unit elite dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang dikenal berperan penting dalam operasi eksternal, baik dalam mengatur pengiriman pasukan maupun pendanaan kelompok militan proksi di kawasan Timur Tengah.

Serangan Terkoordinasi Hantam Jantung Pertahanan Iran

Menurut pernyataan resmi militer Israel yang dirilis Senin, 16 Juni pagi waktu setempat, sejumlah jet tempur telah diberangkatkan untuk melakukan serangan presisi terhadap markas Brigade Al-Quds di pusat Kota Teheran. Brigade Al-Quds selama ini dikenal sebagai otak di balik operasi rahasia Iran di luar negeri, termasuk dukungan militer terhadap Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, serta pemberontak Houthi di Yaman.

Tidak hanya markas utama, setidaknya 10 target militer strategis lain di berbagai distrik ibu kota Iran turut dihancurkan. Data rekaman satelit dan laporan saksi mata menyebutkan beberapa ledakan dahsyat terjadi hampir bersamaan di sejumlah titik vital, termasuk fasilitas komunikasi, pusat komando, hingga gudang senjata milik Garda Revolusi.

Ancaman Bom Karpet, Warga Teheran Diminta Mengungsi

Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pemerintah Israel langsung menayangkan peringatan khusus berbahasa Persia yang ditujukan kepada masyarakat Teheran melalui saluran media internasional dan platform digital. Dalam pesan tersebut, Israel memperingatkan agar warga sipil segera mengungsi dari sejumlah distrik penting di Teheran.

Israel juga melontarkan ancaman tegas: jika Iran tidak segera menghentikan seluruh aktivitas militer, termasuk pengembangan nuklir dan dukungan terhadap milisi di kawasan, maka serangan bom karpet (carpet bombing) akan dilancarkan ke wilayah-wilayah padat penduduk di ibu kota Iran. Ancaman ini sontak memicu kepanikan, ribuan warga Teheran dilaporkan berbondong-bondong mencari tempat perlindungan di masjid, stasiun kereta bawah tanah, hingga gedung pemerintahan.

Parlemen Iran Masih Bertahan di NPT, Namun Tekanan Faksi Keras Menguat

Di tengah situasi mencekam tersebut, media Pemerintah Iran melaporkan bahwa hingga saat ini parlemen Iran belum mengambil keputusan resmi untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Padahal, tekanan dari kelompok garis keras di parlemen dan militer terus meningkat, terutama pasca-serangan yang berhasil menghancurkan sebagian gedung Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran—sebuah simbol diplomasi yang selama ini menjadi tameng bagi Iran dalam menghadapi tekanan internasional.

Pihak Kementerian Luar Negeri Iran sendiri mengonfirmasi bahwa sebagian besar struktur gedung mengalami kerusakan akibat serangan udara, namun menegaskan bahwa mereka masih tetap menjalankan aktivitas diplomatik meski dalam kondisi darurat.

Reaksi Internasional: Kekhawatiran Mundurnya Iran dari NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir)

Serangan Israel kali ini tidak hanya mengguncang stabilitas politik dalam negeri Iran, tetapi juga mengundang keprihatinan dari masyarakat internasional. Banyak negara, termasuk anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menyerukan agar Iran menahan diri dan tidak mengambil langkah ekstrem seperti mundur dari NPT—perjanjian yang selama ini menjadi benteng terakhir untuk mencegah perlombaan senjata nuklir di kawasan.

Analis keamanan regional memperingatkan, jika Iran benar-benar keluar dari NPT, maka potensi eskalasi militer dan proliferasi senjata nuklir akan meningkat tajam, membuka risiko konflik terbuka yang jauh lebih luas di Timur Tengah.

Situasi Terbaru di Teheran: Keamanan Diperketat, Warga dalam Ketakutan

Hingga Senin malam 16 Juni, pasukan keamanan Iran terlihat memperketat penjagaan di sekitar fasilitas militer, instalasi pemerintah, dan objek vital negara lainnya. Penerbangan sipil menuju dan dari Teheran untuk sementara waktu dihentikan, sementara rumah sakit utama disiagakan untuk menerima korban potensial akibat serangan susulan.

Wartawan internasional yang masih berada di Teheran melaporkan suasana kota yang jauh dari normal. Jalan-jalan utama sepi, toko-toko tutup, dan arus lalu lintas terhenti akibat kepanikan massal. Pemerintah Iran mengumumkan status darurat terbatas dan mengimbau warga untuk tetap tenang sembari menunggu perkembangan situasi.

Kesimpulan: Titik Balik Krisis Timur Tengah

Serangan Israel ke markas elit Al-Quds di Teheran pada 16 Juni ini dinilai sebagai salah satu eskalasi paling berbahaya dalam konflik Iran-Israel dalam satu dekade terakhir. Dengan ancaman bom karpet yang terus menggantung di udara dan ketidakpastian sikap Iran terkait NPT, dunia kini menunggu dengan waspada: akankah konfrontasi ini menjadi awal dari krisis yang jauh lebih besar di Timur Tengah, atau masih ada ruang diplomasi yang bisa dimanfaatkan untuk menahan laju perang?

Ali Shadmani, Panglima Tertinggi Iran dan Ajudan Dekat Khamenei, Tewas dalam Serangan Israel

EtIndonesia. Militer Israel mengatakan pada hari Selasa (17/6) bahwa mereka telah menewaskan komandan militer tertinggi Iran, Ali Shadmani, dalam serangan semalam, menyebutnya sebagai tokoh yang paling dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan setelah “kesempatan tiba-tiba semalam, (angkatan udara Israel) menyerang pusat komando yang dikelola staf di jantung Kota Teheran dan menewaskan Ali Shadmani, Kepala Staf masa perang, komandan militer paling senior, dan tokoh yang paling dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei”.

Militer Israel mengatakan Shadmani telah memimpin Korps Garda Revolusi Islam dan angkatan bersenjata Iran.(yn)

Edisi Khusus : “Di Balik Kekacauan LA: Operasi Siluman PKT Hancurkan Amerika dari Dalam!”

EtIndonesia. Kerusuhan yang baru-baru ini meletus di Los Angeles bukan sekadar aksi protes biasa. Video viral yang menampilkan demonstran mengibarkan bendera palu arit khas Partai Komunis menandai adanya campur tangan kekuatan asing. Peristiwa ini langsung mendapat perhatian dunia dan menjadi sorotan utama lembaga keamanan Amerika Serikat.

FBI telah mengonfirmasi tengah menyelidiki aliran dana di balik kerusuhan, sementara laporan investigasi New York Post mengungkap nama Neville Roy Singham, miliarder teknologi asal AS yang kini bermukim di Shanghai, sebagai salah satu penyandang dana utama bagi kelompok-kelompok radikal yang terlibat. Kongres AS pun langsung turun tangan dengan menjadwalkan pemanggilan saksi dan penyelidikan resmi.

Namun, bagaimana sesungguhnya cara kerja Partai Komunis Tiongkok (PKT) merusak tatanan masyarakat Amerika Serikat? Berikut pemaparan analisis mendalam berdasarkan investigasi dan data terbuka.

Demonstrasi dan Peran Dana Asing: Akar Radikalisme di Kampus Amerika

Musim semi 2024 menyaksikan ledakan aksi pro-Palestina di berbagai kampus ternama Amerika Serikat. Aksi-aksi ini mengacaukan kehidupan akademis: perkuliahan terganggu, gedung-gedung diduduki, fasilitas dirusak, bahkan mahasiswa keturunan Yahudi mengalami intimidasi dan ancaman.

Ketika Kepolisian New York membongkar barikade di Hamilton Hall, Universitas Columbia, mereka menemukan demonstran dilengkapi peralatan canggih: rantai industri, masker gas, pelindung telinga, kacamata anti-ledak, palu, pisau, dan tali pengikat. Data penangkapan menunjukkan, sekitar 25% pelaku bukan mahasiswa. Di City University of New York, angkanya bahkan mencapai 60%.

Investigasi menguak benang merah: banyak organisasi “akar rumput” yang ternyata menerima sumber dana dari Neville Roy Singham. Singham dikenal sebagai mantan penasihat Huawei—perusahaan teknologi raksasa Tiongkok yang dituding sebagai alat spionase PKT dan kini masuk daftar hitam sejumlah negara Barat. 

Sejak 2019, Singham semakin aktif dalam jaringan propaganda PKT, bahkan tercatat menghadiri konferensi strategis di Shanghai dan dipanggil otoritas India atas dugaan pendanaan serta penyebaran narasi pro-komunis di media miliknya, Newsclick.

Menurut laporan Institute for Network Propaganda, jaringan Singham secara sistematis menyalurkan dana dan narasi pro-komunis ke Amerika Serikat sejak 2017, termasuk untuk mendukung aksi-aksi radikal di kampus. Setidaknya tiga dari tujuh organisasi kunci penggerak aksi pro-Palestina di kampus didanai langsung olehnya.

Pusat Infiltrasi: Jaringan Front Persatuan PKT (UFWD)

Sejak era 1930-an, PKT sudah membentuk Departemen Kerja Front Persatuan (United Front Work Department/UFWD) sebagai “mesin” perluasan pengaruh ke luar negeri. Tugas utama UFWD adalah membangun jejaring dengan kelompok agama, minoritas, partai politik lain, pebisnis, intelektual, hingga komunitas diaspora Tionghoa di seluruh dunia.

Dokumen internal UFWD menyebut, misi mereka mencakup:

  • Merekrut, membina, dan memanfaatkan kader dari kelompok sasaran.
  • Melawan kekuatan yang dianggap “anti-negara” seperti Dalai Lama dan kelompok separatis.
  • Menyatukan “Tanah Air Tiongkok” dengan membangun jaringan di Hong Kong, Makau, Taiwan, dan komunitas diaspora.
  • Memantau aktivitas warga Tionghoa luar negeri, menjadikan mereka agen penyebar pengaruh PKT.

Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mengidentifikasi, UFWD secara aktif mengekspor model politik PKT ke partai-partai luar negeri, perusahaan multinasional, dan komunitas diaspora—memecah belah kohesi sosial, memperuncing isu rasial, mengintervensi politik, melemahkan kredibilitas media, dan mendorong transfer teknologi ilegal.

Karena beroperasi lewat organisasi “tidak berbahaya” seperti asosiasi budaya, UFWD sulit dikenali. Laporan Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok tahun 2022 merekomendasikan agar seluruh afiliasi PKT dan UFWD didaftarkan secara resmi di AS demi memantau aktivitas dan mengidentifikasi pola pendanaan serta infiltrasi.

Dana Kerusuhan, Membeli Elite, Spionase, dan Kontrol Media

a. Pendanaan Kerusuhan

Publik AS sudah lama mencurigai adanya aliran dana PKT dalam kerusuhan berskala nasional. Saat gelombang Black Lives Matter (BLM) meletus pada 2020, aksi protes berubah menjadi kerusuhan massal dengan kerugian asuransi terbesar sepanjang sejarah Amerika (10-20 miliar dolar AS).

Alicia Garza, pendiri BLM, mendirikan Black Futures Lab yang diduga menerima donasi melalui Chinese Progressive Association (CPA)—kelompok sayap kiri pro-PKT yang berfokus pada propaganda revolusi Tiongkok dan kolaborasi dengan organisasi pro-komunis di AS. CPA di Boston bahkan mengadakan upacara pengibaran bendera bintang limat PKT bersama pejabat PKT.

Pada KTT APEC 2023 di San Francisco, Washington Post mencatat 35 organisasi diaspora Tionghoa pro-PKT dikerahkan oleh Konsulat Tiongkok untuk membendung demonstrasi anti-komunis, termasuk melakukan aksi kekerasan.

Bukti percakapan WeChat yang didapat Washington Post menegaskan, Konsulat Tiongkok di Los Angeles membiayai logistik dan konsumsi demonstran ke San Francisco.

b. Membeli Elite: Politik dan Akademisi

UFWD aktif membina elite luar negeri, terutama dengan insentif materi. Presiden ITIF, Robert Atkinson, dalam sidang Kongres 2024 menyatakan, “hampir semua elite AS dari bisnis, politik, hingga akademisi jadi target UFWD.”

Newsweek mengungkap, antara 1990-2023 lebih dari 1 juta dolar dana kampanye politisi New York terhubung dengan jaringan UFWD. Anggota Kongres Grace Meng, misalnya, menerima lebih dari 270 ribu dolar dari jaringan ini, bahkan salah satu donaturnya sempat dipenjara karena keterlibatan dalam “Operasi Fox Hunt” PKT.

Kasus Charles Lieber, profesor Harvard, menjadi contoh mencolok. Ia menerima jutaan dolar dari PKT melalui program “Thousand Talents”—mendapat gaji tinggi, dana riset besar, namun menyembunyikan semuanya dari otoritas AS. Lieber akhirnya divonis bersalah atas enam tuduhan federal, namun tetap aktif sebagai profesor tamu di Tiongkok.

c. Spionase

Spionase dijalankan lewat berbagai program, terutama lewat “Thousand Talents”. Contohnya:

  • You Xiaorong (2021): dihukum 14 tahun penjara karena mencuri resep polimer dari Coca-Cola dan mendirikan perusahaan di Tiongkok, rugikan AS hingga 120 juta dolar.
  • Zheng Xiaoqing (2022): dihukum dua tahun karena mencuri desain turbin General Electric.

Banyak pula “Perhimpunan Mahasiswa dan Cendekiawan Tionghoa” (CSSA) di kampus-kampus luar negeri yang ternyata aktif memantau, menekan, dan melaporkan rekan sesama mahasiswa ke Kementerian Keamanan Negara PKT. Beberapa bahkan melakukan infiltrasi politik dan operasi rahasia.

Kasus Fang Fang di Cal State East Bay jadi peringatan: sebagai ketua CSSA, ia dilaporkan menjalin hubungan seksual dengan pejabat AS dan dicurigai melakukan pengumpulan intelijen, sebelum akhirnya melarikan diri ke Tiongkok saat terendus FBI.

d. Pengendalian Media

Misi utama UFWD adalah menyebarkan propaganda PKT lewat media. Mereka mengendalikan China News Service yang menyalurkan narasi ke komunitas Tionghoa dunia, termasuk media di Amerika (Qiao Bao) dan Australia (Pacific Media Group).

Kasus terbaru, Hong Qianqian, putri pejabat UFWD, menulis serangkaian artikel di The New York Times yang meniru narasi PKT, menyudutkan kelompok Falun Gong dengan teknik “straw man” tanpa memberikan ruang klarifikasi.

Lebih jauh, individu yang sempat masuk daftar pengawasan FBI sebagai calon pelaku kekerasan kampus, diduga menjadi narasumber dan pengarah isu ke Hong Qianqian. Interaksi intens mereka menimbulkan kekhawatiran akan potensi munculnya aksi kekerasan baru terhadap kelompok Falun Gong.

Tanggapan dan Upaya Amerika Serikat

Gelombang peringatan kini datang dari para pejabat tinggi AS. Menlu AS Marco Rubio menegaskan, “Kita tidak boleh menutup mata terhadap ancaman ini.” Ketua Komite Khusus DPR untuk PKT, John Moolenaar, bahkan menyebut, “Pengaruh PKT sudah menembus puncak pemerintahan negara bagian.”

Kebijakan tegas mulai diterapkan. Pada 28 Mei 2024, Senator Rubio mengusulkan pencabutan visa bagi mahasiswa Tiongkok yang terafiliasi PKT atau belajar di bidang sensitif. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pun mencabut akreditasi Harvard University untuk program pertukaran pelajar, lantaran kekhawatiran keterkaitan dengan PKT.

Dalam sidang konfirmasi Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menyatakan: “PKT menganggap Amerika sedang menurun dan Tiongkok bangkit. Jika kita tak berubah, layanan publik dan keamanan nasional Amerika akan bergantung pada izin PKT.”

Ancaman yang Tak Lagi Tersembunyi

Laporan-laporan di atas memperlihatkan bagaimana operasi infiltrasi PKT bekerja secara sistemik—mulai dari pendanaan kerusuhan, pembelian elite politik dan akademik, operasi spionase, hingga kontrol media dan opini publik. 

Ancaman ini bukan sekadar isapan jempol, melainkan tantangan nyata yang kini menuntut respons serius dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan Amerika Serikat.

Amerika Serikat dihadapkan pada persimpangan penting: apakah akan membiarkan infiltrasi ini terus berlangsung, atau bangkit dengan kebijakan baru yang tegas demi menjaga integritas demokrasi, keamanan nasional, dan masa depan masyarakatnya. (***)

Heboh Jet Tempur J-20 Bisa Terbang Vertikal, Media Prancis Bongkar Propaganda Tiongkok

EtIndonesia. Upaya propaganda terbaru dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) terkait kehebatan jet tempur siluman J-20 mendadak jadi bahan perbincangan panas, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional. Klaim sensasional bahwa J-20 mampu melakukan lepas landas secara vertikal—tanpa landasan pacu—telah dipatahkan secara telak oleh sejumlah analis dan media terkemuka dari Eropa.

Viral di Media Sosial Tiongkok, Dibagikan Pejabat PKT

Kontroversi ini bermula dari viralnya sebuah video di platform Kuaishou, media sosial populer di Tiongkok. Video tersebut menampilkan jet tempur siluman J-20 yang diduga mampu lepas landas secara vertikal di fasilitas militer Chengdu, tanpa membutuhkan runway sama sekali. Tayangan ini langsung menuai ratusan ribu penonton dan tak butuh waktu lama untuk tersebar luas—bahkan ikut dibagikan oleh pejabat PKT, salah satunya Konsul Jenderal Tiongkok untuk Belfast, Zhang Meifang.

Dalam narasi yang disebarkan, jet tempur J-20 digambarkan sebagai simbol supremasi militer dan kemajuan teknologi Tiongkok, serta diyakini siap menandingi atau bahkan melampaui jet tempur generasi kelima buatan Amerika Serikat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Dibantah Keras Media Prancis: Video Hanya Hasil Animasi AI

Namun, fakta di lapangan ternyata jauh dari narasi yang dibangun. Pada 13 Juni, sejumlah media besar Prancis, termasuk saluran televisi nasional, secara gamblang membantah keaslian video tersebut. Dalam sebuah segmen khusus yang ditayangkan pada prime time, reporter teknologi militer Prancis menegaskan bahwa video yang viral itu merupakan hasil animasi kecerdasan buatan (AI) semata—bukan rekaman uji coba nyata.

Laporan investigatif mereka menemukan beberapa kejanggalan yang tidak bisa dibantah secara ilmiah. Salah satu sorotan utama adalah ketidakhadiran efek fisika pada video tersebut: tidak terlihat aliran panas, guncangan udara, atau gelombang api di bawah pesawat, padahal pada peluncuran vertikal asli—seperti yang dilakukan jet tempur VSTOL (Vertical/Short Take-Off and Landing) Amerika Serikat—efek semacam ini sangat kentara dan mustahil dihilangkan.

Komentar Pakar dan Pilot Senior: “Ini Mustahil”

Pernyataan lebih tegas datang dari seorang pilot tempur kawakan yang diwawancara langsung oleh televisi Prancis. Dia menyoroti dua keganjilan utama pada video:

  1. Jarak antar pesawat terlalu dekat
    Dalam rekaman, J-20 terlihat “lepas landas” di sebelah pesawat lain yang berjarak sangat dekat—padahal prosedur peluncuran vertikal membutuhkan ruang kosong yang sangat luas karena risiko gelombang panas dan turbulensi yang ekstrim.
  2. Tidak Ada Teknologi di J-20 untuk VTOL
    Pilot tersebut juga menyebutkan bahwa sejak dua tahun lalu, video resmi PKT sendiri sudah memperlihatkan spesifikasi teknis J-20 yang tidak mendukung sistem lepas landas vertikal. Tidak ada data, baik publik maupun bocoran intelijen, yang menunjukkan J-20 dilengkapi sistem seperti lift-fan atau nozzle vektor dorong serupa F-35B.

Jika J-20 benar-benar bisa lepas landas secara vertikal, itu akan jadi lompatan teknologi terbesar abad ini. Tapi kenyataannya, Tiongkok masih sangat bergantung pada desain konvensional dan belum pernah memperlihatkan sistem VTOL pada jet siluman mereka. Video itu jelas palsu—dan para profesional tahu betul perbedaannya,” ungkapnya.

Motif di Balik Propaganda: Persaingan Global dan Efek Psikologis

Para analis militer meyakini, narasi ini sengaja diangkat untuk membangun citra keunggulan teknologi militer Tiongkok di tengah kompetisi sengit dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan merekayasa kehebatan J-20, PKT berharap bisa memengaruhi opini publik domestik serta menanamkan ketakutan pada rival geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.

Namun, penggunaan animasi AI dan penyebaran video palsu justru menjadi bumerang. Pengamat pertahanan dari Lembaga Studi Strategi Prancis menyebut:  “Setiap kali propaganda seperti ini terbongkar, kredibilitas militer Tiongkok di mata dunia makin tercoreng. Alih-alih meningkatkan citra, justru memicu gelombang skeptisisme internasional.

Dampak: Waspada Fenomena Disinformasi Global

Kasus J-20 ini kembali menjadi peringatan penting akan masifnya gelombang disinformasi digital, terutama di era AI dan media sosial. Pakar teknologi digital menegaskan, kecanggihan teknologi manipulasi gambar dan video harus diimbangi dengan literasi digital yang kuat, agar publik tidak mudah terjebak narasi palsu.

Sampai berita ini diturunkan, pihak militer Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi terhadap bantahan dan kritikan yang beredar di media internasional. Namun, kalangan profesional dunia pertahanan sepakat bahwa “lepas landas vertikal J-20” masih sebatas ilusi di dunia maya, bukan di langit nyata.

Taiwan Excellence Happy Run Kembali Meriahkan Jakarta di Tahun ke-10 Penyelenggaraannya

0

5.000 Peserta Terdaftar dalam 30 Menit, Interaksi di Lokasi Berlangsung Meriah

EtIndonesia. Taiwan Excellence Happy Run 2025, yang diselenggarakan oleh International Trade Administration (TITA), Ministry of Economic Affairs, dan dilaksanakan oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA), kembali digelar dengan penuh kemeriahan di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu (15/6/2025), menandai peringatan 10 tahun penyelenggaraannya.

Dikutip dari siaran persnya, acara ini kembali menorehkan pencapaian gemilang dengan 5.000 kuota pendaftaran yang terisi penuh hanya dalam 30 menit, menegaskan popularitas acara yang terus meningkat serta kuatnya eksistensi merek Taiwan Excellence di Indonesia.

Satu Dekade Persahabatan dan Kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan

Bruce Hung, Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Indonesia, turut hadir dalam acara tersebut dan memuji kegiatan acara ini.

“Sejak tahun 2014, Taiwan Excellence Happy Run telah menjadi lebih dari sekadar ajang lari—ini adalah simbol persahabatan Taiwan-Indonesia dan sebuah platform untuk menampilkan inovasi Taiwan dalam bidang kesehatan, keberlanjutan, dan gaya hidup,” ujarnya.

Feng-Chi Hsiao, Direktur Kantor Cabang TAITRA “Taiwan Trade Center di Jakarta”, menyatakan, “Tahun ke-10 ini merepresentasikan satu dekade keterlibatan mendalam dengan masyarakat Indonesia. Kami berharap acara ini terus menjadi jembatan yang menghubungkan merek-merek Taiwan dengan konsumen lokal.”

Menambah kemeriahan dan interaksi, maskot Taiwan Excellence, Fu Bear, menyambut para pelari dan pengunjung, sekaligus mempromosikan kampanye global “Go Healthy with Taiwan”.

Inisiatif Hijau Cermin Dedikasi Taiwan Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Untuk pertama kalinya, Taiwan Excellence bermitra dengan Greeneration Foundation dari Indonesia untuk mempromosikan keberlanjutan melalui Seminar Lingkungan dan Lokakarya Kerajinan Daur Ulang, yang mengedukasi para peserta tentang daur ulang plastik dan gaya hidup sadar lingkungan.

Fu Bear turut bergabung dalam lokakarya untuk berinteraksi dengan para peserta, menyoroti dedikasi Taiwan terhadap keberlanjutan.

Sebagai wujud nyata kepedulian sosial, Taiwan Excellence dan Bank CTBC berkolaborasi lebih jauh dengan Greeneration Foundation untuk mendukung pelestarian lingkungan melalui penerapan manajemen sampah yang berkelanjutan.

Menanggapi meningkatnya volume sampah di Indonesia, kolaborasi ini menjadi sebuah langkah konkret untuk menjawab tantangan lingkungan, melindungi ekosistem, serta menjaga keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Sebagai simbolisasi dari komitmen ini, Taiwan Excellence, Bank CTBC, dan Greeneration Foundation melakukan seremoni pembuatan Eco Roster yang inovatif, terbuat dari bahan daur ulang sampah plastik.

Menampilkan Inovasi dan Pengalaman Budaya

Paviliun Taiwan Excellence menampilkan lebih dari 40 produk peraih penghargaan dari 10 merek Taiwan, termasuk Acer, Delta Electronics, PX, Victor, Tokuyo, Aromase, Ta-Da Chair, Thermaltake, MSI dan SHRD.

Kategori produk yang ditampilkan meliputi elektronik konsumen, teknologi kesehatan, peralatan olahraga, dan produk gaya hidup pintar.

Banyak pengunjung menyatakan minat yang besar untuk mencoba atau membeli produk-produk Taiwan setelah merasakannya secara langsung.

Acara ini juga menghadirkan stan dari Taipei Economic and Trade Office dan Taiwan Tourism Administration, serta area kuliner khas dan pengalaman budaya Taiwan, yang memberikan pengunjung gambaran holistik tentang gaya hidup, inovasi, dan keramahan Taiwan. Para sponsor utama seperti STARLUX Airlines, bersama dengan EVA Air, China Airlines, dan CTBC Bank, memainkan peran kunci dalam mendukung acara ini dan memperkuat kehadiran Taiwan di pasar Indonesia.

Pada tahun 2025, Taiwan Excellence Happy Run tidak hanya mencetak rekor pendaftaran dalam hitungan menit, tetapi juga berhasil menyampaikan nilai merek “Best Made in Taiwan” melalui interaksi multifaset di bidang olahraga, amal, perlindungan lingkungan, dan pertukaran budaya.  Taiwan Excellence dapat terus berkolaborasi dengan Indonesia di masa depan untuk memperkenalkan lebih banyak inovasi dan energi berkelanjutan kepada masyarakat lokal. (***)