Home Blog Page 2

Taiwan Excellence Happy Run Kembali Meriahkan Jakarta di Tahun ke-10 Penyelenggaraannya

0

5.000 Peserta Terdaftar dalam 30 Menit, Interaksi di Lokasi Berlangsung Meriah

EtIndonesia. Taiwan Excellence Happy Run 2025, yang diselenggarakan oleh International Trade Administration (TITA), Ministry of Economic Affairs, dan dilaksanakan oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA), kembali digelar dengan penuh kemeriahan di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu (15/6/2025), menandai peringatan 10 tahun penyelenggaraannya.

Dikutip dari siaran persnya, acara ini kembali menorehkan pencapaian gemilang dengan 5.000 kuota pendaftaran yang terisi penuh hanya dalam 30 menit, menegaskan popularitas acara yang terus meningkat serta kuatnya eksistensi merek Taiwan Excellence di Indonesia.

Satu Dekade Persahabatan dan Kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan

Bruce Hung, Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Indonesia, turut hadir dalam acara tersebut dan memuji kegiatan acara ini.

“Sejak tahun 2014, Taiwan Excellence Happy Run telah menjadi lebih dari sekadar ajang lari—ini adalah simbol persahabatan Taiwan-Indonesia dan sebuah platform untuk menampilkan inovasi Taiwan dalam bidang kesehatan, keberlanjutan, dan gaya hidup,” ujarnya.

Feng-Chi Hsiao, Direktur Kantor Cabang TAITRA “Taiwan Trade Center di Jakarta”, menyatakan, “Tahun ke-10 ini merepresentasikan satu dekade keterlibatan mendalam dengan masyarakat Indonesia. Kami berharap acara ini terus menjadi jembatan yang menghubungkan merek-merek Taiwan dengan konsumen lokal.”

Menambah kemeriahan dan interaksi, maskot Taiwan Excellence, Fu Bear, menyambut para pelari dan pengunjung, sekaligus mempromosikan kampanye global “Go Healthy with Taiwan”.

Inisiatif Hijau Cermin Dedikasi Taiwan Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Untuk pertama kalinya, Taiwan Excellence bermitra dengan Greeneration Foundation dari Indonesia untuk mempromosikan keberlanjutan melalui Seminar Lingkungan dan Lokakarya Kerajinan Daur Ulang, yang mengedukasi para peserta tentang daur ulang plastik dan gaya hidup sadar lingkungan.

Fu Bear turut bergabung dalam lokakarya untuk berinteraksi dengan para peserta, menyoroti dedikasi Taiwan terhadap keberlanjutan.

Sebagai wujud nyata kepedulian sosial, Taiwan Excellence dan Bank CTBC berkolaborasi lebih jauh dengan Greeneration Foundation untuk mendukung pelestarian lingkungan melalui penerapan manajemen sampah yang berkelanjutan.

Menanggapi meningkatnya volume sampah di Indonesia, kolaborasi ini menjadi sebuah langkah konkret untuk menjawab tantangan lingkungan, melindungi ekosistem, serta menjaga keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Sebagai simbolisasi dari komitmen ini, Taiwan Excellence, Bank CTBC, dan Greeneration Foundation melakukan seremoni pembuatan Eco Roster yang inovatif, terbuat dari bahan daur ulang sampah plastik.

Menampilkan Inovasi dan Pengalaman Budaya

Paviliun Taiwan Excellence menampilkan lebih dari 40 produk peraih penghargaan dari 10 merek Taiwan, termasuk Acer, Delta Electronics, PX, Victor, Tokuyo, Aromase, Ta-Da Chair, Thermaltake, MSI dan SHRD.

Kategori produk yang ditampilkan meliputi elektronik konsumen, teknologi kesehatan, peralatan olahraga, dan produk gaya hidup pintar.

Banyak pengunjung menyatakan minat yang besar untuk mencoba atau membeli produk-produk Taiwan setelah merasakannya secara langsung.

Acara ini juga menghadirkan stan dari Taipei Economic and Trade Office dan Taiwan Tourism Administration, serta area kuliner khas dan pengalaman budaya Taiwan, yang memberikan pengunjung gambaran holistik tentang gaya hidup, inovasi, dan keramahan Taiwan. Para sponsor utama seperti STARLUX Airlines, bersama dengan EVA Air, China Airlines, dan CTBC Bank, memainkan peran kunci dalam mendukung acara ini dan memperkuat kehadiran Taiwan di pasar Indonesia.

Pada tahun 2025, Taiwan Excellence Happy Run tidak hanya mencetak rekor pendaftaran dalam hitungan menit, tetapi juga berhasil menyampaikan nilai merek “Best Made in Taiwan” melalui interaksi multifaset di bidang olahraga, amal, perlindungan lingkungan, dan pertukaran budaya.  Taiwan Excellence dapat terus berkolaborasi dengan Indonesia di masa depan untuk memperkenalkan lebih banyak inovasi dan energi berkelanjutan kepada masyarakat lokal. (***)

Edisi Khusus: Drama Kudeta Senyap: Keluarga Jiang Zemin Ditangkap, Zeng Qinghong Kini Tahanan Rumah!

EtIndonesia. Politik Tiongkok kembali diguncang oleh kabar besar yang menandai babak baru dalam pertarungan elite Partai Komunis Tiongkok (PKT). Pada 13 Juni, Du Wen—mantan pejabat senior Mongolia Dalam yang kini vokal di media sosial—membocorkan sebuah informasi eksklusif: Fei Dongbin, Direktur Biro Kereta Api Nasional Tiongkok, bersama seluruh keluarganya, dikabarkan telah ditangkap oleh otoritas keamanan. Tak hanya itu, identitas Fei Dongbin disebut-sebut berkaitan langsung dengan keluarga besar mendiang Jiang Zemin, tokoh kunci “kelompok Jiang” yang telah mewarnai peta kekuasaan Tiongkok selama tiga dekade terakhir.

Penangkapan Fei Dongbin: Simbol Tumbangnya Kelompok Jiang

Menurut sumber yang diungkapkan Du Wen dalam siaran videonya, Fei Dongbin adalah suami dari keponakan perempuan Jiang Zemin, yakni Wang Yeping. Penangkapan ini tak hanya menimpa Fei Dongbin, melainkan juga menyeret seluruh keluarga Wang Yeping ke dalam pusaran kasus. Peristiwa ini dianggap sebagai sinyal politik yang sangat kuat: “Kelompok Jiang”—yang selama puluhan tahun berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam tubuh PKT—kini benar-benar di ujung tanduk.

Dalam tradisi politik Tiongkok, dikenal pepatah lama: “Memukul anjing harus lihat siapa tuannya.” 

Tumbangnya Fei Dongbin, tokoh yang memiliki hubungan darah dengan keluarga besar Jiang Zemin, dipandang sebagai indikator bahwa kekuasaan kelompok Jiang telah benar-benar ambruk. Banyak analis menilai, penangkapan ini bukan sekadar kasus korupsi atau penyalahgunaan jabatan, melainkan bagian dari gelombang bersih-bersih politik yang dilakukan oleh faksi rival yang kini menguasai puncak kekuasaan di Beijing.

Sejumlah pengamat mengingatkan, Fei Dongbin dan beberapa pejabat lain yang turut terseret kasus ini memiliki riwayat panjang di Mongolia Dalam. Bahkan, menurut Du Wen, banyak dari mereka pernah bersama-sama menjalani masa tugas, dan sebagian anak buah Fei Dongbin pernah satu penjara dengan Du Wen ketika terjadi pergeseran kekuasaan di wilayah tersebut.

Dampak Politik: Xi Jinping dan Ancaman Perpecahan Elite

Situasi di puncak PKT kian memanas, terutama di tengah rumor yang menyebut posisi Xi Jinping sendiri tengah digoyang dari dalam. Tumbangnya kelompok Jiang, yang selama ini menjadi “oposisi internal” terhadap kepemimpinan Xi, justru beriringan dengan kabar tentang perombakan besar-besaran di jajaran elite partai. Beberapa kalangan menilai, langkah tegas terhadap keluarga dan loyalis Jiang Zemin bukan sekadar memperkuat posisi Xi, tetapi juga bisa mempercepat fragmentasi di tubuh partai.

Kehadiran Xi Jinping yang begitu dominan selama satu dekade terakhir—diperkuat lewat kampanye antikorupsi dan sentralisasi kekuasaan—telah membuat faksi-faksi lama, seperti kelompok Jiang dan Zeng Qinghong, kehilangan banyak pengaruh. Namun, kekuatan Xi juga mulai mendapat tantangan serius, terutama dari kelompok sesepuh dan elite partai yang tidak puas dengan arah kebijakan dan gaya kepemimpinannya yang otoriter.

Zeng Qinghong Ditahan, Jaringan Loyalis Dihabisi

Dalam perkembangan terkait, Cai Shengkui—mantan jurnalis senior yang kini aktif sebagai kolumnis independen di Amerika Serikat—mengutip sumber di Beijing bahwa Zeng Qinghong, mantan Wakil Presiden Tiongkok yang sangat berpengaruh, kini sudah ditempatkan dalam tahanan rumah. Cai menilai, langkah ini adalah konsekuensi logis setelah sebagian besar loyalis Zeng Qinghong ditangkap atau dipecat dari jabatannya selama beberapa bulan terakhir.

Menurut Cai: “Jika jaringan pendukung Zeng telah diberantas satu per satu, tinggal menunggu waktu hingga Zeng sendiri dijerat.” 

Keterangan Cai didukung oleh sejumlah pengamat politik Tiongkok yang kerap membocorkan informasi terkait dinamika di tubuh PKT—dan prediksi mereka terbukti akurat dalam beberapa kasus besar sebelumnya.

Zeng Qinghong bukan sosok sembarangan. Dia dikenal sebagai “otak strategi” kelompok Jiang dan pernah menjadi sosok kunci yang mendorong naiknya Xi Jinping ke puncak kekuasaan pada Kongres PKT ke-18. Namun, seiring waktu, hubungan keduanya memburuk dan kini, Zeng Qinghong justru menjadi simbol “perlawanan diam-diam” terhadap otoritarianisme Xi.

Misteri di Balik Ketidakhadiran di Acara Kenegaraan

Ketegangan di puncak kekuasaan Tiongkok semakin kentara saat peringatan 120 tahun kelahiran Chen Yun, tokoh revolusioner yang juga mentor generasi elite PKT, berlangsung beberapa waktu lalu. Tidak satu pun anggota keluarga besar Jiang Zemin atau Zeng Qinghong yang hadir dalam acara tersebut. Pengamat politik menilai, absennya mereka adalah pertanda jelas bahwa kelompok Jiang benar-benar sudah disingkirkan dari lingkaran elite.

Sejak wafatnya Jiang Zemin pada akhir 2022, tongkat kepemimpinan informal kelompok Jiang secara de facto dipegang oleh Zeng Qinghong. Namun, dengan status Zeng yang kini dalam tahanan rumah, dan hampir semua loyalis utamanya sudah diproses hukum, posisi kelompok ini secara politik dan struktural benar-benar lumpuh.

Analisis Para Pengamat: PKT Masuki Babak Krisis Baru

Chen Pokong, pengamat politik yang juga mantan dosen universitas di Tiongkok, menilai bahwa situasi saat ini bisa menjadi awal dari krisis yang lebih besar di tubuh Partai Komunis. 

“Penahanan Zeng Qinghong bukan hanya simbol runtuhnya satu faksi, tetapi juga menandakan semakin rapuhnya konsensus internal partai. Jika Xi Jinping gagal mengelola transisi kekuasaan ini, Tiongkok berpotensi menghadapi instabilitas politik terbesar sejak era reformasi,” ujar Chen.

Krisis di puncak elite PKT, menurut Chen, tidak lagi sekadar rivalitas antar-individu, melainkan sudah masuk tahap fragmentasi di antara kelompok sesepuh partai yang selama ini menjadi penopang stabilitas politik. Sinyal-sinyal retaknya solidaritas di lingkaran dalam partai kini makin jelas terbaca oleh dunia internasional.

Penutup: Tiongkok di Ambang Perubahan Besar

Dalam lanskap politik Tiongkok yang sangat tertutup, penangkapan tokoh-tokoh penting keluarga Jiang Zemin serta penahanan rumah Zeng Qinghong menjadi alarm keras bagi semua elite PKT. Perombakan dan pembersihan besar-besaran ini berpotensi mengubah wajah kepemimpinan partai sekaligus memicu instabilitas baru.

Meski pemerintahan Xi Jinping saat ini tampak masih kokoh, rentetan peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah politik Tiongkok—babak yang penuh ketidakpastian dan siap memunculkan kejutan berikutnya di panggung kekuasaan dunia.

Tak Ada Ampun! Serangan Rudal Israel-Iran Bikin Kota Porak-poranda, Korban Terus Bertambah

EtIndonesia.  Ketegangan di Timur Tengah kembali mencapai puncaknya setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah wilayah strategis di Iran pada Senin (16/6) malam. Serangan ini dibalas Iran dengan meluncurkan gelombang roket ke berbagai kota di Israel, memicu eskalasi konflik yang menimbulkan kekhawatiran dunia internasional akan pecahnya perang terbuka di kawasan.

Rangkaian Serangan Balasan

Pada 16 Juni, tepat pukul 20.00 waktu setempat, sirene peringatan meraung-raung di berbagai kota utama di Iran dan Israel. Pemerintah Israel sebelumnya telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada warganya, meminta mereka segera berlindung di bunker, tempat perlindungan bawah tanah, dan fasilitas darurat. Di pihak Iran, pemerintah setempat membuka akses ke masjid-masjid, stasiun metro, hingga sekolah sebagai tempat evakuasi dan perlindungan sementara bagi rakyat sipil yang panik.

Klaim dan Tuduhan Saling Serang

Militer Israel mengklaim telah berhasil menghancurkan sejumlah fasilitas militer dan nuklir vital milik Iran, termasuk pusat komando, depo senjata, dan lokasi pengembangan nuklir yang selama ini menjadi target pengawasan internasional. Dalam pernyataan resminya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuding Iran telah melakukan serangan brutal terhadap warga sipil, perempuan, dan anak-anak di wilayah Israel. 

Netanyahu memperingatkan: “Iran akan membayar harga yang sangat mahal atas pembantaian warga sipil ini.”

Di sisi lain, Pemerintah Iran menegaskan bahwa serangan balasan mereka ditujukan pada sasaran militer sebagai respons atas agresi Israel yang menurut mereka telah melanggar kedaulatan dan menyebabkan korban jiwa besar di kalangan rakyat Iran.

Korban Jiwa Terus Bertambah

Menurut data yang dirilis Kementerian Kesehatan Iran, sejak rangkaian serangan dimulai pada 13 Juni hingga 16 Juni, sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara dan rudal Israel ke sejumlah kota besar Iran, termasuk Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Banyak korban dilaporkan merupakan warga sipil yang terjebak di area permukiman padat atau lokasi umum.

Sementara itu, otoritas Israel menyampaikan bahwa gelombang serangan rudal dan drone Iran pada malam 16 Juni telah menewaskan sedikitnya 10 orang. Dengan demikian, jumlah korban jiwa di pihak Israel sejak Iran memulai serangan balasan pada 13 Juni kini tercatat mencapai 13 orang, terdiri dari warga sipil dan sejumlah petugas keamanan.

Kerusakan Infrastruktur dan Respons Internasional

Serangan udara dan rudal yang saling dilancarkan kedua negara juga menimbulkan kerusakan luas pada infrastruktur penting, mulai dari jaringan listrik, jalur transportasi, hingga fasilitas kesehatan. Di beberapa kota di Iran, jaringan internet dan komunikasi sempat terganggu akibat gelombang serangan elektronik yang diduga turut dilakukan oleh Israel sebagai bagian dari strategi tempur.

Komunitas internasional, termasuk PBB dan negara-negara Uni Eropa, segera mengeluarkan pernyataan keprihatinan mendalam serta menyerukan gencatan senjata segera guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok secara terpisah juga mendesak kedua negara menahan diri dan membuka jalur dialog demi menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Situasi di Lapangan: Rakyat Hidup dalam Ketakutan

Suasana mencekam melanda kedua negara. Di Israel, banyak warga memilih tetap berada di bunker meski situasi sudah dinyatakan aman oleh otoritas beberapa jam setelah serangan. Sementara di Iran, antrean panjang terlihat di depan apotek dan rumah sakit, dengan banyak warga mencari perlindungan sekaligus berupaya mendapatkan pertolongan medis.

Media-media lokal dan internasional menyiarkan tayangan kepanikan di jalan-jalan kota: lampu padam, suara ledakan terdengar bertubi-tubi, dan warga berlomba-lomba menyelamatkan diri bersama keluarga mereka. Laporan saksi mata menyebutkan, sejumlah sekolah yang dijadikan tempat perlindungan sementara kini sudah kelebihan kapasitas dan kekurangan pasokan makanan serta air bersih.

Pernyataan Pejabat dan Ancaman Perang Lebih Besar

Ketegangan juga semakin diperparah dengan saling ancam antara pemimpin kedua negara. Netanyahu kembali menegaskan bahwa Israel siap melancarkan aksi militer lanjutan jika Iran tidak segera menghentikan serangan roket dan rudal. Sebaliknya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa “setiap agresi Israel akan dibalas dengan kekuatan berlipat ganda.”

Sejumlah analis militer memperkirakan, jika situasi tidak segera mereda, Timur Tengah akan menghadapi risiko konflik regional yang jauh lebih luas, dengan kemungkinan keterlibatan negara-negara lain di kawasan.

Kesimpulan:

Situasi Israel-Iran kini berada di titik kritis dengan korban jiwa dan luka-luka terus bertambah, serta kerusakan infrastruktur semakin meluas. Ancaman perang yang lebih besar semakin nyata, sementara dunia menanti dengan cemas apakah kedua pihak akan memilih jalan diplomasi atau perang terbuka.

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Satu Gerakan Kecil Bisa Melumpuhkan Energi Dunia!

EtIndonesia. Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam setelah serangan udara yang dilakukan Israel pada 13 Juni terhadap fasilitas nuklir Iran. Tindakan ini memicu respons keras dari Teheran. Tidak hanya sekadar retorika, Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) secara terbuka menyatakan tengah mempertimbangkan opsi untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis bagi suplai energi dunia. Peringatan ini langsung mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran di kalangan pakar geopolitik, terutama di Eropa.

Ancaman Penutupan Selat Hormuz: Bom Waktu di Tengah Laut

Dalam sebuah pernyataan tegas, Komandan senior IRGC, Mohammad Reza Naqdi, menegaskan bahwa penutupan Selat Hormuz kini berada di atas meja sebagai langkah balasan menyeluruh terhadap serangan Israel dan tekanan Barat. 

“Kami siap mengambil keputusan apa pun yang diperlukan untuk membela kedaulatan negara,” ujar Kosari, salah satu komandan IRGC lainnya, kepada media Iran.

Pengumuman ini langsung menjadi perhatian dunia internasional. Para pakar memperingatkan, jika ancaman Iran benar-benar diwujudkan, dunia akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius—mulai dari lonjakan harga minyak mentah, ancaman krisis energi di Eropa, hingga kemungkinan pecahnya konflik militer baru di kawasan Teluk Persia.

Mengapa Selat Hormuz Sangat Vital?

Selat Hormuz, meski hanya selebar kurang dari 40 kilometer pada titik tersempitnya, adalah jalur maritim paling vital di dunia untuk perdagangan energi. Setiap harinya, sekitar 20% dari total ekspor minyak dunia dan sebagian besar gas alam cair melewati selat ini. Negara-negara seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab sangat bergantung pada jalur ini untuk mengirimkan minyak dan gas ke pasar global, termasuk ke Eropa.

Bagi Eropa, Selat Hormuz adalah “urat nadi energi”. Negara-negara di benua biru sangat bergantung pada suplai energi murah dan stabil dari kawasan Timur Tengah. Jika jalur ini terhenti, Eropa akan langsung menghadapi kekurangan pasokan dan kenaikan harga energi yang tak terkendali.

Iran dan Kapabilitas Militer di Selat Hormuz

Iran selama bertahun-tahun telah membangun kemampuan militer di kawasan Teluk Persia. Armada kapal perang, rudal jarak pendek dan menengah, drone laut, serta pasukan elit IRGC telah berulang kali menggelar latihan militer di sekitar selat ini. Para analis meyakini, Iran tidak hanya mampu menyerang kapal tanker minyak, tetapi juga pipa-pipa minyak bawah laut dan pelabuhan-pelabuhan penting di kawasan Teluk.

Berbagai alat dan teknologi canggih, mulai dari drone hingga rudal anti-kapal, dapat digunakan Iran untuk melumpuhkan navigasi kapal atau merusak radar pelayaran. Akibatnya, seluruh jalur transportasi laut di Selat Hormuz bisa lumpuh total hanya dalam hitungan jam jika konflik benar-benar pecah.

Empat Ancaman Utama bagi Eropa Jika Selat Hormuz Ditutup

Para analis dan lembaga riset energi memperingatkan setidaknya empat ancaman besar yang akan menghantam Eropa jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz:

  1. Krisis Energi Parah:
    Ketergantungan Eropa terhadap minyak dan gas alam cair dari Timur Tengah sangat tinggi. Jika Selat Hormuz ditutup, pasokan energi ke Eropa akan terputus atau minimal terganggu berat, memicu lonjakan harga minyak dan gas di pasar global. Efek domino akan langsung dirasakan oleh industri dan konsumen di seluruh Eropa.
  2. Tekanan Ekonomi dan Gejolak Pasar:
    Lonjakan harga energi akan memicu inflasi tinggi, meningkatkan biaya produksi pada sektor manufaktur, transportasi, hingga pertanian. Harga barang konsumsi melonjak dan daya beli masyarakat menurun. Tidak hanya itu, ketidakpastian ini juga bisa menimbulkan gejolak di pasar saham, memukul nilai tukar mata uang dan investasi.
  3. Risiko Konflik Militer Regional:
    Penutupan Selat Hormuz dapat memaksa Amerika Serikat, Uni Eropa, serta negara-negara Teluk Arab untuk merespons secara militer. Negara seperti Prancis dan Inggris yang memiliki armada laut di kawasan bisa langsung terlibat dalam konflik bersenjata, memperbesar risiko perang regional yang bisa meluas ke seluruh dunia.
  4. Gangguan Serius pada Perdagangan Global:
    Selat Hormuz bukan hanya jalur energi, tapi juga jalur utama perdagangan global. Jika selat ini tidak dapat dilalui, pengiriman bahan baku industri dan barang konsumsi ke Eropa dan Asia akan terhambat parah. Rantai pasok global hancur, biaya logistik dan asuransi pelayaran melonjak, harga barang naik, dan keterlambatan pengiriman menjadi tak terhindarkan.

Dunia dalam Ketidakpastian: Aroma Perang Kian Menguat

Sampai hari ini, situasi di kawasan Teluk tetap sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Negosiasi antara negara-negara besar masih berjalan alot, sementara pergerakan militer semakin intens di sekitar perairan Selat Hormuz. Negara-negara Eropa kini dalam posisi siaga penuh, melakukan koordinasi diplomatik serta persiapan darurat untuk menghadapi potensi krisis energi dan ekonomi.

Pengamat politik dan ekonomi global menilai, ancaman penutupan Selat Hormuz bukan lagi isapan jempol. Ini adalah “bom waktu” yang kapan saja bisa meledak dan mengubah peta geopolitik dunia.

Eropa dan dunia kini menanti langkah selanjutnya dari Iran dan respons komunitas internasional. Satu hal yang pasti: jika Selat Hormuz ditutup, dunia akan merasakan dampaknya secara langsung dan menyeluruh—dari harga energi yang melonjak, ekonomi yang terguncang, hingga potensi pecahnya konflik militer besar-besaran di kawasan yang telah lama menjadi episentrum ketegangan global.

Penerbangan Kargo dari Tiongkok Dialihkan Menuju Iran, Memicu Spekulasi Hubungan PKT dengan Iran

EtIndonesia– Sebuah pesawat kargo yang dioperasikan oleh Cargolux, maskapai asal Luksemburg yang sebagian sahamnya dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, dilaporkan menyimpang dari rute penerbangan yang dijadwalkan dari Tiongkok menuju Luksemburg dan justru mengarah ke Iran. Peristiwa ini memicu spekulasi tentang adanya jembatan udara antara partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Teheran di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Pesawat dengan nomor penerbangan CV9736 milik Cargolux Airlines International lepas landas dari Zhengzhou, Tiongkok, pada 15 Juni, dengan tujuan akhir Luksemburg, menurut data dari situs pelacakan penerbangan Flightradar24.

 Namun, rekaman rute menunjukkan bahwa pesawat tiba-tiba berbelok tajam ke arah wilayah udara Iran sebelum akhirnya menghilang dari radar publik setelah mematikan transpondernya di atas wilayah Turkmenistan—negara yang berbatasan langsung dengan Iran dan dikenal sebagai sekutu dekat Teheran.

Data tambahan dari FlightAware menunjukkan bahwa pesawat tersebut sempat mendarat di Turkmenbashi, Turkmenistan, sebelum melanjutkan penerbangan ke Luksemburg. Sementara itu, catatan dari AirNavRadar turut mencatat pesawat tersebut melintasi wilayah udara Turkmenistan sebelum tak lagi terdeteksi.

Menanggapi beragam spekulasi yang berkembang di media sosial, pihak Cargolux membantah keras bahwa pesawatnya memasuki wilayah udara Iran. Dalam pernyataan resmi, maskapai tersebut menyalahkan data yang disebutnya “tidak akurat” dari platform pelacakan penerbangan publik.

“Kami menyadari adanya informasi dan pernyataan yang beredar di media sosial terkait dugaan penggunaan wilayah udara Iran oleh penerbangan Cargolux, berdasarkan data dari aplikasi publik,” demikian pernyataan Cargolux. “Kami ingin menegaskan secara tegas bahwa tidak ada satu pun penerbangan kami yang menggunakan wilayah udara Iran.”

Cargolux menambahkan bahwa sistem pelacakan internal mereka menyediakan data waktu nyata yang membuktikan bahwa tidak ada penerbangan yang memasuki wilayah udara Iran, dan menyebut semua klaim yang menyatakan sebaliknya sebagai “tidak berdasar sama sekali”.

The Epoch Times telah menghubungi Cargolux untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut terkait rute dan perhentian penerbangan CV9736.

Sebagai informasi, Henan Civil Aviation Development and Investment Co. Ltd (HNCA), perusahaan milik pemerintah provinsi Henan, Tiongkok, membeli 35 persen saham Cargolux pada tahun 2014. Kesepakatan itu juga menjadikan Zhengzhou sebagai hub kedua Cargolux setelah Luksemburg.

Di sisi lain, laporan mengenai kedekatan antara Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan rezim Iran kian sering mencuat. Sejumlah analis memperingatkan terbentuknya poros Tiongkok–Iran–Rusia yang menantang kepentingan Amerika Serikat di kawasan dan dunia.

“Sebagian dari kedekatan itu berkaitan dengan ketergantungan ekonomi Tiongkok terhadap minyak Iran. Tapi Tiongkok juga menjadi bagian dari poros anti-Barat yang mencakup Iran dan Rusia di bawah Vladimir Putin,” ujar Clare Lopez, mantan pejabat CIA dan eks Direktur Eksekutif Komite Kebijakan Iran, dalam wawancara pada 2023.

Beberapa pakar menilai bahwa Iran sejak lama mengincar jaminan keamanan dari Tiongkok, khususnya untuk menghadapi potensi dampak negatif akibat dukungannya terhadap berbagai kelompok proksi anti-Barat di Timur Tengah. Sebagian lainnya menyebut bahwa Beijing memanfaatkan Iran sebagai agen destabilisasi kawasan guna mendukung ambisi jangka panjangnya menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai kekuatan hegemonik global.

Joseph Humire, Direktur Eksekutif Center for a Secure Free Society, dalam program American Thought Leaders tahun 2024 mengatakan bahwa diplomasi Tiongkok dengan negara-negara seperti Iran bertujuan menjadikan suatu kawasan “semakin tidak ramah terhadap kehadiran Amerika Serikat.”

“Koneksi Sino-Iran, dalam banyak hal, justru lebih berbahaya dibandingkan hubungan Tiongkok-Rusia, yang justru lebih sering dibicarakan dalam wacana hubungan internasional,” ujar Humire.

Insiden penerbangan ini terjadi di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah. Pasukan Israel pekan lalu melancarkan kampanye udara besar-besaran—berkode ‘Rising Lion’—yang menargetkan fasilitas nuklir dan situs militer Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rentetan serangan misil dan drone ke berbagai target di Israel.

Militer Israel pada Senin menyatakan telah menghancurkan 120 peluncur misil permukaan-ke-permukaan Iran yang digunakan untuk menyerang wilayahnya, serta telah mencapai supremasi udara penuh di atas langit Teheran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Operasi Rising Lion bisa saja berujung pada perubahan rezim di Iran, meskipun itu bukan tujuan utama mereka.

“Kami siap melakukan apa pun untuk mencapai dua tujuan utama kami—menghilangkan dua ancaman eksistensial, yaitu ancaman nuklir dan ancaman misil balistik,” kata Netanyahu kepada Fox News. Ia menambahkan bahwa Israel berupaya “melindungi dunia dari rezim yang membakar ini.”

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran mengklaim sedikitnya 224 orang tewas di negara itu sejak Jumat, termasuk beberapa pejabat militer berpangkat tinggi.

Dari Minggu malam hingga Senin pagi, Iran meluncurkan gelombang misil ke kota-kota Israel, termasuk Tel Aviv dan Petah Tikva. Serangan itu mendorong Israel mengaktifkan sistem pertahanan udara berlapis, termasuk Iron Dome.

Menjelang fajar, sejumlah ledakan terdengar di Tel Aviv—diduga akibat sistem pertahanan yang berhasil menghancurkan proyektil yang masuk. Di Petah Tikva, otoritas setempat melaporkan bahwa satu misil menghantam bangunan tempat tinggal, menghancurkan kaca jendela dan merusak dinding, meskipun tidak ada laporan korban jiwa sejauh ini. (asr)

Chris Summers berkontribusi dalam laporan ini.

Sumber : Theepochtimes.com

Trump Tinggalkan KTT G7 Lebih Awal untuk Fokus pada Timur Tengah

Keputusan Trump muncul setelah ia menyerukan evakuasi segera dari Teheran saat Iran dan Israel terus saling melancarkan serangan udara.

EtIndonesia. CALGARY, Kanada — Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Tujuh (KTT) G7 lebih awal dari yang dijadwalkan dan memilih untuk kembali ke Washington. Hal demikian disampaikan Gedung Putih pada Senin (9/6/2025).

“Presiden Trump menjalani hari yang luar biasa di G7, bahkan menandatangani kesepakatan dagang besar dengan Inggris dan Perdana Menteri Keir Starmer. Banyak hal telah dicapai, tetapi karena situasi di Timur Tengah, Presiden Trump akan pulang malam ini setelah makan malam bersama para Kepala Negara,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dalam pernyataan di platform media sosial X.

Trump mengatakan kepada wartawan setelah sesi foto bersama para pemimpin G7: “Saya harus kembali.”

“Kalian mungkin melihat apa yang saya lihat, dan saya harus kembali secepat mungkin,” ujarnya.

Keputusan mendadak Trump untuk meninggalkan KTT ini mengingatkan pada masa jabatan pertamanya, ketika ia juga meninggalkan KTT G7 di Charlevoix, Kanada, pada 2018 lebih awal. Pertemuan saat itu berakhir dengan ketegangan akibat perselisihan dagang, dan Trump menolak untuk mendukung komunike bersama. Kali ini, Gedung Putih menyebut meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sebagai alasan kepulangannya lebih awal.

Trump memuji kemajuan yang dicapai dalam KTT G7 pada Senin, menyatakan bahwa para pemimpin “telah menyelesaikan banyak hal.”

“Saya berharap bisa tinggal hingga besok, tapi mereka mengerti,” ujar Trump kepada wartawan.

Perdana Menteri Kanada Mark Carney berterima kasih atas kehadiran Trump dan mengatakan kepada wartawan bahwa ia sepenuhnya memahami keputusan presiden untuk pergi lebih awal.

Setelah sesi foto bersama, Trump mengikuti makan malam dengan para pemimpin dunia lainnya sebelum terbang kembali ke Washington.

Sebelumnya, Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Iran melalui unggahan di Truth Social dan menyerukan evakuasi segera dari Teheran, di tengah saling serang antara Iran dan Israel.

“Iran seharusnya menandatangani ‘kesepakatan’ yang saya suruh mereka tandatangani. Betapa memalukan dan sia-sianya nyawa manusia. Singkatnya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah katakan berulang kali! Semua orang harus segera mengungsi dari Teheran!” tulis Trump pada 16 Juni.

Pada hari pertama pertemuan G7, negara-negara anggota mengusulkan pernyataan bersama yang menyerukan deeskalasi dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran.

Trump memberikan komentar mengenai Iran di sela-sela KTT G7 usai pertemuan bilateralnya dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

Ketika ditanya apakah ia mendukung seruan deeskalasi, Trump menjawab, “Kesepakatan akan ditandatangani, dan saya rasa Iran bodoh jika tidak menandatanganinya.”

Saat ditekan mengenai apakah Amerika Serikat akan menghindari keterlibatan militer, Trump menghindari pertanyaan tersebut.

“Segera setelah saya meninggalkan tempat ini, kami akan melakukan sesuatu. Tapi saya harus pergi dari sini. Saya punya, kalian tahu, komitmen. Banyak sekali komitmen,” ujar Trump.

Saat ditanya tentang apakah ia mendukung perubahan rezim di Iran, Trump kembali menegaskan tujuannya yang utama: “Saya ingin tidak ada senjata nuklir di Iran, dan kami sedang berada di jalur yang tepat untuk memastikan itu tidak terjadi.”

Beberapa media Israel melaporkan bahwa jet tempur AS turut ambil bagian dalam serangan udara ke Iran. Gedung Putih membantah laporan tersebut.

“Itu tidak benar. Pasukan Amerika Serikat mempertahankan posisi defensif mereka, dan hal itu belum berubah. Kami akan membela kepentingan Amerika,” kata Alex Pfeiffer, Wakil Direktur Komunikasi Utama Gedung Putih, di X.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS juga mengonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri Marco Rubio akan pulang ke Washington bersama Trump. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Anak Muda Tiongkok Tidak Menikah dan Tidak Mau Punya Anak, Lebih dari 20.000 Sekolah TK Tutup dalam Setahun

0

Seiring dengan penurunan ekonomi Tiongkok, tingginya biaya membesarkan anak, biaya pernikahan yang mahal, serta tekanan ekonomi yang berat, semakin banyak anak muda yang memilih untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak. Akibatnya, angka kelahiran bayi baru terus menurun, memicu penutupan massal taman kanak-kanak di Tiongkok. Statistik terbaru menunjukkan bahwa dalam setahun, lebih dari 20.000 TK tutup dan jumlah sekolah swasta juga berkurang sebanyak 15.000.

EtIndonesia. Pada Juni 2025, Kementerian Pendidikan Tiongkok merilis “Laporan Statistik Perkembangan Pendidikan Nasional Tahun 2024,” yang menunjukkan bahwa pada 2024, terdapat 253.300 taman kanak-kanak (TK) secara nasional, di mana 221.000 di antaranya merupakan TK dengan layanan terjangkau, mencakup 87,26% dari total TK. Jumlah anak usia prasekolah yang terdaftar sebanyak 35,84 juta.

Jika dibandingkan dengan laporan tahun 2023 yang mencatat 274.400 TK dan 40,93 juta anak terdaftar, maka pada 2024 jumlah TK turun lebih dari 20.000, dan jumlah anak berkurang lebih dari 5 juta.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pada 2024, terdapat 152.800 sekolah swasta dari berbagai jenjang pendidikan, mencakup 32,52% dari total sekolah di seluruh negeri. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 167.200 sekolah, terdapat penurunan hampir 15.000 sekolah, lebih besar dari penurunan tahun 2023 yang mencapai lebih dari 11.000 sekolah.

Karena pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) kerap memanipulasi data, kondisi sebenarnya diperkirakan lebih parah.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak taman kanak-kanak di Tiongkok terpaksa tutup karena kekurangan murid. Masalah ini diyakini berkaitan langsung dengan penurunan jumlah kelahiran dan tingkat fertilitas.

Biro Statistik Nasional Tiongkok pada Januari tahun ini merilis laporan kondisi ekonomi nasional 2024, menyebutkan bahwa jumlah kelahiran selama tahun 2024 sebanyak 9,54 juta jiwa, dengan tingkat kelahiran 6,77‰. Jumlah kematian sebanyak 10,93 juta jiwa, menghasilkan tingkat pertumbuhan alami -0,99‰. Ini menandai penurunan jumlah penduduk untuk tahun ketiga berturut-turut.

Menurut laporan Reuters sebelumnya, tingkat kelahiran yang sangat rendah, ditambah gelombang kematian selama pandemi COVID-19, mempercepat penyusutan populasi yang akan berdampak jangka panjang pada pertumbuhan ekonomi.

Dalam beberapa tahun terakhir, angka pengangguran kaum muda di Tiongkok mencapai rekor tertinggi. Banyak pekerja kantoran mengalami penurunan gaji, dan krisis properti menyebabkan kekayaan keluarga menyusut. Semua faktor ini semakin melemahkan keinginan anak muda untuk memiliki anak. Selain itu, tingginya biaya membesarkan dan mendidik anak membuat semakin banyak anak muda yang tidak ingin pacaran, menikah, atau punya anak.

Data dari Kementerian Urusan Sipil Tiongkok untuk kuartal pertama 2025 menunjukkan jumlah pasangan yang menikah secara nasional hanya 1,81 juta, turun 8% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 1,969 juta. Angka ini menegaskan bahwa krisis struktur demografi di Tiongkok masih terus memburuk.

Seorang doktor ekonomi dan pekerja lepas bernama Tuan Zhang sebelumnya mengatakan kepada Epoch Times bahwa model pembangunan ekonomi Tiongkok tidak hanya menyebabkan harga properti yang tinggi, tetapi juga biaya kesehatan, pendidikan, dan pengasuhan anak yang sangat tinggi, yang akhirnya membuat anak muda enggan menikah dan punya anak.

Menurut Zhang, rendahnya angka pernikahan dan kelahiran di kalangan anak muda Tiongkok saat ini tidak akan terselesaikan dalam waktu dekat, karena Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak mungkin mengubah sistem otoriter mereka atau model pembangunan yang salah. Penghasilan masyarakat akar rumput juga tidak akan meningkat.

Lembaga konsultan MyCOS melakukan analisis terhadap puncak angka kelahiran di berbagai provinsi selama 20 tahun terakhir dan membandingkannya dengan data 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa puncak angka kelahiran terjadi pada 2016–2017, dan sejak itu terus mengalami penurunan. Di Provinsi Shandong, yang dikenal sebagai provinsi “paling subur”, penurunan mencapai 63%. Penurunan di provinsi besar lainnya seperti Hunan 60%, Hubei 58%, Anhui 57%, Jilin 55%, Jiangxi 53%, dan Fujian 50%.

Seorang perempuan kelahiran tahun 1980-an bernama Wang Li (nama samaran) mengatakan kepada Epoch Times bahwa tekanan hidup saat ini sangat besar. Jika kondisi sosial masih seperti sekarang dan tidak bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak, lebih baik tidak punya anak agar tidak membuat mereka ikut menderita.

Seorang warga Jinan bernama Jin Yan (nama samaran), lahir tahun 1990-an, mengatakan bahwa ia dan suaminya sedang menganggur dan berjuang keras bekerja serabutan demi membayar cicilan rumah agar tidak disita. Ia mengatakan, “Di kelas saya, lebih dari setengah teman sekelas masih lajang, tidak mampu menikah. Bahkan yang sudah menikah pun jarang yang punya anak. Teman-teman dan kolega saya juga berpikiran seperti itu—tidak berani punya anak. Kalau kami berkumpul, kami sering mengeluh soal tekanan hidup. Mereka yang sudah punya anak juga mengeluh soal mahalnya biaya membesarkan anak. Banyak orang benar-benar tidak berani punya anak.”

Pengamat politik Yan Dan dalam artikelnya pada April 2025 di Epoch Times menyatakan bahwa pemerintah memberikan subsidi uang tunai untuk anak kedua dan ketiga demi meningkatkan angka kelahiran. Namun, menurutnya, pemberian uang tunai itu justru menunjukkan kelemahan dan pengakuan tidak langsung bahwa rakyat benar-benar tidak punya uang dan tidak sanggup membesarkan anak. 

Yan Dan juga menambahkan bahwa masalah anak muda di Tiongkok bukan hanya soal tidak bisa mendapatkan pekerjaan untuk sementara, melainkan karena harapan mereka terhadap masa depan perlahan-lahan telah pupus. Jika tidak ada harapan, tentu tidak akan ada yang mau menikah atau punya anak. (Hui/asr)

Laporan oleh: Li Enzhen / Editor: Zhu Xinrui

Trump Cegah Israel Membunuh Khamenei? Ketegangan Israel-Iran Meningkat

Pada  Minggu (15 Juni), konflik antara Israel dan Iran memasuki hari ketiga. Dini hari itu, Israel membombardir 80 target militer nuklir Iran, sementara Iran melancarkan serangan balasan ke Israel, menewaskan sedikitnya 10 warga sipil Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Iran akan “membayar mahal” atas serangan itu. Seorang sumber mengungkapkan bahwa Donald Trump baru-baru ini mencegah rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, meskipun Israel membantah laporan tersebut.

EtIndonesia. Rudal pertahanan udara meluncur ke langit malam, menjalankan misi intersepsi. Dini hari Minggu, langit di atas Tel Aviv dan Yerusalem dipenuhi ledakan seperti bintang jatuh, diselingi dengan dentuman keras.

Ini adalah serangan balasan terbaru dari Iran terhadap Israel. Sirine serangan udara meraung di sebagian besar wilayah Israel. Sedikitnya 10 warga sipil tewas, menambah jumlah korban tewas di Israel menjadi 13 orang.

Tim penyelamat bekerja mencari korban yang hilang di bawah puing-puing bangunan.

Perdana Menteri Israel Netanyahu berkata:  “Bayangkan jika Iran memiliki senjata nuklir dan menyerang kota-kota Israel—apa yang akan terjadi? Tentara dan pilot kami saat ini berada di atas langit Iran. Iran akan membayar mahal atas pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil, perempuan, dan anak-anak.”

Kebakaran hebat terjadi di dekat ibu kota Iran, Teheran, tepatnya di sebuah gudang bahan bakar militer. Pada Sabtu malam (14 Juni), jet tempur Israel membombardir lebih dari 80 target di wilayah Teheran, termasuk pusat komando nuklir Iran, fasilitas penelitian, dan laboratorium yang digunakan untuk memproduksi bahan nuklir.

 “Pesawat-pesawat tempur itu terbang melalui koridor udara yang telah kami buka menuju Iran tengah, bersamaan dengan serangan udara ke Yaman. Serangan udara ini merupakan bagian dari rencana operasi yang telah disiapkan sebelumnya, dengan fokus pada penghancuran fasilitas nuklir Iran dan kemampuan rezim Iran untuk memproduksi senjata nuklir,” ujar juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Daniel Hagari. 

Sejak Israel meluncurkan “Operasi Kebangkitan Singa” pada hari Jumat lalu, lebih dari 250 target di Iran telah diserang. Lebih dari 100 orang tewas, termasuk pejabat militer berpangkat tinggi dan ilmuwan nuklir Iran.

Netanyahu menambahkan:  “Kita tidak bisa membiarkan rezim paling berbahaya di dunia memiliki senjata paling berbahaya di dunia. Apa yang kami lakukan bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga untuk melindungi banyak orang lainnya.”

Netanyahu mengatakan kepada Fox News bahwa ia telah memberitahukan kepada Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan operasi tersebut. Sumber lain yang dikutip Reuters menyebutkan bahwa Trump baru-baru ini mencegah Israel melakukan pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, guna menghindari eskalasi lebih lanjut. Namun, Netanyahu membantah laporan tersebut.

Meski begitu, Trump menulis di media sosial Truth Social bahwa jika Amerika Serikat diserang oleh Iran dalam bentuk apa pun, maka militer AS akan melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh dan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden Iran, Pezeshkian, pada Minggu memberikan tanggapan terbaru, mengancam akan membalas Israel dengan cara yang lebih keras atas eskalasi ini. Sementara itu, para pemimpin Eropa juga mengeluarkan peringatan kepada Iran.

Kanselir Jerman Merz berkata:  “Jika Iran menyerang target Israel atau Yahudi di wilayah Jerman, kami di Jerman juga telah siap.”

Menteri Luar Negeri Prancis, Stéphane Séjourné, menambahkan:  “Kami sekarang menyerukan semua pihak untuk menahan diri, memulai perundingan, dan secara nyata serta kredibel membatalkan program nuklir.”

Jerman, Prancis, dan Inggris telah menyatakan kesiapan untuk segera mengadakan pembicaraan dengan Iran mengenai program nuklir Teheran guna meredakan ketegangan di Timur Tengah. (Hui/asr)

Laporan oleh Yi Jing, New Tang Dynasty Television

Militer Israel Peringatkan: Warga di Sekitar Fasilitas Senjata Iran Harus Segera Mengungsi

EtIndonesia. Militer Israel pada Minggu (15 Juni) mengeluarkan peringatan evakuasi kepada warga yang tinggal di dekat fasilitas produksi senjata di ibu kota Iran, Teheran. Peringatan tersebut disampaikan dalam bahasa Arab dan Persia. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sebelumnya menyatakan bahwa jika Israel menghentikan aksi militer terhadap Iran, maka Teheran juga akan menghentikan serangannya terhadap Israel.

Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengunggah peringatan di platform media sosial X dalam bahasa Arab dan Persia:  “Demi keselamatan Anda, kami meminta Anda segera mengungsi dari wilayah ini, dan jangan kembali sebelum ada pemberitahuan lebih lanjut. Tinggal dekat dengan fasilitas ini akan membahayakan nyawa Anda.”

Adraee menyebut bahwa peringatan tersebut mencakup semua pabrik senjata dan fasilitas pendukung terkait.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, kemudian mengeluarkan pernyataan:  “Militer Israel akan melancarkan serangan udara terhadap lokasi-lokasi ini… target kami adalah kemampuan nuklir dan sistem persenjataan.”

Sejak 13 Juni, Israel dan Iran saling menyerang menggunakan rudal dalam intensitas tinggi. Israel menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir Iran dan menghancurkan kemampuan rudal balistik Teheran.

Menteri Luar Negeri Iran: Jika Israel Hentikan Serangan, Teheran pun Akan Mundur

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, saat bertemu dengan para diplomat dari negara lain, menyatakan:  “Tindakan pertahanan kami adalah respons terhadap agresi. Jika agresi berhenti, maka tanggapan kami pun akan berhenti.”

Ia juga menyebut bahwa serangan Israel terhadap Iran dalam beberapa hari terakhir bertujuan untuk menggagalkan negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat.

Ia menuduh:  “Rezim Israel jelas tidak ingin ada kesepakatan apapun soal isu nuklir. Israel tidak ingin berunding dan tidak mencari solusi diplomatik.”

 Ia juga mengecam Dewan Keamanan PBB (UNSC) yang dinilainya “acuh tak acuh” terhadap serangan besar-besaran Israel terhadap Iran.

Menurut Araghchi, Teheran bersedia mempertimbangkan sebuah kesepakatan nuklir yang menjamin Iran tidak dapat memperoleh senjata nuklir, tetapi tidak akan menyetujui kesepakatan yang mengorbankan hak-hak dasarnya. (Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com 

Operasi Rahasia Israel: Kepala Intelijen Iran Tewas, Rakyat Teheran Mulai Melawan?

EtIndonesia. Pada Sabtu, 15 Juni, dunia menyaksikan eskalasi dramatis dalam konflik Israel-Iran. Angkatan Udara Israel secara terbuka mengumumkan rencana strategis untuk merebut keunggulan udara penuh di seluruh wilayah Iran—sebuah langkah berani yang menandai babak baru dalam sejarah militer Timur Tengah. Langkah konkret langsung diambil dengan serangan presisi ke pesawat pengisian bahan bakar di Bandara Mashhad, Iran timur laut, yang berjarak sekitar 2.300 kilometer dari Israel. Serangan ini menjadi salah satu operasi udara terjauh dalam sejarah Israel, sekaligus membuktikan jangkauan serta kecanggihan kemampuan militer negara tersebut.

Iran Merespons dengan Pernyataan Perang dan Serangan Rudal

Tak butuh waktu lama bagi Iran untuk membalas. Pemerintah Iran segera mengeluarkan pernyataan perang resmi dan meluncurkan rudal balistik ke wilayah Israel. Rudal-rudal tersebut mampu menembus sistem pertahanan Iron Dome, terutama di wilayah utara dan tengah Israel. Situasi darurat pun diberlakukan: ruang udara Israel ditutup untuk hari ketiga berturut-turut, dengan sirene peringatan serangan udara terus meraung di kota-kota besar seperti Yerusalem dan Haifa. Di Teheran, ibu kota Iran, ledakan besar terdengar hingga ke pusat kota. Rekaman warga menunjukkan asap hitam pekat membumbung tinggi dari dekat Lapangan Malayas. Kantor berita mahasiswa Iran melaporkan bahwa markas polisi di Teheran terkena serangan drone, menyebabkan kerusakan dan melukai beberapa anggota kepolisian.

Fasilitas Nuklir dan Target Strategis Iran Dibombardir

Fasilitas nuklir Iran tetap menjadi salah satu fokus utama serangan Israel. Militer Israel mengonfirmasi bahwa sejumlah instalasi nuklir vital di Isfahan menjadi sasaran. Selain itu, Israel juga melancarkan serangan “pemenggalan”—operasi terfokus untuk menargetkan para komandan tinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran.

Pada hari yang sama, Pemerintah Iran secara resmi mengonfirmasi bahwa serangan Israel menewaskan Kepala Intelijen Iran, Jenderal Kazemi, beserta wakilnya. Data dari Reuters per 15 Juni menunjukkan bahwa setidaknya 20 perwira tinggi militer Iran tewas, termasuk Panglima Garda Revolusi, Kepala Staf Gabungan, serta para pejabat senior di bidang angkatan luar angkasa dan intelijen. Tak kalah penting, antara 8 hingga 14 ilmuwan nuklir Iran juga dilaporkan gugur dalam serangan ini. Jumlah korban tersebut menjadi pukulan sangat telak bagi kemampuan komando dan pengembangan program nuklir Iran.

Strategi Baru Israel: Membidik Otak di Balik Rezim

Sejumlah pengamat dan ahli militer menyoroti, operasi udara Israel kali ini sangat berbeda dibandingkan operasi besar sebelumnya. Jika biasanya Israel melancarkan serangan masif, kini mereka menerapkan strategi “surgical strike”—serangan presisi berdasarkan intelijen mendalam, yang menargetkan langsung otak-otak strategis, baik dari kalangan militer maupun sipil (ilmuwan nuklir). Strategi ini serupa dengan operasi drone terhadap para komandan Hizbullah beberapa tahun terakhir, dan terbukti efektif melumpuhkan sistem komando musuh.

Para analis juga menilai, jatuhnya banyak otak utama dan figur sentral di berbagai institusi strategis Iran dalam waktu singkat menimbulkan efek domino yang sulit diatasi oleh sistem diktator. Dalam rezim otoriter, sistem suksesi cenderung tertutup dan lambat, sehingga kehilangan satu-dua tokoh kunci saja sudah membuat sistem goyah. Israel dinilai telah sukses menargetkan “tumit Achilles” musuhnya.

Reaksi Dunia: Seruan Revolusi dan Tekanan Internasional

Dampak serangan besar-besaran ini bukan hanya terasa di Iran, tapi juga menggemparkan politik internasional. Donald Trump, Presiden AS ke-45, pada Minggu lalu menyerukan agar kedua pihak segera kembali ke meja perundingan. Namun, suara di Israel lebih keras. Anggota Parlemen Israel, Tal, dalam wawancara dengan Fox News, secara terang-terangan menyebut bahwa ancaman terbesar dari rezim Iran bukan hanya untuk Israel, tetapi juga bagi Amerika dan dunia. 

“Jika kita tidak menggulingkan rezim jahat Iran, mustahil ada perdamaian atau kesepakatan yang dapat dicapai,” tegasnya.

Tal menegaskan: “Ini adalah perang sejarah. Untuk pertama kalinya, ada harapan nyata bagi rakyat Iran dan dunia untuk membebaskan diri dari ancaman rezim jahat tersebut. Satu-satunya jalan adalah menggulingkan kepemimpinan mereka.”

Dia juga memperingatkan: “Jika Iran sampai memperoleh senjata nuklir, dunia akan menghadapi ancaman global yang nyata. Karena itu, kami berharap Amerika tetap mendukung kami dalam menyingkirkan ancaman Iran.”

Netanyahu dan Petinggi Israel Serukan Perlawanan Rakyat Iran

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam wawancara dengan Fox News pada 15 Juni 2025, menegaskan bahwa posisi rezim Iran kini sangat lemah. 

“Delapan puluh persen rakyat Iran ingin menjatuhkan pemimpin mereka. Rakyat sudah lelah 46 tahun hidup dalam penindasan,” ujarnya. 

Netanyahu secara terbuka mengajak rakyat Iran untuk bangkit dan melawan rezim. Dia menyatakan bahwa serangan militer Israel ke Iran kemungkinan masih akan berlanjut selama beberapa pekan ke depan, hingga ancaman benar-benar dihentikan.

Sementara itu, Mayjen (Purn) Amos Yadlin, mantan Kepala Intelijen Militer Israel sekaligus arsitek serangan ke reaktor nuklir Iran tahun 1981, menyampaikan bahwa Israel kini harus mulai menggeser fokus dari target-target militer ke sasaran politik. 

“Sudah saatnya kita mengakhiri kekuasaan poros kejahatan di kawasan ini,” katanya dengan nada tegas.

Kondisi Iran: Tekanan Internal dan Ketakutan Rezim

Di sisi lain, tekanan dari dalam negeri Iran semakin terasa. Serangan-serangan presisi yang membidik pusat-pusat komando, fasilitas strategis, dan tokoh-tokoh kunci telah membuat banyak pejabat Iran dikabarkan membahas rencana evakuasi darurat. Aparat keamanan meningkatkan pengamanan di ibu kota, sementara propaganda pemerintah berusaha meredam kepanikan rakyat.

Namun, situasi sosial di lapangan justru menunjukkan gejala perlawanan. Di media sosial, video-video protes, spanduk anti-pemerintah, dan seruan revolusi makin marak. Banyak pihak menilai, jika gelombang tekanan eksternal ini bersamaan dengan perlawanan rakyat di dalam negeri, rezim Iran benar-benar berada di ujung tanduk.

Kesimpulan: Babak Baru Krisis Timur Tengah

Gelombang serangan udara Israel ke Iran pada pertengahan Juni 2025 menandai fase baru dalam krisis Timur Tengah. Dengan strategi baru yang fokus pada pemenggalan otak rezim, Israel telah berhasil membuat guncangan besar di jantung kekuasaan Iran. Korban di kalangan jenderal dan ilmuwan strategis telah membuat sistem pertahanan Iran lumpuh dalam waktu singkat. Sementara itu, dunia internasional mulai menyuarakan tekanan dan seruan revolusi dari luar maupun dari dalam Iran.

Apakah gelombang serangan ini akan benar-benar mengakhiri kekuasaan rezim Iran? Atau justru membuka babak baru perang berkepanjangan di kawasan? Jawabannya kini tergantung pada respons rakyat Iran dan arah intervensi internasional dalam waktu dekat.

Trump Peringatkan Iran Tidak Akan Menang Melawan Israel, Harus Bernegosiasi ‘Sebelum Terlambat’

 Presiden menggambarkan konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran sebagai ‘menyakitkan bagi kedua belah pihak.’

EtIndonesia. CALGARY, Kanada — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Iran tidak berada dalam posisi unggul dalam konflik saat ini dengan Israel dan sebaiknya segera kembali ke meja perundingan “sebelum semuanya terlambat.”

Pasukan Israel meluncurkan serangan udara dan serangan drone besar-besaran ke Iran pada 13 Juni, dalam apa yang digambarkan oleh para pemimpin Israel sebagai “serangan pre-emptive” untuk mencegah Iran memproduksi senjata nuklir pertamanya. Serangan mendadak dari Israel ini merusak fasilitas nuklir Iran, komponen program rudal balistiknya, serta menewaskan para pemimpin militer top Iran dan ilmuwan nuklir terkemuka.

Iran kemudian membalas dengan menargetkan Israel menggunakan rudal balistik dan drone serang. Serangan beruntun ini telah berlangsung selama empat hari, dan beberapa berhasil menembus jaringan pertahanan udara Israel, menyebabkan kerusakan, korban jiwa, dan luka-luka yang terus meningkat.

“Ini menyakitkan bagi kedua pihak, tetapi saya akan katakan bahwa Iran tidak sedang memenangkan perang ini, dan mereka sebaiknya mulai berbicara, dan segera berbicara, sebelum terlambat,” ujar Trump kepada wartawan di awal KTT tahunan G7.

Sebelum serangan mendadak Israel, Amerika Serikat  melakukan beberapa putaran perundingan dengan pejabat Iran terkait kesepakatan untuk membatasi ambisi nuklir negara itu. AS sebelumnya merupakan pihak dalam kesepakatan tahun 2015 yang bertujuan membatasi pengembangan nuklir Iran. Namun, Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018, dengan alasan bahwa kesepakatan tersebut tidak cukup menangani masalah keamanan dan gagal melindungi kepentingan Amerika Serikat.

Para pemimpin Iran berulang kali menyatakan bahwa mereka menjalankan program energi nuklir damai, tetapi sejak 2018 mereka telah kembali memproduksi uranium yang diperkaya tinggi.

Pada  Februari, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB memperkirakan bahwa Iran telah menimbun sekitar 605 pon (274,8 kilogram) uranium yang diperkaya hingga 60 persen. Untuk mencapai bahan fisil tingkat senjata, uranium harus mencapai kemurnian sekitar 90 persen.

Selama pembicaraan terakhir, negosiator AS dan Iran tampak berselisih pendapat soal apakah Iran boleh melanjutkan pengayaan uranium.

Beberapa jam sebelum serangan Israel ke Iran, Trump mengatakan bahwa kesepakatan tampaknya sudah “cukup dekat.” Trump juga mengatakan, “Selama saya pikir akan ada kesepakatan, saya tidak ingin [Israel] menyerang.”

Dalam keterangannya kepada wartawan pada Senin (9/6), Trump mengatakan bahwa Iran terlalu lama mengambil keputusan untuk mencapai kesepakatan.

“Mereka ingin berbicara, tapi seharusnya mereka sudah melakukannya dari dulu. Saya beri 60 hari, dan mereka punya 60 hari, dan pada hari ke-61, saya katakan, ‘Kita tidak punya kesepakatan,’” ujar Trump.

Putaran keenam pembicaraan antara AS dan Iran dijadwalkan berlangsung di Oman pada 14 Juni, namun pertemuan itu dibatalkan setelah serangan mendadak Israel.

Pejabat AS menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan tersebut.

Ketika ditanya tentang kemungkinan keterlibatan militer AS dalam konflik Israel-Iran, Trump menjawab,  “Saya tidak ingin membicarakan hal itu,” ujar Trump. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Trump Desak Semua Orang Agar Segera Mengungsi dari Teheran

Presiden Trump juga mengatakan bahwa Iran seharusnya menandatangani kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat.

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan kepada warga untuk segera mengungsi dari Teheran, mengulangi peringatannya yang telah lama disampaikan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dan menyiratkan bahwa Iran bisa menghadapi bencana karena menolak membuat kesepakatan pelucutan senjata nuklir.

“Iran seharusnya menandatangani ‘kesepakatan’ yang saya suruh mereka tandatangani. Betapa memalukan dan sia-sianya nyawa manusia. Singkatnya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah katakan berulang kali! Semua orang harus segera mengungsi dari Teheran!” tulis Trump dalam sebuah unggahan di media sosial pada 16 Juni.

Tak lama setelah peringatan Trump, media pemerintah Iran melaporkan adanya ledakan dan tembakan dari sistem pertahanan udara di atas Teheran.

Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga di sejumlah wilayah di Teheran pada Senin, memperingatkan tentang serangan udara yang akan segera terjadi dan menargetkan infrastruktur militer di kawasan tersebut.

“Warga yang terhormat, demi keselamatan Anda, harap segera tinggalkan wilayah yang disebutkan di distrik ke-3 Teheran,” demikian pernyataan dalam bahasa Farsi yang diunggah oleh juru bicara IDF berbahasa Arab, Kolonel Avichay Adraee, di platform X.

“Dalam beberapa jam ke depan, tentara Israel akan menyerang infrastruktur militer rezim Iran di wilayah ini, seperti yang telah dilakukan dalam beberapa hari terakhir di Teheran,” tulis Adraee. “Kehadiran Anda di area ini membahayakan nyawa Anda.”

Video-video yang dibagikan di media sosial memperlihatkan orang-orang meninggalkan Teheran, kota berpenduduk sekitar 9 juta jiwa.

Peringatan dari Trump dan IDF ini muncul di tengah meningkatnya eskalasi konflik. Pekan lalu, pasukan Israel meluncurkan kampanye serangan udara besar-besaran—berkode “Operasi Kebangkitan Singa”—menyerang fasilitas nuklir dan target-target militer Iran. Sebagai balasan, Iran menembakkan sejumlah rudal dan drone ke kota-kota Israel, memicu peringatan luas dan aktivasi sistem pertahanan udara Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan dari operasi militer ini adalah untuk menghilangkan ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh program nuklir dan rudal Iran.

“Kami siap melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai dua tujuan utama kami—menghapus dua ancaman eksistensial: ancaman nuklir dan ancaman rudal balistik,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Fox News, seraya menambahkan bahwa Israel berusaha “melindungi dunia dari rezim yang memicu kekacauan ini.”

Trump telah berulang kali mendesak Iran untuk meninggalkan ambisi nuklirnya dan kembali ke meja perundingan, memperingatkan bahwa penundaan lebih lanjut bisa berarti kehancuran bagi rezim Iran.

“Iran harus membuat kesepakatan, sebelum tidak ada lagi yang tersisa, dan menyelamatkan apa yang dulu dikenal sebagai Kekaisaran Persia,” kata Trump dalam unggahan sebelumnya di Truth Social. “Cukup sudah kematian, cukup sudah kehancuran, LAKUKAN SAJA, SEBELUM TERLAMBAT. Tuhan memberkati kalian semua!”

Di tengah konflik yang makin memanas, pembicaraan nuklir yang direncanakan antara Iran dan Amerika Serikat di Oman dibatalkan. Pejabat Iran menyatakan bahwa dialog tidak lagi memiliki makna setelah serangan militer Israel.

Di Washington, pemerintahan Trump telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kehadiran militer AS di kawasan tersebut. Akhir pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengumumkan penempatan tambahan ke wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS, yang mencakup Timur Tengah.

“Melindungi pasukan AS adalah prioritas utama kami, dan penempatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan pertahanan kami di kawasan,” tulis Hegseth dalam pernyataan di media sosial pada Senin.

Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan dalam pernyataannya bahwa serangan Israel dilakukan secara sepihak, sambil memperingatkan Iran agar tidak menargetkan kepentingan atau personel Amerika.

Kementerian Kesehatan Iran menyatakan bahwa  224 orang  tewas di negara itu sejak Jumat (13/6), termasuk beberapa pejabat militer tinggi. Israel mengatakan bahwa 24 warganya juga tewas akibat serangan Iran. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Pengguna Kecam Windows 11 sebagai “Mimpi Buruk”, Petinggi Microsoft Buka Suara

EtIndonesia. Seiring dengan meningkatnya adopsi sistem operasi Windows 11, tenggat waktu migrasi wajib pun semakin dekat. Mulai 14 Oktober 2025, seluruh pengguna akan didorong untuk beralih ke Windows 11 secara permanen. Namun, tidak semua menyambut baik perubahan ini. Banyak pengguna justru melontarkan kritik tajam terhadap berbagai masalah dalam Windows 11, dan sebagian bahkan beralih ke sistem operasi alternatif.

Salah satu pengguna di platform media sosial X secara terbuka menyuarakan kekecewaannya yang mendalam terhadap Windows 11, menyebut sistem operasi ini sebagai “mimpi buruk murni (pure horror)”. Dia mengaku sejak era Windows 8 sudah mulai merasa kecewa terhadap arah pengembangan OS Microsoft. Meski Windows 10 sempat memberikan sedikit harapan, Windows 11 benar-benar membuatnya putus asa, hingga akhirnya dia memutuskan beralih ke Fedora (distro Linux) lebih dari setahun lalu—dan menyatakan tidak akan kembali menggunakan Windows.

Dia juga merinci berbagai masalah yang dialaminya dengan Windows 11, termasuk:

·        Kekhawatiran privasi

·        Sistem yang terlalu berat dan kompleks

·        Performa yang dianggap buruk

·        Seringnya muncul bug dan kerentanan

·        Desain antarmuka dan pengalaman pengguna yang tidak memuaskan

Sebagai contoh, dia menyebut fungsi pencarian di menu Start yang dulu cepat dan responsif, kini menjadi kurang akurat dan lamban di Windows 11.

Microsoft Tanggapi Langsung: “Kami Menyesal Kehilangan Anda”

Menanggapi kritik tersebut, Brandon LeBlanc, kepala program Windows Insider di Microsoft, menyatakan penyesalannya atas keputusan pengguna tersebut meninggalkan Windows. Dia juga menyampaikan harapan agar di masa depan pengguna tersebut bisa kembali menggunakan Windows.

Menariknya, LeBlanc memuji Fedora sebagai salah satu distribusi Linux favoritnya, dan menyatakan bahwa Microsoft akan terus berusaha meningkatkan kualitas Windows 11 untuk menarik kembali kepercayaan pengguna yang kecewa.

Microsoft Buka Diri terhadap Kritik, Beberapa Perbaikan Mulai Diterapkan

Meskipun Windows 11 mendapat banyak kritik, sikap Microsoft yang terbuka terhadap masukan pengguna patut diapresiasi. Beberapa perubahan dalam pembaruan terbaru tampaknya mencerminkan tanggapan positif terhadap kritik publik.

Misalnya:

·        Fitur panel kontrol (Control Panel) secara bertahap mulai dimigrasikan ke aplikasi Pengaturan, termasuk halaman pengaturan font dan sinkronisasi waktu.

·        Pengaturan server waktu yang sebelumnya hanya bisa diakses melalui Control Panel, kini bisa diubah langsung melalui menu Settings.

·        Microsoft juga memperkenalkan desain baru pada menu Start, serta menambahkan opsi untuk menonaktifkan rekomendasi konten.

Desain baru ini menggunakan tata letak yang terorganisir berdasarkan kategori, mengelompokkan aplikasi untuk memudahkan pencarian. Meskipun tampilannya menyerupai Live Tiles, namun ikon-ikon tetap bersifat statis.

Menurut Microsoft, desain ini dibuat berdasarkan masukan nyata dari komunitas pengguna Windows, termasuk melalui:

·        Pusat Umpan Balik (Feedback Hub)

·        Diskusi komunitas dan sesi kopi virtual

·        Wawancara daring dengan pengguna loyal

Microsoft juga menyebut bahwa prototipe desain diuji oleh lebih dari 300 pengguna aktif, menggunakan alat seperti Figma dan sketsa fisik, untuk memastikan pengalaman pengguna tetap mulus—terutama bagi mereka yang baru menggunakan Windows 11.

Namun, Masalah Inti Masih Belum Terselesaikan

Meski ada perbaikan, sejumlah masalah inti dalam Windows 11 tetap menjadi sorotan utama pengguna, seperti:

·        Persyaratan hardware yang ketat (Trusted Platform Module/TPM 2.0)

·        Performa yang belum optimal

·        Promosi berlebihan terhadap Microsoft Edge dan Bing, yang dianggap mengganggu

Namun kabarnya, sejak perubahan manajemen dan restrukturisasi internal di Microsoft, intensitas promosi produk internal mulai berkurang, meskipun belum sepenuhnya hilang.

Mampukah Microsoft Memulihkan Kepercayaan Pengguna?

Ke depan, Microsoft masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk menyempurnakan Windows 11 dan mewujudkan harapan penggunanya. Sementara itu, bagi mereka yang telah kecewa dan memilih beralih ke sistem operasi lain, masih menjadi pertanyaan besar apakah Microsoft akan mampu merebut kembali hati mereka melalui perbaikan nyata dan pengalaman pengguna yang lebih baik.(jhn/yn)