Home Blog Page 130

DOGE Ungkap Skandal: Pembayaran Senilai US$. 4,7 Triliun Dolar AS Tidak Dapat Dilacak

0

Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) pimpinan Elon Musk kembali membuat gebrakan.  Kabar terbaru dari Senat AS, dalam pemungutan suara prosedural terkait pencalonan Patel sebagai Direktur FBI, ia berhasil melangkah lebih jauh dengan perolehan suara 48 mendukung dan 45 menolak.

ETIndonesia. Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dipimpin oleh Elon Musk kembali mengungkap sebuah skandal besar. Pada Senin, DOGE melaporkan bahwa akibat kurangnya kode identifikasi akun, Departemen Keuangan AS mencatat pembayaran senilai total US$.4,7 triliun dolar AS yang hampir tidak dapat dilacak. Kabar ini mengejutkan publik dan menimbulkan kehebohan besar.

DOGE mengungkap bahwa Departemen Keuangan seharusnya memberikan kode identifikasi akun yang disebut “Token Akses Keuangan” (TAS) untuk setiap pembayaran. TAS adalah bagian dari prosedur standar dalam sistem pencatatan keuangan pemerintah. Namun, TAS hanya bersifat opsional, sehingga banyak kolom pada formulir pembayaran dibiarkan kosong.

DOGE menyatakan: “Karena kolom TAS bersifat opsional untuk sekitar 4,7 triliun dolar AS pembayaran, dan sering kali kosong, melacak ke mana dana ini mengalir menjadi hampir mustahil.”

Pada 17 Februari, DOGE juga melaporkan bahwa mereka telah menemukan total 55 miliar dolar AS dalam kasus dugaan penipuan keuangan. Mereka berjanji untuk segera mengunggah semua data terkait.

Demokrat dan Serikat Pekerja Ajukan Tantangan Hukum

Untuk melakukan audit lebih mendalam, DOGE telah memperoleh akses ke sistem pembayaran Departemen Keuangan AS. Langkah ini menuai kritik dari beberapa anggota Partai Demokrat dan serikat pekerja, yang menganggapnya melanggar konstitusi.

Pada 13 Februari, jaksa agung dari 14 negara bagian secara bersama-sama mengajukan gugatan yang mempertanyakan keputusan pemerintahan Trump yang memberikan akses tersebut kepada Musk.

Jaksa Agung New Mexico, Raúl Torrez, menegaskan bahwa pemberian “wewenang luas” kepada Musk adalah tindakan inkonstitusional, karena ia tidak pernah mendapatkan konfirmasi dari Senat.

Presiden Trump sebelumnya menyatakan kepada wartawan bahwa: “Musk tidak bisa dan tidak akan melakukan apa pun tanpa persetujuan kami. Dia harus melapor kepada kami.”

Selain itu, dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada 17 Februari, pejabat Gedung Putih, Joshua Fisher, menegaskan bahwa Musk bukanlah pengelola DOGE atau lembaga di bawahnya, melainkan hanya seorang penasihat senior presiden tanpa kewenangan pengambilan keputusan.

“Fort Knox” dan Cadangan Emas AS

Ada juga sebuah kejadian menarik pada 15 Februari. Blogger keuangan terkenal Zerohedge memposting di platform X , menyarankan Musk untuk memeriksa cadangan emas di Fort Knox, guna memastikan bahwa emas tersebut masih ada.

Menanggapi hal ini, Musk menjawab: “Setidaknya harus diperiksa sekali dalam setahun, bukan?”

Fort Knox, yang berlokasi di negara bagian Kentucky, adalah salah satu lokasi penyimpanan emas utama AS, dengan cadangan lebih dari 147 juta ons (sekitar 4.580 ton), yang mewakili sekitar 56% dari total cadangan emas pemerintah federal AS. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

UFO di Segitiga Bermuda, Waktu Mengalami “Percepatan”


EtIndonesia.
Seorang pelaut dalam perjalanan kariernya di laut pernah mengalami peristiwa di mana beberapa benda terbang tak dikenal (UFO) muncul secara bersamaan. Kejadian ini terjadi di perairan Segitiga Bermuda, di mana dia juga mengalami fenomena waktu yang bergerak lebih cepat dari biasanya.

Bertemu dengan beberapa UFO di Segitiga Bermuda, Waktu Berjalan Cepat

Pelaut ini adalah seorang pria asal Yunani. Saat itu, kapal pertama yang dia tumpangi dalam perjalanan kariernya sebagai pelaut bernama “Scapwind”, yang mengibarkan bendera Yunani sejak tahun 1970 hingga 1989. Pelaut ini mulai bekerja di kapal tersebut pada tahun 1980 hingga 1985, sementara pengalaman misteriusnya yang berkaitan dengan UFO terjadi pada tahun 1981.

Pada saat kejadian, seluruh awak kapal, kecuali dua orang asal Pakistan, adalah warga Yunani. Mereka sedang dalam perjalanan dari Kuba menuju Prancis dan harus melewati perairan Segitiga Bermuda. Saat kejadian, pelaut ini sedang berada di ruang makan menikmati hidangannya, ketika tiba-tiba seseorang berteriak memanggilnya, memberi tahu bahwa ada objek terbang tak dikenal di langit. Dengan cepat, dia melewati pintu di samping ruang makan dan langsung menuju ke geladak kapal.

Ketika tiba di geladak, dia melihat tiga benda terbang berbentuk bulat. Ketiganya berwarna putih, dengan salah satu di antaranya berukuran lebih besar dibandingkan lainnya. Objek-objek ini bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kapal, seolah-olah mengikuti jalur mereka. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk luar angkasa di dalamnya.

Pada saat itu, kejadian aneh mulai terjadi. Jam tangan, kompas, dan bahkan rokok yang mereka pegang tiba-tiba terbakar. Situasi menjadi kacau dan membingungkan. Para awak kapal merasakan tubuh mereka bergerak dengan sangat lambat. Salah satu insinyur, yang saat itu berada di ruang mesin dan hendak naik ke geladak, mengaku butuh waktu dua jam penuh hanya untuk sampai ke atas.

Pelaut ini kemudian memilih kembali ke kabinnya untuk mandi. Saat itu masih siang, dan dia seperti biasa mandi dengan cepat, hanya sekitar 15 menit. Namun, ketika keluar dari kamar mandi, dia mendapati bahwa di luar sudah gelap—hari telah berubah menjadi malam.

UFO yang muncul tersebut menyebabkan banyak fenomena aneh. Kapal mengalami kesulitan menjaga jalur stabilnya, benda-benda di sekitar mereka mulai terbakar secara spontan, dan para awak kapal mengalami sensasi tubuh yang berat dan perasaan tidak nyaman yang sulit dijelaskan. Bahkan, beberapa awak mengalami sakit keesokan harinya.

Meskipun kehadiran UFO ini tidak memblokir komunikasi kapal, operator radio kapal, Polykarpos Spechas (Transliterasi-red), tidak menerima sinyal dari pihak lain saat mencoba melakukan kontak. Pelaut tersebut percaya bahwa UFO telah menghasilkan semacam medan magnet yang mengganggu medan magnet di sekitarnya. Kehadiran mereka di Segitiga Bermuda, yang memiliki intensitas elektromagnetik tinggi, diduga menciptakan fenomena ekspansi gravitasi ruang-waktu. Akibatnya, detak jantung manusia melambat, tubuh bekerja lebih lambat, dan alat navigasi seperti kompas serta jam mengalami gangguan. Sementara fenomena di alam tetap berjalan normal, bagi para awak kapal, semuanya terasa seperti dipercepat secara drastis.

Fenomena ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab hilangnya kapal dan pesawat secara misterius di Segitiga Bermuda.

Kesaksian Lain dari Para Pelaut

Belakangan, beberapa pelaut lain berbagi pengalaman serupa. Polykarpos Spechas mengungkapkan bahwa dia mengalami kejadian aneh pada tahun 1978.

Kala itu, sebuah benda terbang tak dikenal mendekati kapal mereka hingga hampir menyentuh badan kapal. Dalam sekejap, dia tidak dapat melihat apa pun—semuanya gelap. Ketika dia sadar kembali, dia menemukan dirinya mengenakan pakaian kerja dari hari sebelumnya, sementara awak kapal lainnya terbangun di berbagai bagian kapal dalam keadaan acak. Yang lebih aneh lagi, mereka tidak mengenakan pakaian tidur, melainkan pakaian kamar yang biasa mereka gunakan saat bersantai di kabin.

Kejadian ini tidak mereka ceritakan ke pihak luar, karena khawatir mereka telah menjadi saksi dari sesuatu yang “tidak seharusnya terjadi”. Kini, pelaut tersebut telah memasuki masa pensiun, tetapi dia tetap tinggal di kapal, menjalani hidup seperti seorang petualang yang terus berlayar ke berbagai penjuru dunia. (jhn/yn)

Gejolak Skandal Keuangan Taishan Steel di Shandong, Tiongkok, Massa Blokir Jalan untuk Protes

0

EtIndonesia. Seiring dengan terus melemahnya ekonomi Tiongkok, perusahaan baja mengalami kerugian yang semakin besar, dengan banyak di antaranya terjebak dalam krisis hutang. Pada 17 Februari, Taishan Steel di Shandong gagal membayar surat promes (commercial paper) yang jatuh tempo, memicu aksi protes dari masyarakat yang telah berinvestasi di perusahaan tersebut. Pihak berwenang mengerahkan sejumlah besar polisi untuk menjaga stabilitas.

Para demonstran meneriakkan: “Kembalikan uang kami! Kembalikan uang kami!”

Masyarakat mengungkapkan bahwa Taishan Steel mengalami kegagalan rantai keuangan, sehingga tidak dapat melunasi pinjaman maupun membayar pemasok, yang akhirnya memicu aksi protes.

Pada 17 Februari, video yang beredar di internet menunjukkan ratusan warga berkumpul di depan kantor pusat Taishan Steel Group untuk berunjuk rasa, menghadapi polisi dan petugas keamanan. Pihak berwenang berusaha keras untuk menutup-nutupi kejadian ini.

Seorang jurnalis independen Tiongkok mengatakan: “Taishan Steel gagal membayar surat promesnya, ini adalah peristiwa risiko finansial lainnya yang mengkhawatirkan banyak pihak.”

Menurut laporan dari situs berita Wanlianwang di Tiongkok, Shanghai Commercial Paper Exchange melaporkan bahwa jumlah surat promes yang gagal dibayar oleh Taishan Steel Group mencapai RMB.1,172 miliar .

Sebagai salah satu perusahaan swasta terbesar di Provinsi Shandong, Taishan Steel telah beberapa kali mengalami gagal bayar surat promes sejak tahun lalu. Seiring dengan jatuh temponya lebih banyak surat promes, jumlah tunggakan diperkirakan akan terus meningkat.

 “Saat ini, ekonomi Tiongkok mengalami kemerosotan di semua sektor. Sektor properti hampir benar-benar mandek, banyak proyek konstruksi yang terhenti, sehingga permintaan baja pun anjlok. Selain itu, investasi pemerintah dalam proyek infrastruktur seperti pertambangan, rel kereta api, jalan raya, dan pelabuhan juga berkurang drastis,” ujar Ekonom dari Washington Institute for Information and Strategic Studies, Li Hengqing.

“Pembangunan yang didorong oleh belanja pemerintah kini terhambat karena pendapatan fiskal yang semakin menipis. Dengan semua faktor ini yang saling bertumpuk, pasar baja mengalami kesulitan besar,” katanya. 

Dalam beberapa tahun terakhir, harga baja di Tiongkok terus menurun, menyebabkan perusahaan baja mengalami kerugian besar dan kesulitan bertahan. 

Menurut laporan media Tiongkok, sejak Agustus tahun lalu, tingkat profitabilitas pabrik baja menurun drastis, penjualan baja di pasar semakin sulit, permintaan terus melemah, dan banyak pabrik harus menghentikan produksi untuk perawatan. Banyak perusahaan akhirnya bangkrut dan menutup tungku peleburan mereka.

Li Hengqing menambahkan: “Banyak perusahaan tidak mampu melunasi hutang dan membayar tagihan mereka. Dalam situasi seperti ini, tidak heran jika akhirnya muncul gelombang protes besar.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Epidemi di Tiongkok Mengganas, Pemerintah Tutup Informasi Hingga Masyarakat Bongkar Kebenarannya

EtIndonesia. Wabah penyakit di Tiongkok semakin parah, dengan banyak pasien dalam kondisi kritis yang meninggal mendadak. Namun, pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) terus menyembunyikan kebenaran tentang situasi pandemi.

Komisi Kesehatan Nasional dan Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok mengklaim bahwa saat ini adalah musim puncak penyakit pernapasan, dengan tingkat positif virus influenza terus meningkat, terutama flu tipe A. Namun, banyak warga mengungkapkan bahwa gejalanya sangat mirip dengan COVID-19, bahkan lebih parah.

Seorang wanita yang melakukan siaran langsung mengatakan: “Rasanya persis seperti saat pandemi COVID-19 dulu, benar-benar sama, seluruh tubuh terasa lemas dan sakit. Saat pergi ke rumah sakit, dokter pun mengatakan tidak ada pengobatan yang efektif, hanya bisa mengandalkan daya tahan tubuh sendiri.”

Seorang warga Tiongkok lainnya menambahkan: “Sejujurnya, mereka menyebut ini flu tipe A, tapi menurut saya tidak ada bedanya dengan COVID-19 sebelumnya, bahkan lebih serius.”

Data terbaru yang dirilis oleh pemerintah PKT menunjukkan bahwa pada Januari lalu terdapat lebih dari 2,8 juta kasus infeksi penyakit menular akibat flu, namun hanya dilaporkan 9 kematian.

Namun, banyak orang tua di media sosial mengungkapkan bahwa banyak anak-anak mengalami demam tinggi akibat flu, dan meninggal karena tidak mendapatkan perawatan yang tepat.

Seorang warga mengatakan: “Flu tipe A kali ini sangat parah! Saya melihat banyak anak yang tidak mendapatkan perawatan terbaik akhirnya mengalami pneumonia parah (white lung). Bahkan, beberapa anak mengalami miokarditis dan ada yang kehilangan nyawa karena ini.”

Banyak warga Tiongkok melaporkan bahwa semakin banyak orang di sekitar mereka yang meninggal akibat infeksi flu yang disebut “flu tipe A”, sementara rumah sakit dan krematorium penuh sesak.

Seorang warga Beijing, Zhang, berkata: “Orang-orang di sekitar saya banyak yang mengalami demam dan flu, mereka menyebutnya flu tipe A. Tapi diam-diam banyak yang mengatakan ini adalah COVID-19. Banyak yang meninggal mendadak. Saya punya seorang kerabat, seorang pemuda, dia mengalami flu parah dan tiba-tiba meninggal dunia.”

Seorang warga Xiamen, Fujian, bernama Li mengatakan: “Banyak kerabat, teman, dan rekan kerja saya meninggal. Gejalanya biasanya berupa pneumonia putih dan masalah jantung. Krematorium telah menambah tungku pembakaran, dan sekarang banyak daerah yang kembali mengizinkan penguburan tanah.”

Seorang pekerja di industri pemakaman di Tiongkok mengungkapkan bahwa saat ini jumlah kematian sangat tinggi sehingga krematorium kewalahan.

Seorang warga dari Xuchang, Henan, Zhao mengatakan: “Banyak orang meninggal dalam periode ini, krematorium pun harus mengantri untuk kremasi. Penyakit yang menyebar saat ini tetaplah COVID-19, dan rumah sakit pun penuh sesak.”

Seorang warga dari Tangshan, Hebei, Liu mengatakan: “Di sekitar saya, banyak yang terkena kanker atau stroke, dan kasus kematian mendadak semakin banyak. Krematorium juga sangat sibuk.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Trump Hancurkan Jaringan NGO Global Soros, Orban Peringatkan: Mereka Melarikan Diri ke Brussel

0

EtIndonesia. Presiden AS Donald Trump telah memberikan pukulan telak terhadap organisasi liberal global, menyebabkan 63 organisasi non-pemerintah (NGO) mencari dukungan finansial dari Uni Eropa. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban pada Selasa (18/2) memperingatkan bahwa kelompok globalis dan liberal yang didukung oleh George Soros kini bermigrasi ke Brussel untuk mendapatkan dana guna melanjutkan operasi mereka.

Orban menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan mereka berhasil dan berjanji untuk terus mengungkap cara kerja gelap mereka.

Trump Membekukan Bantuan Luar Negeri, NGO Global Krisis Keuangan

Menurut laporan media internasional, Komisi Hukum Internasional (ICJ) dan lebih dari 60 kelompok sipil mengeluarkan seruan mendesak kepada para pemimpin Uni Eropa untuk segera bertindak menghadapi krisis bantuan pembangunan global yang dipicu oleh kebijakan pemerintahan Trump.

Pada 20 Januari 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif yang membekukan seluruh bantuan luar negeri AS selama 90 hari. Langkah ini berdampak besar, termasuk:

  • Penutupan klinik kesehatan,
  • Gangguan terhadap program medis,
  • Terhambatnya inisiatif hak asasi manusia dan supremasi hukum, serta
  • Kekurangan dana bagi organisasi non-pemerintah (NGO) di seluruh dunia.

Dalam pernyataannya di platform X, Viktor Orban menyampaikan: “Apa yang paling kami khawatirkan akhirnya terjadi! Para globalis-liberalis—jaringan NGO yang didanai oleh Soros—setelah menerima pukulan keras dari Presiden Trump, kini mencari dana dari negara-negara Eropa atas nama ‘program hak asasi manusia’. Namun, kami tidak akan membiarkan ini terjadi! Mereka tidak akan menemukan perlindungan di Eropa!”

Orban juga menambahkan bahwa dokumen USAID Files (Badan Pembangunan Internasional AS) telah mengungkap modus operandi gelap jaringan globalis ini, dan menegaskan bahwa Hungaria tidak akan tertipu lagi.

Kesimpulan

Keputusan Trump untuk membekukan bantuan luar negeri AS telah menciptakan krisis besar bagi jaringan NGO global, terutama yang didanai oleh Soros.

Kini, lebih dari 60 NGO mencari pendanaan dari Uni Eropa, tetapi Hungaria—di bawah kepemimpinan Orban—menentang upaya mereka dan bersumpah akan mengungkap operasi mereka lebih lanjut.

Dengan semakin meningkatnya perpecahan geopolitik, masa depan jaringan NGO global kini semakin tidak pasti, terutama dengan adanya tekanan dari Trump dan para pemimpin nasionalis di Eropa.(jhn/yn)

Epidemi di Tiongkok Terus Meningkat, Jumlah Kematian Melonjak Hingga  Krematorium Penuh

EtIndonesia. Wabah di Tiongkok terus melonjak dengan jumlah korban meninggal akibat kematian mendadak yang semakin meningkat. Banyak krematorium yang penuh sesak, bahkan beberapa daerah diam-diam mulai mengizinkan penguburan tradisional  karena lonjakan kematian yang drastis. Situasi yang semakin parah ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat.

Seorang warga Tiongkok mengeluhkan antrian panjang di rumah sakit: “Begitu banyak orang, sangat ramai. Saya menemani keluarga saya untuk berobat, dan butuh lebih dari dua jam hanya untuk mendapatkan nomor antrian dan bertemu dokter!”

Sejak Tahun Baru Imlek, kasus pneumonia, paru-paru putih (white lung syndrome), dan penyakit parah lainnya meningkat tajam. Banyak orang, mulai dari warga biasa, selebritas, hingga tenaga medis seperti perawat, meninggal secara tiba-tiba akibat penyakit ini.

Pada 17 Februari, seorang warga Heilongjiang melaporkan bahwa seorang perawat berusia 25 tahun di daerahnya meninggal dunia setelah mengalami demam berkepanjangan yang berkembang menjadi paru-paru putih. Meskipun sempat dirawat di ICU selama seminggu, nyawanya tidak bisa diselamatkan.

Mantan Kepala Departemen Akupunktur di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok, David Xu, menjelaskan bahwa penyakit yang saat ini menyebar di Tiongkok bukan hanya COVID-19, melainkan kombinasi dari berbagai virus, termasuk norovirus, flu burung, dan influenza tipe A.

“Ini bukan lagi penyakit tunggal, tetapi kombinasi dari beberapa virus. Tidak bisa dicegah, sulit diagnosis, dan tidak ada cara pasti untuk melawannya. Situasinya sangat berbahaya.”

Lonjakan Kematian di Berbagai Wilayah

Warga dari Henan, Anhui, dan Fujian juga melaporkan bahwa banyak orang lanjut usia yang meninggal secara tiba-tiba. Bahkan, di beberapa daerah pegunungan, jumlah penduduk telah berkurang drastis, menyebabkan banyak desa menjadi “kota mati”.

Seorang warga Xiamen, Fujian, Li, mengatakan: “Sejak sebelum Tahun Baru hingga sekarang, banyak orang meninggal. Saya sendiri kehilangan beberapa kerabat, teman, kolega, bahkan pelanggan bisnis saya—setidaknya puluhan orang. Krematorium sudah menambah tungku kremasi, tetapi karena terlalu penuh, sekarang beberapa daerah mulai mengizinkan penguburan tanah kembali.”

Sementara itu, beberapa warga melaporkan bahwa mereka tetap sehat dengan membaca 9 kata, sebuah kalimat yang diyakini pengikut Falun Gong sebagai kata-kata ajaib. 

Seorang warga Tongliao, Mongolia Dalam, Han, berkata: “Pemerintah Komunis menyensor internet kami dan tidak membiarkan kami melihat berita yang sebenarnya. Namun, setelah saya mengetahui kebenaran tentang Falun Gong dan mulai membaca ‘Falun Dafa Hao, Zhen Shan Ren Hao’ (‘Falun Dafa Baik, Sejati-Baik-Sabar Baik’) – saya tetap sehat dan tidak sakit.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Rusia Tolak Keanggotaan Ukraina di NATO, Trump Beri Dukungan Penuh Jika Eropa Kirim Pasukan ke Ukraina

0

EtIndonesia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa dalam kesepakatan damai apa pun, Rusia tidak akan pernah menerima kehadiran pasukan penjaga perdamaian NATO di Ukraina. Namun, dalam pernyataan yang bertentangan, Donald Trump menyatakan dukungan penuh jika negara-negara Eropa memutuskan untuk mengirimkan pasukan ke Ukraina.

Menurut laporan BBC, dalam pertemuan tingkat tinggi antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa: “Tidak peduli di bawah bendera apa mereka masuk, pasukan bersenjata asing tetaplah pasukan bersenjata. Ini jelas sesuatu yang sama sekali tidak dapat diterima.”

Lavrov juga mengungkapkan bahwa Rusia dan AS telah sepakat untuk membentuk tim negosiasi guna membahas kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan negara-negara Eropa mengirim pasukan ke Ukraina, Trump memberikan respons yang mengejutkan.

“Jika mereka ingin melakukan itu, bagus! Saya sepenuhnya mendukung,” katanya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Trump tidak akan menghalangi atau menentang jika Eropa meningkatkan keterlibatannya secara langsung dalam perang Ukraina.

Zelenskyy Tidak Diundang dalam Negosiasi AS-Rusia, Trump: “Saya Kecewa dengan Sikap Ukraina”

Setelah pertemuan di Arab Saudi, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa pembicaraan ini merupakan langkah awal dalam proses yang panjang dan sulit, tetapi sangat penting.

Namun, yang mengejutkan, Ukraina tidak diundang ke dalam pertemuan tersebut. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengaku terkejut dengan keputusan ini.

Ketika ditanya mengenai reaksi Zelenskyy yang merasa dikecualikan dari negosiasi, Trump justru menanggapi dengan nada kecewa terhadap Ukraina. 

Dalam wawancara di Mar-a-Lago, Florida, ia mengatakan: “Saya mendengar mereka kecewa karena tidak diundang, tetapi mereka sudah punya kesempatan untuk berpartisipasi selama tiga tahun terakhir. Masalah ini seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah sejak awal.”

Trump: “Saya Bisa Mengakhiri Perang Ini”

Setelah pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi, Trump menyatakan bahwa dia semakin percaya diri dalam menangani konflik ini.

“Pembicaraan berjalan dengan sangat baik. Rusia ingin melakukan sesuatu, mereka ingin menghentikan kebrutalan dan kebiadaban ini,” katanya,

Trump bahkan secara langsung mengklaim bahwa ia mampu mengakhiri perang Ukraina, dengan mengatakan: “Saya pikir saya dapat  mengakhiri perang ini.”

Sikap Trump yang semakin mendekati kebijakan diplomasi dengan Rusia, membuat masa depan Ukraina dalam perang ini semakin tidak pasti. (jhn/yn)

Taiwan Dikabarkan Berencana Membeli Senjata Senilai Puluhan Miliar Dolar AS,  Pakar : Taiwan Mungkin akan Mendapat Dukungan Trump

0

EtIndonesia. Laporan Reuters menyebutkan Taiwan sedang merencanakan anggaran pertahanan khusus yang akan difokuskan pada amunisi presisi, peningkatan pertahanan udara, sistem komando dan kontrol, perlengkapan cadangan militer, serta teknologi anti-drone. 

Saat ini, Taiwan tengah bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk membeli senjata senilai 7 hingga 10 miliar dolar AS, sebagai bukti komitmennya dalam memperkuat pertahanan nasional.

“Kami tidak akan mengomentari laporan anonim yang dikutip oleh Reuters. Namun, Kementerian Pertahanan selalu menyesuaikan rencana pembangunan militer lima tahunan berdasarkan ancaman yang ada,”  kata Direktur Perencanaan Pembangunan Militer Kementerian Pertahanan Taiwan, Ong Yu-Heng, menanggapi laporan tersebut. 

“Dalam upaya ini, kami mengevaluasi berbagai opsi, termasuk pembelian senjata dari luar negeri, penjualan komersial, serta produksi dalam negeri. Dengan demikian, pembelian senjata dari luar negeri bukan satu-satunya pilihan,” ujarnya. 

Banyak pihak percaya bahwa rencana Taiwan membeli senjata dalam jumlah besar ini dapat memperoleh dukungan dari Presiden AS, Donald Trump.

Menurut seorang blogger militer terkenal, Mark, ada dua alasan utama Taiwan melakukan pembelian ini:

  1. Memperkuat kekuatan militer domestik.
  2. Mengurangi surplus perdagangan dengan AS, sesuatu yang selama ini menjadi perhatian besar bagi Trump.

“Di periode pertama kepresidenannya, Trump sangat mendukung penjualan senjata ke Taiwan, termasuk jet tempur F-16V dan tank M1A2T, yang merupakan kesepakatan militer dengan nilai besar.”

Trump Tidak Peduli dengan Reaksi PKT

Wakil Profesor Ilmu Politik Universitas Nasional Taiwan, Chen Shih-Min, berpendapat bahwa kebijakan Trump terkait penjualan senjata ke Taiwan tidak mempertimbangkan reaksi PKT.

“Trump tidak peduli apakah PKT senang atau tidak dengan penjualan senjata ke Taiwan.”

Sebelum menjabat kembali, Trump beberapa kali mengkritik Taiwan karena kurang berinvestasi dalam pertahanan diri, serta menyoroti dominasi Taiwan di industri semikonduktor sebagai tidak adil. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Taiwan mengenai komitmen AS dalam membela pulau itu.

Namun, menurut pengamat politik, Trump lebih cenderung memisahkan isu Taiwan dari hubungan AS-Tiongkok.

“Fokus utama Trump adalah mencegah perang di Selat Taiwan. Selain itu, perhatian utamanya adalah industri semikonduktor Taiwan, apakah produksi chip harus dipindahkan ke AS, serta tarif perdagangan dan penjualan senjata. Trump juga pernah secara terbuka menyatakan bahwa jika PKT menyerang Taiwan, dia akan memberlakukan tarif 100% hingga 200% terhadap PKT, atau bahkan mempertimbangkan untuk mengebom Tiongkok.”

Pemerintahan Trump baru-baru ini kembali menegaskan bahwa strategi militer utama AS adalah memperkuat kehadiran di kawasan Indo-Pasifik guna menghadapi ancaman PKT. Meskipun AS masih menerapkan kebijakan “strategic ambiguity” (strategi ambigu) terhadap Taiwan, namun kebijakan ini tetap memberikan efek pencegahan terhadap PKT. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Pertemuan Pertama AS-Rusia di Riyadh untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina Selesai, Menlu AS Marco Rubio Tekankan Dua Poin Penting

EtIndonesia. Pada Selasa (18/2/2025), pejabat tinggi Amerika Serikat dan Rusia menggelar putaran pertama pembicaraan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, dalam upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Pertemuan ini berlangsung selama empat jam.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa pertemuan ini adalah “langkah pertama dalam perjalanan yang panjang dan sulit”. Sementara itu, pejabat Rusia mengungkapkan bahwa diskusi berjalan dengan baik.

Delegasi AS dalam pertemuan ini mencakup Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz, dan Utusan Khusus untuk Timur Tengah Steve Witkoff. Sementara itu, delegasi Rusia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Penasihat Kremlin Yuri Ushakov.

Trump Ubah Pendekatan AS terhadap Rusia

Pertemuan ini merupakan langkah besar dalam kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri kebijakan isolasi terhadap Rusia dan mencari solusi damai bagi konflik Rusia-Ukraina.

Menurut The Guardian, Rubio menegaskan bahwa ada dua poin utama yang perlu dipahami dalam perundingan damai Rusia-Ukraina:

  1. “Satu-satunya pemimpin dunia yang bisa mewujudkan perundingan ini adalah Presiden Trump,” kata Rubio.
  2. “Agar konflik ini berakhir, semua pihak yang terlibat harus menerima dan menyepakati solusi yang ditawarkan.”

Rubio juga menekankan bahwa semua pihak harus bersedia berkompromi, tetapi kompromi tersebut tidak boleh ditentukan terlebih dahulu sebelum negosiasi.

Menurutnya, Eropa akan memainkan peran penting dalam perundingan masa depan karena Uni Eropa adalah pihak yang menerapkan sanksi terhadap Rusia.

Rusia Ajukan Syarat Tambahan untuk Perdamaian

Penasihat kebijakan luar negeri Presiden Rusia, Yuri Ushakov, mengatakan kepada Interfax bahwa pembicaraan berjalan dengan baik dan bahwa kedua belah pihak juga membahas persyaratan untuk kemungkinan pertemuan puncak antara Presiden Putin dan Presiden Trump.

Namun, di saat yang sama, Rusia tampaknya meningkatkan tuntutannya untuk mengakhiri perang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa NATO tidak cukup hanya menolak keanggotaan Ukraina, tetapi juga harus mencabut janji yang dibuat pada tahun 2008 bahwa suatu hari nanti Ukraina akan bergabung dengan NATO.

“Jika tidak, masalah ini akan terus merusak stabilitas di Eropa,” kata Zakharova, seperti dikutip oleh Reuters.

Hingga saat ini, NATO dan AS belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan tersebut.

AS: Perundingan Sejati Akan Libatkan Ukraina

Meskipun Ukraina tidak diundang dalam pertemuan ini, Kementerian Luar Negeri AS menegaskan bahwa fokus utama pembicaraan adalah menilai keseriusan Rusia dalam mencapai perdamaian.

Jika negosiasi resmi dimulai, Ukraina pasti akan dilibatkan.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, setelah pertemuan di Riyadh, kembali menyerukan negara-negara Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka dan mengambil peran utama dalam menjamin keamanan Ukraina.

Mengenai kemungkinan pertemuan puncak Trump-Putin, Waltz mengatakan bahwa belum ada tanggal yang ditetapkan, tetapi kedua presiden telah membahas kemungkinan pertemuan tersebut. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Rudal Korea Utara Semakin Akurat! Ukraina: Rusia Meningkatkan Presisi KN-23, Mengancam Keamanan Asia Timur

EtIndonesia. Kepala Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina (HUR), Kyrylo Budanov, baru-baru ini mengungkapkan bahwa militer Korea Utara secara aktif terlibat dalam perang Rusia-Ukraina dan telah melakukan operasi tempur bersama dengan pasukan Rusia.

Dia menekankan bahwa meskipun pasukan Korea Utara telah mengalami kerugian besar, mereka tetap berada di garis depan dan terus memperkuat kerja sama militer dengan Rusia.

Pasukan Korea Utara Beroperasi dalam Kelompok Kecil Bersama Tentara Rusia

Menurut laporan dari akun X Giorgi Revishvili, Kepala HUR Kyrylo Budanov memperkirakan bahwa hingga saat ini, sekitar 4.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka parah di medan perang. Saat ini, pasukan Korea Utara tidak ditempatkan secara mandiri di garis depan, melainkan beroperasi dalam kelompok kecil yang disisipkan ke dalam unit tentara Rusia untuk menjalankan operasi tempur gabungan.

Budanov menjelaskan: “Mereka beroperasi dalam formasi kecil sebagai bagian dari pasukan Rusia, melaksanakan tugas tempur secara kolektif.”

Ketika ditanya apakah Korea Utara akan mengirim lebih banyak pasukan, Budanov menyatakan bahwa belum ada bukti konkret yang menunjukkan peningkatan jumlah pasukan infanteri atau unit pasukan khusus. Namun, dia menggarisbawahi bahwa artileri dan unit rudal Korea Utara telah meningkat secara signifikan, bersama dengan peningkatan besar dalam jumlah personel logistik yang menyertainya.

Wakil Kepala HUR, Vadym Skibitskyi, menambahkan bahwa sekitar 1.000 tentara Korea Utara saat ini tengah menjalani pelatihan untuk menggunakan peralatan militer modern.

Skibitskyi mengatakan: “Tentara Korea Utara memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Dalam hitungan bulan, mereka dapat menguasai taktik dan strategi perang modern.”

Selain itu, efektivitas tempur mereka telah meningkat secara signifikan, tidak hanya dalam penggunaan senjata konvensional seperti tank, tetapi juga dalam pengoperasian teknologi canggih seperti drone.

Budanov memperingatkan bahwa kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia kini mencakup berbagai bidang, termasuk teknologi, sains, dan industri, mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bundanov menegaskan: “Kerja sama ini merupakan ancaman besar bagi komunitas internasional.”

Budanov secara khusus menyoroti bahwa rudal KN-23 yang dipasok Korea Utara ke Rusia awalnya memiliki masalah akurasi yang serius, dengan margin kesalahan mencapai 500 hingga 1.500 meter. Namun, setelah para ahli rudal Rusia melakukan modifikasi teknis, tingkat akurasi KN-23 meningkat secara signifikan, menjadikannya ancaman yang lebih besar di medan perang.

Dia menambahkan bahwa perang ini telah memberikan Korea Utara kesempatan untuk memperoleh pengalaman tempur langsung dan mempercepat modernisasi militernya, yang pada akhirnya dapat berdampak besar terhadap stabilitas keamanan di kawasan Asia-Pasifik.

Seorang pejabat intelijen militer Ukraina yang ikut dalam wawancara ini mengungkapkan bahwa situasi di medan perang Ukraina berubah setiap enam bulan sekali.

Dia mengatakanan: “Setiap kali kami mengembangkan teknologi baru seperti drone dan sistem perang elektronik, Rusia segera merancang langkah-langkah balasan, dan kami pun terus menyesuaikan taktik kami untuk menghadapinya.”

Menurutnya, pasukan Korea Utara juga sedang mengamati dan menyesuaikan diri dengan perubahan ini secara real-time. (jhn/yn)

Putaran Kedua Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Akan Dimulai, Israel Tarik Pasukan dari Lebanon, Tinggalkan 5 Pos Militer

EtIndonesia. Tentara Israel menarik diri dari wilayah selatan Lebanon, namun tetap mempertahankan sejumlah kecil pasukan untuk melindungi warga setempat. Sementara itu, putaran kedua negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera dimulai. Israel menargetkan pembebasan semua sandera dan demiliterisasi penuh Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan bahwa Israel akan melakukan negosiasi tidak langsung dengan kelompok militan Palestina, Hamas, terkait tahap kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza minggu ini.

Dia menegaskan bahwa Israel berkomitmen untuk memastikan pembebasan semua sandera dan demiliterisasi penuh Gaza.

“Kami tidak akan menerima keberadaan Hamas atau organisasi teroris lainnya di Gaza,” katanya.

Saar juga menegaskan bahwa Otoritas Palestina telah mempromosikan kekerasan dan mendukung terorisme, sehingga Israel tidak akan menerima mereka sebagai penguasa sipil Gaza.

Presiden AS Trump: “Amerika akan mengambil alih Jalur Gaza.”

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa usulan Presiden AS Donald Trump agar Amerika Serikat mengambil alih Gaza patut dipertimbangkan.

Dalam tahap pertama negosiasi yang masih berlangsung, sebanyak 19 sandera Israel telah dibebaskan, dan diperkirakan 14 lainnya akan menyusul, di mana 6 di antaranya diyakini masih hidup. Israel berharap dapat menyelamatkan mereka pada hari Sabtu mendatang.

Selain itu, pada  Kamis, jenazah 4 sandera akan diserahkan, termasuk dua anak kecil yang menjadi korban. Salah satunya, Kfir, diculik ketika masih berusia 9 bulan.

Para pengamat memperkirakan bahwa tahap kedua negosiasi akan lebih sulit, mengingat masih ada perbedaan besar antara Israel dan Hamas terkait pengelolaan Gaza pasca perang.

Israel Tarik Pasukan dari Lebanon, Namun Tetap Menjaga 5 Pos Strategis

Pada 18 Februari menandai batas waktu penarikan pasukan Israel dari Lebanon yang sebelumnya sempat ditunda. Berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hizbullah Lebanon tahun lalu, Israel menarik pasukannya dari wilayah perbatasan selatan Lebanon pada hari itu. Sementara itu, tentara Lebanon bersama pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan ke wilayah tersebut.

Setelah penarikan pasukan Israel, banyak warga Lebanon mulai kembali ke desa-desa di selatan.

Namun, demi menjamin keamanan penduduk di perbatasan utara Israel, militer Israel mengumumkan bahwa mereka tetap mempertahankan kehadiran di “5 pos strategis” di dekat perbatasan.

Seorang warga perbatasan utara Israel, Moskovitz, mengatakan: “Sebagian besar warga Israel masih takut. Kami berharap semuanya tetap aman, dan Israel Defense Forces (IDF) dapat melindungi kami.”

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa jika Hizbullah melakukan tindakan yang mengancam, Israel akan segera mengambil tindakan balasan. Berdasarkan perjanjian tersebut, Hizbullah diwajibkan mundur ke utara Sungai Litani dan membongkar seluruh infrastruktur militernya di wilayah selatan Lebanon. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Kasus Pemakzulan Yoon Suk-yeol Memicu Gelombang “Pemusnahan Komunis”, Mempengaruhi Kunjungan Xi Jinping ke Korea Selatan pada Oktober Mendatang

0


EtIndonesia.
Persidangan pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memasuki tahap akhir, dan Mahkamah Konstitusi diperkirakan akan mengeluarkan putusan paling cepat pada awal Maret. Dalam waktu dua bulan yang singkat ini, semakin banyak masyarakat Korea yang mulai memahami alasan Yoon Suk-yeol mengumumkan darurat militer. Setiap akhir pekan, dukungan terhadap Yoon Suk-yeol semakin meningkat, dan gelombang “pemusnahan komunis” semakin besar.

Kasus Pemakzulan Yoon Suk-yeol Memicu Gelombang “Pemusnahan Komunis”

Menurut prediksi, putusan persidangan pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol kemungkinan akan dikeluarkan lebih awal, yakni pada awal Maret. Hal ini disebabkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi pada sidang ketujuh tanggal 11 Februari yang menolak permohonan pihak Yoon Suk-yeol untuk memanggil mantan Perdana Menteri Han Duck-soo dan Komandan Intelijen Militer Sementara Lee Kyung-min sebagai saksi. Selain itu, dalam sidang kedelapan pada 13 Februari, tidak ada jadwal sidang tambahan yang ditetapkan. Partai berkuasa, People Power Party, memprotes bahwa percepatan persidangan pemakzulan ini menunjukkan adanya bias politik di Mahkamah Konstitusi.

Presiden Yoon Suk-yeol dimakzulkan karena mengumumkan darurat militer, dan kelompok konservatif yang menentang pemakzulan ini akan mengadakan unjuk rasa pada 22 Februari di alun-alun Stasiun kereta di Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.

Menurut kepolisian Jeolla Selatan dan Dewan Kota Mokpo pada 19 Februari, kelompok agama konservatif Save Korea dan satu organisasi masyarakat telah mengajukan izin untuk mengadakan unjuk rasa menentang pemakzulan pada 22 Februari, dari pukul 14.00 hingga 16.00 di alun-alun stasiun kereta Mokpo.

Presiden Yoon Suk-yeol, yang saat ini diskors oleh Dewan Perwakilan Rakyat Korea Selatan, bersikeras bahwa alasan dia mengumumkan darurat militer pada Desember tahun lalu adalah karena adanya dugaan campur tangan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam pemilu Korea Selatan. 

The Korea Times sebelumnya melaporkan bahwa pernyataan Yoon Suk-yeol telah memicu gelombang “pemusnahan komunis” di Korea Selatan, yang bahkan berpotensi mempengaruhi kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Korea Selatan pada Oktober untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

Dalam beberapa minggu terakhir, terjadi aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Seoul, yang disebut sebagai “Festival Pemusnahan Komunis”. Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan seperti “Xi Jinping turun!”

Laporan menyebutkan bahwa unjuk rasa anti-komunis ini dipicu oleh klaim Yoon Suk-yeol dan tim hukumnya.

Dalam berbagai dokumen pengadilan dan pernyataan publik, Yoon Suk-yeol menyebut bahwa sistem jaringan Komisi Pemilihan Umum Korea Selatan rentan terhadap serangan siber. Dia mengisyaratkan bahwa PKT, yang sebelumnya dituduh melakukan manipulasi politik di negara lain, mungkin telah memanfaatkan kelemahan sistem ini.

Tim hukum Yoon Suk-yeol juga mengajukan pernyataan tertulis ke pengadilan pada 14 Januari, menuduh bahwa partai oposisi Korea berupaya “mengubah negara ini menjadi koloni Tiongkok dan Korea Utara”.

Pada 15 Januari, Yoon Suk-yeol menulis surat terbuka yang mendorong para pemuda Korea Selatan untuk memprotes “kekuatan pro-Komunis” di negara itu. 

Dia mengatakan: “Saya sangat terharu mendengar suara generasi muda yang menentang kekuatan pro-Tiongkok.”

Para anggota parlemen konservatif Korea Selatan menduga bahwa PKT berada di balik rencana pemakzulan ini. Mereka juga mengklaim bahwa warga Tiongkok yang tinggal di Korea Selatan berperan besar dalam aksi unjuk rasa mendukung pemakzulan Yoon Suk-yeol.

Laporan menyebut bahwa Kedutaan Besar Tiongkok di Korea Selatan telah menyampaikan keprihatinannya kepada pemerintah Korea Selatan melalui jalur diplomatik. Para pejabat Korea Selatan yang berupaya menjaga hubungan baik dengan Tiongkok merasa situasi ini menjadi masalah besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok semakin tidak senang dengan hubungan keamanan yang semakin erat antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan bilateral.

Ketika bertemu dengan Ketua Parlemen Korea Selatan Woo Won-shik di Harbin baru-baru ini, Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa dia “sedang mempertimbangkan secara serius” untuk menghadiri Konferensi APEC di Gyeongju, Provinsi Gyeongsang Utara. Jika kunjungan ini terlaksana, maka ini akan menjadi kunjungan pertama pemimpin Tiongkok ke Korea Selatan dalam lebih dari satu dekade.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan kini bertindak hati-hati agar tidak merusak hubungan bilateral. 

Seorang pejabat kabinet mengatakan: “Kami tidak dapat mengomentari pernyataan yang muncul selama proses pemakzulan di Mahkamah Konstitusi, tetapi kami tetap berkomunikasi dengan Tiongkok secara erat untuk memastikan bahwa pernyataan tertentu tidak berdampak negatif pada hubungan bilateral.”

Sidang Pemakzulan Yoon Suk-yeol Diperkirakan Diputuskan pada Awal Maret

Pada sidang ketujuh, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan menolak permohonan pihak Yoon Suk-yeol untuk memanggil Han Duck-soo sebagai saksi dengan alasan “tidak diperlukan”.

Setelah pemeriksaan saksi selesai, akan diadakan satu atau dua sidang akhir untuk mendengarkan pernyataan akhir dari tim pemakzulan dan pihak Yoon Suk-yeol.

Biasanya, putusan pengadilan diumumkan dalam waktu dua minggu setelah sidang akhir. Berdasarkan preseden sebelumnya, mantan Presiden Park Geun-hye dan Roh Moo-hyun masing-masing menerima putusan dalam 11 dan 14 hari setelah sidang akhir mereka. Mengingat pola jadwal persidangan pemakzulan Yoon Suk-yeol, putusan diperkirakan akan diumumkan pada awal Maret.

Unjuk Rasa Menentang Pemakzulan Semakin Besar

Pada 15 Februari, terjadi unjuk rasa di Universitas Nasional Seoul, di mana dua kelompok berbeda—pendukung dan penentang pemakzulan—menggelar aksi mereka.

Menurut laporan NTD Korea, karena kelompok pendukung pemakzulan tidak membubarkan diri sesuai jadwal dan tetap meneriakkan slogan di tempat aksi yang sama, suasana di lokasi menjadi tegang. Polisi pun dikerahkan untuk menjaga ketertiban.

Ketua Forum Kebenaran Universitas Seoul, Kim Eun-kyu, mengatakan: “Kami berkumpul untuk mengungkapkan keberatan kami terhadap pemakzulan yang didasarkan pada kebohongan dan agitasi. Saat ini, Korea Selatan sedang berjuang antara kebenaran dan kebohongan.”

Seorang warga bernama Kim Yeong menambahkan: “Jika kami tidak angkat suara sekarang, maka kami diam saja terhadap mereka yang ingin merampas kedaulatan negara ini. Demi masa depan Korea, lebih banyak orang harus berdiri melawan ini.” (jhn/yn)

Israel Berencana Menyerang Fasilitas Nuklir Iran? AS Kirim Bom 2.000 Pon, Iran Segera Tambah Rudal dan Jet Tempur Su-35

0

EtIndonesia. Menurut laporan media Tiongkok Guancha.cn, pejabat intelijen Amerika Serikat memperkirakan bahwa Israel berencana menyerang fasilitas nuklir Iran pada tahun ini. Bahkan, sebelum Trump menjabat kembali, sudah ada “sumber informasi” dari AS yang menyebutkan bahwa Washington juga berencana untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Baru-baru ini, AS mengirimkan sejumlah bom seberat 2.000 pon ke Israel, yang semakin memicu spekulasi tentang ancaman militer terhadap Iran.

Serangan terhadap fasilitas nuklir sangat berbeda dengan serangan terhadap target militer atau sipil biasa. Jika sebuah reaktor nuklir dihantam dan meledak, dampaknya bisa setara dengan ledakan bom nuklir.

Baik Amerika Serikat maupun Israel tidak berani bertindak gegabah, karena hal ini berpotensi memicu bencana nuklir besar di Timur Tengah.

Menurut laporan Guancha.cn, jika Israel benar-benar ingin berperang dengan Iran, mereka harus menghadapi berbagai tantangan besar.

Salah satu hambatan utama adalah kelompok-kelompok perlawanan di Timur Tengah yang berpihak kepada Iran, seperti Hamas, Houthi, dan Hizbullah.

Kelompok-kelompok ini siap bertindak sebagai “perisai pertahanan” bagi Iran dan dapat mengganggu upaya Israel dalam melancarkan serangan militer besar-besaran.

Untuk menghadapi ancaman militer dari Amerika Serikat dan Israel, Iran telah memamerkan sejumlah besar senjata canggih dengan presisi tinggi dan jangkauan jauh.

Baru-baru ini, Iran juga mendapatkan dukungan kuat dari sekutu terbesarnya, Rusia.

Menurut laporan ECNS.cn Tiongkok, Iran telah menerima pengiriman pertama 25 unit jet tempur Su-35 buatan Rusia.

Selain itu, berdasarkan perjanjian yang telah ditandatangani antara Moskow dan Teheran, Iran kemungkinan akan membeli tambahan 25 unit jet tempur Su-35 lagi.

Potensi konflik antara Israel dan Iran semakin meningkat, terutama dengan laporan bahwa AS telah mengirimkan bom seberat 2.000 pon ke Israel dan adanya dugaan rencana serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Namun, jika Israel benar-benar melancarkan serangan, hal ini dapat memicu bencana nuklir yang berpotensi mengguncang seluruh Timur Tengah.

Di sisi lain, Iran tidak tinggal diam. Mereka terus memperkuat militernya dengan senjata canggih dan dukungan dari Rusia, termasuk tambahan jet tempur Su-35.

Kawasan Timur Tengah kini berada dalam situasi yang semakin tegang, dengan kemungkinan besar konflik akan meningkat dalam waktu dekat.(jhn/yn)

Ukraina Menyerang Rusia Secara Besar-Besaran. Akankah AS Menjalin Hubungan Diplomatik dengan Taiwan?

Fokus hari ini: Pasukan Ukraina melancarkan serangan tiba-tiba ke Rusia. Tentara Korea Utara muncul kembali di Kursk. Ukraina ingin membangun senjata nuklir dan meluncurkan wajib militer berskala besar. Perdana Menteri Jepang mengunjungi Gedung Putih dan menginvestasikan triliunan dolar untuk memperkuat aliansi. Anggota parlemen AS meloloskan resolusi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan. Dokumen naturalisasi AS hanya mengakui “Taiwan”.

Perdana Menteri Jepang berkunjung ke Gedung Putih, investasi triliun dolar perkuat aliansi

Pada 7 Februari, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Gedung Putih, Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru menjadi kepala negara kedua yang mengunjungi Gedung Putih sejak pelantikan Trump pada 20 Januari. Jelaslah bahwa Trump telah menjadikan Asia-Pasifik sebagai salah satu prioritas strategis masa depan Amerika Serikat. 

Pada hari pertama kunjungan Ishiba Shigeru , ia menyampaikan keinginan Jepang untuk memperkuat kerja sama aliansi. Berikut terdapat hal yang cukup menarik:  Ishiba Shigeru dan Trump hanya berbincang selama 30 menit, tetapi mereka menghabiskan waktu untuk makan siang Bersama selama 1 jam 20 menit. 

Media mengungkapkan bahwa keduanya terlibat percakapan yang sangat menyenangkan saat itu. Tampaknya banyak hal telah diselesaikan di bawah meja perundingan. Tentu saja, bagi Trump, presiden yang tidak digaji tetapi menerapkan kebijakan “America First” ini tidak akan melewatkan kesempatan apa pun untuk meraup banyak uang bagi rakyat Amerika Serikat.

PM Ishiba Shigeru dengan penuh keyakinan langsung mengatakan: “Jepang akan meningkatkan investasinya di Amerika Serikat hingga mencapai titik tertinggi barunya, yakni satu triliun dolar AS!” Trump juga langsung menimpali dengan mengingatkan Shigeru Ishiba bahwa AS masih memiliki banyak cadangan minyak dan gas alam di Alaska, kesempatan tersebut jangan sampai lupa untuk dipertimbangkan juga.

Ketika penerjemah Ishiba Shigeru mengatakan bahwa bos-bos Jepang seperti Toyota dengan penuh semangat menunggu Trump kembali duduk di Gedung Putih, saya pikir reaksi dalam benak Trump adalah: Bukan main! Poin penting lainnya dalam pernyataan bersama para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang adalah menegaskan kembali pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan menekankan penentangan terhadap perubahan status quo dengan cara kekerasan. Meskipun tidak disebutkan kepada siapa kalimat ini ditujukan? Tentu kita semua sudah tahu, bukan?!

Hsieh Chin-ho, seorang pakar keuangan Taiwan dalam komentarnya mengatakan, bahwa Amerika Serikat sedang membangun “Sabuk dan Jalan” miliknya sendiri untuk melawan “Sabuk dan Jalan” PKT. Kantor Kepresidenan Taiwan dalam tanggapannya mengatakan: Para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang menyatakan dukungan tegas mereka terhadap perdamaian di Selat Taiwan dan partisipasi Taiwan dalam urusan internasional. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Taiwan menyebutkan, bahwa Taiwan akan memperkuat kemampuan pertahanan diri, memperdalam kerja samanya dengan Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain untuk memajukan perdamaian dan stabilitas regional.

Namun, penulis berpikir jika Taiwan benar-benar memahami karakter Trump, ada baiknya mereka mengambil beberapa tindakan praktis. Misalnya: Taiwan dapat segera menyesuaikan praktik mengimpor minyak dan gas alam dari Timur Tengah yang selama ini dilakukan, dengan beralih membelinya dari Amerika Serikat?

Sejujurnya,  agak khawatir dengan Taiwan. Coba pikirkan, Jepang sekarang mulai meningkatkan investasinya di Amerika Serikat dan memimpin pembelian minyak dan gas alam Amerika Serikat, padahal Taiwan sekarang menjadi negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar kedelapan dengan Amerika Serikat. Dengan kata lain, bahwa Taiwan adalah negara kedelapan yang memperoleh pendapatan terbanyak dari Amerika Serikat. Jika Taiwan tidak segera membuat perubahan kebijakan, ia mungkin akan “bertabrakan” dengan kebijakan baru Trump yang “America First”.

Anda dan penulis mungkin akan menemukan bahwa interaksi antar negara sebenarnya mirip dengan interaksi antar teman biasa. Lebih langgeng hanya ketika ada saling memberi dan menerima. Jenis hubungan yang selalu mengharuskan pihak lain untuk bersikap “benar secara politis” dan jujur ​​pada akhirnya dapat menemui masalah besar. Penulis mendengar bahwa TSMC baru-baru ini sedang membuat keputusan investasi besar yang akan menguntungkan Amerika Serikat, yang tidak diragukan lagi merupakan perubahan sikap yang sangat positif.

Kini, ketika seluruh dunia sedang berusaha untuk kembali kepada tradisi dan akal sehat, penulis merasa Taiwan juga harus merenungkan dan mengoreksi beberapa kebijakan dan tren ekstrem kirinya yang “benar secara politis”. Hal-hal di dunia saat ini yang kedengarannya mulia di permukaan belum tentu merupakan pikiran dan perilaku yang seharusnya dimiliki manusia. Tetap saja ada perbedaan mendasar antara manusia dan binatang seperti monyet. Kita akan menemukan bahwa seringkali kaum ateis yang percaya pada “memanjakan sifat bawaan”, sebenarnya sama dengan PKT yang berani mengikuti sifat mereka yang berani melanggar hukum langit dan bumi.

Usulan resolusi untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan. Dokumen naturalisasi AS hanya mengenal “Taiwan”

Pada 7 Februari, 24 orang anggota DPR-AS dari Partai Republik mengajukan resolusi yang menyerukan kepada pemerintahan Trump untuk menghapuskan kebijakan satu Tiongkok yang “ketinggalan zaman, kontraproduktif, dan tidak jujur”, memulihkan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, merundingkan perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan Taiwan, dan mendukung aksesi Taiwan ke organisasi internasional. 

Alasan para anggota kongres AS mengusulkan rancangan undang-undang ini adalah karena mereka percaya bahwa apa yang disebut kebijakan satu Tiongkok tidak dapat mencerminkan kenyataan bahwa Taiwan telah menjadi negara berdaulat dan merdeka selama lebih dari 70 tahun, juga tidak dapat lebih selaras dengan kepentingan rakyat Amerika Serikat dan Taiwan. Resolusi tersebut juga menyerukan Trump untuk mengakui legitimasi pemerintah Taiwan yang dipilih secara demokratis dan mengizinkan kedua negara untuk saling mengirim duta besar.

Dua anggota kongres yang menandatangani resolusi ini patut mendapat perhatian: satu adalah Christopher Smith, ketua Komisi Eksekutif Kongres AS untuk Tiongkok (Congressional-Executive Commission on China. CECC), dan Andy Ogles, anggota Kongres AS dari Partai Republik yang pernah mengusulkan untuk mengundang Taiwan berpartisipasi dalam latihan militer Rim of the Pacific.

Jika resolusi para anggota kongres itu hanyalah reaksi terhadap opini publik Amerika Serikat dan bukan kebijakan pemerintah AS, maka saya benar-benar terkejut melihat pernyataan dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS baru-baru ini.

Seseorang mengunggah sebuah petikan dari instruksi Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS untuk dokumen naturalisasi warga negara AS, yang isinya dengan jelas tertulis: Pelamar yang lahir di Taiwan harus mencantumkan Taiwan sebagai negara kelahiran mereka pada formulir naturalisasi N-400. 

Kantor Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (United States Citizenship and Immigration Services. USCIS) tidak akan menerbitkan sertifikat yang mencantumkan “Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok”, “Taiwan, Tiongkok”, atau “Taiwan, Republik Tiongkok”. Istilah Republik Rakyat Tiongkok adalah nama negara yang hanya digunakan untuk pelamar yang lahir di Republik Rakyat Tiongkok.

Direktur Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS yang baru diangkat telah memperjelas ambisi jahat PKT.

Sebagian orang mungkin akan mengatakan bahwa pernyataan ini sudah pernah ada sebelumnya dan bukan hanya dalam beberapa minggu terakhir. Kalau begitu, mari kita lihat apa yang dikatakan Menteri Luar Negeri AS beberapa hari lalu ketika ia mengunjungi negara Amerika Tengah, Guatemala.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada konferensi pers bersama dengan Presiden Guatemala Bernardo Arévalo: Terima kasih atas hubungan Guatemala dengan negara demokrasi lainnya, Taiwan. Saya akan melakukan apa saja yang saya bisa untuk mendukung hubungan Guatemala dengan Taiwan, tidak hanya dalam hal komitmen diplomatik, tetapi juga dalam hal kepentingan ekonomi.

Pasukan Ukraina menyerbu Rusia, tentara Korea Utara muncul kembali di Kursk

Banyak orang tidak tahu bahwa pada 6 Februari menandai enam bulan sejak tentara Ukraina menginvasi Kursk, Rusia. Pada hari itu, Presiden Ukraina Zelenskyy secara khusus mengatakan bahwa, dengan tindakan aktif kami di wilayah Rusia, tentu saja masyarakat Rusia juga akan merasakan apa arti perang. Zelenskyy juga secara khusus menyebutkan bahwa di Kursk, pasukan Ukraina menangkap ratusan tentara Rusia – sehingga dapat menukar mereka dengan lebih banyak tentara Ukraina sendiri.

Pada saat yang sama ketika Zelensky berbicara, tentara Ukraina melancarkan serangan besar-besaran di Kursk, Rusia, dan tentara Rusia mengerahkan puluhan ribu tentara untuk melawan.

Pada 7 Februari, Zelensky mengakui bahwa pasukan Ukraina telah melancarkan serangan baru di wilayah Kursk. Ini juga berarti bahwa ultimatum Putin kepada tentara Rusia tertanggal 20 Januari 2025 untuk mengusir tentara Ukraina keluar dari Kursk menjadi sia-sia tidak berkelanjutan. 

Menurut Zelenskyy, Putin mengirim sekitar 60.000 orang tentara untuk menghadapi tentara Ukraina di Kursk, dan pasukan Ukraina berhasil maju 7 kilometer dalam dua hari pertempuran. Setelah garis pertahanan Rusia jebol, Resimen Lintas Udara ke-11, Resimen Infantri Marinir ke-177, dan Resimen Infantri ke-9 Angkatan Darat Rusia menghadapi krisis pengepungan atau bahkan pemusnahan.

Zelensky juga mengungkapkan bahwa karena serangan gencar dari pasukan Ukraina, Rusia harus memindahkan pasukan Korea Utara yang telah ditarik mundur ke belakang untuk kembali ke garis depan. Perbedaan terbesar kali ini adalah serangan tentara Korea Utara sudah dilengkapi dengan tank, bukan serangan manusia besar-besaran tanpa perlindungan. Bahkan dengan persenjataan yang ditingkatkan, mereka tetap menjadi sasaran pesawat tak berawak Ukraina segera setelah mereka muncul lagi di medan perang.

Pada 8 Februari, media Rusia melaporkan bahwa tentara Rusia mulai menggunakan ternak untuk mengangkut amunisi dan perbekalan, dan keledai menjadi alat transportasi penting di garis depan. Seorang anggota kongres Rusia juga menjelaskan: “Adalah hal yang wajar untuk memfungsikan keledai di garis depan”. Karena itu ada saja netizen dengan nada canda mengomentari dengan tulisan: Mereka harus segera mengajukan gugatan hukum ke organisasi perlindungan hewan, menuntut agar tentara Rusia menjamin hak-hak keledai.

Pada 7 Februari, media Ukraina melaporkan bahwa pasukan Ukraina baru-baru ini telah berhasil menduduki lebih dari 100 kilometer persegi wilayah Rusia. Menurut analisis pihak luar, niat Zelensky semakin jelas, bahwa ia ingin memperluas wilayah Rusia yang diduduki sebanyak mungkin sebelum Trump mendorong perjanjian gencatan senjata, agar bisa menukarkan tanah dengan tanah, memaksa Putin menyerahkan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai ganti wilayah Kursk.

Ukraina ingin membangun senjata nuklir dan meluncurkan wajib militer besar-besaran

Dunia luar terus mempertanyakan masalah Ukraina kekurangan pasukannya setelah tiga tahun perang. Jangan lupa bahwa bahkan di bawah desakan Amerika Serikat dan NATO, pemerintah Ukraina tidak menurunkan batas bawah wajib militer bagi warga negara mereka yang berusia di atas 25 tahun selama tiga tahun perang berlangsung. 

Berita terbaru adalah bahwa Zelensky kemungkinan akan mengumumkan kebijakan wajib militer baru dalam waktu dekat, yang menawarkan kondisi istimewa seperti pinjaman perumahan tanpa bunga, pendidikan gratis, dan gaji tinggi kepada kaum muda Ukraina berusia 18 hingga 24 tahun, dan menerapkan wajib militer bagi kaum muda di atas usia 18 tahun untuk berpartisipasi dalam Perang Patriotik Melindungi Negara. 

Begitu hal ini terlaksana, maka militer Ukraina akan memperoleh tambahan sebanyak puluhan ribu orang tentara. Zelenskyy mengatakan bahwa militer Ukraina sedikitnya akan mendapat tambahan sebanyak 100.000 orang tentara.

Pada saat ini, ucapan mantan Menteri Luar Negeri Ukraina Volodymyr Ohryzko  kembali menggemparkan dunia. Ia menyatakan kepada publik: Senjata nuklir mungkin muncul di Ukraina. Jika keinginan Ukraina untuk segera bergabung dengan NATO tidak terwujud, maka Ukraina akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melawan ancaman Rusia. Volodymyr Ohryzko  mengungkapkan bahwa Ukraina memiliki semua kondisi yang diperlukan untuk memproduksi senjata nuklir, dan kami memiliki kemampuan agar senjata nuklir kembali ke tangan kami. #