oleh Torsten Trey, M.D., Ph.D
The New York Times menerbitkan serangkaian artikel pada 16 Agustus 2024 yang diarahkan untuk membingkai sebuah gambaran menyesatkan tentang Shen Yun, sebuah pertunjukan tarian dan musik klasik Tiongkok yang mendapat sambutan hangat luar biasa saat melakukan tur ke seluruh dunia setiap tahunnya.
Dalam artikel-artikelnya, The New York Times dengan cekatan memperluas pembahasan untuk mencakup seluruh gerakan spiritual Falun Gong, yang mana mencerminkan tidak hanya prasangka media tersebut, tetapi juga upaya nyata menghasut kebencian.
Ketika mereka melakukan hal itu, para penulis menyepelekan tingkat keparahan penganiayaan terhadap disiplin spiritual di Tiongkok, yang dimulai pada tahun 1999, dan menggambarkan pengambilan paksa organ tubuh dari para tahanan Falun Gong yang masih hidup dalam sistem penjara Tiongkok hanya sebagai “klaim”.
The New York Times tampaknya dengan sengaja mengabaikan banyaknya bukti yang telah muncul sejak berita tentang penyalahgunaan medis yang mengerikan ini pertama kali muncul pada tahun 2006.
Pada saat itu, para saksi dan penyelidik menyampaikan bukti-bukti pertama. Pada tahun 2016, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengesahkan H.Res. 343 yang mengutuk praktik pengambilan organ tubuh secara paksa terhadap tahanan hati nurani Falun Gong dan menyerukan agar praktik tersebut dihentikan.
Pada tahun yang sama, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan Deklarasi Tertulis 48 untuk mengekspresikan posisi yang sama. Dan pada tahun 2019, Tribunal Tiongkok yang diketuai oleh Sir Geoffrey Nice KC, jaksa penuntut utama yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyimpulkan bahwa Falun Gong kemungkinan besar adalah “korban utama” dari pengambilan paksa organ tubuh di Tiongkok.
Ketika pada tahun 2016 salah satu reporter The New York Times, Didi Kirsten Tatlow, berusaha menyelidiki dan meliput pembunuhan praktisi Falun Gong untuk diambil organ tubuhnya di Tiongkok, media tersebut memblokirnya.
“Kesan saya, The New York Times, atasan saya pada saat itu, tidak senang saya mengejar cerita-cerita ini [tentang pelanggaran transplantasi organ], dan setelah awalnya mentolerir upaya saya, membuat saya tidak mungkin untuk melanjutkannya,” katanya dalam kesaksiannya di depan Tribunal Tiongkok 2019, sebuah panel independen yang terdiri dari para ahli yang mengkaji bukti-bukti pengambilan paksa organ tubuh.
Selain penulisnya sendiri, NYT tampaknya mempermasalahkan fakta bahwa kelompok yang teraniaya ini berusaha untuk mengekspos kekejaman yang dilakukan terhadap mereka, dengan mengatakan bahwa “menyerang pemerintah Tiongkok telah menjadi tema yang dominan.”
Apa yang salah dengan para korban dari kampanye penganiayaan brutal yang angkat bicara tentang penindasan tersebut?
Faktanya, para praktisi Falun Gong telah memahami sifat jahat Partai Komunis Tiongkok (PKT) jauh sebelum Barat menyadarinya. Selain itu, daftar orang-orang yang menentang PKT dan tindakannya terus bertambah – tanyakan saja pada orang-orang Taiwan, Filipina, Tibet, Uighur, Kristen rumahan di Tiongkok, dan para pemerintah yang menyadari bahwa Inisiatif Belt and Road Beijing merupakan jebakan utang bagi negara mereka.
Pertumbuhan dan kesuksesan Shen Yun yang tampaknya menjadi alasan utama kemarahan The New York Times.
Faktanya, dapatkah seseorang menyebutkan sebuah kelompok seni pertunjukan yang tampil di hadapan jutaan penonton setiap tahunnya? Sebuah perusahaan seni pertunjukan yang sedang berkembang, terutama yang mengangkat spirit para penontonnya, adalah sesuatu yang harus dirayakan.
Dan, apa yang salah dengan mengajarkan orang-orang tentang menjadi Sejati-Baik-Sabar, yang merupakan prinsip-prinsip inti dari Falun Gong? Menurut penulis, merupakan hal yang baik bahwa di dunia yang penuh dengan perubahan radikal dan perkembangan yang kacau ini, orang-orang menemukan ketenangan pikiran dan tujuan dalam prinsip-prinsip spiritual.
Bagi para jurnalis yang mengabaikan konsep-konsep agama dan gagasan untuk berpegang teguh pada keyakinan seseorang, hendaknya memberikan sedikit respek kepada orang-orang yang memiliki keyakinan mungkin merupakan kesempatan yang baik untuk mempraktekkan lebih banyak toleransi.
Sementara puluhan juta orang yang mempraktikkan Falun Gong di Tiongkok terus mengalami penganiayaan berat oleh rezim yang sama yang bertanggung jawab atas pembantaian mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, serta berbagai kekejaman lainnya selama bertahun-tahun, reaksi pertama dari komunitas internasional seharusnya adalah simpati dan belas kasih—bukan ikut-ikutan dengan PKT dengan menulis artikel yang mencemarkan nama baik.
Jika rezim totaliter Tiongkok gagal menghentikan kelompok spiritual seperti Falun Gong, maka dunia bebas seharusnya memberikan penghormatan kepada Falun Gong.
Sudah menjadi tradisi di Amerika Serikat untuk berdiri bersama orang-orang yang teraniaya. Seharusnya juga menjadi tradisi bagi media untuk membantu orang-orang teraniaya dengan menulis secara adil tentang penderitaan mereka. Ini akan menjadi sebuah isyarat kecil dari rasa belas kasih memungkinkan suara para korban penganiayaan selama 25 tahun untuk didengar.
Kapan The New York Times akan mengundang para praktisi Falun Gong untuk menceritakan kisah penganiayaan ini?
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan pandangan The Epoch Times.
Torsten Trey, M.D., Ph.D., pendiri dan direktur eksekutif kelompok advokasi etika medis Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH), merupakan salah satu pemimpin gerakan global melawan pengambilan organ paksa di Tiongkok. Dianggap sebagai pakar terkemuka di bidang ini, Dr. Trey telah ikut menulis buku dan menulis banyak di jurnal medis tentang topik ini. Sebagai pembicara internasional, Dr. Trey tampil dalam film dokumenter pemenang penghargaan “Human Harvest.” Ia juga merupakan salah satu penyunting buku “State Organs: Transplant Abuse in China.”