Epoch Times
Miliarder Amerika Serikat, Elon Musk, kembali mengajukan gugatan terhadap produsen chatbot ChatGPT, OpenAI, dan CEO-nya, Sam Altman, membuka kembali kasus hukum terhadap perusahaan kecerdasan buatan (AI) besar yang turut ia dirikan. Beberapa bulan lalu, Musk tiba-tiba mencabut gugatan serupa tanpa memberikan alasan. Pada Senin (5 Agustus), Musk mengajukan gugatan baru ke Pengadilan Distrik Federal Wilayah Utara California (nomor kasus 3:24-cv-04722).
Dalam gugatan baru ini, Musk menuduh Altman dan Presiden Greg Brockman melanggar tujuan pendirian perusahaan, “dengan sengaja menipu Musk untuk bersama-sama mendirikan sebuah perusahaan non-profit palsu”, dengan janji akan menciptakan teknologi AI yang aman dan transparan, tetapi kenyataannya sebaliknya.
Gugatan terbaru ini menggambarkan kasus ini sebagai “kisah klasik antara altruisme dan keserakahan”, membandingkan penipuan jangka panjang Altman terhadap Musk dengan “pengkhianatan dan penipuan ala Shakespeare”.
Pengacara Musk, Marc Toberoff, dalam wawancara dengan The New York Times, menyatakan bahwa gugatan kedua Musk akan “lebih kuat”, dengan menuduh OpenAI melanggar Undang-Undang Pemerasan Federal, berupaya menipu Musk saat ia meninggalkan perusahaan pada 2018.
Gugatan ini juga mempertanyakan investasi besar Microsoft ke perusahaan tersebut, menyatakan bahwa kesepakatan OpenAI dengan raksasa teknologi tersebut juga melanggar tujuan pendiriannya, karena Microsoft melarang perusahaan tersebut membuka sumber teknologi mereka.
Tuduhan ini mirip dengan yang diajukan Musk dalam gugatan pertama. Musk adalah salah satu pendiri OpenAI pada tahap awal dan telah menginvestasikan puluhan juta dolar. Pada Februari 2018, Musk meninggalkan dewan direksi OpenAI. Saat itu, OpenAI menyatakan langkah tersebut dilakukan untuk menghindari konflik kepentingan, karena Musk juga merekrut talenta AI untuk Tesla.
Pada Februari 2024 lalu, Musk mengajukan gugatan terhadap OpenAI, Altman, dan Brockman. Namun, gugatan tersebut dicabut pada Juni tahun ini tanpa penjelasan.
Saat itu, dalam gugatannya, Musk menyatakan bahwa OpenAI seharusnya didirikan sebagai organisasi nirlaba, “tetapi kenyataannya telah menjadi anak perusahaan tertutup dari perusahaan teknologi terbesar di dunia, Microsoft.”
Musk mengatakan, saat mendirikan OpenAI, ia menandatangani perjanjian pendirian yang menyatakan “OpenAI akan tetap menjadi organisasi nirlaba, dan teknologinya akan tetap bersifat open-source”. Namun, kerja sama OpenAI dengan Microsoft melanggar perjanjian pendirian tersebut.
Musk meminta pengadilan memaksa OpenAI untuk kembali menjadi organisasi nirlaba yang mengembangkan perangkat lunak open-source, serta melarang Altman dan Brockman memanfaatkan OpenAI atau asetnya untuk keuntungan ekonomi, atau untuk keuntungan Microsoft atau entitas lainnya. Dia meminta pengadilan melarang penggunaan OpenAI.
Terkait hal tersebut, OpenAI membantah tudingan Musk dengan mengatakan tidak ada perjanjian pendirian seperti yang disebutkan Musk. OpenAI juga menyebutkan bahwa sebelum Musk meninggalkan perusahaan pada tahun 2018, dia mengusulkan melalui email perusahaan bahwa dia akan menggabungkan OpenAI dengan Tesla atau mengambil kendali penuh atas OpenAI melalui akuisisi ekuitas. (Jhon)