Untuk beberapa orang, sangat percaya bahwa di alam hanya hukum rimba yang berlaku, dan bahwa semua hewan diatur oleh aturan itu. Namun, keluarga monyet telah mematahkan semua paradigma dan sejarah solidaritasnya yang besar mengungkapkan bahwa tidak hanya di antara manusia ada perasaan persaudaraan dan persahabatan.
Ketiga saudara kecil ini telah mengajarkan banyak pelajaran yang hebat. Kisah luar biasa ini terjadi di Kebun Binatang Gaziantep di Turki selatan, tempat monyet itu tinngal, yang diselamatkan dari tangan penyelundup yang mencari keuntungan dari makhluk ini.
Tiga saudara monyet ini diambil dari ibu mereka oleh penyelundup, tetapi untungnya, kelompok khusus yang didedikasikan untuk membongkar jenis jaringan ini berhasil menyelamatkan mereka.
Mereka sekarang tinggal di kebun binatang, tetapi ada sesuatu yang membedakan mereka dari monyet-monyet lain di sana. Di antara ketiga saudara kecil ini ada satu yang menderita kondisi khusus: sindrom Down.
Meskipun ini cukup aneh pada spesiesnya, itu adalah sesuatu yang dapat terjadi tetapi monyet lain tidak menolaknya, sebaliknya, saudara-saudaranya berusaha keras untuk melindungi dan membantu saudara mereka dengan kondisi khusus.
Pada awalnya, penjaga tidak memperhatikan kondisi monyet itu tetapi memperhatikan bahwa yang lain tampaknya memanjakan dan memeluknya terus menerus, seolah-olah mereka ingin melindunginya.
Celal Özsöyler, kepala otoritas satwa liar setempat, mengatakan bahwa dokter hewan telah memperhatikan bahwa salah satu dari ketiganya memiliki wajah yang sedikit berbeda dan lengannya lebih panjang tetapi pada awalnya mereka tidak menemukan kondisi khusus anak kecil itu. Situasi yang sepertinya diketahui monyet-monyet lain dengan baik.
”Saudara-saudara lain rupanya mengetahuinya, dan peduli padanya. Mereka memberinya makan dan tidak pernah meninggalkannya sendirian. Sekarang kami sedang menunggu mereka tumbuh, dan mereka akan bergabung dengan monyet lain di sini begitu mereka mencapai ukuran, ”kata Özsöyler.
Meskipun kebun binatang itu bukanlah tempat yang ideal untuk makhluk apa pun yang ada di Gaziantep, anamun, berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi begitu banyak makhluk yang jatuh ke tangan orang-orang yang tak berjiwa yang mencari keuntungan dari satwa liar.
Pihak berwenang mencoba melakukan yang terbaik untuk semua hewan. Bahkan, pada bulan Juni, bea cukai setempat berhasil menyelamatkan 200 ekor burung lovebird yang disita di daerah perbatasan.
“Mereka sedang dirawat karena berbagai penyakit, saya berharap mereka dapat dipindah ke rumah burung kami ketika mereka segera pulih kesehatannya,” kata Celal Özsöyler.
Kelembutan yang diberikan monyet ketika merawat adik lelaki mereka benar-benar mengagumkan. Bagi makhluk-makhluk ini, perbedaan bukanlah alasan penolakan, bagi mereka dia adalah saudaranya, dan mereka merasa berkewajiban untuk merawatnya.
Tidak ada keraguan bahwa hewan memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada manusia dan tingkat solidaritas ini merupakan cerminan dari itu.(yn)
Theepochtimes.com- Kota Dalian di timur laut Tiongkok mengumumkan wabah virus Komunis Tiongkok yang baru atau coronavirus, di mana pada tanggal 23 Juli pihak berwenang mengumumkan tiga pasien telah ditegakkan diagnosisnya dan 12 kasus pembawa virus tanpa gejala.
Tetapi mengingat rekam jejak pihak berwenang Tiongkok mengenai kasus infeksi yang tidak dilaporkan, adalah sulit untuk menilai skala sebenarnya dari wabah terbaru itu.
Kota Dalian segera mengisolasi kontak-kontak dekat para pasien itu di beberapa hotel, mengatur untuk melakukan pengujian asam nukleat pada 190.000 orang, dan mengkarantina beberapa pasar dan stasiun metro.
Suasana yang intens menimbulkan kepanikan di antara penduduk setempat, yang memulai memborong barang-barang di rak-rak supermarket dan apotek.
Pihak berwenang Dalian mengklaim bahwa mereka menemukan virus pada kemasan makanan laut beku di cold storage. Makanan itu diproses oleh Kaiyang Seafood, perusahaan setempat di Dalian. Pemerintah kota Dalian kini mengklaim Kaiyang Seafood sebagai asal wabah.
Ini bukanlah untuk pertama kalinya pihak berwenang menyalahkan makanan laut yang terkontaminasi sebagai sumber wabah virus tersebut. Beijing awalnya mengatakan salmon impor di pasar setempat menyebabkan kekambuhan virus tersebut di Beijing, meskipun ada para pakar internasional mencatat bahwa tidak ada bukti virus itu mampu menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Beijing kemudian menarik klaim tersebut.
The Epoch Times berbicara dengan beberapa kerabat dan rekan kerja dari para pasien yang ditegakkan diagnosisnya di Dalian, yang juga tidak yakin bagaimana para pasien itu tertular virus tersebut.
Tiga Pasien Tertular
Menurut statistik resmi, Dalian, kota paling selatan di Provinsi Liaoning, dan memiliki populasi 6,9 juta jiwa.
Pemerintah kota Dalian mengumumkan pasien pertama dari wabah terbaru pada pagi hari tanggal 23 Juli, kemudian mengumumkan lagi dua kasus yang ditegakkan diagnosis pada hari yang sama. Menurut pihak berwenang, ketiga pasien tersebut semuanya belum meninggalkan daerah metropolitan Dalian dalam beberapa bulan ini.
Kasus pertama adalah Mr. Shi, seorang pekerja pemrosesan makanan laut berusia 58 tahun di Kaiyang Seafood di Teluk Dalian. Shi menderita demam dan kelelahan pada tanggal 16 Juli, kemudian diuji hasil positif pada tanggal 22 Juli. Sebelum memastikan menderita infeksi, Shi menggunakan metro untuk pergi bekerja, dan bermain di pusat mahjong dan poker swasta setelah pulang bekerja.
Semua pasien pembawa virus tanpa gejala yang diumumkan oleh pihak berwenang adalah rekan kerja Shi yang juga memproses makanan laut di gudang yang sama, menurut pengumuman resmi. Rezim Tiongkok menghitung pembawa virus tanpa gejala dalam kategori terpisah dari pasien yang memiliki gejala klinis.
Kasus kedua adalah Nyonya Leng, seorang karyawan berusia 39 tahun di perusahaan Dalian Jinwen Metal Products. Leng mulai nyeri kepala, demam, dan nyeri otot pada tanggal 14 Juli, dan mengunjungi sebuah rumah sakit pada tanggal 21 Juli. Leng tetap melanjutkan kegiatan sehari-harinya walaupun menderita gejala, termasuk mengunjungi kedua orangtuanya dan kedua mertua di kota Zhuanghe, dekat kota Dalian, dengan menggunakan bus. Kemudian menghadiri pesta ulang tahun seorang anggota keluarga, dan sebagainya.
Kasus ketiga adalah Nyonya Wang, seorang penjahit berusia 50 tahun. Wang menunjukkan gejala pada tanggal 16 Juli, dan mengunjungi sebuah rumah sakit pada tanggal 22 Juli. Wang menjahit pakaian di rumah.
Seorang pekerja di pabrik garmen setempat mengunjungi Wang dua hari sekali untuk mengirim bahan baku dan kemudian mengambil produk jadi. Wang juga berbelanja di pasar setempat.
Sumber Penularan?
Seorang kerabat Shi mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada hari Kamis melalui wawancara telepon, bahwa Shi tinggal sendiri di rumah, dan saat ini sedang diisolasi dan dirawat di Rumah Sakit No. 6 di Dalian.
Shi tinggal di rumah untuk merawat kedua orang tuanya beberapa tahun terakhir. Ia baru-baru ini mulai bekerja untuk Kaiyang Seafood pada akhir bulan Mei setelah kedua orang tua meninggal, menurut kerabat tersebut.
“Kami menduga bahwa Shi tertular virus dari makanan laut yang dipanen Rusia. Kaiyang Seafood baru saja menerima sejumlah cod dan mackerel dari kapal Rusia. Semua kru di kapal itu terinfeksi,” kata kerabat itu.
Menurut komisi Kesehatan Provinsi Liaoning, sebuah kapal Rusia tiba di Dalian pada tanggal 2 Juli dengan tujuh orang awak. Pada tanggal 8 dan 9 Juli, tiga orang awak didiagnosis menderita positif COVID-19 dan empat orang awak lainnya didiagnosis sebagai pembawa virus tanpa gejala.
Rekan kerja Shi, Tuan Yang, tidak sependapat dengan kerabat Shi. Menurut Tuan Yang, semua awak kapal Rusia diisolasi segera setelah mereka turun di Dalian. Juga, virus tersebut tidak mampu ditularkan melalui makanan laut.
“Ada banyak pembawa virus tanpa gejala di setiap kota di Tiongkok. Shi sudah tua dan tidak kuat, ” kata Yang, dan menduga bahwa Shi mungkin tertular virus dari pembawa virus tanpa gejala.
Seorang kasir di pemandian umum yang sering dikunjungi Shi menyampaikan informasi kepada The Epoch Times bahwa Shi memberitahunya: ia mengunjungi sebuah rumah sakit pada tanggal 16 Juli, tetapi dokter di rumah sakit itu tidak mengujinya untuk COVID-19. Dokter mengobati gejalanya sebagai demam biasa.
Sementara itu, pemilik bisnis pusat mahjong dan poker yang dikunjungi Shi hampir setiap hari mengatakan ia dan banyak pelanggannya, sedang diisolasi di sebuah hotel. Hasil ujinya adalah negatif pada tanggal 23 Juli.
Semua orang yang diwawancarai The Epoch Times juga sedang dikarantina oleh pihak berwenang, karena mereka ditunjuk sebagai kontak-kontak dekat Shi.
Karantina
Xiao Han, seorang wanita penduduk Teluk Dalian, memberitahu The Epoch Times berbahasa Mandarin pada hari Rabu bahwa kompleks tempat tinggalnya, dikarantina total setelah seorang penghuni diidentifikasi sebagai kontak dekat dari kasus yang ditegakkan diagnosisnya.
Pemilik bisnis di dua pasar besar di Teluk Dalian — pasar Lijia dan Liaoyu — mengatakan bahwa pasar-pasar itu ditutup oleh pihak berwenang. Stasiun metro Teluk Dalian juga ditutup sejak hari Rabu 22 Juli.
Khawatir seluruh kota Dalian akan segera dikarantina, penduduk Dalian memadati supermarket dan apotek untuk membeli makanan juga masker pelindung, desinfektan, dan produk lain untuk mencegah penyebaran virus.
Keterangan Gambar:Seorang karyawan mensterilkan sebuah bioskop di Wuhan, Cina, pada 20 Juli 2020. (Getty Images)
Pada Minggu 19 Juli 2020, sebagai tanggapan terhadap kekerasan yang semakin tidak terkendali di Portland, Oregon, Trump dalam cuitannya mengumumkan bahwa pemerintah federal akan melakukan intervensi.
“Kami berusaha membantu Portland, bukan melukainya. Selama berbulan-bulan, kepemimpinan mereka telah kehilangan kendali atas kaum anarkis dan demagog. Mereka menghilang dalam aksi. Kami harus melindungi properti federal dan rakyat kita. Ini bukan hanya pengunjuk rasa, ini adalah kesepakatan nyata! “
We are trying to help Portland, not hurt it. Their leadership has, for months, lost control of the anarchists and agitators. They are missing in action. We must protect Federal property, AND OUR PEOPLE. These were not merely protesters, these are the real deal!
Beberapa jam kemudian, Trump lebih lanjut menyatakan tentang situasi di Portland yang berbunyi :
“Demokrat sayap kiri radikal yang sepenuhnya mengendalikan Biden akan menghancurkan negara seperti yang kita tahu. Hal-hal buruk yang tak terbayangkan akan terjadi di Amerika Serikat. Lihat di Portland, di mana polisi masih dapat bertahan selama 50 hari selama anarki. Kami mengirim Orang-orang untuk membantu. Lihatlah New York, Chicago, Philadelphia. Bukankah demikian! “
The Radical Left Democrats, who totally control Biden, will destroy our Country as we know it. Unimaginably bad things would happen to America. Look at Portland, where the pols are just fine with 50 days of anarchy. We sent in help. Look at New York, Chicago, Philadelphia. NO!
Pada Sabtu malam, kerusuhan di Portland semakin meningkat. Polisi mengatakan bahwa para demonstran merangsek ke gedung asosiasi polisi untuk membakar. Kemudian situasi menjadi lebih kacau. Polisi kemudian menyatakan unjuk rasa sebagai “kerusuhan.” Polisi mulai membersihkan daerah perkotaan, dan menggunakan gas air mata selama proses pembersihan.
Polisi mengatakan di Twitter bahwa para pemrotes memindahkan pagar di sekitar Pengadilan Federal dan menggunakannya untuk membangun penghalang jalan. Namun demikian, kebakaran di gedung Asosiasi Polisi Portland padam tak lama kemudian.
Protes dan kerusuhan meletus di Portland sejak kematian George Floyd, pada 25 Mei, terus berlanjut hingga hari ini. Pada malam 10 Juni 2020, ratusan perusuh di kota itu juga meniru kaum anarkis Seattle. Mereka menggunakan pagar sementara untuk membangun “tembok perbatasan.” Mereka juga mengelilingi “daerah otonom”, meskipun mereka menyerah keesokan paginya.
Trump telah berulang kali mengutuk kerusuhan Portland. Penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf juga mengkritik kaum anarkis karena pelanggaran hukum setelah mengunjungi Portland.
Namun, meskipun Walikota Demokrat Portland, Ted Wheeler dan para pemimpin sayap kiri lainnya merasa frustasi dengan situasi tersebut, mereka mengatakan bahwa kehadiran personil federal di kota itu meningkatkan ketegangan dan meminta mereka untuk pergi.
Jaksa Agung Oregon Ellen Rosenblum bahkan mengajukan gugatan di pengadilan federal Jumat malam lalu. Ia menuduh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Dinas Marshall Amerika Serikat menangkap para perusuh di jalanan. (Hui/asr)
(Reporter Li Jiaxin laporan komprehensif / editor yang bertanggung jawab: Dongye)
Keterangan Foto : Pada 17 Juli, para perusuh Portland meledakkan bom asap di tangga Gedung Pengadilan Negeri A.S. (Foto : Mason Trinca / Getty Images)
Seorang wanita muda yang mengeluhkan sensasi terbakar di kakinya telah didiagnosis dengan penyakit abad pertengahan yang dikenal sebagai ‘Api Suci’ atau ‘Api St Anthony’.
Wanita 24 tahun itu memberi tahu para dokter bagaimana dia merasakan sensasi terbakar parah yang membentang dari ujung jari kakinya ke tengah pahanya, yang juga menyebabkannya kesulitan berjalan.
Pada saat dia tiba di rumah sakit, dua hari setelah pertama kali mengalami gejala, dia berjuang untuk berjalan dan kakinya telah berubah warna.
Pada pemeriksaan lebih lanjut, dokter menemukan kakinya dingin saat disentuh dan mereka berjuang untuk merasakan denyut nadi di arteri poplitea dan dorsalis pedis, yang memasok darah ke kaki dan kaki bagian bawah.
Wanita muda itu diberikan pengencer darah setelah CT scan mengungkapkan pembuluh darahnya menyempit. Untungnya, gejalanya mulai mereda dan ketika kakinya menjadi lebih hangat lagi, aliran darah mulai meningkat, tetapi salah satu jari kakinya harus diamputasi sebagai hasil dari gangrene.
Kebanyakan orang tidak akan mengalami seperti kondisi wanita itu, karena itu sebenarnya jauh lebih umum terjadi di abad pertengahan daripada sekarang. Dia didiagnosis dengan ergotisme, yang disebabkan oleh terlalu banyak mencerna ergot, yang merupakan penyakit jamur gandum hitam dan sereal lainnya.
(Foto: The New England Journal of Medicine)
Ini menyebabkan gangrene, aliran aliran darah yang menyempit, pengelupasan kulit, kejang, dan bahkan kegilaan dan psikosis.
Ergotisme, yang dulu disebut Claviceps purpurea, telah dikenal sebagai banyak istilah yang berbeda selama bertahun-tahun, dari ‘cockspur’ hingga ‘Api St Anthony’s’.
Wabah ergotisme yang pertama diketahui terjadi pada 857 M.
Wanita muda itu telah menggunakan obat untuk migrain pada hari-hari menjelang gejalanya, yang dikombinasikan dengan pengobatan untuk HIV diyakini telah meningkatkan kadar serum ergotamin dalam tubuhnya, menurut The New England Journal of Medicine. (yn)
Ntdtv.com- Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat menginformasikan bahwa Tang Juan yang berusia 37 tahun ditangkap pada Kamis 23 Juli lalu. Dia bersembunyi di Konsulat Tiongkok di San Francisco untuk menghindari penangkapan pihak berwenang Amerika Serikat.
Pada Oktober 2019 Tang Juan mengajukan permohonan visa J-1 yang dikeluarkan pada November 2019 untuk terlibat dalam penelitian biologi di University of Davis di California. Tang Juan memasuki Amerika Serikat sekitar tanggal 27 Desember 2019.
Ketika mengajukan permohonan visa, ia sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai bagian dari militer Komunis Tiongkok. Setelah mendapatkan surat perintah penggeledahan di kediaman Tang Juan, FBI menemukan foto dirinya mengenakan seragam militer.
Kecuali itu, ditemukan pula bukti yang menyebutkan pekerjaannya di Universitas Kedokteran Militer Angkatan Udara Komunis Tiongkok. FBI menuduhnya dicurigai terlibat dalam penipuan visa.
Penangkapan Tang Juan adalah bagian dari kampanye pemerintahan Donald Trump melawan militer Komunis Tiongkok karena mencuri hak kekayaan intelektual Amerika.
Sebelumnya Departemen Luar Negeri Amerika Serikat secara resmi memerintahkan penutupan Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston.
Penangkapan Tang Juan adalah bagian dari empat warga negara Tiongkok yang melakukan penelitian di lembaga-lembaga akademik Amerika yang dituduh melakukan penipuan visa. Pasalnya mereka menyembunyikan identitas dirinya sebagai bagian militer Komunis Tiongkok. Keempatnya telah ditangkap.
Epochtimes, oleh Yi Ru- Beberapa hari yang lalu, Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston diperintahkan untuk ditutup dalam 72 jam oleh Amerika Serikat karena menyembunyikan mata-mata teknologi Komunis Tiongkok.
Pada saat yang sama, Komunis Tiongkok secara berturut-turut mengadakan simposium untuk pengusaha dalam dan luar negeri. Lagi-lagi menyebut “siklus ekonomi internal”, menekankan permintaan domestik dan pengembangan teknologi tinggi untuk mendorong ekonomi.
Beragam komentar muncul yang menyatakan bahwa permintaan domestik Komunis Tiongkok tidak mencukupi. Jalan untuk mencuri teknologi untuk mengembangkan ekonomi dihadang oleh Amerika Serikat, dan ekonomi Tiongkok akan jatuh ke dalam resesi yang dalam.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada hari Rabu 22 Juli lalu mengatakan bahwa mereka telah menginstruksikan untuk menutup Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston guna melindungi hak kekayaan intelektual Amerika dan informasi pribadi Amerika.
Marco Rubio , pejabat ketua Komite Intelijen Senat Amerika Serikat, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari yang sama bahwa konsulat pada dasarnya adalah perbatasan dari kegiatan spionase Komunis Tiongkok dan simpul utama kegiatan spionase komersial dan spionase pertahanan.
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada hari yang sama, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Asia Pasifik, David R.Stilwel mengatakan bahwa Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston adalah “pusat seismik” bagi militer Tiongkok untuk mengirim mahasiswa Tiongkok ke universitas-universitas Amerika guna menjadi intelijen dan memperluas keunggulan militernya.
Menurut Xie Tian, seorang profesor di Aiken School of Business di University of South Carolina, daerah Houston adalah salah satu pusat penelitian medis terbesar di Amerika Serikat, termasuk Texas Medical Center.
Ada ratusan orang Tiongkok, pelajar, dan dokter dari daratan Tiongkok, cendekiawan dan peneliti. Banyak dari mereka juga telah bergabung dengan Thousand Talents Plan. Sekarang Amerika Serikat sedang menyelidiki. Amerika Serikat akan menangkap seorang ilmuwan Tiongkok setiap 10 jam, yang juga melibatkan Thousand Talents Plan.
Amerika Serikat juga telah menemukan bahwa Konsulat Houston adalah pusat intelijen terbesar Komunis Tiongkok di Amerika Serikat. Itu adalah tempat di mana mata-mata dan mata-mata cyber Komunis Tiongkok berkumpul. Oleh karena itu, Amerika telah lama mengawasi, dan sekarang mengambil kesempatan ini untuk menutupnya.
Sekretaris Negara Amerika Serikat, Mike Pompeo mengatakan dalam pidatonya di Konferensi Gubernur Nasional pada bulan Februari 2020 lalu bahwa survei yang dilakukan oleh Universitas A&M Texas di dekat Houston menemukan, ada lebih dari 100 sarjana berpartisipasi dalam program perekrutan bakat Komunis Tiongkok.
Seorang pejabat sekolah menyatakan bahwa semua peneliti yang ditargetkan bekerja di bidang ilmiah prioritas Beijing. Xie Tian menilai Amerika Serikat selalu penuh dengan kesopanan, tetapi rezim Komunis Tiongkok yang jahat telah memoles kesabaran Amerika.
“Sekarang konsulat Amerika di Wuhan tidak dapat beroperasi secara normal, mengapa kita harus memberi lebih banyak waktu kepada Komunis Tiongkok? Mengapa kita harus bernegosiasi dengannya lagi,” kata Xie Tian.
Xie Tian berpandangan bahwa Amerika Serikat telah mengubah taktiknya dari Departemen Luar Negeri ke administrasi Trump, dan telah bertindak keras untuk menindak Komunis Tiongkok dan sangat mengejutkan.
Faktanya, Amerika Serikat telah membuat langkah serupa di militer, diplomasi Laut Cina Selatan, dan diplomasi militer. Selain itu, Amerika Serikat tidak tertarik pada fase kedua dari negosiasi lebih lanjut dalam negosiasi perdagangan Tiongkok dengan Amerika Serikat. Pada dasarnya sekarang mengadakan serangan langsung.
Terkait penutupan Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston, Amerika Serikat memerintahkan konsulat Tiongkok untuk segera mengungsi. Belakangan staf konsulat Tiongkok membakar dokumen-dokumen di kompleks dengan api terbuka, yang menimbulkan kekhawatiran publik.
Pada hari yang sama pada 21 Juli, tingkat tertinggi Komunis Tiongkok mengadakan simposium tentang investasi dalam dan luar negeri dalam teknologi dan manufaktur. Dalam simposium itu, Komunis Tiongkok menyerukan pengusaha untuk patriotik, sambil menekankan siklus domestik utama, dengan fokus pada permintaan domestik dan teknologi untuk meningkatkan ekonomi.
Sebelum ini, Biro Statistik Nasional Komunis Tiongkok mengumumkan data product domestic bruto/ PDB untuk kuartal kedua, dengan indikator ekonomi yang paling menurun. PDB pada kuartal kedua meningkat sebesar 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Saya tidak percaya statistik Komunis Tiongkok ini,” kata Xie Tian. Menurut Xie Tian, itu adalah propaganda resmi untuk fokus pada permintaan domestik dan teknologi untuk mendorong perekonomian.
Pertama-tama, dari perspektif permintaan domestik, “Setelah mengalami resesi nasional dan depresi wabah Wuhan, orang sekarang memiliki uang tunai untuk membayar kembali pinjaman mereka sebelumnya, sehingga permintaan domestik tidak dapat ditingkatkan sama sekali. Ini adalah masalah terbesar.”
Masalah yang lebih besar lagi adalah, sekarang, lebih dari 20 provinsi di Tiongkok, separuh dari Tiongkok tenggelam dalam banjir. Seluruh Sungai Yangtze banjir. Bencana, penyakit menular, dan kekurangan pangan yang mungkin terjadi setelah banjir tidak hanya masalah ekonomi, tetapi juga kehidupan. Masalah properti.
Selain itu, reformasi dan keterbukaan Tiongkok selama beberapa dekade terakhir telah membuat beberapa orang menjadi kaya di kelas atas Komunis Tiongkok dan kelompok kepentingan pribadi. Sementara orang-orang biasa kewalahan oleh perumahan, perawatan medis, dan pendidikan. Tidak ada uang yang tersisa, dan tingkat tabungan Tiongkok juga rendah. Hanya beban utang yang meningkat. Bagaimana mungkin ada cukup permintaan domestik sekarang?
Dalam hal teknologi, Komunis Tiongkok tidak memiliki penelitian dan pengembangan nyata sendiri kecuali untuk penjiplakan dan pencurian. Oleh karena itu, pengembangan yang disebut teknologi adalah penipuan diri sendiri.
Sekarang Konsulat ditutup meramalkan bahwa jalan menuju pengembangan teknologi mencuri telah diblokir. Di masa depan, ekonomi Tiongkok pasti akan jatuh ke dalam resesi yang dalam. Tidak ada keraguan.
Menurut Xie Tian, dengan menyusutnya pasar internasional dan dimulainya likuidasi Komunis Tiongkok oleh seluruh komunitas internasional, tidak ada harapan untuk merevitalisasi ekonomi melalui perusahaan-perusahaan yang didanai dalam negeri dan luar negeri menggunakan orientasi impor dan ekspor.
Xie Tian menilai, selain itu, transfer rantai industri sudah ada di negara lain. Ini memiliki efek positif. Rantai industri dan produksi di Vietnam bahkan menarik pekerja migran dari Guangxi, Tiongkok, untuk bekerja di Vietnam. Baru-baru ini, banyak orang telah dipulangkan dari Vietnam. Ini juga merupakan tren yang tidak dapat dihindari oleh Komunis Tiongkok.
“Sekarang Komunis Tiongkok menggunakan sirkulasi internal untuk menghibur dirinya sendiri. Faktanya, ini adalah kembali ke jalan lama swasembada dan ekonomi terencana. Bahkan, orang-orang Tiongkok tidak ingin kembali ke era lama,” kata Xie Tian.
Keterangan foto: Permintaan domestik Komunis Tiongkok tidak mencukupi, dengan cara untuk mencuri teknologi untuk mengembangkan ekonomi diblokir oleh Amerika Serikat. Di masa depan, ekonomi Tiongkok akan jatuh ke dalam resesi yang dalam. Gambar menunjukkan sebuah adegan di Shenzhen. (Getty Images)
Ntdtv.com- Qamar Gul, adalah seorang gadis Afghanistan berusia 16 tahun. Ia tinggal bersama orang tuanya di Desa Geriveh, provinsi Ghor, Afghanistan bagian tengah.
Namanya belakangan populer karena, Qamar Gul diduga berhasil membunuh 2 orang gerombolan Taliban dengan senapan serbu AK-47. Itu dilakukan Qamar Gul untuk membalas dendam orang tuanya.
Qamar Gul juga melontarkan ucapan siap menghadapi gerombolan yang ingin menyerang dirinya. Saat ini, foto Qamar Gul yang memegang senapan beredar luas di internet. Tindakannya membalas dendam kedua orang tuanya mendapat pujian banyak orang.
Menurut pejabat Afghanistan, serangan mengerikan itu terjadi pada 16 Juli pukul 1 dini hari. Saat itu Qamar Gul yang berusia sekitar 16 tahun bersama saudara lelakinya yang berusia 12 tahun sedang tidur dengan orang tua mereka di rumah.
Seorang polisi setempat mengatakan, saat itu ada sekitar 40 orang gerilyawan Taliban melancarkan serangan ke Desa Geriveh. Mereka mencari ayah Qamar Gul, yang menjabat sebagai walikota dan mendukung pemerintah.
3 orang gerombolan pemberontak masuk ke rumah Qamar Gul dan menyeret kedua orang tuanya keluar pintu lalu memberondong dengan senapan.
“Taliban membawa kedua orang tua saya. dan memberondong mereka dengan senapannya di depan saya. Saya ketakutan,” kata Qamar Gul kepada wartawan AFP.
Segera setelah penembakan ayahnya itu, Qamar Gul bergegas mengambil senapan yang ada di dalam rumah lalu keluar, dan memberondong mereka.
Qamar Gul mengatakan bahwa ayahnya pernah memberitahu cara menggunakan senapan AK-47.
“Saya membunuh mereka karena mereka membunuh kedua orang tua saya. Saya tahu jika tidak membunuh mereka, maka target pembunuhan selanjutnya adalah saya dan adik”, katanya.
“Saya tidak punya pilihan selain mengambil senapan ayah dan menembak mereka. Saya menembak dua orang dan satu lainnya terluka,” tambah Qamar Gul.
Dengan menyesal Gul mengatakan, dirinya tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada orang tuanya.
“Setelah saya membunuh kedua orang gerombolan Taliban itu, saya pergi untuk berbicara dengan orang tua saya, tetapi mereka telah meninggal. Saya merasa sangat sedih. Bahkan tidak memiliki kesempatan terakhir untuk berbicara dengan mereka,” kata Qamar Gul.
“Saya sudah tidak takut lagi, saya siap untuk kembali bertarung,” tambahnya.
Associated Press melaporkan bahwa foto-foto Gul yang memegang senapan AK-47 beredar luas di media sosial Afghanistan, dan ratusan orang meminta pemerintah untuk melindungi Qamar Gul dan keluarganya.
Seorang netizen menulis, “Saya salut atas keberaniannya.”
Keterangan foto: Qamar Gul saat duduk di kantor gubernur di Provinsi Ghor. (AFP via Getty Images)
Taliban menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat pada bulan Februari tahun ini, tetapi mereka masih melancarkan serangan di berbagai tempat di Afghanistan.
Keterangan foto: Gadis Afghanistan yang memegang senapan AK-47 banyak beredar di Internet. (video screenshot)
Theepochtimes.com- Sejak lahir Jiang Lianjiao telah dikucilkan. Sebagai anak keempat di keluarganya, ia seharusnya tidak dilahirkan di bawah kebijakan satu-anak di Tiongkok. Jiang Lianjiao harus disembunyikan di rumah neneknya sejak ia berusia satu bulan.
Ia memanggil kedua orang tuanya sebagai “bibi dan paman” sampai usia 7 tahun untuk menghindari kecurigaan pihak berwenang. Kedua orang tuanya menghabiskan seluruh tabungannya berupa sekarung besar uang receh, untuk menyuap pejabat setempat sehingga Jiang Lianjiao dapat tinggal di rumah bersama mereka.
Setelah bertemu kembali dengan kedua orang tuanya pada usia 7 tahun, Jiang Lianjiao mulai berlatih disiplin spiritual yang disebut Falun Gong dengan kedua orang tuanya. Setiap hari, sekitar 30 orang akan bergabung dengan Jiang Lianjiao dan keluarganya di halaman gedung apartemen mereka untuk berlatih latihan meditasi bersama.
Jiang Lianjiao, saudara perempuannya, dan kedua orang tuanya melakukan perjalanan dengan perahu ke kampung halaman ayahnya di dekat Kotamadya Wufeng untuk menunjukkan meditasi kepada sesama warga desa. Jiang Lianjiao dan saudara perempuannya selalu berada di depan.
Keterangan foto: Praktisi Falun Gong Jiang Lianjiao (kanan), berfoto bersama saudara perempuannya, di kota kelahirannya di Provinsi Hubei, Tiongkok, dalam file foto ini. (Disediakan untuk The Epoch Times)
Kehidupan bahagia itu berakhir dalam waktu semalam. Pada tanggal 20 Juli 1999, Jiang Lianjiao, yang saat itu berusia 8 tahun, menemukan dirinya dan keluarganya ditargetkan dalam kampanye nasional untuk menumpas Falun Gong. Beberapa praktisi Falun Gong yang bekerja untuk negara diberitahu mengenai rencana penangkapan dan penahanan praktisi Falun Gong.
Meskipun demikian, puluhan praktisi Falun Gong masih muncul di halaman gedung apartemen Jiang Lianjiao untuk latihan. Tidak terpengaruh. Mobil polisi segera muncul, dan petugas membawa semua orang ke kantor polisi setempat. Ayah Jiang Lianjiao ditahan selama sebulan.
Penganiayaan tersebut diprakarsai oleh pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin, yang menganggap popularitas Falun Gong yang luar biasa sebagai ancaman terhadap aturan Partai Komunis Tiongkok.
Pada akhir tahun 1990-an, sekitar 100 juta orang di Tiongkok berlatih Falun Gong, sebuah latihan kuno dengan ajaran moral berpusat pada prinsip inti yaitu Sejati, Baik, dan Sabar. Lebih dari dua dekade, Minghui.org, sebuah pusat klarifikasi yang didedikasikan untuk mendokumentasikan penganiayaan tersebut, mengidentifikasi lebih dari 4.500 praktisi Falun Gong meninggal akibat penyiksaan.
Diperkirakan karena upaya yang luas dari pihak berwenang untuk menyensor informasi seputar Falun Gong, angka kematian sebenarnya cenderung jauh lebih tinggi.
Rumah Diubah Menjadi Penjara
Pergantian peristiwa yang tiba-tiba adalah tidak masuk akal bagi Jiang Lianjiao yang masih muda dan keluarganya, atau jutaan praktisi Falun Gong lainnya di seluruh dunia. Mereka yang mencegah Falun Gong untuk memperoleh manfaat penyembuhan dan efek menenangkan tetapi kini mereka menghadapi penangkapan karena keyakinannya.
Pada tahun 2000, keluarga Jiang Lianjiao yang beranggotakan enam orang, bersama dengan sekitar 100 praktisi Falun Gong warga setempat lainnya, pergi ke Beijing untuk memohon kepada Partai Komunis Tiongkok atas keputusannya yang menindas keyakinannya.
Segera setelah mereka membentangkan sebuah spanduk bertuliskan “Falun Dafa Adalah Baik” di Lapangan Tiananmen, Tiongkok, polisi membanting dan menendang ibu Jiang Lianjiao saat Jiang Lianjiao berdiri, gemetaran takut.
Mereka diseret ke dalam mobil van polisi. Kakak perempuannya yang berusia 16 tahun tertarik rambut kepangannya. Seorang polisi memukul kepala Jiang Lianjiao dengan tongkat, hingga Jiang Lianjiao pingsan.
Setelah aksi permohonan itu, ayah Jiang Lianjiao dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, sementara ibunya dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Kakak perempuannya yang berusia 16 tahun juga ditahan selama sebulan. Jiang Lianjiao, kakak laki-lakinya, dan adik perempuannya dibiarkan mengurus diri sendiri di rumah.
Kakak tertua Jiang Lianjiao berusia 12 tahun saat itu. Khawatir mereka akan lari, manajer gedung apartemen mereka secara rutin mengunci mereka di dalam rumah. Mereka hanya membuka kunci pintu di pagi hari untuk mengawal anak-anak ke sekolah.
Keterangan foto: Kampung halaman Jiang Lianjiao di kota Shiyan di Provinsi Hubei, Tiongkok, pada tahun 2011. (Disediakan untuk The Epoch Times)
Selama waktu itu, Jiang Lianjiao dan saudara-saudaranya sering berjuang untuk menemukan cukup makanan. Guna mencegah rasa lapar, Jiang Lianjiao mengisi perutnya dengan minum air atau makan tanaman liar di ladang di dekatnya.
Keluarga itu perlahan bersatu kembali setelah kakak perempuan dan ibu Jiang Lianjiao dibebaskan dari tahanan. Pada tahun 2003, ibu dan kakak perempuannya melihat ayahnya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Ayahnya masih dipenjara dan baru dibebaskan setelah sebulan.
Ayahnya yang dulunya sehat, tampak kurus kering dan harus dipapah oleh enam pria. Gigi ayahnya ompong. Kedua kaki ayahnya hancur akibat sesi penyiksaan berulang, yang mengharuskannya memakai penopang. Ayahnya lupa bagaimana berbicara karena isolasi yang berkepanjangan. Penyiksaan itu dimaksudkan untuk “mengubah” ayahnya. Memaksanya melepaskan keyakinannya.
Itu adalah pemandangan yang menyedihkan dan menghancurkan bagi keluarga, di mana sang ayah diandalkan sebagai pencari nafkah.
“Rasanya seperti “langit runtuh,” kata Jiang Lianjiao.
Jiang Liyu, adik perempuan Jiang Lianjiao, ditangkap pada tahun 2017 karena memasang stiker dengan pesan yang mendukung Falun Gong. Ia masih ditahan.
Sebelum penganiayaan, ayahnya adalah seorang ahli bedah top di rumah sakit setempat di kota Shiyan di Provinsi Hubei, tengah Tiongkok, dan ibunya bekerja sebagai seorang petugas administrasi.
Setelah mereka dibebaskan dari tahanan, rumah sakit memangkas gaji mereka menjadi 250 yuan atau sekitar Rp. 520 ribu, per bulan. Gaji itu kurang dari seperempat penghasilan rekan sejawat mereka. Ayahnya diturunkan pangkat menjadi pembersih toilet, sementara ibunya disuruh mencuci sprei pasien dengan tangan.
Untuk menghemat uang, keluarga tersebut mematikan kipas angin di musim panas yang menyengat. Anak-anak menenun tirai bambu yang mereka jual masing-masing seharga 1,1 yuan atau sekitar Rp. 2,2 ribu. Mereka hanya membeli makanan termurah yakni beras yang terkontaminasi dengan kotoran tikus, dan sayuran yang akan membusuk.
Kampanye Penganiayaan Falun Gong
Hampir sekitar 100 juta orang Tiongkok berlatih Falun Gong di pertengahan tahun 1999-an. Karena satu orang dari setiap 13 orang Tiongkok yang berlatih Falun Gong, maka para pemimpin Partai Komunis Tiongkok saat itu Jiang Zemin menggaungkan popularitas Falun Gong yang sangat besar itu sebagai suatu prasyarat bagi peraturan Partai Komunis Tiongkok.
Pada tanggal 20 Juli 1999, Jiang Zemin memulai kampanye di seluruh Tiongkok untuk mengumpulkan dan menjebloskan Falun Gong ke dalam penjara, kamp kerja paksa, pusat pencucian otak, dan bangsal penyakit jiwa dalam perundingan yang sedang berlangsung.
Pada tahun 2006, grup The Epoch Times mengungkapkan kisah bagaimana rezim Tiongkok membunuh para tahanan hati nurani, yang sebagian besar adalah melawan Falun Gong, dengan memanen organ-organnya untuk pembedahan transplantasi.
Tuduhan ini dipastikan oleh para peneliti independen, yang kemudian menyetujui persetujuan, yang melengkapi laporan yang memuat pada tahun 2016, yang menyediakan tinjauan yang lebih lengkap mengenai pembahasan yang meluas itu.
Pada bulan 2019, sebuah pengadilan independen memutuskan, dalam “skala yang berhasil.” Itu dilakukan setelah melakukan penyelidikan tentang pemasukan organ yang dipaksakan dari para narapidana hati nurani yang telah berlangsung selama tahun-tahun di Tiongkok. Pengadilan independen menyatakan bahwa Falun Gong menjadi sumber utama organ-organ semacam itu.
Jaringan Kebohongan
Selama 20 tahun terakhir, rezim Komunis Tiongkok menyiarkan propaganda yang merusak melalui aksi yang dikendalikan oleh negara dalam upaya memfitnah Falun Gong. Fitnah yang paling terkenal adalah tampilan bakar diri pada malam menjelang Tahun Baru Imlek pada tahun 2001 silam. Kejadian ini membantu menggaungkan opini populer Tiongkok menentang Falun Gong. Jaring kebohongan meresap ke dalam tatanan masyarakat Tiongkok.
Keterangan foto: Annita Bao dalam foto yang diambil pada tahun 2017. (Disediakan untuk The Epoch Times)
Annita Bao, seorang perancang perhiasan berusia 30 tahun di New York dan praktisi Falun Gong, melarikan diri dari Tiongkok pada tahun 2016. Ia teringat di kota asalnya di Wuhan, ibukota Hubei, semua siswa di sekolah dasar dipaksa untuk membubuhkan tanda tangan di sebuah spanduk besar yang mencela Falun Gong.
“Itu adalah sebuah pertunjukan untuk menciptakan kesan bahwa seluruh penduduk Wuhan memalingkan muka dari praktisi Falun Gong,” kata Annita Bao.
Petugas komite lingkungan juga sering mengunjungi rumahnya dan bertanya tentang apakah ia masih berlatih Falun Gong, atas nama peduli dengan prestasi akademiknya.
Jika keluarga menolak untuk berhenti berlatih Falun Gong, petugas komite lingkungan memperingatkan mereka akan membuat pengumuman publik di sekolah Annita Bao guna mempermalukannya. Selama bertahun-tahun, keluarga Annita mematikan lampu di ruang tamu agar tidak membuat polisi mengira mereka ada di rumah.
Lu Zhongyang, sarjana di Universitas di Buffalo, mengatakan siswa di sekolah dasar di Tiongkok dipaksa untuk menonton dan mendengarkan video dan siaran yang memfitnah. Propaganda serupa juga disebarluaskan di buku teks sekolah sepanjang tahun.
“Situasi seperti itu adalah menyedihkan. Seolah-olah hidup dapat hancur berkeping-keping kapan saja,” kata Lu Zhongyang.
Ayah Lu Zhongyang, seorang editor berita di Beijing, menghabiskan sekitar empat tahun di penjara karena menulis pesan pada uang kertas untuk meningkatkan kesadaran mengenai penganiayaan Falun Gong.
Saat orang tua Jiang Lianjiao pertama kali ditahan, penyiar Stasiun Radio dan Televisi Shiyandi kota asalnya, mencari Jiang Lianjiao dan saudara-saudaranya. Penyiar itu ingin merekam beberapa cuplikan dari Jiang Lianjiao dan saudara-saudaranya untuk diperlihatkan kepada kedua orang tua mereka bahwa Jiang Lianjiao dan saudara-saudaranya dalam keadaan baik-baik saja.
Setelah tetangga menemukan segmen tersebut di televisi dan memberitahu Jiang Lianjiao mengenai hal itu apakah Jiang Lianjiao dan saudara-saudaranya menyadari bahwa mereka telah dibodohi?
“Video itu adalah bagian program propaganda untuk menggambarkan bagaimana keras kepala kedua orang tua Jiang Lianjiao berlatih Falun Gong, dan mengklaim negara merawat anak-anaknya,” kata Jiang Lianjiao.
“Bagaimana mereka dapat melakukan ini, menciptakan desas-desus dengan mengatakan kebohongan kepada kita?” tanya Jiang Lianjiao.
Dia menyebut siasat itu “tidak manusiawi.”
“Mereka tidak hanya menganiaya [kedua orang tua saya], mereka juga berusaha menipu masyarakat. Sungguh tidak tahu malu,” ujar Jiang Lianjiao.
Keterangan foto: Acara pembentukan karakter yang melibatkan 5.000 praktisi Falun Gong, membentuk karakter Mandarin untuk “Sejati, Baik, dan Sabar,” prinsip inti Falun Gong, di Wuhan, Tiongkok, pada tahun 1998. Annita Bao menghadiri acara tersebut saat ia masih kecil. (Minghui.org)
Pengalaman Pahit
Jika ketakutan adalah tema yang berulang untuk para praktisi Falun Gong saat mereka tumbuh dewasa di bawah bayang-bayang penganiayaan, saat ini mereka berusaha keras untuk tidak membiarkan berada di bawah bayang-bayang penganiayaan.
Jiang Lianjiao, yang kakek buyutnya menjadi gila selama Revolusi Kebudayaan karena kepercayaannya pada Taoisme, bersumpah bahwa kesulitan tidak akan menghancurkan semanganya.
Baginya, serangkaian pengalaman penganiayaan yang dialami keluarganya dari generasi ke generasi, memungkinkannya untuk melihat wajah asli rezim Komunis Tiongkok. Itu telah memotivasi dirinya untuk memberitahu lebih banyak orang mengenai penganiayaan yang sedang berlangsung di Tiongkok.
“Kerusakan yang ditimbulkan oleh Partai Komunis Tiongkok bukan hanya satu generasi…atau satu jenis orang,” kata Jiang Lianjiao, yang sejak itu melarikan diri dari Tiongkok.
Menyerahkan pada siasat rezim Komunis Tiongkok yang menakut-nakuti akan mendorong pihak berwenang untuk bertindak lebih tidak terkendali.
“Hanya saat anda tahu situasi sebenarnya maka anda akan lebih kuat,” kata Jiang Lianjiao.
Keterangan foto: Sebuah gambar karya Annita Bao setelahnya pembebasan kedua orang tuanya pada tahun 2018, yang ia katakan menyampaikan harapannya agar keluarganya dapat hidup lebih lama tanpa beban. (Disediakan untuk The Epoch Times)
Seperti Jiang Lianjiao, Annita Bao berlatih Falun Gong saat ia berusia tujuh tahun. Annita Bao mengatakan pengalaman masa lalu telah memberinya “citarasa misi.”
“Dalam pendekatannya untuk mendesain perhiasan, itu berarti perjuangan kesempurnaan tanpa menekankan manfaat material,” kata Annita Bao.
“Semakin Partai Komunis Tiongkok berpikir kita lemah, maka semakin perlu dibuktikan bahwa Partai Komunis Tiongkok salah,” kata Annita Bao.
Annita Bao, menambahkan bahwa dirinya mengambil tantangan sebagai peluang untuk meningkatkan karakternya.
“Yang tertawa paling terakhir adalah yang tertawa paling baik,” katanya.
Keterangan Gambar:Praktisi Falun Gong mengambil bagian dalam nyala lilin untuk memperingati peringatan 20 tahun penganiayaan Falun Gong di Tiongkok di Halaman Barat Capitol Hill pada 18 Juli 2019. (Samira Bouaou / The Epoch Times)
Selama beberapa bulan terakhir, kitasemua telah berusaha untuk menyesuaikan diri dengan ‘New Normal ‘, yang berarti tidak ada lagi pelukan orang yang dicintai (kecuali mereka yang tinggal bersama), dan selalu menjaga jarak aman dalam situasi apa pun.
Tetapi ketika sekelompok teman berlibur di sebuah taman di0 Bath, Inggris, pada hari Rabu, 22 Juli, mereka terkesima melihat seseorang yang pergi begitu jauh dalam upaya untuk menjaga jarak sosial.
(Foto: Dai Barrow/Facebook)
Dai Barrow dan teman-temannya mendongak untuk melihat seseorang bertengger di pucuk pohon besar di Taman Royal Victoria Park, dengan hanya cabang tipis untuk mendukung punggung.
Dai, yang berasal dari Bath, merasa bingung bagaimana orang itu bisa mencapai puncak pohon, yang diperkirakan tingginya sekitar 18 meter.
Membagikan video tentang orang yang bertengger itu di Facebooknya, dia menggambarkannya sebagai ‘jarak sosial yang terbaik’.
(Foto: Dai Barrow/Facebook)
Dai menganggap orang itu bahkan menikmati piknik dari ketinggian, sambil menggunakan teropong untuk menikmati pemandangan di sekitarnya.
Beberapa hari setelah penemuannya yang tidak biasa, Dai masih tidak bisa mempercayai pemandangan aneh yang dia saksikan di taman.
Pada Somerset Live dia mengatakan : “Saya tidak tahu apa yang dia lakukan. Dia terus memindahkan sesuatu ke wajahnya, mungkin minum, mungkin teropong? Saya benar-benar tidak bisa keluar. Saya kira dia berada di 18 meter dari tanah.
(Foto: Dai Barrow/Facebook)
“Saya tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di sana. Tak satu pun dari kami melihat dia naik ke sana dan kami tidak sampai melihatnya turun. Sepertinya dia ada di sana sendirian karena tidak ada orang lain yang menunggunya di bagian bawah,” tambahnya.
Ini tentu saja bukan untuk orang yang lemah hati, tapi setidaknya dia mematuhi aturan jarak sosial, dua meter. Sayangnya, dia terlalu jauh untuk mengatakan apakah dia juga memakai masker. (yn)
ETIndonesia- Perubahan tatanan terjadi pada hampir seluruh sendi kehidupan karena adanya pandemi Covid-19, termasuk pengaruh pada aktivitas sektor industri manufaktur. Guna menghadapi kondisi tersebut, pelaku industri perlu memperhatikan lima langkah strategis agar bisa menjalankan keberlangsungan usahanya.
Kelima langkah dimaksud dapat disebut sebagai 5R bagi industri. Langkah pertama, yaitu resolve atau menangani pandemi di lingkungan perusahaan, termasuk dengan melibatkan partisipasi karyawan dalam penerapan protokol kesehatan. Kedua, resilience atau upaya memperkuat perusahaan sehingga dapat bertahan.
Langkah ketiga, return atau kembali menjalankan aktivitas dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang penting bagi masing-masing perusahaan. “Ketiga langkah tesebut perlu diperkuat dengan dua langkah selanjutnya, yang menekankan pentingnya perubahan oleh perusahaan, yaitu re-imagination dan reform,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (24/7/2020) dalam siaran pers Kementerian Perindustrian.
Menperin menjelaskan, perusahaan perlu kembali memetakan bisnisnya berdasarkan kondisi baru yang dihadapi dan mereformasi model bisnis untuk mengambil peluang. Misalnya dengan mempertimbangkan opsi-opsi peluang bisnis baru dan menerapkan metode baru dalam bekerja untuk mengakselerasi produktivitas dengan memanfaatkan teknologi terkini.
“Dengan cara-cara tersebut, kami optimistis sektor industri akan mampu bertransformasi menuju era industri 4.0 atau mempercepat adaptasi untuk kebiasaan baru di tengah dampak pandemi,” paparnya.
Menteri AGK menegaskan, industri manufaktur diproyeksi menjadi salah satu motor penggerak dalam transformasi ekonomi untuk bangkit setelah pandemi. “Sejumlah langkah strategis disiapkan untuk terus memacu produktivitas serta daya saing sektor pengolahan, di antaranya adalah dengan mengoptimalkan potensi industri 4.0 untuk beradaptasi dengan situasi yang baru,” tuturnya.
Menperin pun mengungkapkan, dengan perubahan kondisi perekonomian yang tidak terhindarkan, industri manufaktur perlu mampu beradaptasi dan bertransformasi. Sementara itu, pemerintah telah mencanangkan percepatan penerapan teknologi industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain itu, terdapat program strategis lainnya seperti UMKM Go Digital, Low Touch Economy, serta reskilling dan upskilling dari Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
“Kebutuhan digitalisasi mutlak diperlukan dalam dunia industri, baik dalam hal manajemen, capacity building, quality testing, serta track and trace sistem logistik, termasuk otomatisasi dan perencanaan yang mampu bekerja sendiri,” imbuhnya.
Pemerintah telah resmi meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 pada tahun 2018 dengan visi besarnya menempatkan Indonesia dalam jajaran 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030. Penerapan peta jalan ini secara langsung akan berdampak pada revitalisasi sektor manufaktur dan diharapkan akan meningkatkan kontribusi ekspor neto hingga mencapai 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Adanya roadmap Making Indonesia 4.0 tentu akan memberikan arah dan strategi yang jelas bagi pergerakan industri Indonesia di masa yang akan datang,” ujar Agus. Pada awal implementasinya, telah ditetapkan lima sektor prioritas dalam penerapan program Making Indonesia 4.0, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.
“Kemudian, adanya peningkatan permintaan yang signifikan pada industri farmasi dan industri alat kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19, menjadi pertimbangan masuknya dua sektor tersebut sebagai prioritas baru dalam peta jalan tersebut,” tandasnya. (asr)