Home Blog Page 1688

Pria yang Menjadi Milioner dalam Semalan Berencana Membangun Sekolah untuk Warga Setempat

Seorang penambang kecil dari Tanzania yang menjadi jutawan dalam semalam berencana untuk menggunakan sebagian kekayaan untuk membangun sekolah.

Saniniu Laizer, 52 tahun, memperoleh 7,74 miliar shilling Tanzania (sekitar Rp 42 miliar) dari Kementerian Pertambangan Tanzania setelah menjual dua bongkah batu permata Tanzanite, temuan yang sangat langka dan berharga.

Batu permata itu dilaporkan memiliki berat total 15kg, dan dikatakan sebagai yang terbesar yang pernah ditemukan di negara Afrika Timur. Beratnya masing-masing 9,2kg dan 5,8kg, Tanzanite terbesar yang pernah ditemukan sebelum penemuan ini hanya berbobot 3,3kg.

Laizer menemukan dua batu besar berwarna ungu gelap di sebuah tambang di Tanzania minggu lalu. Pada hari Rabu, 24 Juni, dia menjualnya selama acara perdagangan di wilayah utara Manyara, Tanzania, seperti yang dikutip BBC News.

Terlepas dari status orang kaya barunya – yang telah menerima ucapan selamat dari Presiden Tanzania, John Magufuli – Laizer dilaporkan tidak berniat mengubah gaya hidupnya terlalu banyak, dan ingin terus memelihara 2.000 sapinya.

Laizer – yang memiliki lebih dari 30 anak dan empat istri – berencana menandai acara itu dengan ‘pesta besar’ dan akan menyembelih salah satu sapi miliknya sebagai bagian dari perayaan.

Dalam jangka panjang, dia berencana untuk melakukan investasi yang signifikan di daerah tempat tinggalnya, membangun dan memperbaiki fasilitas di distrik Simanjiro Manyara.

“Saya ingin membangun pusat perbelanjaan dan sekolah. Saya ingin membangun sekolah ini di dekat rumah saya. Ada banyak orang miskin di sekitar sini yang tidak mampu membawa anak-anak mereka ke sekolah. Saya tidak berpendidikan tetapi saya suka hal-hal berjalan secara profesional. Jadi saya ingin anak-anak saya menjalankan bisnis secara profesional,” katanya.

tanzanite, graphite, laumontite

Digunakan untuk membuat ornamen, Tanzanite adalah salah satu batu permata paling langka di Bumi, dan hanya dapat ditemukan di wilayah kecil di utara Tanzania, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967.

Sesuai dengan BBC News, seorang ahli geologi setempat memperkirakan bahwa suplai batu permata Tanzanite yang sudah berkurang mungkin akan habis sama sekali dalam dua dekade mendatang.

Dikenal karena variasi warnanya yang menakjubkan – yang meliputi hijau, merah, ungu dan biru – nilai batu permata ini pada akhirnya ditentukan oleh kelangkaannya, dengan warna yang lebih halus atau kejernihan yang menaikkan harga.

Seperti dilansir The Guardian, pagar dibangun di sekitar konsesi penambangan Tanzanite pada bulan April 2018 untuk mengendalikan kegiatan penambangan dan perdagangan ilegal. Pada saat ini, para pejabat memperkirakan bahwa 40% dari Tanzanite yang ditambang di wilayah tersebut telah hilang.

Penambang rakyat tidak dipekerjakan oleh perusahaan pertambangan secara resmi, dan cenderung menambang batu dengan tangan.

Pada tahun 2019, Tanzania mendirikan pusat perdagangan di seluruh negeri untuk memungkinkan penambang rakyat menjual batu permata dan emas kepada pemerintah. Langkah ini telah banyak didorong oleh mereka yang ingin melakukan perbaikan dalam industri.(yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

https://youtu.be/oMPnVv_sA_4

Dia Tidak Mau Beranjak dari Sisi Peti Mati Pemiliknya yang Meninggal Hingga Sampai di Pemakaman

0

Rasa sakit dan kehampaan yang ditimbulkan oleh kepergian orang yang dicintai selalu merupakan sesuatu yang tak terlukiskan. Fakta ini diketahui semua orang, termasuk anak anjing yang setia yang tidak mau berpisah dengan pemiliknya yang telah meninggal.

Namanya Chito, anjing basteran yang selama bertahun-tahun berjalan di jalan-jalan Kota Masaya di Nikaragua, dan sekarang berduka karena kehilangan ayah manusia tercintanya, Omar Mora.

Omar biasa berjalan-jalan di sekitar area bersama dengan anjing itu untuk mencari besi tua untuk dijual, jadi dia dikenal oleh semua orang di komunitasnya. Kematiannya mengejutkan semua orang, seperti halnya kesetiaan anjing itu selama pemakaman.

Pada hari pemakaman, Chito tampaknya tahu bahwa perjalanan sepanjang rute yang telah mereka lalui bersama telah berakhir karena pemiliknya tidak lagi berada di dunia ini.

Omar Mora González meninggal pada 26 Maret pada usia 47 tahun. Meskipun usianya masih relatif muda, masalah kesehatan yang disebabkan oleh kecanduan alkohol dan depresi yang dideritanya setelah kematian ibunya berakhir dengan merengut nyawanya.

Menurut Denis Mora, salah satu kerabatnya, Omar tidak mampu mengatasi kematian ibunya dan jatuh ke dalam keputusasaan.

“Dia tidak mau makan dan aku mencoba mebantunya, memberinya obat, perawatan, tetapi dia tidak mau lagi. Dia mangatakan, ‘Saya tidak ingin hidup, saya tidak ingin hidup.'” Kata Denis.

Pada 27 Mei, dilakukan prosesi pemakaman Kristen dan anjing berbulu yang setia itu selalu ada di sisinya. Chito tidak hanya selalu berada di sisi peti mati selama almarhum disemayamkan di rumah, tetapi dia mengikutinya sampai tiba di kuburan.

Kesedihan anak anjing itu sangat memilukan dan menggerakkan keluarga Omar yang belum pernah melihat gerakan cinta seperti ini.

Terkejut dengan sikap Chito, Denis memutuskan untuk merawat berbulu itu dan tidak meninggalkannya sendirian. Baginya ini adalah cara untuk menunjukkan cinta kepada saudaranya.

Sekarang Chito mencoba beradaptasi dengan kehidupan barunya tanpa ayah manusianya, Omar, yang merawatnya selama bertahun-tahun. Tanpa ragu, anak anjing ini adalah cerminan besar dari cinta yang tak perlu dipertanyakan lagi yang ada di hati semua makhluk ini.(yn)

Sumber: zoorprendente

Video Rekomendasi:

https://youtu.be/6TuhXCpi4do

Mereka Menemukan Tikus yang Terinfeksi Virus Corona di Restoran Tempat Mereka Dijadikan Hidangan

0

Pandemi COVID-19 telah menyatukan upaya para ilmuwan di seluruh dunia untuk mempercepat penelitian tentang virus corona.

Selama tahun 2013 dan 2014, sebuah studi yang diprakarsai oleh Departemen Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Vietnam yang melibatkan peneliti dari Amerika Serikat dan Vietnam untuk menemukan bagaimana perdagangan spesies liar untuk konsumsi mempengaruhi penyebaran virus corona pada manusia.

Penelitian yang dipublikasikan pada 17 Juni tahun ini merinci bahwa sejumlah besar tikus yang terinfeksi berbagai jenis virus corona ditemukan di restoran di Vietnam yang siap untuk dikonsumsi. Untuk melakukan penelitian, mereka mengumpulkan sampel dari 70 restoran.

Ini merupakan peningkatan yang cukup besar dalam kemungkinan penularan pada hewan-hewan ini setelah ditangkap dan kemudian dimasak. Sebagaimana dibuktikan secara ilmiah dalam penelitian ini, tikus yang disajikan di restoran memiliki kemungkinan 55,6% terinfeksi virus corona.

Alasan peningkatan eksponensial ini adalah stres, pengurungan, penumpukan dan pemberian makan tikus liar yang buruk yang diambil dari alam ke restoran sebagai bagian dari menu.

“Saya berharap mungkin 10% dari hewan yang ditemukan sakit, tetapi melihat lebih dari 50% mengejutkan,” kata Sarah Olson, salah satu peneliti studi tersebut.

Meskipun teori awal tentang asal-usul pandemi COVID-19 mengatakan itu di pasar satwa liar di Wuhan, Tiongkok, menu dengan tikus liar, kelelawar atau trenggiling masih ditawarkan di restoran-restoran di Vietnam.

Studi ini telah mengidentifikasi adanya enam jenis virus corona yang sudah dikenal pada kelelawar dan tikus. Meskipun ada pendekatan untuk menangguhkan impor hewan-hewan liar ini, mereka terus melakukannya sebagai produk yang dapat dikonsumsi.

Akhirnya, penelitian mengungkapkan bahwa keberadaan semua virus corona pada hewan yang ditakdirkan untuk konsumsi manusia, serta kemungkinan peningkatan mereka selama rantai pasokan sebelum disajikan di restoran, adalah risiko tinggi bagi mereka yang menyantapnya.(yn)

Sumber: zoorprendente

Video Rekomendasi:

https://youtu.be/8NjnIEjqhM4

Hindari Nomor Kursi Ini Jika Anda Menginginkan Duduk di Kursi Berjendela di Pesawat

0

Tanyakan kepada setiap penggemar perjalanan tentang kesenangan liburan mereka, dan kebanyakan dari mereka akan menjawab duduk di kursi berjendela di pesawat sebagai tiga teratas mereka dalam daftar.

Ilustrasi. (Foto : Unsplash)

Sebenarnya, kursi berjendela benar-benar pilihan terbaik untuk menikmati pemandangan saat Anda bepergian, Ini membuat Anda siap untuk liburan dan mengalihkan perhatian Anda dari masalah turbulensi dan tekanan udara.

Bagi mereka yang tidak sering bepergian, mereka mungkin tidak tahu bahwa tidak semua kursi di pesawat dilengkapi dengan jendela.

Untungnya bagi mereka, seorang pramugari yang dikirim dari ‘surga’ membagikan di Twitter-nya tentang manfaat kursi yang berjendela. Menurut Erza Lisa, ada nomor tempat duduk khusus di setiap pesawat yang tidak memiliki jendela.

Bagi mereka yang tidak keberatan menutup mata atas tidak adanya jendela di samping kursi mereka, mereka dapat memilih yang ini. Meskipun perlu dicatat bahwa mayoritas orang yang bepergian dengan pesawat akan mencoba cara apa pun untuk mengamankan diri mereka sendiri dengan jendela.

Erza Lisa mengungkapkan bahwa 8A, 8F, 9A, dan 9F adalah nomor kursi yang harus Anda hindari jika menginginkan tampilan pesawat yang baik adalah prioritas Anda saat memesan tiket pesawat. Tipsnya dapat digunakan untuk berbagai pesawat mulai dari Boeing 737 hingga seri 800.

Ilustrasi. (Foto : Unsplash)

Netizens senang atas informasi yang baru ditemukan ini sehingga tweet Erza mengumpulkan lebih dari 9.000 retweet dan suka. Komentar membanjiri dalam bentuk meme dan GIF yang berterima kasih padanya untuk tips yang sangat berharga ini.

(Foto: Twitter / erza lisa)

Satu orang bahkan memberikan tips tambahan untuk orang-orang untuk lebih bersukacita.

(Foto: Twitter / erza lisa)

Sementara itu, yang lain berbagi pengalaman pribadi mereka dalam penerbangan untuk pertama kalinya dan kegembiraan mereka mendapatkan kursi berjendela.

Sekarang setelah Anda tahu, pastikan untuk merencanakan liburan Anda lebih awal dan dapatkan kursi berjendela sebelum orang lain yang mendapatkan. Anda tidak ingin menghabiskan 10 jam di pesawat menatap permukaan putih, bukan?(yn)

Sumber: goodtimes

Video Rekomendasi:

https://youtu.be/8NjnIEjqhM4

Pemerintah Evaluasi Kartu Prakerja, Ini Hasilnya

0

ETIndonesia- Pemerintah menyatakan mengevaluasi Program Kartu Prakerja agar senantiasa mengupayakan tata kelola yang baik, transparan dan akuntabel. Langkah ini dilakukan demi menjamin supaya program Kartu Prakerja benar-benar menyentuh lapisan masyarakat yang membutuhkan dan belum tersentuh oleh jenis program pengaman sosial lainnya.

“Komite juga sangat mengapresiasi masukan, saran dan kritik dari publik, individu, media, masyarakat sipil hingga institusi, kementerian, dan semua lembaga lainnya. Masukan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan Program Kartu Prakerja agar dapat diimplementasikan dengan semakin baik lagi,” ujar Ketua Tim Pelaksana Komite Cipta Kerja M. Rudy Salahuddin di Jakarta, Senin (22/6/2020) dalam siaran persnya.

Rudy menambahkan, seiring dengan perkembangan situasi pandemi Covid-19 dan upaya percepatan penanganannya yang mulai memasuki fase “kenormalan baru”, maka evaluasi terhadap Program Kartu Prakerja yang dilaksanakan saat ini sudah tepat. Supaya pada saat pembukaan gelombang empat dibuka dapat lebih memenuhi kebutuhan masyarakat, serta menjadi bagian penting dalam upaya pemulihan ekonomi nasional.

Sampai saat ini, telah dilaksanakan tiga gelombang program Kartu Prakerja dengan jumlah pendaftar yang telah mencapai 11,2 juta dari 513 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, dan sudah terpilih sebanyak 680.918 peserta.

Untuk menyesuaikan dengan arahan Presiden RI untuk memprioritaskan mereka yang penghidupannya terdampak pandemi Covid-19, maka komposisi peserta adalah sebagai berikut: pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 392.338 (58%), pencari kerja sebesar 244.531 (35%), pelaku UMKM sebanyak 7.396 (1%), dan pekerja yang masih bekerja atau dirumahkan sebesar 36.653 (6%).

Jumlah peserta yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 573.080 peserta. Mereka memilih 1.222 jenis pelatihan, antara lain keterampilan bahasa asing terutama bahasa Inggris, keterampilan berwirausaha, pemasaran dan konten digital, bisnis kuliner, Microsoft Office dan banyak lainnya. Kemudian, sebesar 477.971 peserta telah menuntaskan paling tidak satu pelatihan dan menerima sertifikat.

Peserta yang telah menerima insentif adalah sebanyak 361.209 peserta yang berjumlah total Rp216.725 miliar.

Modul-modul pelatihan Kartu Prakerja dibuat sangat beragam berdasarkan tingkat kemudahan dan jenjang kompleksitas untuk menyesuaikan dengan latar belakang pendidikan, profesi, sebaran geografis dan minat peserta yang beragam. Sampai saat ini terdapat 3.805 jenis pelatihan dalam ekosistem Kartu Prakerja.

Tujuan dibentuknya Program Kartu Prakerja awalnya adalah untuk meningkatkan kompetensi, produktivitas dan daya saing angkatan kerja, seperti tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Prakerja, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko Perekonomian) No. 3 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Prakerja. Tetapi dalam proses penyusunannya, terjadi situasi kedaruratan berupa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan negara lain di seluruh dunia.

Kondisi itu membuat semua kebijakan, program dan kegiatan pemerintah perlu disesuaikan, termasuk dengan program Kartu Prakerja. Fokus program tertuang ke dalam dua dimensi, yaitu pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang dapat mencegah terjadinya penularan virus corona; dan bagian dari mengantisipasi dampak yang ditimbulkannya, khususnya aspek sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, program Kartu Prakerja pun sepenuhnya dilakukan secara daring (online) dan komposisi bantuan didominasi oleh aspek bantuan sosial (bansos), yang kemudian oleh Presiden RI Joko Widodo disebut menjadi semi-bansos. Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 4 Tahun 2020 dan Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2020

Program Kartu Prakerja, tergabung dalam Jaring Pengaman Sosial dengan alokasi anggaran sebesar Rp20 triliun dari total Rp110 triliun, dan ditujukan bagi 5,6 juta orang dengan mengutamakan pekerja yang terkena PHK, pekerja informal, dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak Covid-19. (asr)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=6iSpSwuhjTE

Indonesia Siap Produksi Ventilator Lokal Tangani Pasien Corona

0

ETIndonesia- Penanganan pasien COVID-19 pada kategori tertentu membutuhkan alat bantu, salah satunya ventilator. Ketersediaan alat yang masih terbatas ini mendorong Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan. Inovasi pembuatan ventilator lokal. Melalui terobosan ini, Indonesia diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan alat medis di masa pandemi. 

Berhasilnya inovasi ventilator lokal ini menambah capaian di bidang riset dan teknologi, khususnya peralatan kesehatan. Sebelumnya, Indonesia juga telah mendapatkan sertifikat internasional standar WHO untuk baju alat pelindung diri (APD) dan juga robot karya anak bangsa. Robot tersebut mampu untuk melakukan sterilisasi ruangan pasien COVID-19.

Menteri Riset dan Teknologi Prof. Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa Indonesia telah siap untuk memproduksi ventilator sendiri. UI mendukung ketersediaan 300 unit ventilator COVENT-20 untuk sejumlah rumah sakit rujukan COVID-19. 

COVENT-20 adalah Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya yang dikembangkan oleh Tim Ventilator UI. COVENT-20 unggul karena telah dinyatakan lulus uji klinis manusia untuk mode ventilasi CMV (Continuous Mandatory Ventilation) dan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dari Kementerian Kesehatan RI pada 15 Juni 2020.

Mode CMV lebih kompleks dibandingkan dengan mode CPAP, karena mengatur nafas pasien pada saat pasien berada dalam kondisi tidak sadar, dan sepenuhnya fungsi pernafasan diregulasi oleh ventilator. Selain itu COVENT-20 juga telah memperoleh Ijin Edar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, pada 19 Juni 2020.

“Meskipun barangkali masih ada komponen import di dalam ventilator tersebut, tapi saya sudah diberi informasi bahwa 70% dari ventilator yang bisa disaksikan ini berasal dari Indonesia atau lokal kontennya 70%,” jelas Prof. Bambang mengenai pembuatan ventilator ini pada konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta (24/6/2020) dalam rilis Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional

Ventilator ini berhasil dibuat atas kerja sama dua fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik dari UI. Sementara itu pendanaan ventilator baik produksi dan distribusi dilakukan atas kerja sama dengan ikatan alumni dan filantropis dengan metode crowd funding.

“Kita masih menunggu tentunya ventilator-ventilator jenis lain karena dari semua ventilator yang sudah mendapatkan ijin edar, belum ada ventilator untuk ICU, namun tidak lama lagi kita akan mendapatkan ventilator untuk ICU sehingga kita memiliki lengkap semua jenis,” tambah Prof. Bambang.

Tidak hanya ventilator, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) BRIN juga sedang memproduksi alat tes PCR dan _rapid test_. Saat ini jumlah alat _rapid test_ yang sudah diproduksi sudah mencapai 100 ribu dari 2 juta unit yang ditargetkan. 

Ia juga menambahkan bahwa Kemenristek BRIN sudah meresmikan Mobile BSL 2 pada minggu lalu (16/6). “Mobile BSL 2 ini bertujuan untuk menambah jumlah kapasitas pemeriksaan swab test di berbagai tempat di Indonesia,” tambahnya mengenai perkembangan tentang riset dan inovasi terkait COVID-19.

Terakhir, Prof. Bambang mengucapkan apresiasi serta terima kasih kepada seluruh peneliti di Indonesia terutama kepada civitas akademika Universitas Indonesia.

Sementara itu, Prof. Ari Kuncoro sebagai Rektor Universitas Indonesia menyampaikan kontribusi-kontribusi yang sudah diberikan UI kepada Indonesia dalam melawan COVID-19.

“Baru saja kami menyerahkan secara simbolis mobile ventilator kepada Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 untuk disumbangkan kepada rumah sakit yang ada di Indonesia. Rencananya akan diproduksi sebanyak 300 unit dan akan diberikan dengan basis donasi,” ucap Prof. Ari.

UI juga telah terlibat dalam penanganan COVID-19, mulai dari sukarelawan hingga menyediakan rumah sakit UI sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19.

“Tidak hanya itu, fakultas-fakultas yang tergabung dalam bidang ilmu sosiohumaniora juga memberikan sumbangannya melalui pemikiran-pemikiran yang dimuat dalam policy brief dan diberikan kepada pemerintah yang berisi sumbangan pemikiran bagaimana menangani COVID-19 ini,” tambah Prof. Ari.

Mengenai COVENT-20, Prof. Ari menjelaskan bahwa ventilator ini diriset dari hulu hingga ke hilir oleh UI. Pemerintah melalui Kemenristek BRIN juga mengambil peran dalam pendanaan. Hal ini sangatlah penting karena akan memberikan hasil yang maksimal, karena memenuhi model _triple helix_ (pemerintah, akademi, dan industri).

Prof. Ari menutup konferensi pers dengan menyampaikan bahwa pelaksanaan kerja sama ini adalah suatu hal yang baru dan dapat dikatakan sebagai model penta helix (masyarakat, media, pemerintah, akademi, dan industri).

“Masyarakat diwakili oleh BNPB, membutuhkan ventilator, dan juga ada media karena semua prestasi itu harus dicatat dan untuk menjadikan inspirasi bagi kita semua,” jelas Prof. Ari. (asr)

Video Rekomendasi :