Pria yang Menjadi Milioner dalam Semalan Berencana Membangun Sekolah untuk Warga Setempat

Seorang penambang kecil dari Tanzania yang menjadi jutawan dalam semalam berencana untuk menggunakan sebagian kekayaan untuk membangun sekolah.

Saniniu Laizer, 52 tahun, memperoleh 7,74 miliar shilling Tanzania (sekitar Rp 42 miliar) dari Kementerian Pertambangan Tanzania setelah menjual dua bongkah batu permata Tanzanite, temuan yang sangat langka dan berharga.

Batu permata itu dilaporkan memiliki berat total 15kg, dan dikatakan sebagai yang terbesar yang pernah ditemukan di negara Afrika Timur. Beratnya masing-masing 9,2kg dan 5,8kg, Tanzanite terbesar yang pernah ditemukan sebelum penemuan ini hanya berbobot 3,3kg.

Laizer menemukan dua batu besar berwarna ungu gelap di sebuah tambang di Tanzania minggu lalu. Pada hari Rabu, 24 Juni, dia menjualnya selama acara perdagangan di wilayah utara Manyara, Tanzania, seperti yang dikutip BBC News.

Terlepas dari status orang kaya barunya – yang telah menerima ucapan selamat dari Presiden Tanzania, John Magufuli – Laizer dilaporkan tidak berniat mengubah gaya hidupnya terlalu banyak, dan ingin terus memelihara 2.000 sapinya.

Laizer – yang memiliki lebih dari 30 anak dan empat istri – berencana menandai acara itu dengan ‘pesta besar’ dan akan menyembelih salah satu sapi miliknya sebagai bagian dari perayaan.

Dalam jangka panjang, dia berencana untuk melakukan investasi yang signifikan di daerah tempat tinggalnya, membangun dan memperbaiki fasilitas di distrik Simanjiro Manyara.

“Saya ingin membangun pusat perbelanjaan dan sekolah. Saya ingin membangun sekolah ini di dekat rumah saya. Ada banyak orang miskin di sekitar sini yang tidak mampu membawa anak-anak mereka ke sekolah. Saya tidak berpendidikan tetapi saya suka hal-hal berjalan secara profesional. Jadi saya ingin anak-anak saya menjalankan bisnis secara profesional,” katanya.

tanzanite, graphite, laumontite

Digunakan untuk membuat ornamen, Tanzanite adalah salah satu batu permata paling langka di Bumi, dan hanya dapat ditemukan di wilayah kecil di utara Tanzania, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967.

Sesuai dengan BBC News, seorang ahli geologi setempat memperkirakan bahwa suplai batu permata Tanzanite yang sudah berkurang mungkin akan habis sama sekali dalam dua dekade mendatang.

Dikenal karena variasi warnanya yang menakjubkan – yang meliputi hijau, merah, ungu dan biru – nilai batu permata ini pada akhirnya ditentukan oleh kelangkaannya, dengan warna yang lebih halus atau kejernihan yang menaikkan harga.

Seperti dilansir The Guardian, pagar dibangun di sekitar konsesi penambangan Tanzanite pada bulan April 2018 untuk mengendalikan kegiatan penambangan dan perdagangan ilegal. Pada saat ini, para pejabat memperkirakan bahwa 40% dari Tanzanite yang ditambang di wilayah tersebut telah hilang.

Penambang rakyat tidak dipekerjakan oleh perusahaan pertambangan secara resmi, dan cenderung menambang batu dengan tangan.

Pada tahun 2019, Tanzania mendirikan pusat perdagangan di seluruh negeri untuk memungkinkan penambang rakyat menjual batu permata dan emas kepada pemerintah. Langkah ini telah banyak didorong oleh mereka yang ingin melakukan perbaikan dalam industri.(yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

https://youtu.be/oMPnVv_sA_4