Home Blog Page 17

Trump dan Xi Berbicara Lewat Telepon, Xi Undang Trump ke Tiongkok – Laporan Media Resmi Partai Mengandung Makna Terselubung

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (5 Juni) pagi,  mengumumkan melalui media sosial bahwa ia telah melakukan pembicaraan telepon dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ini adalah percakapan pertama mereka sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Trump mengungkapkan sebagian topik pembicaraan dan perkembangan selanjutnya, serta menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dia dan istrinya untuk berkunjung ke Tiongkok, undangan yang disambut Trump dengan senang hati. Namun, laporan dari media resmi PKT menampilkan versi berbeda, dan makna di baliknya mengundang perhatian.

EtIndonesia. Pada Kamis  (5 Juni) pagi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menulis di media sosial bahwa ia baru saja melakukan percakapan telepon dengan pemimpin PKT. Isi pembicaraan mereka hampir sepenuhnya berfokus pada isu perdagangan, tanpa membahas masalah Rusia, Ukraina, atau Iran.

“Soal isi pembicaraan, itu sepenuhnya akan dikembangkan lewat negosiasi di tingkat kerja, termasuk isu tarif, penyelesaian perang di Ukraina, atau situasi di Timur Tengah. Banyak hal bisa dibicarakan lewat tim teknis lebih dulu,” ujar Wu Jialong, analis senior politik dan ekonomi asal Taiwan. 

“Masalahnya adalah, apakah Xi Jinping masih memegang kendali? Karena itu baik AS maupun Rusia sama-sama sedang menguji dan mencoba memahami situasi terkini – apa yang sebenarnya terjadi di Beijing. Inilah makna sebenarnya di balik pembicaraan telepon ini,” lanjutnya. 

Sementara itu, media resmi PKT menampilkan laporan dengan versi yang berbeda.

Pada pukul 20:50 malam waktu Beijing, situs web Xinhua merilis laporan singkat hanya dalam beberapa kata, tanpa menyebut isi percakapan atau gelar pemimpin partai, terlihat sangat canggung dan kurang hormat. Beberapa menit kemudian, Xinhua mengeluarkan versi lanjutan yang hanya menambahkan waktu pembicaraan dan jabatan Xi, serta menekankan bahwa itu adalah percakapan “atas permintaan” pihak AS.

Wu Jialong menambahkan: “Ada banyak rumor bahwa Xi Jinping mungkin telah kehilangan kekuasaan, dan bahwa ada masalah di Beijing. Baik Trump maupun Putin ingin memahami apa yang terjadi di kalangan elit PKT. Jadi, Trump terus menyatakan ingin berbicara dengan Xi, yang pada dasarnya memaksa PKT untuk membuka kartu, untuk menunjukkan apakah Xi masih merupakan sosok yang bisa diajak berurusan. Itu sebabnya Presiden Belarus Lukashenko datang ke Beijing – sebenarnya untuk menyelidiki situasi.”

Shen Mingshi, peneliti di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan: “Setelah Trump menekankan dalam pernyataannya bahwa Xi Jinping sangat keras kepala dan sulit diajak komunikasi, lalu muncul laporan dari Xinhua seperti itu – ini menimbulkan kesan adanya perebutan kekuasaan internal di PKT.” 

Ia menambahkan : “Jika benar Xi sebelumnya berada di Henan dan tidak muncul di depan umum, tetapi tetap harus bertemu langsung dengan Presiden Belarus, meski dengan status yang diturunkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa di bawah tekanan dari para sesepuh partai, Xi dipaksa untuk berbicara dengan Trump. Karena itu hanya panggilan telepon dan sifatnya untuk menyampaikan niat baik, maka tidak menyentuh isi yang substansial.”

Trump juga menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dirinya dan istri untuk berkunjung ke Tiongkok, dan ia menyambut undangan tersebut dengan senang hati. Ia juga menyebut bahwa tim perdagangan AS-Tiongkok akan segera mengadakan pertemuan di lokasi yang belum ditentukan, dan informasi mengenai jadwal serta lokasi akan diumumkan kepada media dalam waktu dekat.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa saat ini, di tengah krisis internal dan eksternal yang melanda PKT, terutama ketidakstabilan politik di Zhongnanhai, kemungkinan besar perundingan perdagangan dengan AS hanyalah taktik untuk mengulur waktu.

Wu Jialong kembali menegaskan: “Saat ini belum terlihat adanya pembahasan isu-isu substansial. Yang terdengar hanyalah keluhan dari pihak AS, dan mungkin beberapa pernyataan agresif dari pihak Tiongkok, tetapi itu semua belum mencapai tahap pembicaraan resmi. Apakah kedua belah pihak bisa saling membangun kepercayaan dan mencapai titik temu yang membuka peluang baru – terus terang, untuk saat ini belum ada tanda-tandanya.” (Hui)

Laporan oleh Han Fei dan kontributor Luo Ya untuk NTD Television.

10 Pola Pikir Orang Miskin yang Menghambat Kesuksesan — Cek, Apakah Kamu Punya Salah Satunya?


EtIndonesia. Ketika kita berbicara soal pola pikir kelimpahan (abundance mindset) dan pola pikir kemiskinan (poverty mindset), sebenarnya kita sedang membahas cara berpikir, perilaku, dan kebiasaan yang secara tidak sadar memengaruhi arah hidup kita. Cara hidup yang tertanam dalam diri kita ini bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan—atau justru menjadi batu sandungan yang tak kita sadari.

Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 99% orang memiliki pola pikir kelangkaan (scarcity mindset)—mereka percaya bahwa sumber daya terbatas dan persaingan sangat ketat. Pola pikir ini sering kali menjadi “prediksi yang terpenuhi dengan sendirinya,” membuat kita hanya fokus pada kekurangan, hingga akhirnya benar-benar merasa terjebak. Sebaliknya, hanya 1% orang yang hidup dengan pola abundance mindset, yaitu mereka yang percaya bahwa hidup penuh dengan peluang dan kemungkinan tak terbatas.

Yang perlu diwaspadai adalah: kebiasaan sehari-hari kita tanpa kita sadari bisa menumbuhkan pola pikir miskin. Berikut ini adalah 10 kebiasaan umum yang tampaknya sepele, tapi sebenarnya sangat berbahaya bagi kesuksesan kita:

1. Banyak Mengeluh, Tapi Tak Bertindak

Orang dengan pola pikir miskin cenderung terus-menerus mengeluhkan keadaan, tetapi tidak berusaha untuk mengubahnya. Mereka memandang masalah bukan sebagai tantangan yang harus diatasi, melainkan sebagai penghalang. Mengeluh memang mudah, tapi tidak menyelesaikan apa pun.

Abundance mindset: Hadapi masalah, ambil tindakan. Orang sukses bersikap proaktif, bertanggung jawab atas hidupnya, dan selalu mencari solusi.

2. Menunggu Momen yang “Sempurna”

Menunda-nunda karena ingin semua kondisi sempurna adalah salah satu ciri umum pola pikir miskin. Namun dalam kenyataan, momen sempurna hampir tidak pernah datang. Semakin lama menunggu, semakin banyak peluang yang terlewatkan.

Abundance mindset: Orang sukses paham bahwa pertumbuhan sering kali datang dari ketidakpastian. Mereka bertindak dulu, belajar sambil jalan, dan percaya bahwa perbaikan akan datang seiring waktu.

3. Menyalahkan Keadaan atau Orang Lain

Pola pikir miskin gemar menyalahkan hal-hal eksternal: ekonomi, orangtua, lingkungan, atau nasib buruk. Tapi dengan begitu, kita menyerahkan kendali hidup kepada orang lain.

Abundance mindset: Ambil tanggung jawab penuh. Orang sukses tidak mencari kambing hitam, tapi fokus memperbaiki diri dan situasi.

4. Terlalu Nyaman di Zona Aman

Berada di zona nyaman memang enak, tapi bisa sangat merugikan dalam jangka panjang. Tanpa tantangan, kita berhenti bertumbuh.

Abundance mindset: Orang sukses berani keluar dari zona nyaman. Mereka tahu bahwa tantangan adalah gerbang menuju pertumbuhan, dan kegagalan adalah bagian dari proses.

5. Fokus pada Masalah, Bukan Solusi

Orang dengan pola pikir miskin hanya melihat hambatan dan sisi negatif. Mereka mengeluh tentang kesulitan, tapi tidak mencari jalan keluar.

Abundance mindset: Mereka fokus pada “bagaimana cara mengatasi ini.” Mereka menyusun rencana, mencari bantuan, dan tetap bergerak maju.

6. Gaya Hidup “Nikmati Sekarang, Tanggung Nanti”

Kebiasaan mengutamakan kesenangan jangka pendek seperti belanja impulsif dan menunda pekerjaan justru merugikan masa depan.

Abundance mindset: Mereka mengutamakan hasil jangka panjang. Mereka tahu menahan diri dan berdisiplin sekarang akan membawa hasil yang jauh lebih besar di masa depan.

7. Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menumbuhkan iri hati dan rasa tidak cukup. Lama-kelamaan, ini menggerogoti kepercayaan diri.

Abundance mindset: Fokus pada perjalanan diri sendiri. Mereka menghargai kemajuan kecil, dan mampu memberi selamat atas keberhasilan orang lain tanpa merasa terancam.

8. Minimnya pola pikir

Orang yang berpola pikir miskin percaya bahwa dunia ini kekurangan: kekurangan uang, peluang, keberuntungan. Mereka takut berbagi karena takut kehilangan.

Abundance mindset: Mereka percaya bahwa rezeki dan kesempatan ada untuk semua orang. Mereka terbuka, senang berkolaborasi, dan tidak pelit berbagi ilmu maupun bantuan.

9. Enggan Mengembangkan Diri

Orang dengan pola pikir miskin mengira mereka sudah cukup tahu, atau merasa malas belajar hal baru. Hasilnya, mereka berhenti bertumbuh.

Abundance mindset: Selalu belajar. Mereka membaca, ikut pelatihan, dan mencari mentor. Mereka tahu bahwa investasi terbaik adalah investasi pada diri sendiri.

10. Takut Gagal

Ketakutan akan kegagalan membuat banyak orang tidak pernah mencoba hal baru. Mereka terlalu takut salah, hingga akhirnya tidak melangkah sama sekali.

Abundance mindset: Mereka memandang kegagalan sebagai bagian penting dari proses belajar. Mereka tahu bahwa setiap jatuh akan membuat mereka semakin kuat.

Kesimpulan:

Setiap keputusan kecil dan kebiasaan yang kita jalani sehari-hari, perlahan membentuk pola pikir kita. Tapi kamu punya kuasa untuk mengubahnya. Begitu kamu menyadari bahwa pola-pola pikir ini menghambat kesuksesanmu, kamu bisa mulai melakukan perubahan.

Kamu tak perlu langsung jadi sempurna. Mulailah dari satu kebiasaan kecil: berhenti mengeluh, berani melangkah, atau mulai membaca satu buku pengembangan diri. Perlahan, perubahan kecil itu akan menuntunmu pada perubahan besar—menuju hidup yang lebih berlimpah, bertumbuh, dan tangguh. (jhn/yn)

Jam Tangan Emas yang Hilang dalam Kecelakaan Kapal di Danau Michigan 165 Tahun Lalu Kembali ke Rumah

EtIndonesia. Ketika Kapal Uap Lady Elgin tenggelam di Danau Michigan pada tahun 1860, jurnalis dan politikus Inggris Herbert Ingram tenggelam di laut dalam, tetapi 165 tahun kemudian jam sakunya telah kembali ke rumah.

Kapal uap itu tenggelam dengan cepat pada tanggal 8 September 1860, ketika bertabrakan dengan sekunar selama badai di lepas pantai Winnetka, Illinois, menewaskan lebih dari 300 orang, dengan banyak yang tidak dapat mencapai sekoci penyelamat sebelum kapal itu tenggelam.

Ingram dan putranya sama-sama meninggal dalam kecelakaan itu dengan jam tangan emasnya ikut tenggelam bersama mereka.

Setelah tenggelam, jasad Ingram ditemukan, dan dia dikembalikan ke Inggris, dan dimakamkan di kampung halamannya di Boston di Lincolnshire.

Jam saku itu ditemukan oleh penyelam pada tahun 1992, tetapi tetap berada di AS hingga bulan Mei ini, ketika diberikan kepada seorang sejarawan untuk diperiksa.

“Kembali pada tahun 1992, ketika tim saya mendokumentasikan sisa-sisa Lady Elgin yang tersebar di lebih dari satu mil dasar danau, penyelam lain sedang mengunjungi lokasi tersebut,” Valerie Van Heest, salah satu pendiri Michigan Shipwreck Research Association yang menulis “Lost on the Lady Elgin,” mengatakan kepada FOX 17. “Lokasinya telah bocor, dan tiga penyelam yang baru saya ketahui, menemukan sebuah jam saku. Sebuah jam saku emas, sebuah penemuan yang luar biasa.”

Dia menambahkan bahwa Ingram adalah “anggota Parlemen. Dia juga pendiri London Illustrated News, yang merupakan pertama kalinya sebuah surat kabar mencetak gambar di koran. Jadi dia benar-benar pendiri jurnalisme bergambar.”

Van Heest mengatakan kepada BBC News bahwa dia segera menyadari bahwa jam tangan itu “tidak seharusnya berada di Amerika. Jam tangan itu seharusnya berada di Boston, Inggris, tempat asal Herbert Ingram, tempat patungnya masih berdiri.”

Para ahli mengatakan jam tangan itu tetap dalam kondisi yang relatif baik saat berada di dasar danau karena lingkungan danau yang dingin dan rendah oksigen, menurut majalah People.

Ingram dirayakan sebagai “putra kesayangan” Kota Lincolnshire tempat dia dilahirkan dan dimakamkan serta tempat patungnya berdiri.

Van Fleet membeli jam tangan itu, lalu menyumbangkannya ke Museum Boston Guildhall, yang kebetulan sedang menyelenggarakan pameran tentang Ingram saat itu.

“Mereka tidak memiliki artefak fisik apa pun, dan di sini saya tidak hanya menawarkan artefak, tetapi juga jam tangan pribadi Herbert Ingram,” kata Van Heest. “Itu adalah kejadian yang luar biasa dan tak terduga.”

Anggota Dewan Sarah Sharpe, dari Dewan Kota Boston mengatakan kepada BBC: “Fakta bahwa bagian kecil dirinya ini kembali ke kampung halamannya untuk dipamerkan benar-benar istimewa dan penting.”

Museum merayakan kembalinya jam tangan itu pada tanggal 24 Mei, menyebutnya sebagai “hari yang tak terlupakan.”

“Hari ini, Boston berkumpul untuk mengenang kehidupan dan warisan Herbert Ingram — jurnalis, reformis, dan salah satu tokoh paling berpengaruh di kota kami — saat jam tangan emasnya yang telah lama hilang, yang ditemukan dari bangkai kapal Lady Elgin, secara resmi dikembalikan ke rumah,” tulis museum di Facebook. “Dari penghormatan pribadi di makamnya, hingga serah terima seremonial di Ingram Memorial, hingga kisah-kisah hebat yang dibagikan di Boston Guildhall — setiap momen dipenuhi dengan refleksi, kebanggaan, dan kekaguman.”

Museum menambahkan: “Terima kasih kepada semua orang yang bergabung dengan kami hari ini — secara langsung dan dalam semangat. Sejarah Boston masih hidup dan terus berjalan.”(yn)

Sumber: nypost

Penumpang Tertangkap Mencoba Menyelundupkan Tas Berisi Ular Berbisa Melalui Bea Cukai

EtIndonesia. Sebuah tas berisi makhluk-makhluk dari mimpi buruk Anda dihentikan oleh bea cukai internasional di Mumbai, India, selama akhir pekan, yang berujung pada penangkapan.

Petugas bea cukai Mumbai mengatakan mereka menyita tas berisi ular berbisa pada hari Minggu (1/6) dari seorang penumpang yang datang dari Thailand.

Pemeriksaan lebih dekat pada tas tersebut mengungkap tiga ular berbisa ekor laba-laba, lima kura-kura daun Asia, dan 44 ular berbisa Indonesia.

Foto-foto menunjukkan reptil yang diselundupkan setelah ditemukan, termasuk nampan berisi kura-kura dan seember ular berbisa biru dan hijau.

Menurut Australian Geographic, ular berbisa dapat ditemukan dalam warna biru dan hijau di Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia.

Ular berbisa biru termasuk spesies yang paling langka, menurut outlet tersebut.

Ini bukan pertama – atau terakhir – petugas bea cukai di India berkeliaran di alam liar.

Foto-foto yang diambil oleh bea cukai Mumbai menunjukkan sebagian besar barang bukti berupa narkoba dan emas, tetapi pada bulan Februari, petugas juga berhasil menghentikan penyelundupan lima Siamang Gibbon.

Menurut International Union for Conservation of Nature, monyet-monyet tersebut merupakan spesies yang terancam punah.(yn)

Sumber: nypost

Perjalanan Paksa dan Pengawasan: Serangan Preemptif Beijing terhadap Peringatan Tragedi Tiananmen

Para pembangkang di seluruh Tiongkok  ditempatkan di bawah pengawasan atau diperingatkan untuk tetap diam menjelang peringatan 36 tahun Pembantaian Lapangan Tiananmen oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT)

EtIndonesia. Menjelang peringatan ke-36 Pembantaian Lapangan Tiananmen, otoritas  Tiongkok yang dikuasai Partai Komunis kembali memperketat cengkeramannya terhadap suara-suara pembangkangan.

Dalam peristiwa pembantaian yang terjadi pada 4 Juni 1989 itu, pasukan Tiongkok secara brutal menumpas gerakan pro-demokrasi yang dipimpin mahasiswa, mengakibatkan ribuan orang tewas dan terluka. Hingga kini, otoritas tetap sangat sensitif terhadap segala bentuk peringatan publik atas tragedi tersebut.

Seorang warga Beijing, Mr. Wang—yang merupakan teman dekat seorang pembangkang terkemuka—mengatakan kepada The Epoch Times bahwa tokoh-tokoh penting di ibu kota telah berada dalam pengawasan ketat oleh polisi keamanan negara.

Lapangan Tiananmen saat peristiwa 4 Juni 1989 (sumber: internet)

Menurut Wang, yang nama lengkapnya tidak disebutkan karena alasan keamanan, pada 30 Mei, jurnalis senior dan tokoh dissiden Gao Yu dibawa pergi oleh aparat keamanan negara dengan dalih “perjalanan”.

Beberapa tokoh lain, termasuk pengacara hak asasi manusia Mo Shaoping—yang dikenal luas karena membela para dissiden dan mendorong reformasi hukum; Pu Zhiqiang—pengacara hak sipil yang dikenal karena pembelaannya terhadap kebebasan berbicara dan keterlibatannya dalam kasus-kasus sensitif; serta penulis Lao Gui—pengamat vokal dan esais yang kerap menulis kritik terhadap politik dan masyarakat Tiongkok, juga dilaporkan telah dikenai tahanan rumah.

“Pembatasan ini diperkirakan akan terus berlaku hingga setelah 4 Juni,” ujar Wang.

‘Perjalanan’ untuk Suara-suara Pembangkang

Istilah “perjalanan paksa,” sebagaimana dijelaskan oleh para dissiden Tiongkok, mengacu pada taktik umum yang digunakan oleh otoritas selama periode-periode politik sensitif, seperti Sidang Tahunan Dua Sesi atau peringatan Pembantaian Tiananmen. Di bawah kedok wisata, polisi membawa para aktivis keluar dari rumah mereka untuk mengisolasi mereka, mencegah kontak dengan media, atau partisipasi dalam kegiatan peringatan.

Gao telah berulang kali menjadi sasaran “perjalanan paksa” dalam beberapa tahun terakhir.

Wang mencatat bahwa, kemungkinan karena keterbatasan anggaran, tidak semua dissiden dipindahkan kali ini. Banyak yang hanya dipantau oleh polisi lokal atau petugas keamanan. Ia menyebut satu tokoh lain yang kini ditahan di rumahnya: aktivis demokrasi terkenal, Hu Jia.

Hu, seorang kritikus vokal terhadap Partai Komunis Tiongkok (PKT), dikenal secara internasional atas advokasinya terhadap demokrasi, perlindungan lingkungan, dan kesadaran HIV/AIDS. Pada 2008, ia menerima Penghargaan Sakharov dari Parlemen Eropa untuk Kebebasan Berpikir.

Jutaan orang Tiongkok datang ke Lapangan Tiananmen untuk mendukung protes mahasiswa pro-demokrasi di Beijing pada tahun 1989. (Courtesy of Ma Jian)

“Bagi orang-orang seperti mereka, bahkan pergi ke supermarket pun harus dikawal polisi. Petugas mengikuti ke mana pun mereka pergi. Sudah puluhan tahun sejak 4 Juni 1989, tetapi otoritas masih terus-menerus menargetkan suara-suara pembangkangan,” kata Wang.

Li Wei, seorang aktivis hak asasi manusia yang berbasis di Beijing dan dikenal karena keterlibatannya dalam Gerakan Warga Negara Baru—jaringan yang mendorong keadilan sosial dan reformasi hukum di Tiongkok—mengunggah video dari kamera pengawas rumahnya ke media sosial X pada 30 Mei. Rekaman tersebut menunjukkan beberapa kendaraan polisi terparkir di luar rumahnya, memperkuat keterangan Wang tentang peningkatan pengawasan terhadap para dissiden.

Wang menambahkan bahwa penahanan yang terus-menerus ini memberikan dampak serius terhadap kesehatan para dissiden lanjut usia.

Seorang pria berdiri sendirian untuk memblokir barisan tank yang menuju ke timur di Jalan Perdamaian Abadi Beijing selama pembantaian Lapangan Tiananmen pada 5 Juni 1989. (Jeff Widener/AP Photo)

“Gao Yu sudah lanjut usia dan dalam kondisi kesehatan yang buruk. Diperlakukan seperti ini berulang kali adalah bentuk penyiksaan,” katanya.

Gao, yang kini berusia 81 tahun, adalah mantan wakil pemimpin redaksi Economics Weekly dan terkenal karena laporan-laporannya yang kritis mengenai isu-isu politik dan ekonomi. Ia telah beberapa kali dipenjara atas pekerjaannya, yang paling menonjol adalah kasus tahun 2015 ketika ia dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara karena diduga membocorkan dokumen PKT kepada media asing.

Keberanian dan komitmennya terhadap kebebasan pers telah membuatnya diakui secara internasional.

Di Provinsi Guizhou, Tiongkok bagian barat daya, seorang Kristen bernama Mr. Huang, yang menolak memberikan nama lengkap karena takut dibalas, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa beberapa anggota kelompok Seminar Hak Asasi Manusia Guizhou telah dikenai tahanan rumah, dengan petugas polisi ditempatkan di depan rumah setidaknya empat anggota. Ia juga mengatakan bahwa pihak berwenang telah mengunjungi rumah-rumah untuk memberikan peringatan langsung agar tidak berbicara dengan media asing.

“Negara ini sedang mengalami krisis keuangan, tetapi masih saja tidak segan-segan menggunakan uang rakyat untuk menekan perbedaan pendapat,” katanya.

Hu Gang, seorang teman dari Ji Feng—dissiden yang berbasis di Guizhou—mengatakan kepada The Epoch Times pada 30 Mei bahwa Ji, yang saat ini berada di Yanjiao (sebuah kota di perbatasan Beijing–Hebei), telah menerima panggilan dari keamanan negara Guizhou yang memintanya untuk bersiap-siap menjalani “perjalanan,” meskipun tujuan akhirnya tidak disebutkan.

Ini berarti bahwa polisi akan membawanya pergi, merahasiakan keberadaannya, dan mengawasinya secara ketat dalam beberapa hari ke depan.

Ji adalah pemimpin mahasiswa di Universitas Guizhou selama protes pro-demokrasi tahun 1989 dan sejak saat itu terus menjadi kritikus vokal terhadap PKT.

Di Hefei, Provinsi Anhui di Tiongkok bagian timur, seorang pegiat hak lokal bernama Mr. Zhang, yang juga menolak menyebutkan nama lengkapnya demi keamanan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mantan jaksa Shen Liangqing, yang pernah ikut serta dalam protes 1989 dan beberapa kali dipenjara, baru-baru ini diperingatkan oleh polisi agar tidak berbicara kepada jurnalis asing.

“Mereka menyuruhnya ‘hati-hati dalam berbicara’ dan ‘jangan menonjolkan diri,’” ujar Zhang.

Sensor Daring

Sensor di dunia maya juga semakin ketat. Para pengguna internet melaporkan bahwa akun mereka ditangguhkan karena membagikan gambar-gambar peringatan, seperti lilin yang menyala sebagai simbol berkabung untuk para korban 4 Juni 1989. Ini menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar tidak mentoleransi referensi apa pun terhadap Pembantaian Lapangan Tiananmen.

Analis politik Sun Li, yang berbasis di Beijing, mengatakan bahwa Pembantaian Lapangan Tiananmen tetap menjadi luka mendalam dalam sejarah politik modern Tiongkok.

“Setiap tahun, menjelang tanggal ini, otoritas memperketat kontrol. Ini mencerminkan kecemasan yang mendalam terhadap legitimasi politik dan stabilitas sosial mereka,” katanya kepada The Epoch Times. “Dengan terus menolak bertanggung jawab atau mengungkap kebenaran, negara justru semakin memicu kemarahan publik.”

Pembantaian Lapangan Tiananmen adalah respons Partai Komunis Tiongkok terhadap protes damai yang dipimpin mahasiswa, yang dikenal sebagai gerakan pro-demokrasi tahun 1989, yang menuntut pemberantasan korupsi. Protes ini berlangsung hampir dua bulan di Beijing dan berbagai kota lainnya di Tiongkok.

Pada 3 Juni malam hingga dini hari 4 Juni 1989, pasukan Tiongkok di Beijing melepaskan tembakan ke arah mahasiswa dan warga sipil yang tidak bersenjata. Meskipun rezim Tiongkok tidak pernah mengumumkan jumlah resmi korban, dokumen AS yang telah dideklasifikasi pada tahun 2014 memperkirakan sekitar 10.454 orang tewas dan sekitar 40.000 lainnya terluka. (asr)

Laporan ini turut disumbangkan oleh Shen Yue.

Sumber : Theepochtimes.com

Ilmuwan Tiongkok Ditangkap Karena Membawa Patogen “Senjata Biologis” ke AS

Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada Selasa (3/6/2025) mengumumkan bahwa seorang ilmuwan asal Tiongkok yang bekerja di Universitas Michigan, Jian Yunqing, didakwa karena menyelundupkan patogen biologis yang dikategorikan sebagai “senjata terorisme pertanian potensial” ke AS. Patogen tersebut dapat digunakan untuk menyerang tanaman pangan.

EtIndonesia. Dalam pernyataan resminya, Departemen Kehakiman AS menyebutkan bahwa Jian Yunqing, warga negara Tiongkok berusia 33 tahun, bersama pacarnya Liu Zunyong yang berusia 34 tahun, dituduh menyelundupkan patogen bernama Fusarium graminearum ke Amerika Serikat.

Menurut jurnal Food Security, Fusarium graminearum dapat merusak pertumbuhan gandum, jelai, jagung, dan padi, yang menyebabkan kerugian ekonomi global miliaran dolar setiap tahunnya. Selain itu, toksin yang dihasilkan oleh jamur ini bisa menyebabkan muntah-muntah, kerusakan hati, dan cacat reproduksi pada hewan ternak maupun manusia.

Selain tuduhan penyelundupan, Jian Yunqing dan Liu Zunyong juga didakwa dengan sejumlah kejahatan federal lainnya, termasuk berkonspirasi untuk menipu pemerintah AS, memberikan pernyataan palsu kepada penyelidik, serta melakukan penipuan visa.

Jian Yunqing diketahui sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan menurut jaksa, ia menerima dana penelitian dari yayasan yang didukung oleh pemerintah PKT untuk menjalani riset pasca-doktoral.

Pejabat Jaksa Federal Jerome Golden menyatakan dalam siaran pers: “Tindakan warga negara Tiongkok ini, termasuk seorang anggota Partai Komunis yang loyal, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keamanan nasional. Kedua warga asing ini dituduh menyelundupkan jamur yang digambarkan sebagai ‘senjata potensial untuk terorisme pertanian’ ke jantung wilayah Amerika, dan tampaknya berniat memanfaatkan laboratorium Universitas Michigan untuk memajukan rencana mereka.” (Hui)

Laporan oleh Yu Liang dan Ai Yi untuk NTDTV

Memelihara Anjing Sejak Kecil Sapat Membuat Anak-anak Lebih sehat

EtIndonesia. Tepat ketika Anda berpikir anjing tidak akan bisa lebih baik lagi, sebuah penelitian baru menemukan bahwa memelihara anjing saat masih anak-anak dapat memberikan perlindungan yang luar biasa dari kondisi kulit yang mengganggu.

Manfaat yang sama tidak berlaku untuk memelihara kucing.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Allergy menemukan bahwa bayi yang terpapar anjing peliharaan pada tahun pertama kehidupannya cenderung tidak mengalami eksim jika mereka membawa varian DNA yang meningkatkan risiko mereka terhadap kondisi tersebut.

“Pertanyaan tersulit yang ditanyakan oleh orangtua di klinik adalah tentang mengapa anak mereka mengalami eksim dan bagaimana mereka dapat membantu,” kata Sara Brown, seorang dokter kulit di Institut Genetika dan Kanker Universitas Edinburgh, dalam siaran pers.

“Kita tahu bahwa susunan genetik memengaruhi risiko anak terkena eksim dan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa memelihara anjing dapat memberikan perlindungan, tetapi ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bagaimana hal ini dapat terjadi pada tingkat molekuler.”

Penelitian awal menunjukkan adanya hubungan antara eksim dan tujuh faktor gaya hidup, termasuk hewan peliharaan, saudara kandung, merokok, antibiotik, dan kebersihan.

Ketika mereka mencoba mengulangi temuan tersebut dengan kelompok yang jauh lebih besar — ​​255.000 — mereka menemukan perubahan yang mengejutkan.

Wilayah genetik yang terkait dengan peradangan diidentifikasi sebagai faktor yang meningkatkan risiko eksim — tetapi risiko ini menghilang pada orang yang memiliki anak anjing semasa kecil.

Uji laboratorium menunjukkan bahwa alergen dari anjing sebenarnya mengurangi peradangan pada sel kulit dengan gen berisiko.

Para ilmuwan menduga bahwa paparan terhadap berbagai macam mikroba di awal kehidupan, baik dari anjing atau saudara kandung yang lebih tua, dapat membantu “melatih” sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi dengan tepat, bukan berlebihan — sebuah teori yang terkadang dijuluki “hipotesis kebersihan”.

“Penelitian ini menjelaskan mengapa beberapa anak mengalami eksim sebagai respons terhadap paparan lingkungan sementara yang lain tidak,” kata Marie Standl, seorang ahli epidemiologi di Helmholtz Munich di Jerman.

“Tidak semua tindakan pencegahan berhasil untuk semua orang — dan itulah mengapa studi gen-lingkungan sangat penting,” katanya. “Studi tersebut membantu kita bergerak menuju strategi pencegahan yang lebih personal dan efektif.”

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian tersebut difokuskan pada cara mencegah eksim — bukan mengobatinya — karena bulu hewan peliharaan dapat membuat eksim semakin parah pada anak-anak yang sudah mengalaminya.

Ini bukanlah studi pertama yang menghubungkan kepemilikan anjing dengan manfaat kesehatan. Sebuah studi tahun 2019 dari Swedia menghubungkan memiliki anak anjing dengan peningkatan aktivitas fisik dan dukungan sosial, serta risiko kematian dini yang lebih rendah setelah serangan jantung atau stroke.

Dan tinjauan tahun 2022 tentang kepemilikan hewan peliharaan, penyakit jantung, dan hipertensi menemukan bahwa orang tua dan anak-anak tampaknya mengalami penurunan tekanan darah tinggi dengan hewan peliharaan. Selain itu, membelai anjing terbukti menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan hormon oksitosin yang membuat merasa senang.(yn)

Sumber: nypost

Tarif Baja dan Aluminium AS akan Meningkat Hingga 50% pada  4 Juni, Mungkin Menargetkan PKT

Mulai Rabu (4 Juni), tarif impor baja dan aluminium ke Amerika Serikat dinaikkan dari 25% menjadi 50%, kecuali untuk Inggris. Meskipun kebijakan ini tampak menyasar Kanada dan Meksiko, target utamanya diyakini adalah partai komunis Tiongkok, untuk menghalangi praktik perdagangan tidak adil seperti dumping dan pengalihan asal produk.

EtIndonesia. Pada  Rabu, Amerika Serikat resmi menaikkan tarif impor untuk baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%.

Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif pada  Selasa (3 Juni), menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk melawan praktik dumping, melindungi kapasitas produksi dalam negeri, dan menjaga keamanan nasional.

Trump menyampaikan:  “Kenaikan tarif ini akan lebih efektif dalam menindak negara-negara yang terus membanjiri pasar AS dengan baja dan aluminium berlebih dengan harga murah, yang melemahkan daya saing industri dalam negeri. Ini akan membantu menjaga tingkat pemanfaatan kapasitas produksi, dan memastikan industri dapat berkembang secara berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan pertahanan nasional di masa depan.”

Perintah eksekutif tersebut menyebutkan bahwa Inggris dikecualikan dari kenaikan tarif ini, dan sementara ini tetap dikenai tarif 25%. Pengecualian ini diberikan untuk melaksanakan Perjanjian Kemakmuran Ekonomi AS-Inggris (Economic Prosperity Deal) yang ditandatangani pada 8 Mei.

Jika Inggris mematuhi ketentuan keamanan terkait “penghapusan rantai pasokan dari Tiongkok”, maka produk bajanya bisa mendapatkan tarif nol persen.

Namun, Kanada — yang merupakan pemasok baja terbesar bagi AS — tidak mendapat pengecualian.

Sementara itu, Meksiko, sebagai pemasok baja terbesar ketiga ke AS, menyatakan akan mengupayakan pembebasan dari tarif baru ini.

Target Utama: Praktik Tidak Adil Partai Komunis Tiongkok

Langkah tarif baja dan aluminium ini secara luas dipandang sebagai langkah untuk menargetkan praktik dumping dan manipulasi asal barang oleh Tiongkok.

Meski volume ekspor langsung baja dan aluminium dari Tiongkok ke AS tidak besar, karena pasar domestik Tiongkok sudah jenuh, Tiongkok membanjiri pasar luar negeri dengan produk baja dan aluminium murah. Produk-produk ini kemudian dialihkan melalui negara ketiga untuk menyamarkan asalnya, sehingga bisa masuk ke AS tanpa terkena tarif tinggi. (Hui)

Laporan oleh Li Mei dan Zhang Xiaoyu – NTD News

Mahasiswa Pria di Universitas Wuhan Mengamuk Menikam Banyak Orang di Kantin, Lalu Coba Mengakhiri Hidup

0

EtIndonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pembunuhan acak semakin sering terjadi di Tiongkok daratan. Pada 4 Juni, seorang mahasiswa pria di Universitas Wuhan melakukan serangan brutal di kantin kampus dengan menikam banyak orang secara acak, lalu mencoba bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri. Diduga, motifnya terkait dengan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi akhir studinya. Pemerintah Tiongkok telah menyensor pemberitaan ini, dan jumlah pasti korban luka maupun tewas belum dapat dikonfirmasi.

Kejadian Serangan di Kantin Kampus

Pada 4 Juni sore, berbagai video dan foto beredar di media sosial Tiongkok, memperlihatkan kejadian penikaman acak yang mengerikan di Kantin 4 Universitas Wuhan.

Pelaku adalah seorang mahasiswa pria berpakaian hitam yang membawa pisau.

Foto-foto menunjukkan bahwa di luar pintu kantin terdapat setidaknya tiga korban yang terluka – dua pria dan satu wanita – dengan luka tusukan di bagian leher dan tubuh mereka berlumuran darah.

Kronologi Menurut Saksi Mata

Menurut kesaksian saksi yang diunggah secara online, pelaku tiba-tiba masuk ke dalam kantin dan secara acak menikam orang-orang, terutama menyerang bagian leher. Beberapa mahasiswa kemudian menggunakan kursi untuk mencoba menghentikannya. Setelah itu, pelaku menggorok lehernya sendiri dalam upaya bunuh diri. Baik pelaku maupun korban-korban kemudian dibawa oleh pihak kepolisian.

Dugaan Motif: Skripsi yang Diblokir

Beredar pula tangkapan layar yang diyakini sebagai surat wasiat pelaku yang diunggah ke internet. Dalam surat tersebut, mahasiswa bermarga Zhu itu mengecam dosen penguji yang dinilainya dengan sengaja mempersulit kelulusan skripsinya. Ia menulis: “Hanya bisa pergi ke kantin dan menikam beberapa penonton beruntung untuk menemaniku pergi. Sudah malas bermain, waktunya ulang dari awal.” “Jika tidak bisa diselesaikan secara kolektif, maka satu-satunya cara adalah membunuh. Tidak ada yang lebih efektif dari sebilah pisau dapur.”

Seorang mahasiswa Universitas Wuhan yang diwawancarai oleh media Epoch Times menyatakan bahwa pelaku adalah mahasiswa tingkat akhir yang merasa frustasi karena skripsinya beberapa kali ditolak secara tidak adil oleh dosen penguji, meski sudah diperbaiki empat hingga lima kali oleh dosen pembimbingnya.

Pada  4 Juni pagi, dia diberitahu bahwa struktur skripsinya masih bermasalah dan perlu direvisi besar-besaran, padahal dua hari kemudian sudah jadwal sidang skripsi. Hal ini membuatnya stres berat dan akhirnya menyerang orang di kantin secara acak. Karena ia tidak tahu siapa dosen pengujinya, ia menyerang orang lain sebagai pelampiasan.

Mahasiswa tersebut juga mengatakan bahwa saat pelaku dibawa pergi setelah melukai dirinya sendiri, ia masih bernapas, tetapi belum diketahui apakah nyawanya dapat diselamatkan.

Ia menambahkan bahwa bukan karena skripsinya sulit, tetapi karena sistem penilaian dosen yang dinilai sengaja menyulitkan demi memenuhi target penolakan. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa pelaku lemah secara mental begitu saja.

Sensor Ketat dari Pemerintah

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas setempat di Wuhan mengenai insiden ini. Di media sosial Tiongkok seperti Weibo, seluruh informasi, video, dan foto yang berkaitan dengan kejadian ini telah disensor dan dihapus. (Hui)

Laporan oleh Shang Chuan – Editor: Lin Qing

Para Arkeolog Menemukan Makam Pejabat Mesir Kuno yang Belum Pernah Terlihat Sebelumnya

EtIndonesia. Beberapa makam pejabat tinggi Mesir Kuno baru-baru ini ditemukan oleh para arkeolog lokal, mengungkap sejarah peradaban masa lalu.

Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir mengumumkan penemuan tersebut dalam sebuah unggahan Facebook pada tanggal 26 Mei. Unggahan tersebut diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris.

Semua makam tersebut berasal dari era Kerajaan Baru, yang juga dikenal sebagai Kekaisaran Mesir. Makam-makam tersebut ditemukan di situs Draʻ Abu el-Naga di Tepi Barat Sungai Nil di Provinsi Luxor.

Mohamed Ismail Khaled, sekretaris jenderal Dewan Tertinggi Purbakala, mencatat bahwa nama dan gelar para almarhum semuanya telah diidentifikasi, berkat prasasti yang masih ada.

“Misi tersebut akan terus membersihkan dan mempelajari prasasti yang tersisa di makam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemiliknya dan untuk mempelajari serta menerbitkan temuan tersebut secara ilmiah,” tambahnya.

Makam pertama adalah milik seorang pria bernama Amenemopet dari Periode Ramses, yang berlangsung dari tahun 1292 hingga 1069 SM.

Dia bekerja di sebuah kuil yang didedikasikan untuk Amun, dewa Mesir yang sangat dihormati.

Sebagian besar hieroglif di makam Amenemopet telah dihancurkan, tetapi kementerian mencatat bahwa yang tersisa “menggambarkan adegan persembahan kurban, penggambaran prosesi perabotan pemakaman, dan adegan perjamuan.”

“Yang satu milik seseorang bernama ‘Paki,’ yang bekerja sebagai pengawas lumbung padi, dan yang lainnya milik seseorang bernama ‘Is,’ yang bekerja sebagai pengawas kuil Amun di Oasis, wali kota Oasis utara, dan seorang juru tulis,” pernyataan itu mencatat.

Makam Amenemopet juga terdiri dari halaman kecil dan pintu masuk dengan aula persegi.

Makam Paki dan Is juga memiliki halaman, selain terowongan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir Sherif Fathy mengatakan penemuan itu “meningkatkan posisi Mesir di peta pariwisata budaya global.”

“Makam-makam yang ditemukan ini adalah salah satu situs yang akan memberikan kontribusi signifikan untuk menarik lebih banyak pengunjung, terutama mereka yang merupakan penggemar wisata budaya, karena nilai peradaban dan kemanusiaannya yang khas,” katanya.

Penemuan itu menyusul beberapa penemuan menarik baru-baru ini di Mesir.

Makam Paki dan Is juga memiliki halaman, selain terowongan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir Sherif Fathy mengatakan penemuan itu “meningkatkan posisi Mesir di peta pariwisata budaya global.”

“Makam-makam yang ditemukan ini adalah salah satu situs yang akan memberikan kontribusi signifikan untuk menarik lebih banyak pengunjung, terutama mereka yang merupakan penggemar wisata budaya, karena nilai peradaban dan kemanusiaannya yang khas,” katanya.

Penemuan itu menyusul beberapa penemuan menarik baru-baru ini di Mesir. Pada bulan April, seorang profesor dari University of Pennsylvania berbicara dengan Fox News Digital tentang penemuan makam firaun tak dikenal di dekat Abydos.

Pada awal bulan Mei, para pejabat mengumumkan penemuan benteng militer kuno yang berasal dari era Ptolemeus dan Romawi dalam sejarah Mesir.(yn)

Sumber: nypost

Kebakaran Hutan di Kanada Tewaskan 2 Orang, Asap Tebal Menyebar ke AS dan Eropa, Emisi Karbon Global Melonjak

Cuaca kering yang terus berlanjut membuat kebakaran hutan di Kanada semakin ganas, memaksa lebih dari 27.000 orang di tiga provinsi untuk mengungsi. Asap tebal bergerak ke selatan, mempengaruhi kualitas udara di wilayah Midwest dan timur laut Amerika Serikat. Para ahli bahkan menyarankan masyarakat untuk mengenakan masker N95 saat keluar rumah. Uni Eropa juga mengeluhkan bahwa asap telah terbawa angin hingga ke Eropa.

EtIndonesia. Menurut Pusat Antar-Lembaga Kebakaran Hutan Kanada, saat ini terdapat lebih dari 200 kebakaran hutan yang sedang berlangsung di seluruh negeri, dengan lebih dari 100 di antaranya dikategorikan sebagai “tidak terkendali.” Sedikitnya dua orang dilaporkan meninggal dunia. Di tiga provinsi, lebih dari 27.000 warga Kanada terpaksa mengungsi.

Pihak berwenang menyatakan bahwa karena kondisi cuaca yang kering dan minimnya curah hujan, kebakaran ini kemungkinan sulit dikendalikan dalam waktu dekat.

Selain itu, asap tebal terus mempengaruhi kualitas udara di banyak wilayah Amerika Serikat, terutama di kawasan Midwest dan timur laut.

Menurut data AirNow dari Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA), sebagian wilayah di negara bagian Minnesota, Wisconsin, dan Michigan kini memiliki Indeks Kualitas Udara (AQI) pada tingkat “sangat tidak sehat.”

Meskipun hujan yang turun pada Selasa (3 Juni) pagi sedikit mengurangi tingkat polusi udara, bau asap masih sangat terasa. Pada Rabu (4 Juni), seiring dengan pergerakan asap ke arah timur, kualitas udara di Minnesota diperkirakan akan berangsur membaik.

Para ahli menyarankan warga di wilayah terdampak agar tetap berada di dalam ruangan atau mengenakan masker N95 saat bepergian ke luar.

Sementara itu, lembaga pemantau Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service, melaporkan bahwa asap dari kebakaran ini telah terbawa angin jet (Jet Stream) menuju Eropa. Meskipun hanya menyebabkan kabut asap di lapisan atmosfer atas dan berdampak terbatas pada permukaan bumi, hal ini tetap menunjukkan dampak kebakaran hutan yang berskala global.

Diperkirakan, hingga Senin (2 Juni), kebakaran ini telah melepaskan sekitar 56 juta ton polusi karbon — setara dengan 1,5 kali emisi karbon global tahunan, dan menjadi yang terbesar kedua setelah musim kebakaran hutan Kanada tahun 2023 yang memecahkan rekor. (Hui)

Laporan oleh Liu Jiajia – NTD News, Amerika Serikat

Israel Lanjutkan Serangan di Gaza, Negosiasi Nuklir AS-Iran Kembali Buntu

EtIndonesia. Pada Rabu (4 Juni), Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza, setelah sehari sebelumnya terjadi serangan oleh Hamas di titik distribusi bantuan yang menewaskan sedikitnya 27 orang, sehingga bantuan kemanusiaan untuk sementara dihentikan. Pada hari yang sama, kelompok Houthi di Yaman juga menembakkan rudal ke arah Israel, yang dibalas oleh serangan udara Israel ke Suriah. Sementara itu, Iran menyatakan tidak menutup kemungkinan tercapainya kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat.

Serangan Israel di Gaza Berlanjut

Pada Rabu, operasi militer Israel di Jalur Gaza terus berlanjut, terlihat asap membumbung tinggi di langit Gaza.

Sehari sebelumnya, terjadi insiden penembakan di salah satu titik distribusi bantuan di Gaza yang menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas. Lembaga kemanusiaan Gaza yang didukung Israel dan Amerika Serikat telah menghentikan distribusi makanan di tiga lokasi.

Militer Israel menyatakan bahwa tentaranya melepaskan tembakan peringatan terhadap beberapa tersangka yang dianggap mengancam keselamatan prajurit di lokasi distribusi bantuan tersebut, dan berjanji akan melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.

 “Belakangan ini terlihat adanya militan bersenjata yang menembaki warga sipil Gaza yang sedang menuju untuk menerima bantuan. Di Khan Younis bagian selatan, militan bertopeng menembaki warga Gaza secara langsung dari jarak dekat saat mereka mencoba mengambil bantuan kemanusiaan,” kata Juru bicara militer Israel, Brigjen Daniel Hagari. 

Situasi Kemanusiaan Masih Genting

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan bahwa situasi di Gaza masih berbahaya dan pengiriman bantuan sangat sulit dilakukan. Meski begitu, sejak beroperasi, lembaga kemanusiaan Gaza telah menyalurkan 7 juta paket makanan.

Bruce menambahkan:  “Tentu saja, jika Hamas meletakkan senjata dan membebaskan semua sandera maupun jenazah yang mereka tahan, maka pasukan Israel tidak perlu berada di sana untuk menjamin keamanan.”

Rudal dari Houthi, Serangan Balasan Israel

Pada hari yang sama, kelompok Houthi di Yaman yang didukung Iran meluncurkan rudal ke arah Israel, memicu alarm pertahanan udara nasional.

Militer Israel menyatakan bahwa rudal berhasil dicegat, dan hingga kini belum ada laporan korban jiwa atau kerusakan.

Sementara itu, sirene peringatan juga berbunyi di wilayah Dataran Tinggi Golan.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengungkapkan bahwa dua proyektil ditembakkan dari Suriah dan jatuh di area terbuka di wilayah Israel.

Israel kemudian melakukan serangan udara ke Suriah, dan menuduh presiden sementara Suriah, Ahmed Shara, sebagai dalang serangan tersebut.

Namun pemerintah Damaskus membalas tuduhan itu, menyatakan bahwa serangan udara Israel telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan besar, serta menegaskan kembali bahwa Suriah tidak bermaksud mengancam negara manapun.

Iran: Tidak Menutup Peluang Kesepakatan Nuklir

Dari pihak Iran, pada  Rabu, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengkritik proposal Amerika Serikat dalam negosiasi nuklir. Namun ia juga menyatakan bahwa kemungkinan tercapainya kesepakatan dengan AS belum sepenuhnya ditutup. (Hui)

Laporan oleh Zhao Fenghua – NTD News

Seekor Gajah Tertangkap Basah “Merampok” Sebuah Toko Swalayan di Thailand, Membawa Kabur Kerupuk dan Telur

EtIndonesia. Seekor gajah liar besar tertangkap basah menyerbu sebuah toko swalayan di Thailand larut malam — sebelum kabur membawa kabur banyak makanan ringan.

Mamut raksasa — yang dikenal penduduk setempat sebagai Plai Biang Lek — tertangkap kamera sedang berjalan santai ke dalam toko di Pak Chong, sebelah utara Bangkok, sekitar pukul 3 pagi untuk mencari makanan, seperti yang ditunjukkan dalam klip video yang diunggah di media sosial.

Gajah itu terlihat sedang mengamati lorong-lorong kecil di depan penonton yang terkejut saat kepalanya yang besar menyentuh langit-langit.

Setelah mengacak-acak makanan ringan yang ditawarkan, gajah itu akhirnya menghabiskan setumpuk kerupuk beras renyah dan telur sebelum perlahan berjalan keluar lagi.

Plai Biang Lek, yang dikenal di kalangan penduduk setempat, tinggal di dekat Taman Nasional Khao Yai dan sering meninggalkan daerah itu untuk mencari makanan, demikian dilaporkan Khaosod English.

“Penduduk setempat terbiasa melihat Plai Biang Lek melewati toko ini, tetapi dia belum pernah mencoba masuk. Namun, kali ini Plai Biang Lek mengejutkan dan membuat khawatir penduduk dan pemilik toko dengan masuk ke dalam,” tulis media tersebut.

Dia sebelumnya terlihat menyerbu sebuah restoran pada tahun 2023 saat pemiliknya sedang tidur. (yn)

Sumber: nypost

Trump Larang Total Warga dari 12 Negara Masuk AS, Batasi Perjalanan dari 7 Negara

EtIndonesia. Pada 4 Juni, Presiden AS Donald Trump menandatangani sebuah pengumuman yang secara total melarang warga dari 12 negara, termasuk Afghanistan, Iran, dan Myanmar, untuk masuk ke Amerika Serikat. Selain itu, terdapat tujuh negara lain yang dikenai pembatasan perjalanan.

Trump Terapkan Larangan Perjalanan ke 19 Negara

Dalam pengumuman tersebut, Trump menyatakan:  “Saya telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri, Jaksa Agung, Menteri Keamanan Dalam Negeri, dan Direktur Intelijen Nasional untuk berkoordinasi dalam mengidentifikasi negara-negara di seluruh dunia yang memiliki kekurangan serius dalam sistem pemeriksaan dan penyaringan, sehingga perlu dilakukan penangguhan seluruh atau sebagian akses masuk warga negara tersebut.”

Menurut isi pengumuman, mulai 9 Juni, warga dari negara-negara berikut akan dilarang memasuki Amerika Serikat:

  • Afghanistan
  • Iran
  • Myanmar
  • Chad
  • Republik Kongo
  • Guinea Khatulistiwa
  • Eritrea
  • Haiti
  • Libya
  • Somalia
  • Sudan
  • Yaman

Trump menjelaskan bahwa beberapa negara dalam daftar ini sering menolak menerima kembali warganya, atau memiliki tingkat pelanggaran izin tinggal visa yang dianggap “tidak dapat diterima” oleh pemerintah Trump, serta “secara terang-terangan mengabaikan hukum imigrasi Amerika Serikat.”

Negara-negara seperti Sudan, Yaman, dan Somalia dimasukkan ke dalam daftar karena kekurangan dalam sistem penyaringan dan pemeriksaan keamanan.

Selain itu, tujuh negara lainnya dikenai pembatasan perjalanan sebagian, yaitu:

  • Burundi
  • Kuba
  • Laos
  • Sierra Leone
  • Togo
  • Turkmenistan
  • Venezuela

Untuk negara-negara ini, sebagian program visa untuk masuk AS ditangguhkan, namun tidak diberlakukan larangan total.

Trump menegaskan bahwa larangan perjalanan ini merupakan langkah penting untuk memperkuat keamanan nasional, dan bahwa Amerika Serikat harus “melindungi warganya dari serangan teroris dan ancaman terhadap keamanan nasional maupun keselamatan publik.”

Larangan perjalanan ini akan mulai berlaku pada Senin, 9 Juni pukul 00:01 waktu bagian timur AS.

Visa Pelajar dari Tiongkok Diperketat

Selain negara-negara yang disebutkan di atas, pemerintahan Trump juga tengah memperketat program visa perjalanan dari Tiongkok. Pemerintah AS menyatakan akan secara “agresif” membatalkan visa pelajar dari Tiongkok.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa langkah ini akan mencakup pelajar asal Tiongkok yang memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis Tiongkok, atau yang sedang belajar di bidang-bidang strategis.

Rubio juga telah memerintahkan semua kedutaan dan konsulat AS di seluruh dunia untuk menangguhkan wawancara visa pelajar, karena Departemen Luar Negeri tengah mempersiapkan perluasan pemeriksaan terhadap akun media sosial pemohon visa.

Selain itu, pemerintah AS juga akan merevisi standar pemeriksaan visa untuk memperketat seleksi bagi pemohon visa dari Tiongkok dan Hong Kong di masa mendatang. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Benarkah Xi Jinping Akan Mundur? Bocoran Kesepakatan Rahasia dan Perang Dingin di Balik Layar

EtIndonesia. Sebuah babak baru drama politik Tiongkok terkuak hari ini ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan percakapan telepon selama satu setengah jam dengan Xi Jinping. Dalam pembicaraan yang diumumkan secara resmi oleh kantor berita Xinhua, Xi bahkan secara terbuka mengundang Trump untuk melakukan kunjungan ke Beijing. Namun di balik publikasi yang tampak biasa itu, tersembunyi serangkaian anomali yang mengundang tanda tanya besar di kalangan pengamat dan diplomat internasional: apakah ini pertanda kekuasaan Xi Jinping di ujung tanduk?

Keanehan Fatal di Rilis Xinhua: Xi Jinping Tanpa Gelar Presiden

Salah satu kejanggalan paling mencolok justru datang dari siaran resmi Xinhua, lembaga berita Pemerintah Tiongkok yang sangat ketat dalam penggunaan protokol dan gelar negara. Pada rilis pertama terkait percakapan telepon ini, Xinhua menulis judul “Xi Jinping dan Presiden AS, Trump melakukan percakapan telepon” tanpa mencantumkan gelar “Presiden” pada Xi Jinping. Padahal, sesuai tradisi dan protokol resmi Tiongkok, setiap komunikasi atau pertemuan antarpemimpin negara harus menyebutkan gelar secara lengkap di kalimat pertama.

Tak lama kemudian, Xinhua mengedit berita tersebut dengan menambahkan gelar Presiden pada Xi Jinping. Namun, keanehan tetap terlihat jelas karena kedua versi—yang salah dan yang sudah diperbaiki—masih bisa diakses secara bersamaan di situs resmi Xinhua. Pengamat luar negeri, Tang Jun, menilai ini bukan sekadar kelalaian teknis, melainkan sebuah sinyal politik yang sangat besar: apakah Xi Jinping benar-benar masih menjabat sebagai Presiden Tiongkok, atau justru status itu kini tengah dipertanyakan oleh lingkaran dalam kekuasaan?

Pertemuan Tidak Lazim di Tengah Rumor Perubahan Kekuasaan

Sehari sebelumnya, Xi Jinping diketahui menerima kunjungan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, di kompleks Zhongnanhai. Yang menarik, lokasi pertemuan bukanlah di ruang-ruang kenegaraan utama seperti Balai Rakyat ataupun Gedung Tamu Negara Diaoyutai—melainkan di sebuah rumah pribadi Xi, tepat di sebelah kantornya sendiri di bagian barat laut Fengzeyuan, Zhongnanhai. Fakta ini bocor lewat media Belarusia, yang mempublikasikan foto outdoor plakat Chunyi Zhai, bangunan privat Xi, menambah keyakinan bahwa Xi telah kehilangan akses ke kantor Sekretaris Jenderal di Yingtai, pulau kecil di danau selatan Zhongnanhai yang selama ini dikenal sebagai pusat kekuasaan tertinggi PKT.

Dalam pertemuan itu, Xi bahkan secara terang-terangan mengatakan: “Kantor saya ada di sebelah.” 

Ini pertama kalinya dia menerima tamu penting di lokasi tersebut—sebuah langkah yang secara protokol sangat janggal dan memperkuat dugaan bahwa ia sudah tidak lagi bekerja di kantor Sekjen resmi. Bloomberg juga menyoroti hal ini dalam laporan tanggal 5 Juni, menegaskan perubahan lokasi sebagai indikator pergolakan kekuasaan internal.

Selain itu, pertemuan ini juga diwarnai pengumuman rencana parade militer memperingati 80 tahun kemenangan Perang Dunia II pada 3 September mendatang di Beijing, di mana Vladimir Putin dijadwalkan hadir. Xi bahkan mengundang Lukashenko untuk hadir, sekaligus pada KTT Shanghai Cooperation Organization. Namun, bagi banyak pengamat, parade militer dan undangan besar-besaran ini justru dibaca sebagai upaya Xi menegaskan eksistensinya di tengah ancaman perubahan kekuasaan.

Gelombang Rumor Suksesi dan Negosiasi Politik di Balik Layar

Di balik layar, rumor tentang perubahan kekuasaan di tubuh Partai Komunis Tiongkok semakin deras. Nama Wang Yang, mantan anggota Politbiro, santer disebut-sebut akan kembali ke Zhongnanhai sebagai Sekretaris Jenderal transisi. Menurut bocoran, kepulangan Wang Yang bukanlah perintah dari atas, melainkan hasil negosiasi alot dengan para elite Partai. Wang mengajukan sejumlah syarat keras: Menteri Luar Negeri, Wang Yi dan juru bicara Kemenlu Hua Chunying harus mundur, serta mantan Menlu Qin Gang harus dikembalikan ke posisinya untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

Sumber internal menyebut, pada pertemuan rahasia di Henan, sejumlah tokoh kunci Partai secara langsung meminta Xi Jinping untuk pensiun dengan cara terhormat dan memfasilitasi transisi damai. Syarat utama yang diajukan Xi adalah jaminan keamanan penuh bagi dirinya dan keluarga, perlindungan makam serta monumen ayahnya (Xi Zhongxun), serta janji tidak akan ada aksi balas dendam atau “bersih-bersih politik.” Para senior Partai kabarnya sepakat, menawarkan “kesepakatan garis bawah”: Xi turun secara sukarela tanpa pengusiran paksa, dan hak-hak keluarga Xi tetap dijamin.

Kesepakatan ini juga melibatkan Wakil Ketua Komisi Militer, Jenderal Zhang Youxia, yang disebut-sebut telah mengamankan kendali militer dan memastikan transisi berjalan lancar.

Xi Jinping Berusaha Lakukan Serangan Balik: Trump dan Putin Jadi “Jaminan Politik”?

Meski berbagai tanda menunjukkan kekuasaannya mulai rapuh, Xi Jinping tetap berupaya melakukan “serangan balik.” Pengamat menilai, Xi memanfaatkan momentum kehadiran dua tokoh besar dunia—Trump dan Putin—untuk membangun kembali citra pengaruh internasional dan memperkuat posisinya di mata elite Partai Komunis Tiongkok.

Strategi semacam ini pernah dipakai Xi pada masa jabatan pertama Trump, saat posisi domestiknya juga lemah dan dia membutuhkan legitimasi eksternal untuk bertahan. Namun, banyak analis berpendapat, situasi kali ini jauh berbeda: kekuatan militer telah dikuasai oleh faksi Zhang Youxia, dan lawan-lawan politik Xi telah membangun konsensus anti-Xi yang solid.

Kunjungan Lukashenko ke Beijing pun ditafsirkan sejumlah kalangan sebagai “misi pengintaian” dari Putin, guna memastikan kondisi riil Xi di balik layar. Banyak yang mempertanyakan, setelah kehilangan kantor dan pengaruh formal, apakah Putin masih akan menaruh kepercayaan pada Xi dalam konteks hubungan bilateral dan aliansi strategis Tiongkok–Rusia?

Penutup: Ke Mana Arah Tiongkok Selanjutnya?

Dengan serangkaian keanehan rilis berita, perubahan lokasi pertemuan penting, serta gelombang rumor pergantian kepemimpinan, drama politik di Tiongkok kini memasuki fase genting yang jarang terjadi dalam sejarah Partai Komunis modern. Apakah Xi Jinping benar-benar akan turun secara terhormat atau justru tersingkir dalam gelombang kudeta “halus”? Akankah jaminan untuk keluarganya benar-benar dijaga? Dan, apakah parade militer serta undangan terhadap Trump dan Putin hanya menjadi “dekorasi terakhir” dari kekuasaan yang segera berlalu?

Situasi ini menandai babak baru ketidakpastian politik di Tiongkok, dengan implikasi besar bagi masa depan negeri itu, kawasan Asia Timur, dan tatanan global.