Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Pekerja Konstruksi di Suriah Menemukan Kompleks Makam Berusia 1.500 Tahun

EtIndonesia. Seorang pekerja konstruksi menemukan kompleks makam berusia 1.500 tahun saat membersihkan puing-puing dari reruntuhan yang dilanda perang.

Penemuan luar biasa dari kompleks makam Bizantium kuno ditemukan di Provinsi Idlib, Suriah, di utara negara itu.

Makam itu ditemukan oleh seorang pekerja konstruksi yang sedang membersihkan puing-puing di Maarat al-Numan, – sebuah kota dengan kepentingan strategis yang terletak di antara Aleppo dan Damaskus.

Maarat al-Numan mengalami banyak konflik selama perang Suriah. Kota itu direbut kembali oleh pasukan mantan presiden Bashar al-Assad pada tahun 2020 dan banyak rumah dijarah dan dihancurkan.

Sejak rezim Assad runtuh pada tahun 2024, penduduk telah kembali ke sisa-sisa rumah mereka dan membangun kembali dan inilah yang menyebabkan penemuan bersejarah itu.

Seorang kontraktor menemukan lubang batu saat menjalani proyek rekonstruksi. Pihak berwenang kemudian dihubungi dan tim ahli dipanggil untuk memeriksa dan mengamankan area tersebut.

Gambar-gambar memperlihatkan bagaimana sebuah lubang di dekat bangunan yang rusak mengarah ke lubang dua ruang pemakaman. Setiap ruang tersebut berisi enam makam batu. Ada tanda salib di bagian atas kolom batu.

Direktur barang antik di Idlib, Hassan al Ismail, menjelaskan “berdasarkan keberadaan salib dan pecahan tembikar serta kaca yang ditemukan, makam ini berasal dari era Bizantium”.

Kekaisaran Bizantium dimulai pada abad ke-4 Masehi sebagai kelanjutan dari Kekaisaran Romawi. Agama resminya adalah Kristen dan ibu kotanya adalah Konstantinopel, yang sekarang menjadi Istanbul, Turki.

Dia menambahkan bahwa Idlib “memiliki sepertiga dari monumen Suriah, yang berisi 800 situs arkeologi selain sebuah kota kuno”.

Penduduk setempat Ghiath Sheikh Diab mengatakan kepada Associated Press bahwa, di bawah rezim Assad, penemuan arkeologi akan ditutup-tutupi oleh warga Suriah karena khawatir properti mereka akan disita.

Warga setempat lainnya, Abed Jaafar, mengatakan: “Dulu, banyak turis asing yang datang ke Maarat hanya untuk melihat reruntuhannya.

“Kita perlu merawat barang-barang antik tersebut dan merestorasinya serta mengembalikannya ke kondisi semula… dan ini akan membantu memulihkan pariwisata dan perekonomian.” (yn)

Sumber: indy100

Video: Bagaimana Pasukan Israel Mencegat 20 Drone Iran dalam Satu Jam

EtIndonesia. Pasukan udara dan laut Israel mencegat sedikitnya 20 drone yang diluncurkan dari Iran dalam satu jam pada hari Minggu, menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Angkatan udara Israel juga merilis video pasukannya yang menjatuhkan beberapa kendaraan udara tak berawak (UAV) di akun resmi X-nya.

“Dalam satu jam terakhir saja, Angkatan Udara mencegat sekitar 20 UAV yang diluncurkan ke wilayah Israel,” kata IDF dalam pembaruan publik. Sebelumnya pada hari itu, IDF mengatakan sedikitnya tujuh drone lainnya dijatuhkan oleh pasukan Israel di atas Mediterania dan wilayah Negev.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Iran akan membayar “harga yang sangat mahal” karena membunuh warga sipil Israel, karena kedua musuh terus terlibat dalam pertempuran sengit.

“Iran akan membayar harga yang sangat mahal atas pembunuhan berencana terhadap warga sipil, wanita, dan anak-anak,” kata Netanyahu saat berkunjung ke lokasi serangan rudal terhadap bangunan perumahan di kota pesisir Bat Yam, dekat Tel Aviv.

Serangan rudal Iran terhadap Israel Sabtu malam dan Minggu dini hari menewaskan 10 orang dan melukai lebih dari 200 orang, menurut responden pertama, sehingga jumlah total korban tewas akibat serangan Iran menjadi 13. Rudal yang menembus sistem pertahanan udara Israel juga menyebabkan kerusakan dan kehancuran di beberapa wilayah, termasuk Bat Yam, Tel Aviv, dan di wilayah utara negara itu.

“Israel benar-benar harus melakukan operasi ini,” kata Netanyahu mengacu pada gelombang serangan yang dilakukan di seluruh Iran terhadap lokasi militer dan nuklir sejak Jumat pagi.

Operasi tersebut, yang dijuluki “Rising Lion”, secara resmi bertujuan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, dan telah mengenai lebih dari 250 target, menurut militer Israel.

“Kami akan mencapai semua tujuan kami dan kami akan menghilangkan ancaman eksistensial ganda,” Netanyahu menambahkan, mengacu pada program nuklir Iran dan kemampuan rudal balistiknya.

Pada Minggu malam, baik Tel Aviv maupun Teheran telah meluncurkan gelombang serangan baru satu sama lain, saat baku tembak sengit terjadi antara kedua belah pihak untuk hari ketiga.

Media Iran mengatakan serangan Israel menghantam markas polisi Teheran di pusat kota pada hari Minggu, saat kedua musuh saling tembak untuk hari ketiga.

“Komando Kepolisian Teheran Raya terkena salah satu pesawat nirawak musuh,” kantor berita ISNA melaporkan, mengutip pernyataan polisi. Ditambahkannya bahwa serangan itu menyebabkan “kerusakan kecil” dan melukai “sejumlah” personel polisi. (yn)

Sumber: ndtv

Wanita di Thailand Tertular Cacing Tambang Lewat Kulit, Kata Dokter Itu Akibat Kotoran Hewan

EtIndonesia. Seorang wanita di Thailand merasa ngeri setelah menemukan lepuh misterius berisi cairan di tangannya yang disebabkan oleh cacing tambang yang merayap di bawah kulitnya.

Foto tangannya, yang memperlihatkan benjolan seperti lepuh, telah menjadi viral setelah dia membagikannya secara daring.

Wanita itu kemudian mengungkapkan bahwa dia menderita Cutaneous larva migrans (CLM) — kondisi kulit yang disebabkan oleh larva cacing tambang parasit yang umumnya ditemukan di tanah atau pasir yang terkontaminasi oleh kotoran hewan.

Mengalami lepuh tembus pandang setelah mencabuti rumput liar

Menurut pasien, dia menghabiskan sepanjang hari mencabuti rumput liar di luar ruangan, hanya untuk bangun malam itu dengan rasa gatal yang hebat.

Pada pagi hari, dia melihat lepuh tembus pandang yang tampak bergeser di bawah kulitnya.

Profesor Madya dr. Nathkaphat Rattanapitool (nama ditransliterasikan dari bahasa Thailand), seorang ahli dari Pusat Penelitian Penyakit Parasit di Universitas Teknologi Suranaree dan manajer Pusat Medis FMC, mengonfirmasi bahwa kondisi tersebut memang CLM.

Dia menjelaskan bahwa kondisi tersebut paling sering disebabkan oleh larva cacing tambang hewan seperti Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum, yang ditemukan dalam feses anjing dan kucing.

Larva tersebut biasanya menembus kulit manusia melalui kontak tanpa alas kaki atau kontak kulit dengan tanah, terutama saat berjalan, duduk, atau berbaring di tanah atau pasir yang terkontaminasi feses yang terinfeksi.

“Kondisi ini cukup umum di daerah tropis, terutama di kalangan anak-anak dan mereka yang bekerja dekat dengan tanah,” kata Dr Nathkaphat.

“Jika ada yang melihat gejala kulit yang tidak biasa, jangan tunda — konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.”

Meskipun parasit ini tidak dapat berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia, dan infeksi umumnya sembuh dalam waktu dua hingga delapan minggu, pengobatan sering kali dilakukan untuk meredakan gatal dan mencegah peradangan lebih lanjut.

Tindakan pencegahan untuk menghindari infeksi

Dr. Nathkaphat menghimbau masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan berikut ini guna menghindari infeksi CLM, terutama di negara tropis seperti Thailand:

  • Hindari berjalan tanpa alas kaki di tanah atau pasir
  • Selalu gunakan alas atau kain saat duduk atau berbaring di tanah
  • Cuci tangan secara menyeluruh sebelum makan dan setelah beraktivitas di luar ruangan
  • Buang kotoran hewan peliharaan secara higienis
  • Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara teratur dan bawa mereka untuk pemeriksaan dokter hewan

Pada manusia, ruam yang disebabkan oleh CLM biasanya muncul sebagai jejak yang berkelok-kelok seperti ular di bawah kulit, yang bermigrasi dengan kecepatan beberapa milimeter hingga 2 cm per hari, sering kali disertai rasa gatal yang tak henti-hentinya.

Meskipun tidak mengancam jiwa, infeksi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan serius dan iritasi kulit.(yn)

Sumber : mustsharenews

Indosat Akan Terus Memperluas Jangkauan Jaringan Indosat Hingga Pelosok Jawa Timur Terluar

YogyakartaIndosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) terus berkomitmen untuk memberikan pengalaman yang mengesankan atau marvelous experience bagi masyarakat Jawa Timur. Melalui kedua brand-nya, IM3 dan Tri, Indosat konsisten untuk memperluas jangkauan serta meningkatkan kualitas jaringan di wilayah ini. Tidak hanya itu, Indosat berupaya untuk mendukung pertumbuhan perekonomian daerah, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja.

Indosat terus melakukan penambahan BTS 4G baru di wilayah Jawa Timur, yakni naik lebih dari 2.000 BTS secara tahunan (YoY) per akhir Maret 2025. Selaras dengan penambahan BTS 4G baru tersebut, jumlah pelanggan Indosat di region ini mencapai 15 juta per akhir Maret 2025. Dengan jumlah pelanggan sebesar itu, wilayah Jawa Timur berkontribusi nyaris 16% dari total pelanggan Indosat di seluruh Indonesia.

Fahd Yudhanegoro, Head of Circle Java Indosat Ooredoo Hutchison mengatakan, “Wilayah Jawa Timur merupakan salah satu wilayah dengan basis pelanggan Indosat terbesar. Oleh karena itu, kami memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas jaringan di wilayah ini secara konsisten dari tahun ke tahun. Upaya ini dilakukan untuk terus memastikan pelayanan yang berkualitas bagi segenap pelanggan. Pada saat yang bersamaan, kami juga ingin berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian di wilayah Jawa Timur. Salah satu bentuk perwujudannya adalah dengan penciptaan lapangan kerja melalui jumlah Mitra IM3 dan 3Kiosk yang terus bertambah di wilayah ini.”

Hingga Maret 2025, Indosat mencatatkan 76 Mitra IM3 dan 100 3Kiosk di wilayah Jawa Timur. Jumlah ini bertambah masing-masing sebesar 26 Mitra IM3 baru dan 49 3Kiosk baru, dibandingkan setahun sebelumnya. Dengan penambahan mitra tersebut, Indosat juga menambah penyerapan lapangan pekerjaan yang berpotensi berdampak pada peningkatan ekonomi lokal masyarakat di wilayah Jawa Timur.

Dari sisi jangkauan, kini seluruh pelanggan IM3 maupun Tri sudah dapat merasakan jangkauan jaringan di 665 kecamatan per akhir Maret 2025. Pada tingkat perdesaan, jaringan Indosat telah menjangkau 8.557 desa di wilayah Jawa Timur pada periode yang sama. Dengan perluasan jaringan ini, Indosat berkomitmen untuk mendukung pengoptimalan potensi perekonomian di berbagai pelosok Jawa Timur, termasuk potensi UMKM. Selaras dengan capaian ini, Network Coverage Population (NCP) Indosat di wilayah ini telah mencapai 98%. “Indosat akan terus memperluas jangkauan jaringan Indosat hingga pelosok Jawa Timur terluar. Kami menargetkan NCP Indosat dapat mencapai 100% pada akhir tahun 2025. Selaras dengan itu, kami juga akan terus memperkuat layanan person-to-person, salah satunya melalui penambahan jumlah Mitra IM3 dan 3Kiosk di penjuru Jawa Timur, khususnya yang berlokasi di perdesaan. Pada prinsipnya, kami meyakini bahwa human touch merupakan elemen penting dalam memberikan pelayanan berkualitas, selain kualitas jaringan yang optimal.  Harapannya, perluasan Mitra IM3 dan 3Kiosk juga dapat turut menggerakkan roda perekonomian daerah,” tutup Fahd.

Profil Ari Perdana: Kejujuran dan Mau Belajar Memuluskan Karirnya di Dunia Perhotelan

0

Ari Perdana, General Manager (GM) Intiwhiz Praxis Surabaya, adalah sosok pemimpin di industri perhotelan yang karirnya dibangun dari kerja keras, kejujuran, dan kesediaan untuk terus belajar. Lahir dan besar di Bogor, Ari mengawali pendidikannya di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sebelum memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan memulai karir di dunia hospitality sejak tahun 1996.

“Saya bergabung dengan Grup Santika sebagai General Manager untuk Amaris Hotel Jakarta. Di sana, saya belajar banyak tentang operasional hotel dan kepemimpinan,” kisah Ari kepada The Epoch Times. Selama hampir 10 tahun, ia mengasah kemampuannya dengan memimpin berbagai properti hotel, termasuk Luminor Hotel Jakarta di bawah Grup Waringin, sebelum akhirnya bergabung dengan Intiwhiz (bagian dari Intiland) pada Maret 2023 untuk membuka Grand Wisata Hotel di Surabaya.

Memimpin Hotel dengan Filosofi “Memuliakan Karyawan”

Sebagai seorang GM, Ari dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang humanis. “Saya bukan tipe pemimpin yang otoriter. Saya lebih suka mencari solusi bersama tim ketimbang menyalahkan orang,” ujarnya. Prinsip ini ia pegang teguh selama 14 tahun berkarier sebagai GM, termasuk saat menghadapi tantangan operasional di hotel-hotel baru.

Salah satu kunci kesuksesannya adalah kemampuannya dalam membangun tim yang solid. “Target perusahaan tidak bisa dicapai sendirian. Saya selalu melakukan brainstorming dengan tim untuk mencari ide-ide segar, terutama dari generasi muda yang sering membawa perspektif baru,” jelas Ari.

Mengelola Hotel Baru dengan Tantangan dan Inovasi

Memimpin hotel baru bukanlah hal asing bagi Ari. Sebelum bergabung dengan Intiwhiz, ia telah membuka tiga hotel baru di bawah Grup Santika, termasuk di Karawang dan Bukittinggi. “Prosedur opening hotel itu 99% sama, yang membedakan adalah bagaimana kita menciptakan pengalaman unik bagi tamu,” ungkapnya.

Di Grand Wisata Hotel Surabaya, Ari menghadapi tantangan utama: membangun brand awareness di pasar yang kompetitif. “Strateginya adalah menawarkan pelayanan berkualitas dengan harga lebih terjangkau dibandingkan kompetitor,” jelasnya. Selain itu, ia fokus pada pengembangan segmen non-pemerintah, seperti meetings dan social events, untuk mengurangi ketergantungan pada tamu korporat.

Komitmen pada Pelayanan Ramah Lingkungan

Sebagai bagian dari Grup Intiland yang dikenal dengan filosofi ramah lingkungan, Ari memastikan Grand Wisata Hotel mengadopsi praktik berkelanjutan. “Kami mengurangi sampah plastik dengan menggunakan dispenser isi ulang untuk sabun dan shampoo. Produk-produk yang kami gunakan juga telah terdaftar di BPOM, menjamin keamanan bagi tamu,” paparnya.

Pesan untuk Generasi Muda di Industri Hospitality

Ari berpesan kepada para profesional muda yang ingin sukses di industri perhotelan:

1. Bekerjalah dengan jujur – Kejujuran adalah fondasi karir yang kuat.

2. Ikuti SOP, tapi jangan takut belajar hal baru – “Dulu saya sering diberi tugas di luar jobdesc, tapi justru itu jadi bekal saya naik jabatan.”

3. Jangan mengeluh – “Gaji akan mengikuti ketika kinerja dan posisi kita meningkat.”

“Saya ingat pesan ayahanda saya, yang mengatakan bekerjalah dengan jujur dan jangan menolak pekerjaan yang diberikan pimpinan, bekerjalah dengan sungguh-sungguh,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa 50% ilmu hospitality didapat dari pengalaman lapangan. “Jangan ragu belajar dari rekan kerja, bahkan dari departemen lain. Itu yang membuat kita siap memimpin.”

Visi ke Depan: Membawa Grand Wisata Hotel Sebagai Pilihan Utama di Surabaya

Meski saat ini kembali ia ditantang untuk dapat membranding Inti Whiz Praxis Surabaya (Hotel ke-4 yang dipimpinnya mulai dari pre opening), ke depan, Ari berkomitmen untuk memperkuat positioning Grand Wisata Hotel melalui layanan personalisasi dan inovasi digital. “Era media sosial memberi peluang besar untuk promosi dengan biaya efisien. Kami akan manfaatkan ini untuk menjangkau lebih banyak tamu,” tandasnya.

Dengan kombinasi pengalaman, prinsip kepemimpinan yang kuat, dan adaptasi terhadap tren terkini, Ari Perdana membuktikan bahwa kesuksesan di industri perhotelan diraih bukan hanya dengan teori, tapi juga kerja nyata dan kolaborasi tim.

Tentang Intiwhiz Praxis Surabaya:

Sebagai bagian dari Intiland, Intiwhiz menawarkan akomodasi berbasis lingkungan dengan standar layanan internasional. Grand Wisata Hotel Surabaya menyediakan fasilitas modern untuk bisnis dan leisure, didukung oleh tim yang dipimpin oleh profesional berpengalaman seperti Ari Perdana.

Benjamin Netanyahu Menjanjikan Masa Depan yang Cerah ‘Jika Menyingkirkan Iran’ Setelah Israel Menyerang, Malu-malu Soal Pergantian Rezim

EtIndonesia. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu malu-malu tentang apakah tujuan akhir dari serangan pendahuluan terhadap Iran adalah pergantian rezim, tetapi menegaskan bahwa pergantian kekuasaan seperti itu akan menjadi hasil yang disambut baik.

“Saya benar-benar percaya kita memiliki masa depan yang cerah jika kita menyingkirkan Iran,” kata Netanyahu kepada Fox News dalam edisi khusus “Laporan Khusus dengan Bret Baier” pada hari Minggu, selama diskusi tentang reaksi Arab terhadap serangan tersebut.

“Iran telah menjadi pemicu perang, sabotase, terorisme yang sistematis,” tambahnya. “Mereka ingin menaklukkan Timur Tengah. Dan satu-satunya kendala yang mereka hadapi sejauh ini adalah negara Israel, karena kitalah yang memerangi Iran.”

Minggu lalu, Israel melakukan serangan pendahuluan terhadap beberapa fasilitas nuklir Iran, menewaskan petinggi militer, memusnahkan ilmuwan terkemuka, lokasi rudal, dan banyak lagi.

Presiden Trump telah mengarahkan Israel agar tidak membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Axios dan Reuters melaporkan. Netanyahu menolak untuk mengonfirmasi atau membantahnya.

Khamenei berusia 86 tahun, dan belum sepenuhnya jelas siapa penggantinya. Salah satu calon yang mungkin, garis keras dan mantan Presiden Iran Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter tahun lalu.

Pemimpin Israel itu juga meramalkan bahwa rezim Iran bisa runtuh setelah kampanye militer Israel.

“Itu pasti bisa jadi hasilnya, karena rezim Iran sangat lemah,” kata Netanyahu ketika ditanya apakah perubahan rezim adalah tujuannya.

“Saya pikir pada dasarnya hanya ada dua hal: rencananya untuk memiliki bom atom dan rudal balistik. Pada dasarnya itulah yang dimiliki Iran. Mereka jelas tidak memiliki orang-orang, 80% dari orang-orang yang mengusir para penjahat teologis ini.”

Netanyahu juga mencatat bahwa dia telah mengirim pesan video kepada orang-orang Iran yang mendorong mereka untuk melawan rezim teokratis.

“Saya katakan kepada mereka, saat kebebasan kalian sudah dekat. Bangkitlah, bebaslah,” katanya tentang pesannya.

Selama dua tahun terakhir, Israel telah membuat kemajuan luar biasa dalam memukul mundur beberapa musuh utamanya.

Tahun lalu, Israel berhasil menyingkirkan mantan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah dan melakukan serangan pager yang menewaskan sejumlah pemimpin tinggi dalam kelompok teror tersebut.

Kemudian, rezim Assad di Suriah jatuh, dan pemimpin baru negara tetangga itu, Ahmed al-Sharaa, telah menyampaikan keterbukaan untuk memperbaiki hubungan dengan Israel. Israel juga telah secara dramatis memukul mundur Hamas, membunuh para pemimpin seperti Yahya Sinwar.

Namun rezim Iran, yang telah mendukung banyak pasukan proksi tersebut, tetap menjadi musuh Israel yang paling tangguh.

Serangan Israel terhadap Iran, yang menurut Netanyahu “baru permulaan,” terjadi menjelang negosiasi yang direncanakan antara Teheran dan AS di Oman pada hari Minggu (15/6). Perundingan tersebut akhirnya dibatalkan.

Trump telah secara terbuka meramalkan bahwa Iran dan Israel akan “membuat kesepakatan” dan bahwa serangan pendahuluan dapat mempercepat terobosan tersebut. (yn)

Campuran Makanan Spesifik Ini Dapat Membantu Anda Menghindari Penyakit Kronis

EtIndonesia. Demi kesehatan Anda, Anda mungkin ingin lebih menyukai campuran flavonoid dalam makanan Anda. Senyawa tanaman alami ini – yang ditemukan dalam teh, beri, apel, dan cokelat hitam – telah dikaitkan dengan umur yang lebih panjang dan risiko penyakit yang lebih rendah, demikian bukti baru.

Secara khusus, flavonoid yang lebih beragamlah yang membuat perbedaan dalam penelitian ini, bukan hanya kuantitasnya yang lebih tinggi. Flavonoid sebelumnya telah dikaitkan dengan efek antiperadangan dalam tubuh, dan pengurangan risiko penambahan berat badan, penyakit kardiovaskular, dan kehilangan penglihatan.

Sebuah tim peneliti internasional menganalisis data dari 124.805 orang dewasa di Inggris, berusia 40 tahun atau lebih. Mereka mencari hubungan antara pola makan yang dilaporkan sendiri oleh para peserta dan kesehatan mereka, selama beberapa tahun.

“Kita telah lama mengetahui bahwa asupan flavonoid makanan yang lebih tinggi, bioaktif kuat yang secara alami terdapat dalam banyak makanan dan minuman, dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kondisi neurologis seperti Parkinson,” kata ilmuwan nutrisi Aedín Cassidy dari Queen’s University Belfast di Irlandia Utara.

“Studi ini penting karena hasilnya menunjukkan bahwa mengonsumsi lebih banyak dan lebih beragam berpotensi menghasilkan penurunan kesehatan yang lebih besar daripada hanya mengonsumsi satu sumber.”

Teh hitam dan hijau merupakan sumber flavonoid yang paling umum dalam studi ini, diminum oleh dua pertiga peserta. Sumber lainnya termasuk apel, anggur merah, anggur, beri, cokelat hitam, jeruk, jeruk satsuma, dan jus jeruk.

Statistik menunjukkan bahwa peserta yang pola makannya memiliki keragaman makanan flavonoid terluas memiliki risiko kematian karena semua penyebab yang lebih rendah, dan berbagai komplikasi kesehatan. Meskipun data tidak membuktikan hubungan sebab dan akibat secara langsung, saran yang kuat adalah bahwa mencampur flavonoid baik untuk Anda.

“Asupan flavonoid sekitar 500 miligram sehari dikaitkan dengan risiko kematian karena sebab apa pun yang lebih rendah sebesar 16 persen, serta risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan penyakit pernapasan yang lebih rendah sekitar 10 persen,” kata ilmuwan nutrisi Benjamin Parmenter dari Universitas Edith Cowan di Australia.

“Itu kira-kira jumlah flavonoid yang akan Anda konsumsi dalam dua cangkir teh.”

Bahkan ketika mengonsumsi flavonoid dalam jumlah total yang sama, mereka yang mengonsumsi paling banyak jenisnya memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit-penyakit ini, demikian temuan para peneliti.

Seperlima teratas peserta dalam hal asupan flavonoid yang beragam mengalami penurunan sekitar 6-20 persen dalam risiko kondisi seperti diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit neurodegeneratif, dibandingkan dengan seperlima terbawah.

Dengan mengingat hal itu, para peneliti merekomendasikan campuran makanan dan minuman kaya flavonoid, setiap hari. Jika Anda ingin menantang diri sendiri, konsumen flavonoid teratas dalam penelitian ini mengemil 19 jenis flavonoid yang berbeda per hari.

“Mengonsumsi buah dan sayuran dalam berbagai warna, termasuk yang kaya flavonoid, berarti Anda lebih mungkin memperoleh vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan gaya hidup yang lebih sehat,” kata ilmuwan nutrisi Tilman Kuhn dari Universitas Kedokteran Wina di Austria.

Penelitian ini dipublikasikan di Nature Food. (yn)

Sumber:sciencealert

Warga Negara Iran Mengungkapkan Mengapa Penguasa Iran Tidak Membangun Tempat Perlindungan untuk Serangan Udara: ‘Budaya Mati Syahid’

EtIndonesia. Seorang warga negara Iran mengklaim Republik Islam Iran tidak membangun tempat perlindungan untuk serangan udara karena penduduk diharapkan bertahan dari pengeboman dan “menikmati mati syahid.”

Sementara warga Israel memiliki banyak tempat perlindungan bom publik untuk membantu menghadapi badai serangan dari Teheran, warga Iran mengklaim bahwa bukan hanya infrastruktur mereka yang kurang, tetapi juga ada “budaya mati syahid” yang membuat mereka tidak mencari perlindungan.

“Dalam masyarakat ini, pergi ke tempat perlindungan ketika ada jet tempur yang bertempur atau [serangan udara] yang mengancam di sekitarnya menunjukkan bahwa Anda penakut,” kata seorang jurnalis Iran kepada Global News Podcast BBC. “Jadi, Anda harus [bersikap] berani dan bersiap menghadapi pemboman dan menikmati mati syahid.”

Sampai saat ini, Iran belum secara resmi menutup semua bisnis meskipun serangan dari Israel meningkat dan pejabat Teheran berulang kali menyatakan bahwa negara itu sedang berperang.

Reporter tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa harapan terbaik yang dapat diharapkan oleh masyarakat adalah bersembunyi di ruang bawah tanah mereka sendiri karena kurangnya tempat perlindungan umum.

Masyarakat juga memiliki pilihan untuk bersembunyi di kereta bawah tanah Teheran, “tetapi kereta bawah tanah tidak dibuka untuk umum setelah pukul 22:30 ,” kata jurnalis tersebut.

Masalah ini menjadi lebih rumit karena warga di Teheran mengatakan kepada media Inggris tersebut bahwa mereka masih harus bepergian ke tempat kerja di tengah serangan antara Israel dan Iran, dengan banyak orang tidak tahu di mana dan kapan serangan akan terjadi.

Militer Israel, yang mengirimkan perintah evakuasi bagi semua warga sipil untuk meninggalkan lokasi militer, juga tidak menawarkan bantuan, klaim warga.

“Bagaimana kita bisa tahu di mana lokasi militer dan mana yang tidak?” kata seorang warga yang tinggal di Teheran kepada BBC.

“Saya tidak bisa meninggalkan Teheran begitu saja. Saya tidak bisa meninggalkan orangtua saya yang sudah lanjut usia yang tidak dapat bepergian jauh dan meninggalkan kota ini sendiri,” kata warga lainnya. “Lagipula, saya harus masuk kerja. Apa yang bisa saya lakukan sekarang?”

Meskipun budaya ini sudah ada, beberapa warga Iran telah memutuskan untuk meninggalkan ibu kota dan menuju ke pedesaan utara, dengan evakuasi yang meluas menyebabkan kemacetan di luar kota pada hari Minggu, menurut laporan setempat.

Ketua Dewan Kota Teheran Mehdi Charman mengatakan kota itu sedang mencari alternatif untuk membantu warga karena kurangnya tempat perlindungan bom, dengan kota itu memerintahkan sistem kereta bawah tanah untuk tetap buka 24 jam sehari untuk menyediakan tempat perlindungan bagi warga.

“Sayangnya, kami di Teheran dan di kota-kota lain tidak memiliki tempat perlindungan,” katanya kepada wartawan pada hari Minggu.

Kementerian Kesehatan Iran mengatakan sedikitnya 128 orang telah tewas dan lebih dari 900 orang terluka sejak Israel melancarkan serangan pendahuluan terhadap Teheran pada hari Jumat.

Serangan balasan terhadap negara Yahudi itu telah menewaskan sedikitnya 14 orang di Israel, menurut IDF. (yn)

Batuan Bulan yang Secara Misterius Bersifat Magnetik Mungkin Memiliki Kisah Asal Usul yang Menggejutkan

EtIndonesia. Tidak seperti Bumi, Bulan tidak memiliki banyak medan magnet – namun, tumpukan batu aneh di sisi terjauhnya tampak secara misterius termagnetisasi.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bencana besar, yang berakhir dalam waktu kurang dari satu jam, meninggalkan jejak yang bertahan lama.

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah menemukan bahwa dampak besar mungkin telah menghasilkan sejumlah besar plasma yang untuk sementara memperkuat medan magnet Bulan yang kecil dan kuno.

Menurut penulis utama Isaac Narrett, seorang ilmuwan planet di MIT, teori ini dapat menjelaskan keberadaan batu-batuan yang sangat magnetik yang terdeteksi di sisi terjauh Bulan di wilayah dekat kutub selatan.

“Ada sebagian besar magnetisme bulan yang masih belum dapat dijelaskan,” katanya. “Tetapi sebagian besar medan magnet kuat yang diukur oleh pesawat ruang angkasa yang mengorbit dapat dijelaskan oleh proses ini – terutama di sisi terjauh Bulan.”

Pada tahun 1959, wahana antariksa Soviet Luna 1 melakukan pengukuran magnetik pertama di Bulan dan menemukan bahwa tidak seperti Bumi, Bulan tidak memiliki medan magnet intrinsik yang kuat. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa Bulan memiliki medan lemah yang sebagian besar terbatas pada kerak bulan, yang tampaknya terbentuk oleh interaksi dengan partikel matahari yang bermuatan.

Namun, analisis sampel yang dibawa kembali oleh astronot dalam misi Apollo menunjukkan bahwa beberapa batuan terbentuk dalam medan magnet yang jauh lebih kuat. Hal ini mengarah pada konsensus umum bahwa meskipun Bulan tidak memiliki medan magnet intrinsik saat ini, namun pernah memilikinya.

Dalam penelitian sebelumnya, ilmuwan planet MIT mensimulasikan bagaimana tumbukan raksasa dapat memperkuat medan magnet yang dihasilkan matahari di Bulan. Namun, hasil mereka menunjukkan bahwa hal ini tidak akan menghasilkan medan yang cukup kuat untuk menjelaskan pengukuran yang sangat magnetik pada batuan permukaan.

Dalam penelitian baru, Narrett dan rekan-rekannya mengambil pendekatan yang berbeda dan berasumsi bahwa Bulan pernah memiliki dinamo yang menghasilkan medan magnet bulan yang lemah. Mengingat ukuran inti Bulan, mereka memperkirakan bahwa medan seperti itu akan menjadi sekitar seperlimapuluh kekuatan medan Bumi saat ini.

Mereka kemudian mensimulasikan dampak besar dan awan plasma yang akan dihasilkan saat gaya dampak menguapkan material di permukaan. Mereka juga menjalankan simulasi tentang bagaimana plasma yang dihasilkan akan mengalir dan berinteraksi dengan medan magnet Bulan yang ada.

Seluruh proses ini akan berlangsung sangat cepat, berlangsung sekitar 40 menit sejak medan diperkuat hingga saat meluruh kembali ke garis dasar.

Hal ini konsisten dengan fakta bahwa salah satu cekungan dampak terbesar Bulan, Mare Imbrium, terletak tepat di seberang wilayah kutub selatan sisi terjauh. Menurut simulasi mereka, dampak yang cukup kuat untuk menciptakan cekungan Imbrium akan mengirimkan gelombang tekanan melalui Bulan yang bertemu di sisi lain.

Para peneliti menduga bahwa guncangan ini bertepatan dengan awan plasma yang memperkuat medan magnet Bulan.

Batu dapat menyimpan rekaman medan magnet yang terbentuk di bawahnya, berkat orientasi elektron di dalamnya. Dalam kasus ini, gelombang kejut dapat mengganggu elektron di batu untuk sementara waktu pada titik konvergensi, dan saat kembali tenang, gelombang kejut dapat mengambil cuplikan medan magnet yang kuat dan berumur pendek.

“Seolah-olah Anda melempar setumpuk kartu berisi 52 kartu ke udara, dalam medan magnet, dan setiap kartu memiliki jarum kompas,” kata rekan penulis studi dan ilmuwan planet Benjamin Weiss di MIT. “Saat kartu kembali ke tanah, mereka melakukannya dalam orientasi baru. Itulah yang pada dasarnya merupakan proses magnetisasi.”

Menurut para peneliti, temuan ini secara efektif telah menyelesaikan perdebatan antara aliran pemikiran yang saling bersaing. Alih-alih medan magnet Bulan merupakan hasil dari dinamo atau benturan besar, hasil mereka menunjukkan bahwa kombinasi dinamo dan benturan besar dengan gelombang kejut yang dihasilkan dapat menyebabkan batu Bulan sangat termagnetisasi, terutama di sisi terjauh.

Teori ini dapat diuji dalam beberapa tahun mendatang saat para astronot melakukan perjalanan ke kutub selatan bulan dan mengumpulkan sampel batuan, sebagai bagian dari Program Artemis.

Makalah yang merinci temuan mereka diterbitkan dalam Science Advances.(yn)

Sumber: sciencealert

Iran Berada di Balik Dua Upaya Pembunuhan Terhadap Trump, Klaim PM Israel Netanyahu dalam Wawancara Mengejutkan

EtIndonesia. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuduh Iran pada hari Minggu (15/6) mendalangi dua upaya pembunuhan yang gagal terhadap Presiden Trump selama kampanye presiden ketiganya tahun lalu.

Netanyahu mencirikan Trump sebagai ancaman terbesar bagi Iran dan ambisinya untuk memperoleh senjata nuklir — mengklaim itulah sebabnya rezim jahat itu mencoba membunuhnya, dalam momen yang mengejutkan selama wawancara dengan Brett Baier dari Fox News.

“Orang-orang yang meneriakkan, ‘Matilah Amerika,’ mencoba membunuh Presiden Trump dua kali,” kata Netanyahu saat dia menyampaikan argumennya kepada rakyat Amerika karena melancarkan serangan terhadap Iran di tengah pertukaran rudal mematikan antara Iran dan Israel selama akhir pekan.

“Apakah Anda ingin orang-orang ini memiliki senjata nuklir dan sarana untuk mengirimkannya ke kota-kota Anda?” tanya Netanyahu. “Tentu saja tidak. Jadi, kami membela diri sendiri, tetapi kami juga membela dunia.”

Baier tampak terkejut dengan komentar Netanyahu dan meminta perdana menteri untuk menjelaskan lebih lanjut tuduhan yang menghasut itu.

“Anda baru saja mengatakan Iran mencoba membunuh Presiden Trump dua kali,” kata pembawa berita Fox News itu. “Apakah Anda punya informasi bahwa upaya pembunuhan terhadap Presiden Trump dilakukan langsung oleh Iran?”

“Melalui perwakilan, ya,” jawab Netanyahu. “Melalui informasi mereka, ya. Mereka ingin membunuhnya.”

Badan keamanan Amerika tidak pernah mengaitkan dua upaya pembunuhan itu dengan rezim jahat itu, tetapi dalam pidatonya pada bulan September, Trump menyatakan Iran berada di balik upaya itu.

Pimpinan Iran dengan tegas membantah keterlibatan apa pun.

Netanyahu kemudian bercanda tentang bagaimana Trump bukan satu-satunya yang mereka targetkan – tetapi menekankan bahwa dia adalah musuh nomor satu rezim itu.

“Lihat, mereka juga mencoba membunuh saya, tetapi saya adalah mitra juniornya. Mereka memahami bahwa Presiden Trump adalah ancaman besar bagi rencana Iran untuk mempersenjatai senjata nuklir dan menggunakannya,” katanya.

Pada bulan November, pemerintah federal menuduh seorang agen yang tidak disebutkan namanya dari Garda Revolusi Islam Iran merekrut Farhad Shakeri, 51 tahun, untuk “berfokus pada pengawasan, dan, akhirnya, membunuh” Trump, seraya menambahkan bahwa uang bukanlah masalah.

Trump selamat dari upaya pembunuhan dua kali pada musim panas tahun 2024 saat berkampanye untuk presiden.

Pada tanggal 15 September, pihak berwenang menangkap Ryan Routh, yang bersenjata senapan semi-otomatis, di Trump International Golf Club.

Sebulan sebelumnya, pada sebuah acara kampanye di Butler, Pa, Trump nyaris lolos dari kematian ketika peluru seorang pria bersenjata melesat melewati kepalanya, mengenai telinganya.

“Dokter di rumah sakit mengatakan dia tidak pernah melihat hal seperti ini, dia menyebutnya keajaiban,” kata Trump kepada The Post Juli lalu. “Saya tidak seharusnya berada di sini, saya seharusnya sudah mati.”

Thomas Matthew Crooks, seorang mahasiswa teknik yang tertembak dan meleset, dibunuh oleh penembak jitu Dinas Rahasia.

Routh mengikatkan dirinya pada Crooks dalam surat aneh empat halaman dari penjara yang isinya mengutuk “sistem dua partai” di Amerika.(yn)

Wanita Melihat Kaki dan Ekor Mencuat dari Teras Betonnya, Lalu Dia Bergerak

EtIndonesia. Bulan lalu, seorang pemilik rumah melihat sesuatu yang sangat tidak biasa mencuat langsung dari beton di teras depan rumahnya: ekor. Melihat lebih dekat, ada juga dua kaki kecil yang menggeliat. Seekor kadal entah bagaimana terjepit di celah dan terjebak.

Pemilik rumah tidak tahu berapa lama kadal malang itu terjebak dan tahu bahwa dia menderita, jadi dia menelepon Suaka Margasatwa Evelyn. Shawnda Bentley, seorang rehabilitator senior, bergegas datang untuk membantu.

“[Kadal] biasanya tidak terjebak,” kata Bentley kepada The Dodo. Dia berasumsi bahwa dia hanya berjemur. “Saya ke sana dan, wah, dia terjebak!”

Bentley mengenali kadal itu sebagai kadal berbisa. Itu berarti mencengkeram ekornya bukanlah pilihan karena kadal berbisa, seperti banyak kadal lainnya, akan melepaskan ekornya untuk membela diri jika merasa terancam. Bentley juga tidak ingin pinggulnya terkilir atau kakinya patah karena menariknya. Dua relawan lainnya bergabung dalam misi penyelamatan dan membawa palu, linggis, obeng, dan senjata rahasia — minyak kelapa.

Sambil berbaring di atas beton, ketiganya dengan hati-hati mengikis retakan tersebut. Setelah cukup banyak batu yang disingkirkan, Bentley mengatakan mereka menambahkan sedikit minyak kelapa ke kadal itu untuk mengeluarkannya. Mereka melakukannya dengan perlahan karena mereka tidak tahu di mana kepalanya berada dan ingin menghindari menenggelamkannya dalam minyak. Itu membuat semuanya jauh lebih licin, tetapi Bentley akhirnya menarik kadal itu keluar dari kesulitannya.

Seluruh cobaan itu memakan waktu hampir dua jam.

“Begitu saya menariknya keluar, dia mencengkeram jari saya dan menggigit tar dari saya beberapa kali,” Bentley tertawa. “Saya berkata, ‘Yah, tahu nggak? Nggak apa-apa. Saya juga pasti marah… ada beberapa wanita yang mengikis kulit saya dan menyiram saya dengan cara seperti itu.'”

Sayangnya, kadal itu belum sepenuhnya pulih. Ujung ekornya putus, dan luka besar di perutnya perlu segera diobati.

Linda Nichols, seorang rehabilitator berpengalaman yang bekerja di Evelyn’s Wildlife Refuge, memberi tahu The Dodo: “Lukanya sangat parah sehingga saya sangat khawatir dengan risiko infeksi.”

Dia juga khawatir tulang belakangnya rusak saat dia tersangkut karena dia kesulitan menggerakkan kaki belakangnya.

Untungnya, kadal itu, yang sekarang bernama Coconut, telah merespons antibiotik topikal dan oral dengan baik. Dia tinggal bersama Nichols selama masa penyembuhannya dan dia berkata dia bergerak dengan baik dan penuh energi — dan, ya, ekornya tumbuh kembali dengan baik.

Departemen Konservasi Satwa Liar Oklahoma mengatakan kadal dapat melepaskan ekornya saat diperlukan, seperti jika digigit predator, dan menumbuhkan kembali ekor baru. Ekor lama bahkan dapat terus bergoyang setelah dilepaskan, untuk mengalihkan perhatian ancaman. Ekor baru yang tumbuh kembali sama fungsinya, meskipun sedikit lebih pendek dari yang asli.

“Saya memanggilnya Coconut Jalapeño minggu ini karena dia sudah merasa jauh lebih baik,” kata Nichols. “Saya dan salah satu relawan saya harus menggendongnya dan mengoleskan kembali obat ke lukanya karena dia mencoba bergerak ke mana-mana.”

Coconut memiliki nafsu makan yang besar, yang menurut Nichols membuatnya mendapat masalah sejak awal. Kadal suka memakan serangga kecil dan sering terlihat menggeliat di tempat sempit untuk mencari makanan. Nichols mengatakan dia pikir Coconut “meremehkan seberapa besar bagian tubuhnya yang lain.”

Setelah sembuh, Nichols akan melepaskan Coconut kembali ke alam liar.

“Kadal terbukti hidup dalam semacam ‘keluarga’,” katanya. “Jadi kami ingin membawanya kembali ke tempat ia memiliki komunitas dan mengetahui tempat terbaik untuk bersembunyi dan mencari makanan.”(yn)

Sumber: the dodo

(Edisi Khusus)  Kematian Li Keqiang Jadi Senjata Politik: Benarkah Xi Jinping Hanya Presiden Bayangan?

EtIndonesia. Sebuah kasus lama yang selama ini sengaja ditutup rapat kembali digulirkan ke permukaan. Kematian mendadak mantan Perdana Menteri Partai Komunis Tiongkok, Li Keqiang, yang selama ini dianggap sebagai insiden tertutup, kini diangkat lagi ke panggung politik nasional. 

Isu ini kembali memanas setelah seorang narasumber membongkar pernyataan mengejutkan melalui kanal video Lao Deng, mengklaim memiliki rekaman lengkap seluruh proses kematian Li Keqiang—mulai dari siapa yang memerintah, siapa yang mengeksekusi, hingga siapa yang menutupi jejak setelahnya. Narasi yang diangkat bahkan menggambarkan insiden ini sebagai operasi “pembersihan terarah”, bukan sekadar kecelakaan atau kematian alamiah.

Mengapa Isu Ini Diangkat Sekarang?

Kematian Li Keqiang terjadi pada Oktober 2023. Menurut tradisi politik Partai Komunis Tiongkok (PKT), kasus semacam ini biasanya sudah lenyap dari memori publik setelah setengah tahun berlalu. Namun, menjelang Sidang Paripurna Keempat PKT pada Juni 2025—sebuah peristiwa politik krusial—isu ini justru sengaja dihidupkan kembali. Yang diangkat bukan sekadar rumor, melainkan tudingan terarah yang menyasar eksekutor, prosedur persetujuan, hingga kontrol di lapangan.

Langkah ini tidak mungkin terjadi tanpa ada “restu” atau bahkan dorongan dari kelompok berkepentingan di internal elite PKT. Siapa yang berani menggali isu kematian seorang mantan perdana menteri, jika tidak ada jaminan atau perlindungan politik dari dalam? Isu ini secara tersirat menjadi peringatan keras kepada Presiden Xi Jinping: “Jika Anda tidak mundur secara sukarela, maka Anda akan dijatuhkan dengan cara yang jauh lebih memalukan.”

Inilah bagian dari perang informasi yang terorganisir rapi: pertama, akun-akun pembocor di luar negeri melempar isu sebagai “bom emosi”; selanjutnya, narasi itu bergulir liar di media sosial domestik, sementara media partai memilih bungkam. Efeknya pun cepat terasa—legitimasi kepemimpinan mulai goyah, dan emosi publik menjadi sangat mudah digerakkan.

Kini, Li Keqiang bukan sekadar sosok yang telah tiada, melainkan telah diubah menjadi instrumen politik—sebagai “bom pembuka” untuk mengguncang struktur kekuasaan Tiongkok. Bahkan jika kebenaran isinya diragukan, efek politik yang dihasilkan dari pola operasi seperti ini tidak dapat diabaikan. Jika seorang perdana menteri saja dapat “dilenyapkan” secara teknis, adakah lagi batasan bagi rezim yang sedang berkuasa?

Arwah Li Keqiang bukan datang menuntut balas, melainkan dijadikan senjata politik yang diarahkan tepat ke jantung kekuasaan di Zhongnanhai, pusat pemerintahan Tiongkok.

Pergolakan Besar: Perpecahan dan Rombakan Militer

Namun sesungguhnya, pertarungan besar justru terjadi di ranah militer. Sejak awal Juni, Zhang Youxia—Wakil Ketua Komisi Militer Pusat (CMC)—memimpin serangkaian rapat tertutup yang sangat intens selama lebih dari sepuluh hari berturut-turut. Rapat ini bukan pertemuan biasa; seluruh pimpinan inti dari setiap matra (AD, AL, AU, dan Pasukan Roket) diwajibkan hadir langsung. Sumber seperti Yao Cheng, seorang mantan perwira yang kini aktif di media sosial, menyebut ini sebagai “perang besar reformasi militer” yang sesungguhnya.

Anehnya, tidak satu pun kepala dari lima Komando Wilayah (wilayah perang) diundang. Padahal, sistem wilayah perang adalah “mahkota” reformasi militer Xi Jinping. Ia membubarkan tujuh distrik militer besar, lalu membentuk lima wilayah perang, dengan dalih efisiensi dan sentralisasi kekuatan, padahal tujuan utamanya memperkuat kontrol pusat dan melemahkan kekuatan daerah.

Setelah beberapa tahun berjalan, semua menyadari: wilayah perang hanyalah “stempel karet”—tidak lagi punya kekuatan operasional. Sebelumnya, misalnya, distrik militer Nanjing mengendalikan operasi militer dan personel di enam provinsi besar layaknya “pemerintahan kecil”. Namun setelah reformasi, semua rantai komando diputus dan dialihkan ke pusat; wilayah perang kini tak lebih dari harimau ompong yang harus menunggu izin pusat untuk bertindak—dan biasanya, ketika izin datang, perang sudah kalah lebih dulu.

Lebih buruk lagi, struktur empat markas besar (Staf Umum, Politik Umum, Logistik Umum, Perlengkapan Umum) juga dibubarkan dan dipisah menjadi 15 departemen terfragmentasi, menambah lapisan birokrasi dan kekacauan.

Hasilnya: Tentara PKT ibarat bubur kacau yang kehilangan tulang punggung.

Kini, Zhang Youxia bergerak melawan arus. Ia mengabaikan struktur wilayah perang dan secara langsung mengumpulkan pimpinan tiap matra untuk membahas kemungkinan membubarkan sistem wilayah perang, mengembalikan tujuh distrik militer besar, membangun kembali empat markas besar, dan menyusun ulang rantai komando tempur. Ini bukan sekadar penyesuaian organisasi, melainkan penolakan terang-terangan terhadap “legitimasi” inti reformasi militer Xi Jinping.

Mengapa Zhang Youxia berani? Karena di internal militer sudah tercapai konsensus: wilayah perang adalah hambatan politik, bukan unit tempur efektif. Empat markas besar adalah struktur tempur sejati. Bila sebelumnya “loyalitas politik mutlak” kepada Xi adalah syarat utama, kini yang dibutuhkan adalah “efisiensi militer mutlak”.

Uniknya, mekanisme pengambilan keputusan dalam rapat ini lebih terbuka: rancangan dipaparkan, masukan dan saran didengar. Para perwira senior mulai aktif memberikan pendapat soal promosi, personalia, dan struktur organisasi—bahkan ada mekanisme bawahan memberi saran terbuka pada atasan. Ini menandai cikal bakal “mekanisme semi-demokratis” dalam tubuh militer. Praktik lama, di mana istri Xi, Peng Liyuan, bisa bertindak sebagai “ahli personalia militer”, diam-diam sudah dicabut.

Langkah Zhang Youxia ini bukan sekadar soal struktur, tapi juga pesan kuat: Tentara adalah alat bersenjata partai, bukan milik keluarga Xi. “Jangan gunakan dalih reformasi untuk melumpuhkan tentara!”

Akar Masalah: Krisis Ekonomi dan Legitimasi

Akar seluruh permasalahan terletak pada krisis ekonomi yang kian parah. Dulu, pada era Deng Xiaoping, reformasi dan pemangkasan besar-besaran di tubuh militer dilakukan karena yakin tidak ada ancaman perang dunia dalam waktu dekat, sehingga sumber daya negara dapat dialihkan ke sektor ekonomi.

Kini, ekonomi Tiongkok nyaris kolaps: rakyat semakin banyak yang kelaparan, gaji pegawai negeri sipil tidak terbayar, stabilitas sosial berada di ujung tanduk. Implikasi politiknya sangat jelas—Sidang Paripurna Keempat diprediksi akan mengubah strategi nasional dengan menempatkan pemulihan ekonomi sebagai prioritas mutlak, menggantikan agenda militerisasi yang selama ini digembar-gemborkan.

Isu lain yang tak kalah penting adalah “pemulihan kehormatan”. Dalam rapat besar militer, dibahas juga peninjauan ulang terhadap kasus perwira yang dikorbankan atau difitnah selama operasi anti-korupsi era Xi. Banyak keluarga jenderal dari AL, AU, dan satuan internal yang berulang kali mengadu ke pusat, bahkan sampai nekat menuntut keadilan di depan markas militer. Zhang Youxia kini turun tangan sendiri.

Siapa yang Memberi Lampu Hijau untuk Zhang Youxia?

Zhang Youxia, sebagai Wakil Ketua Komisi Militer, meskipun anak jenderal legendaris, tidak mungkin mengambil keputusan sebesar ini—menghapus sistem wilayah perang dan membangun ulang struktur lama—tanpa restu langsung dari pemimpin tertinggi PKT.

Artinya, jika benar Zhang Youxia menjalankan rencana besar ini, pasti ada kekuatan “senjata pamungkas” yang memberinya jaminan. Namun, hampir pasti orang itu bukan Xi Jinping, sebab reformasi militer adalah “mahkota karya” Xi sendiri. Hanya jika Xi Jinping sudah kehilangan kekuasaan nyata, Zhang Youxia bisa bertindak sebebas ini.

Inilah yang menjadi fokus pengamat politik dalam beberapa minggu terakhir: tanda-tanda kehilangan kekuasaan nyata di tangan Xi Jinping.

Pemakaman yang Membongkar Perpecahan Elit

Akar perpecahan militer dan politik ini nyata terlihat dalam upacara pemakaman jenderal senior Xu Qiliang pada 8 Juni di Beijing. Dalam budaya politik Tiongkok, upacara semacam ini biasanya menjadi ajang persatuan: para senior pamit, kubu baru memberi hormat. Namun yang terjadi justru kekacauan: mantan Presiden Hu Jintao menolak hadir, Peng Liyuan dilarang muncul, dan Xi Jinping berdiri sendiri di depan peti jenazah, menangis sendirian.

Bagi pengamat politik, ini bukan sekadar duka, tapi simbol kehancuran politik yang terbuka:

  • Xi kehilangan tumpuan di militer sepeninggal “saudara tua”-nya,
  • Di partai, ia sudah tidak punya pijakan, para senior menjauh, junior tak sudi menoleh,
  • Penyesalan mendalam karena tak mengambil tindakan tegas pada Kongres XX, hingga kini situasi benar-benar di luar kendali.

Xu Qiliang bukan sekadar mantan Wakil Ketua Komisi Militer berlatar belakang AU; ia juga jembatan keluarga Xi di militer—membawa Zhong Shaojun ke Zhongnanhai, mendukung Peng Liyuan ke posisi strategis. Kini seluruh jaringan itu putus: Zhong Shaojun tersingkir, Peng Liyuan disingkirkan, Xu Qiliang wafat mendadak—struktur kekuasaan keluarga benar-benar runtuh.

Manuver “Kudeta Dingin” dan Strategi Krisis

Hu Jintao memilih absen bukan demi mempermalukan Xi, melainkan demi menjaga “momen elegan” dan menahan gejolak. Hu tahu, ini bukan waktu membalas dendam atau menggulingkan Xi secara brutal, sebab itu justru memicu keruntuhan sistem secara total. Strateginya: biarkan Xi tetap jadi kepala negara “boneka” untuk urusan diplomasi, sementara semua kendali partai, militer, dan keuangan diserahkan ke sistem. Ini bukan soal belas kasihan, melainkan perhitungan politik matang demi stabilitas.

Sebagian orang menganggap Hu akhirnya membalas dendam setelah dipermalukan di Kongres XX. Kenyataannya, yang menyelamatkan kapal merah PKT agar tidak karam adalah Hu, bukan sebagai “pendendam”, melainkan “teknisi” krisis internal yang menstabilkan tekanan—satu sisi membongkar kekuasaan Xi, sisi lain menopang keseimbangan baru militer dan pemerintahan.

Itulah sebabnya Zhang Youxia bisa menggelar rapat militer besar, Hu Chunhua kembali ke panggung politik, Wang Yang serta para pensiunan senior mulai aktif lagi. Ini bukan sekadar “comeback”, tetapi terbentuknya “tim intervensi krisis”.

Tujuan utama mereka sederhana: jangan biarkan kapal ini tenggelam, meski harus membiarkan Xi Jinping tampil sebagai presiden “bayangan”.

Kesimpulan: Tiongkok di Persimpangan Jalan

Drama politik kematian Li Keqiang hanyalah permukaan dari pergolakan yang jauh lebih dalam di tubuh Partai Komunis dan militer Tiongkok. Dalam pusaran krisis legitimasi, runtuhnya struktur reformasi, dan anjloknya ekonomi, negeri tirai bambu kini berada di persimpangan jalan paling berbahaya sejak era Tiananmen. Jika Xi Jinping benar-benar telah kehilangan kendali riil, maka babak baru sejarah Tiongkok siap ditulis, diwarnai oleh manuver-manuver “kudeta dingin” tanpa kekerasan terbuka, namun dengan efek yang tak kalah dahsyat.

Kasus kematian Li Keqiang—benar atau salah—telah menjadi simbol: siapapun bisa dikorbankan, sistem bisa dibongkar ulang, dan sejarah bisa berubah arah secara dramatis hanya dalam hitungan bulan. (***)

20 Jenderal dan Ilmuwan Nuklir Iran Tewas dalam Serangan Israel, Program Nuklir Iran Terancam Lumpuh

EtIndonesia. Krisis di Timur Tengah kembali memanas setelah serangan udara besar-besaran yang dilakukan Israel ke sejumlah target strategis di Iran, Jumat (13/6)  lalu. Dampak serangan ini dinilai sangat besar, tidak hanya dari sisi militer, tetapi juga terhadap masa depan program nuklir Iran yang selama ini menjadi pusat perhatian dunia.

Puluhan Jenderal dan Ilmuwan Kunci Iran Tewas

Dalam laporan resmi yang dikonfirmasi sejumlah media internasional, setidaknya 20 pejabat tinggi militer Iran dilaporkan tewas akibat gempuran Israel. Daftar korban mencakup sejumlah nama paling berpengaruh di Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan jajaran militer reguler, di antaranya:

  • Jenderal Hossein Salami — Panglima Tertinggi IRGC
  • Jenderal Ali Rashid — Wakil Komandan IRGC
  • Komandan Angkatan Darat, Udara, Laut, dan Pasukan Penerbangan — Seluruhnya menjadi target eliminasi dalam operasi terkoordinasi

Korban di pihak ilmuwan pun tak kalah mengerikan. Laporan resmi Iran mengakui sedikitnya enam ilmuwan nuklir tewas, termasuk:

  • Dr. Mohammad Mehdi Tehranchi — Presiden Universitas Azad, ahli fisika nuklir
  • Dr. Fereydoun Abbasi-Davani — Mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran

Nama-nama lain masih diverifikasi, namun kematian para ilmuwan ini dipastikan akan memperlambat secara signifikan seluruh program pengembangan nuklir Iran yang selama ini menjadi ancaman strategis bagi kawasan.

Dampak Langsung: Program Nuklir Iran Melambat Drastis

Menurut pengamat militer, kehilangan puluhan perwira senior sekaligus ilmuwan kunci ini adalah pukulan telak bagi Iran. Pengawasan, koordinasi, dan pengambilan keputusan strategis praktis lumpuh. Situasi ini membuat Iran tidak mampu memberikan serangan balasan secara cepat, meski secara retoris rezim Ayatollah terus bersumpah akan membalas.

Teknologi senjata presisi Israel, yang semakin unggul berkat bantuan teknologi Amerika Serikat, menciptakan tekanan psikologis dan militer yang luar biasa bagi Teheran. Beberapa fasilitas utama, termasuk Natanz—jantung program pengayaan uranium Iran—dilaporkan rusak parah akibat serangan sinkron yang dilancarkan pada dini hari.

Trump Klaim Pemimpin Iran Cari Jalan Tengah, Posisi Tawar Iran Anjlok

Di tengah kepanikan, Presiden AS, Donald Trump dalam pernyataannya kepada media menyebut bahwa “pemimpin Iran” telah menghubunginya guna mencari jalan damai dan solusi atas krisis yang semakin meluas. Walau rincian komunikasi tersebut dirahasiakan, analis menilai, pernyataan Trump ini mencerminkan fakta bahwa posisi tawar Iran di panggung internasional kini melemah drastis.

Pengamat politik internasional Zhou Xiaohui menilai, kegagalan Iran merespons serangan secara sepadan telah memperlihatkan lemahnya jaringan intelijen dan komando mereka. 

“Serangan ini juga menjadi alarm keras bagi Tiongkok. Selama ini Beijing mengandalkan Iran sebagai penyeimbang ancaman dari Barat. Sekarang, mereka kehilangan kartu truf itu, dan konsekuensi geopolitiknya akan sangat panjang,” jelas Zhou.

Serangan Israel Berjalan Sinkron dan Senyap: AS Sudah Tahu, Evakuasi Lebih Dulu

Informasi eksklusif dari Profesor Zhang Ping, Guru Besar Studi Asia Timur di Universitas Tel Aviv, mengungkap betapa terkoordinasinya operasi militer Israel.

“Amerika Serikat sudah mendapatkan informasi bocoran operasi sebelum serangan dimulai. Bahkan, personel militer AS di Irak telah dievakuasi dini, mengantisipasi kemungkinan pembalasan dari pihak Iran,” ujar Zhang.

Operasi dimulai serentak pukul 03:00 dini hari, dengan tiga sasaran utama:

  1. Eliminasi Ilmuwan Nuklir — Para target dieksekusi langsung di rumahnya, dalam waktu yang hampir bersamaan.
  2. Pembunuhan Perwira Tinggi Militer — Serangan diarahkan pada tempat tinggal serta markas-markas strategis yang sudah dipetakan melalui jaringan intelijen.
  3. Penghancuran Fasilitas Nuklir Natanz — Serangan diarahkan pada saat fasilitas sentrifugal sedang aktif, meningkatkan skala kerusakan dan menghambat pemulihan.

Menurut salah satu pejabat yang tidak disebutkan namanya, mengatakan:  “Jika saja Iran sadar sepuluh menit lebih awal, mereka bisa mematikan mesin sentrifugal dan memperkecil dampak. Tapi dengan operasi senyap seperti ini, semuanya terjadi begitu cepat tanpa sempat diantisipasi.”

Kecemasan Beijing: Ancaman Serupa Menghantui Tiongkok

Serangan brutal dan presisi yang menimpa Iran menjadi sinyal bahaya bagi Tiongkok. Zhou Xiaohui menekankan bahwa elit Partai Komunis Tiongkok (PKT) kini mulai gelisah. Mereka khawatir bila kelak konflik di Selat Taiwan pecah, kemampuan pertahanan dan sistem balasan mereka tidak sekuat yang dibayangkan.

Kekhawatiran lain yang muncul: apakah bunker bawah tanah yang dibangun sedalam puluhan meter benar-benar aman dari serangan presisi sekelas Israel dan Amerika? Apakah para jenderal dan petinggi PKT bisa loyal sepenuhnya, atau justru berpotensi menjadi “mata-mata” musuh seperti yang terjadi di tubuh militer Iran?

Selain itu, Beijing juga mulai mempertanyakan kekuatan jaringan keamanan dalam negeri mereka, mengingat di Iran sendiri ada indikasi sejumlah pejabat militer yang ternyata menjadi informan Israel.

Penutup: Babak Baru Ketegangan di Timur Tengah dan Peta Geopolitik Global

Pascas erangan ini, Iran benar-benar dipaksa berada dalam posisi defensif. Kematian puluhan tokoh penting dan hancurnya fasilitas strategis membuat Teheran harus melakukan evaluasi besar-besaran terhadap seluruh sistem keamanan dan militernya. Di sisi lain, Israel semakin percaya diri untuk mengambil langkah-langkah ofensif guna menekan musuh-musuhnya di kawasan.

Bagi Tiongkok, babak ini menjadi pelajaran pahit: tidak ada jaminan keamanan mutlak di era perang modern, di mana serangan bisa datang dari arah dan waktu yang tidak terduga, bahkan dengan keterlibatan “musuh dari dalam”.

Dunia kini menanti: apakah Iran akan mampu bangkit, atau justru babak belur dan kehilangan daya tawar untuk waktu yang lama ke depan? Dan lebih dari itu, mampukah Tiongkok memetik pelajaran sebelum terlambat?

Internet Iran Diputus, Starlink Masuk! Rakyat Menyambut Serangan, Rezim Ketar-Ketir”

EtIndonesia. Ketegangan di kawasan Timur Tengah terus meningkat usai Israel melancarkan serangan udara presisi terhadap peluncur rudal dan sejumlah fasilitas strategis milik Iran pada Jumat dini hari. Tidak hanya menimbulkan dampak militer, serangan ini juga memicu krisis komunikasi nasional di Iran. Pemerintah Iran, melalui Kementerian Komunikasi, secara resmi mengumumkan pemadaman akses internet nasional secara besar-besaran. Kebijakan ini disebut-sebut sebagai upaya “pengamanan” terhadap potensi gelombang protes dan sabotase digital, namun secara praktis memutus komunikasi digital bagi puluhan juta warga Iran.

Pemadaman Internet: Iran Mengisolasi Diri dari Dunia Luar

Langkah drastis ini diambil setelah fasilitas militer dan nuklir Iran menjadi sasaran serangan Israel. Otoritas Iran menyatakan pembatasan akses internet bersifat “sementara”, dan hanya akan dicabut setelah situasi kembali normal. Namun, pembatasan yang dilakukan sangat ketat; akses ke media sosial, platform komunikasi internasional, serta berbagai aplikasi pesan populer benar-benar diblokir total. Ribuan bisnis daring terganggu, warga kehilangan jalur komunikasi dengan dunia luar, dan arus informasi dari dan ke luar negeri terhenti mendadak.

Pakar keamanan siber di Teheran menyebut kebijakan ini sebagai upaya mencegah penyebaran “informasi destruktif” serta menutup celah bagi aktivitas perlawanan sipil dan koordinasi demonstrasi. Namun, dampaknya dirasakan sangat luas.

“Bukan hanya aktivis, tapi juga warga biasa—pelajar, pekerja, hingga tenaga medis—terputus dari informasi penting,” ujar seorang pengamat teknologi Iran yang mewanti-wanti namanya tidak disebut.

Elon Musk Mengaktifkan Starlink di Iran: “Beams are Live”

Di tengah pemadaman yang nyaris total ini, muncul kabar yang menjadi sorotan dunia: Elon Musk, CEO SpaceX, mengumumkan bahwa layanan internet satelit Starlink kini resmi diaktifkan di atas wilayah Iran. Melalui pernyataan di platform X (dahulu Twitter), Musk menegaskan “beams are live”, menandakan jaringan Starlink kini bisa diakses oleh masyarakat Iran yang memiliki perangkat penerima.

Langkah ini, menurut banyak pihak, membawa harapan baru bagi rakyat Iran yang selama ini dikontrol ketat oleh rezim. Dengan infrastruktur berbasis satelit rendah orbit, Starlink sanggup menembus blokade pemerintah, memberikan akses internet yang relatif stabil dan sulit untuk dimatikan dari pusat. Berbagai kelompok aktivis dan diaspora Iran segera menyerukan distribusi perangkat Starlink secara diam-diam ke dalam negeri, menyebut jaringan ini sebagai “oksigen baru” bagi kebebasan komunikasi.

Rakyat Iran: Dari Pemadaman Hingga Perayaan Jalanan

Pemadaman internet justru memperkuat solidaritas di antara kelompok perlawanan di Iran. Di berbagai kota, terutama di Teheran dan Shiraz, warga dilaporkan menggelar aksi turun ke jalan, mengibarkan spanduk bertuliskan “Rakyat Iran menyambut serangan terhadap rezim diktator, berharap pembebasan, dan siap berdiri bersama Israel melawan tirani.” 

Beberapa video yang beredar memperlihatkan warga menari, menyanyikan lagu-lagu kebebasan, bahkan menyemangati serangan Israel terhadap fasilitas-fasilitas yang selama ini dianggap sebagai simbol penindasan rezim.

Situasi ini memunculkan fenomena baru: Israel kini tidak hanya menargetkan militer, tapi juga secara psikologis berkomunikasi langsung dengan rakyat Iran. Dua hari sebelum pemadaman, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat mengirim pesan terbuka, “Hari pembebasan kalian dari tirani kini semakin dekat.” Pesan ini, menurut banyak analis, memperlihatkan Israel sengaja melewati jalur pemerintah dan membangun komunikasi langsung dengan rakyat, strategi yang disebut-sebut dapat menjadi pola baru dalam konflik modern.

Pakar: Model Baru Komunikasi di Era Konflik

Menanggapi perkembangan ini, Luo Xiang, pakar hukum dari Universitas Peking, menyatakan bahwa “strategi Israel untuk langsung menyasar rakyat dan memutus garis antara pemerintah serta masyarakat akan menjadi norma baru dalam peradaban modern.” 

Dia berpendapat, di era teknologi tinggi, jalur komunikasi tidak lagi sepenuhnya bisa dimonopoli oleh negara. 

Luo bahkan melontarkan pertanyaan retoris: “Jika suatu saat ada negara beradab yang menawarkan ‘ranting zaitun’ kepada rakyat Tiongkok, kira-kira bagaimana reaksi masyarakatnya?”

Analisis Luo didukung oleh tren global saat ini: komunikasi massa dan propaganda tidak lagi bergantung pada media negara, melainkan berpindah ke jalur-jalur alternatif berbasis satelit, peer-to-peer, dan aplikasi terenkripsi yang sulit dipantau otoritas.

Starlink: Oksigen bagi Kebebasan Informasi

Di mata rakyat Iran, Starlink kini berperan sebagai “oksigen komunikasi”—sebuah istilah yang menandakan betapa vitalnya akses informasi bebas di tengah cengkeraman rezim otoriter. Di berbagai grup aktivis dan komunitas diaspora, upaya pengadaan dan distribusi terminal Starlink kian masif, meski harus dilakukan secara diam-diam agar tidak terdeteksi aparat keamanan.

Sejumlah pakar menilai, kehadiran Starlink berpotensi mengubah peta pertarungan informasi di negara-negara represif. Tidak hanya bagi Iran, namun juga bagi banyak rezim otoriter lain di seluruh dunia yang selama ini mengandalkan isolasi digital untuk mempertahankan kekuasaan.

Penutup: Pertarungan Masa Depan Ada di Ruang Siber

Situasi di Iran saat ini memperlihatkan babak baru dalam perang informasi global. Di satu sisi, rezim berupaya menutup akses dan membatasi arus informasi demi kelangsungan kekuasaan. Di sisi lain, kemajuan teknologi satelit seperti Starlink memberikan “jalan tikus” bagi rakyat untuk memperoleh dan menyebarluaskan kebenaran.

Seperti dikatakan oleh seorang aktivis Iran di pengasingan: “Kini, harapan akan kebebasan tidak lagi bisa diputus dengan satu tombol shutdown.” 

Dengan layanan Starlink yang kini aktif di langit Iran, pertarungan antara tirani dan kebebasan memasuki babak baru yang penuh harapan—dan juga tantangan baru—bagi masa depan demokrasi di kawasan tersebut.

EtIndonesia. Seorang pekerja konstruksi menemukan kompleks makam berusia 1.500 tahun saat membersihkan puing-puing dari reruntuhan yang dilanda perang.

Penemuan luar biasa dari kompleks makam Bizantium kuno ditemukan di Provinsi Idlib, Suriah, di utara negara itu.

Makam itu ditemukan oleh seorang pekerja konstruksi yang sedang membersihkan puing-puing di Maarat al-Numan, – sebuah kota dengan kepentingan strategis yang terletak di antara Aleppo dan Damaskus.

Maarat al-Numan mengalami banyak konflik selama perang Suriah. Kota itu direbut kembali oleh pasukan mantan presiden Bashar al-Assad pada tahun 2020 dan banyak rumah dijarah dan dihancurkan.

Sejak rezim Assad runtuh pada tahun 2024, penduduk telah kembali ke sisa-sisa rumah mereka dan membangun kembali dan inilah yang menyebabkan penemuan bersejarah itu.

Seorang kontraktor menemukan lubang batu saat menjalani proyek rekonstruksi. Pihak berwenang kemudian dihubungi dan tim ahli dipanggil untuk memeriksa dan mengamankan area tersebut.

Gambar-gambar memperlihatkan bagaimana sebuah lubang di dekat bangunan yang rusak mengarah ke lubang dua ruang pemakaman. Setiap ruang tersebut berisi enam makam batu. Ada tanda salib di bagian atas kolom batu.

Direktur barang antik di Idlib, Hassan al Ismail, menjelaskan “berdasarkan keberadaan salib dan pecahan tembikar serta kaca yang ditemukan, makam ini berasal dari era Bizantium”.

Kekaisaran Bizantium dimulai pada abad ke-4 Masehi sebagai kelanjutan dari Kekaisaran Romawi. Agama resminya adalah Kristen dan ibu kotanya adalah Konstantinopel, yang sekarang menjadi Istanbul, Turki.

Dia menambahkan bahwa Idlib “memiliki sepertiga dari monumen Suriah, yang berisi 800 situs arkeologi selain sebuah kota kuno”.

Penduduk setempat Ghiath Sheikh Diab mengatakan kepada Associated Press bahwa, di bawah rezim Assad, penemuan arkeologi akan ditutup-tutupi oleh warga Suriah karena khawatir properti mereka akan disita.

Warga setempat lainnya, Abed Jaafar, mengatakan: “Dulu, banyak turis asing yang datang ke Maarat hanya untuk melihat reruntuhannya.

“Kita perlu merawat barang-barang antik tersebut dan merestorasinya serta mengembalikannya ke kondisi semula… dan ini akan membantu memulihkan pariwisata dan perekonomian.” (yn)

Sumber: indy100

(Edisi Khusus) Serangan Fajar 200 Jet Tempur: Israel Luluhlantakkan Iran dan Kirim Sinyal Maut ke PKT!

EtIndonesia. Pada 13 Juni 2025 dini hari, dunia dikejutkan oleh sebuah operasi militer yang tidak hanya mengguncang Iran, tetapi juga mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kawasan Timur Tengah dan papan catur geopolitik global. Hampir 200 pesawat tempur Israel, dalam operasi lintas batas yang terkoordinasi rapi, menembus wilayah udara Yordania, Suriah, dan Irak, menuju jantung pertahanan serta program nuklir Iran.

Operasi ini menjadi salah satu serangan udara terkoordinasi terbesar di abad ini—disebut sebagai “hujan api di fajar Timur Tengah”—dan mencerminkan kombinasi keunggulan teknologi, keunggulan intelijen, serta sinyal politik berlapis yang ditujukan tidak hanya pada Teheran, tapi juga kepada kekuatan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Rangkaian Serangan: Lima Gelombang Mematikan

1. Gelombang Pertama – Pembunuhan Terarah dan Pembukaan Jalur

Serangan pertama menargetkan titik-titik pertahanan udara utama serta pusat komando Iran. Informasi detail mengenai posisi, jadwal, hingga kebiasaan para jenderal Iran diduga telah diperoleh Israel lewat jaringan mata-mata yang tertanam dalam sistem militer dan pemerintahan Iran. 

Rudal-rudal presisi tinggi meluluhlantakkan kawasan perumahan elit dan markas para perwira tinggi di pinggiran Teheran. Serangan ini bukan sekadar menghancurkan perangkat keras pertahanan, melainkan juga “memenggal” komando agar kekuatan respons Iran lumpuh seketika.

2. Gelombang Kedua – Penghancuran Infrastruktur Strategis

Setelah garis pertahanan utama hancur, gelombang kedua diarahkan ke bandara militer, basis rudal utama, dan pusat-pusat logistik. Gudang peluru kendali Khorramshahr serta sistem rudal S-300 Iran—yang selama ini dibanggakan sebagai pelindung utama wilayah udara mereka—dihancurkan secara sistematis. Jaringan komunikasi militer Iran lumpuh total, membuat komando pusat tidak lagi mampu mengendalikan pasukan di lapangan.

3. Gelombang Ketiga – Serangan Mematikan ke Fasilitas Nuklir

Israel tidak menyia-nyiakan momentum. Sasaran berikutnya adalah fasilitas-fasilitas nuklir paling sensitif dan strategis milik Iran, seperti Natanz dan Arak. Di Natanz, ledakan besar menimbulkan kebakaran kimia yang sangat sulit dipadamkan, menciptakan kepanikan nasional serta potensi bencana lingkungan. Israel dengan tegas mengirim pesan: ambisi nuklir Iran harus dihancurkan sampai ke akar, agar tidak mungkin pulih selama bertahun-tahun ke depan.

4 & 5. Gelombang Penuntasan – “Textbook” Operasi Intelijen

Gelombang keempat dan kelima adalah tahap penyempurnaan, menargetkan lebih dari 100 titik vital di wilayah mulai dari Azerbaijan Timur, Khuzestan, hingga pusat kota Teheran. Koordinasi antara pasukan udara, drone, serta pasukan khusus dan jaringan intelijen benar-benar “textbook”—menjadi contoh operasi presisi di era modern.

Korban: “Decapitation Strike” yang Membelah Iran

Menjelang fajar, dunia internasional dikejutkan dengan rilis resmi dari Israel berisi daftar korban yang mengisi halaman depan media global:

  • Jenderal Hossein Salami, Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)
  • Mayor Jenderal Mohammad Bagheri  – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran
  • Jenderal Gholam Ali Rashid – Panglima Komando Pusat Iran
  • Dr. Dawani – Mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran, tokoh utama sains nuklir
  • Dr. Tehranchi – Rektor Universitas Azad Teheran
  • Enam Ahli Fisika Nuklir – Termasuk ilmuwan senior dengan pengalaman puluhan tahun

Pergantian jenderal militer bisa dilakukan dengan cepat; dalam beberapa jam, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, langsung menunjuk para pengganti. Namun kerugian sebenarnya adalah hilangnya para ilmuwan nuklir: aset strategis negara yang ditempa selama puluhan tahun. Kerusakan ini bersifat permanen dan memerlukan dekade untuk dipulihkan—jika memang bisa.

Efek Geopolitik: Sinyal Keras untuk Dunia dan “Pesan Pribadi” ke PKT

Lebih dari sekadar operasi militer, serangan ini adalah demonstrasi nyata dari kekuatan dan keberanian Israel. Di balik layar, beredar rumor kuat bahwa Israel sebenarnya sudah “memberi peringatan” lewat saluran rahasia kepada sejumlah pemimpin Iran sebelum operasi dimulai. Pesannya lugas: “Kalian masih hidup hanya karena kami mengizinkan. Berikutnya bisa siapa saja, di mana saja.”

Peringatan serupa juga dialamatkan kepada elite Partai Komunis Tiongkok (PKT)—secara terang-terangan menegaskan bahwa jaringan intelijen Israel dan Amerika Serikat mampu menjangkau siapa pun, di mana pun. Ini bukan sekadar aksi militer, melainkan bentuk “pemerasan intelijen” yang menggetarkan dunia internasional.

Diamnya Beijing: Tanda Retaknya Poros Timur

Respons Tiongkok terhadap serangan ini menjadi bahan pembicaraan di seluruh dunia. Bukannya bersuara lantang, Beijing memilih diam dan sangat selektif dalam pernyataan resmi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian hanya mengulang retorika lama: menyerukan “penahanan diri”, tanpa menyebut satu nama pun, tanpa kecaman tegas, tanpa aksi nyata.

Bahkan pada hari yang sama, Presiden Xi Jinping justru mengirim telegram belasungkawa kepada Presiden dan Perdana Menteri India terkait kecelakaan pesawat, dan PM Li Qiang ikut bersikap serupa. Untuk sekutu strategis seperti Iran yang baru saja “dibantai”, mereka memilih “tutup mulut”. Tetapi untuk India, musuh tradisionalnya, mereka justru menampilkan empati mendalam. Realitas politik internasional kini tampil telanjang: Tiongkok—yang selama ini digadang-gadang sebagai “pelindung” Iran—justru memilih menjauh di saat paling krusial.

Keruntuhan Poros: Iran Ditelantarkan, PKT Tak Berdaya

Serangan Israel ini tidak hanya meluluhlantakkan infrastruktur dan komando Iran, tetapi juga mempermalukan kemampuan industri pertahanan Tiongkok. Sistem persenjataan canggih yang selama ini dipromosikan, seperti rudal PL-15, gagal meledak di medan perang. 

Sistem pertahanan udara gagal ekspor, navigasi Beidou tak mampu sepenuhnya diandalkan, dan masalah produksi chip masih membayangi. Industri pertahanan Tiongkok kini bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan domestik, apalagi menopang sekutu di luar negeri.

Seluruh dunia akhirnya menyadari: Tiongkok tidak mundur secara sukarela dari Timur Tengah, melainkan dipaksa hengkang secara diam-diam, di bawah tekanan realitas dan kegagalan teknologi militernya sendiri. Iran—yang selama ini digadang-gadang sebagai “saudara seperjuangan anti-Amerika”—kini benar-benar kehilangan tempat di panggung global.

Babak Berikutnya: Siapa yang Akan Menyusul?

Kini, dunia bertanya-tanya: siapa berikutnya? Myanmar, Korea Utara, Venezuela, atau bahkan Vladimir Putin sendiri? Satu per satu, mimpi membangun “aliansi global anti-Amerika” versi PKT kini hancur diterpa badai kenyataan. Mulai hari ini, semua negara yang selama ini bergantung pada “naskah PKT” harus sadar: kekuatan militer Tiongkok tidak cukup untuk menopang sekutu di medan perang nyata.

Penutup: Bukan Sekadar Perang – Titik Balik Sejarah Dunia

Serangan besar-besaran Israel ke Iran bukan hanya babak baru dalam sejarah konflik Timur Tengah, tetapi juga lonceng kematian bagi konsep poros perlawanan yang dibangun oleh PKT. 

Bagi Iran, ini bukan sekadar kerugian strategis, melainkan juga trauma nasional yang memperlihatkan betapa rapuhnya perlindungan dari sekutu utama. Bagi Tiongkok, ini menjadi alarm bahaya: di medan perang nyata, diplomasi kosong dan teknologi setengah matang tak bisa lagi menahan arus perubahan zaman.

Serangan ini menjadi pesan keras untuk dunia: Era baru geopolitik telah dimulai, dan hanya mereka yang benar-benar siap yang akan bertahan. (***)