Home Blog Page 1782

Google Mengarahkan Pengguna ke Propaganda yang Mendiskreditkan Shen Yun Performing Arts

Peter Svab – The Epochtimes

Komunis Tiongkok membuka front baru di internet untuk kampanye lebih dari satu dekade untuk menutup Shen Yun.  Yang mana pertunjukannya menantang catatan hak asasi manusia rezim Komunis Tiongkok dan identitas kebudayaan.

Hasil pencarian Google untuk perusahaan Shen Yun Performing Arts mengarahkan pengguna ke propaganda rezim Komunis Tiongkok. Di antara hasil teratas adalah beberapa artikel yang sejalan dengan poin pembicaraan rezim Komunis Tiongkok atau diproduksi langsung oleh rezim komunis Tiongkok. Mesin pencari lain tidak menghasilkan hasil ini. 

Apakah Google secara aktif mencari untuk menargetkan Shen Yun dalam sudut pandang  Komunis Tiongkok? masih tidak jelas. Mesin pencari itu sendiri dapat dimanipulasi.

Seni yang Membangkitkan Amarah

Sejak awal, rezim Komunis Tiongkok menentang Shen Yun karena dua alasan: Ancaman yang ditimbulkan oleh kebangkitan kembali kebudayaan tradisional Tiongkok, dan penggambaran penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong yang artistik oleh Shen Yun.

Berawal dari tahun 2007 sebagai perusahaan tari dan musik di bagian utara New York, Shen Yun berkeyakinan untuk menghidupkan kembali kebudayaan tradisional Tiongkok dan menampilkan 5.000 tahun sejarah seni melalui seni.

Pertunjukan Shen Yun yang meriah, dipuji oleh para kritikus untuk penguasaan artistik, telah menjadi andalan di panggung-panggung dari Lincoln Center di New York hingga Palais des Congrès di Paris. 

Sementara itu, sebagian besar tarian bermuatan motif sejarah dan rakyat, beberapa tarian Shen Yun juga menggambarkan penganiayaan keyakinan di Tiongkok saat ini. Dan, bagian ini telah menjadi duri bagi pihak rezim Komunis Tiongkok.

Rezim Komunis Tiongkok menargetkan Shen Yun dengan perangkat propaganda yang luas. Seperti yang disadari kelompok seni tersebut baru-baru ini. Beberapa propaganda tersebut ditampilkan secara menonjol dalam produk Google, termasuk hasil pencarian.

Hal tersebut nampak bagi Shen Yun, karena internet dipenuhi dengan artikel berita dan video yang menampilkan artis, kritikus seni, dan selebritas memuji Shen Yun. Namun demikian, Google tampaknya mendukung beberapa artikel dan situs web, termasuk yang langsung diproduksi oleh rezim Komunis Tiongkok, yang menyebarkan klaim palsu mengenai Shen Yun.

 “Tidak peduli berapa banyak ulasan positif…Namun tetap saja, di peringkat teratas Google ada artikel-artikel negatif ini,” kata Leeshai Lemish, seorang pembawa acara Shen Yun, mengatakan kepada NTD, afiliasi The Epoch Times.

Misalnya, ketika pengguna mengetik “Shen Yun” di bilah pencarian Google, salah satu istilah pencarian yang disarankan adalah “pemujaan shen yun.” Asosiasi ini datang langsung dari rezim komunis Tiongkok.

Semuanya untuk Melawan Falun Gong

Para seniman Shen Yun mengatakan di situs web mereka, bahwa mereka mengambil nilai-nilai mereka dari Falun Gong, sebuah latihan meditasi yang mana para praktisinya dianiaya dengan kejam oleh rezim komunis di Tiongkok selama lebih dari dua dekade.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi yang mencakup serangkaian ajaran moral berdasarkan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Falun Gong dilarang oleh rezim Komunis Tiongkok pada tahun 1999. Dikarenakan Falun Gong sangat populer. Perkiraan resmi pada saat itu menyebutkan jumlah warga Tiongkok yang berlatih Falun Gong mencapai 70 juta hingga 100 juta.

Falun Gong adalah topik yang sangat pelik  bagi rezim Komunis Tiongkok, karena berhubungan langsung dengan salah satu pelanggaran yang paling mengerikan yang dilakukan oleh rezim Komunis Tiongkok — menghasilkan uang dengan membunuh minoritas umat beriman dan menjual organ mereka.

Awal tahun ini, pengadilan ahli di London menyimpulkan bahwa rezim Komunis Tiongkok memang telah membunuh rakyatnya sendiri dan menjual organ rakyatnya untuk transplantasi “dalam skala yang bermakna.” Selain itu, korban utama adalah orang-orang yang ditahan karena berlatih Falun Gong. 

Kelompok korban lainnya termasuk umat Kristen bawah tanah sebuah jamaah kristen yang menolak untuk menerima versi Kristen yang disensor dalam gereja yang didukung rezim Komunis Tiongkok. Serta minoritas umat Muslim Uighur.

 Informasi mengenai penganiayaan yang sampai ke masyarakat — sebagian besar berkat pelaporan oleh media independen termasuk The Epoch Times. Laporan sangat membantu membongkar kedok Beijing yang berupaya menggambarkan citranya sebagai kekuatan dunia modern, sah, dan bertanggung jawab.

 Siasat rezim Komunis Tiongkok adalah untuk menyebut Falun Gong sebagai “aliran sesat.”

 Kampanye yang Menyesatkan

 Saat penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai, rezim Komunis Tiongkok menyalahkan praktisi Falun Gong atas setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Jika pembunuhan terjadi, media yang dikendalikan negara Tiongkok akan menyalahkan Falun Gong. 

Jika informasi negatif mengenai rezim Komunis Tiongkok lolos ke masyarakat media akan menyalahkan Falun Gong karena “menyebarkan desas-desus.” Bahkan serangan sarin yang mematikan pada tahun 1995 di kereta bawah tanah Tokyo yang dilakukan oleh pemujaan Aum Shinrikyo, secara retrospektif disalahkan pada Falun Gong oleh propaganda rezim Komunis Tiongkok.

 “Salahkan saja Falun Gong,” lirik yang ditulis oleh musisi Axl Rose dari “Gun N Roses” yang tenar dalam lagunya di tahun 2008 berjudul “Chinese Democracy” — sebuah pukulan ironis pada kampanye yang menyesatkan oleh rezim Komunis Tiongkok.

 Pada tahun 2001, rezim Komunis Tiongkok menciptakan insiden di mana beberapa orang membakar diri di Lapangan Tiananmen di Beijing dan menyalahkan Falun Gong. 

Ketika sebuah film dokumenter pemenang penghargaan mengungkapkan bahwa insiden itu diciptakan — memperlihatkan dalam cuplikan gambar milik rezim Komunis Tiongkok itu sendiri bahwa salah satu korban benar-benar dipukul di kepala dengan benda tumpul oleh seorang pria yang mengenakan mantel militer. 

Rezim Komunis Tiongkok hanya memotong bagian-bagian yang memberatkan dari cuplikan gambar tersebut dan merilisnya kembali menjadi potongan propaganda. Demikian komentator politik Tiongkok bernama Heng He yang dimuat dalam tajuk rencana The Epoch Times pada tahun 2009.

 Hingga hari ini, turis Tiongkok kadang terpana melihat praktisi Falun Gong berlatih secara bebas di taman-taman di luar negeri. Akibat propaganda dalam negeri Tiongkok awalnya mengklaim bahwa Falun Gong adalah ilegal di seluruh dunia. Mungkin sangat kontras dengan propaganda tersebut. Ratusan ribu orang di Taiwan, negara tetangga Tiongkok, berlatih tanpa mengakibatkan kesengsaraan yang aneh seperti yang dikaitkan dengan Falun Gong di Tiongkok Daratan.

 Rezim Komunis Tiongkok juga berusaha memasukkan propaganda tersebut ke dalam pers Barat. Makalah seperti The New York Times dan The Washington Post, telah lama memasukkan sisipan yang secara resmi ditandai sebagai iklan. Tetapi sebenarnya adalah propaganda yang diproduksi oleh rezim Komunis Tiongkok.

Kadang-kadang, rezim Komunis Tiongkok bahkan mengatur agar media Barat memasukkan propaganda dalam pelaporan berita mereka. 

Dalam kasus semacam itu, biasanya tidak jelas apakah rezim Komunis Tiongkok memengaruhi outlet secara langsung atau apakah propaganda tersebut masuk dalam muatan berita akibat kecerobohan editorial.

 Namun demikian, beberapa artikel mengenai Shen Yun ditampilkan secara menonjol dalam hasil pencarian Google, memberikan lebih banyak paparan propaganda Beijing daripada kebanyakan tanggapan tulus terhadap pertunjukan Shen Yun. 

Kadang-kadang, terutama ketika mencari istilah yang berhubungan dengan Shen Yun dalam bahasa Mandarin. Propaganda rezim komunis Tiongkok ditempatkan lebih tinggi dalam hasil pencarian daripada halaman resmi Shen Yun.

Halaman yang mencemari citra Shen Yun di situs Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, cenderung muncul di antara 15 hasil pencarian teratas di Google. 

Namun demikian, seseorang akan sulit sekali menemukan halaman tersebut bila menggunakan mesin pencari lain, seperti Yahoo, Bing, dan DuckDuckGo, kecuali seseorang mencermati hasil pencarian secara lebih mendalam.

 Komunis Tiongkok vs Tradisi

 Alasan lain mengapa Komunis Tiongkok mencemari Shen Yun adalah ancaman promosi kebudayaan tradisional Shen Yun terhadap rezim Komunis Tiongkok. Sejak awal rezim komunis Tiongkok berusaha untuk mencabut kebudayaan tradisional Tiongkok. 

Selama Revolusi Kebudayaan dari tahun 1960-an hingga1970-an , rezim komunis Tiongkok berusaha menghilangkan kebudayaan tradisional Tiongkok secara sempurna. Teks dan monumen bersejarah dibakar dan dihancurkan sementara para sarjana dan biarawan dihina, dipenjara, dan dibunuh. 

Kepercayaan tradisional telah digantikan dengan apa yang kadang disebut orang Tiongkok sebagai “kebudayaan Partai.” Sebuah bentuk campuran revisionisme historis, ateisme dogmatis, materialisme, dan pengejaran kekuasaan dan laba yang diam-diam disetujui demi keuntungan yang dikondisikan atas kepatuhan pada rezim Tiongkok.

Bahkan kebudayaan tradisional itu sendiri ditafsirkan kembali untuk melayani tujuan Komunis Tiongkok. Loyalitas, misalnya, adalah salah satu dari lima kebajikan utama Konfusianisme. 

Secara tradisional, loyalitas termasuk konsep mengkritik atasan seseorang untuk membantu sang atasan memperbaiki kekurangannya. Namun, dalam kebudayaan Partai, loyalitas berarti kepatuhan secara membabi buta kepada Komunis Tiongkok.

Di sisi lain, Shen Yun tidak hanya menampilkan kebudayaan tradisional. Akan tetapi secara terbuka membela prinsip-prinsip yang mendasarinya serta menentang penghancuran dan penganiayaan terhadap kebudayaan tradisional. menurut komentator politik Tiongkok Zhang Tianliang, akan membubarkan basis ideologis rezim Komunis Tiongkok.

“Ketika kepercayaan kebudayaan tradisional dan nilai-nilai moral hidup kembali, hati nurani masyarakat juga akan bangkit. Kebudayaan Partai yang terpecah belah tidak dapat dihindari. 

Saat hal itu terjadi, Komunis Tiongkok, sebuah sistem politik yang jahat, akan kehilangan lingkungan tempat ia bergantung untuk bertahan hidup,” tulis Zhang Tianliang dalam tajuk rencana The Epoch Times tahun 2008 silam.

Setelah pembangkang Komunis Tiongkok Wei Jingsheng menonton Shen Yun pada tahun 2013, ia berkata, “Shen Yun telah menjadi tantangan terbesar bagi Komunis Tiongkok. Orang Tiongkok telah tersadar akan keindahan kebudayaan tradisionalnya sendiri.”

“Rakyat Tiongkok melihat bahwa apa yang disajikan Shen Yun adalah kebudayaan sejati milik mereka, dan kebudayaan yang disajikan oleh Komunis Tiongkok  adalah salah,” kata Wei Jingsheng. 

“Dalam hal ini, Shen Yun sangat penting bagi rakyat Tiongkok,” katanya.

Kampanye yang Didokumentasikan

Propaganda dalam hasil pencarian Google terjadi dalam konteks rezim Komunis Tiongkok yang berusaha menyabotase kinerja Shen Yun. Di mana Shen Yun mengidentifikasi banyak contoh. Siasat yang paling umum adalah menggunakan Kedutaan Besar Tiongkok setempat untuk menindas tempat acara agar tidak membiarkan Shen Yun tampil. 

Namun, upaya itu sebagian besar adalah gagal. Shen Yun terus berkembang dalam ukuran dan kini sudah memiliki tujuh perusahaan tur yang secara kolektif tampil di depan sekitar satu juta orang per tahun.

Siasat lain adalah menindas politisi untuk tidak menghadiri pertunjukan Shen Yun atau tidak mengeluarkan pernyataan yang  mendukung Shen Yun. Namun, tampaknya sebagian besar upaya menjadi bumerang dan bukannya menimbulkan desas-desus mengenai Shen Yun di kalangan politik. 

Dalam beberapa kasus, politisi mengungkap kampanye yang menindas di media, memprotes upaya Komunis Tiongkok untuk meredam kebebasan berekspresi di luar negeri. Rezim Komunis Tiongkok juga berusaha menekan media secara langsung. 

Pada tahun 2008, sebuah stasiun televisi yang disponsori pemerintah di Republik Ceko mengundang para pemain Shen Yun untuk wawancara. Di depan kamera pembawa acara menunjukkan sebuah surat dari Kedutaan Besar Tiongkok yang mendesak stasiun televisi tersebut untuk tidak terlibat dalam pertunjukan Shen Yun di Praha pada tahun itu.

“Kami bukanlah televisi Tiongkok, juga bukan televisi milik pemerintah, jadi keuntungan kami adalah kami dapat mengundang siapa pun yang kami inginkan. Ini mungkin sedikit berbeda di Tiongkok,” komentar salah satu pembawa acara TV pada saat itu.

Kekuatan Google

 Tidak jelas apakah Google telah memanipulasi hasil pencarian terkait Shen Yun dengan sengaja, apakah hasilnya miring secara tidak sengaja, atau apakah rezim Komunis Tiongkok telah memainkan mesin pencari Google.

 Namun, hasilnya adalah sama. Dan hasil itu adalah penting. Dengan mengendalikan 90 persen pencarian internet global, Google memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi penggunanya.

 Psikolog penelitian Robert Epstein membuktikan dalam eksperimen bahwa ia dapat mempengaruhi opini orang-orang hanya dengan mendorong hasil tertentu dalam pencarian internet ke atas dan ke bawah.

 Robert Epstein juga menunjukkan, bahwa Google menggunakan kekuatannya dengan cara yang memengaruhi jutaan suara dalam pemilihan umum Amerika Serikat baru-baru ini.

 “Metode yang digunakan Google adalah  tidak terlihat. Metode yang digunakan adalah penyisipan secara tersembunyi. Metode tersebut lebih kuat daripada kebanyakan efek apa pun yang pernah saya lihat dalam ilmu perilaku dan saya telah mendalami ilmu perilaku selama hampir 40 tahun,” kata Robert Epstein bersaksi di sidang subkomite Kehakiman Senat pada tanggal 16 Juli.

 Bias

Google tidak menanggapi permintaan komentar, tetapi perwakilan Google telah berulang kali mengatakan kepada Kongres bahwa Google tidak secara manual mengubah hasil pencarian. Namun, Google mengakui bahwa algoritma pencariannya sebagian bekerja dari data yang dihasilkan oleh ulasan manual dari masing-masing situs web.Google menggunakan apa yang disebut “penilai” yang tugasnya menentukan nilai “Keahlian, Keabsahan, Kepercayaan” untuk situs web. 

Terserah para penilai untuk melakukan penelitiannya sendiri, sehingga jika mereka membuat penilaiannya pada informasi yang tidak lengkap atau palsu atau jika mereka memasukkan bias mereka sendiri ke dalam peringkat, algoritma pencarian kemudian dapat menghasilkan hasil yang miring.

 Selain itu, banyak kebocoran, rekaman yang menyamar, dan pelapor pelanggaran  menunjukkan bahwa Google juga secara sengaja mengubah algoritma. Sehingga hasilnya mencerminkan pandangan dunia yang disukai oleh Google — menyebut Google sebagai “keadilan pembelajaran mesin.” 

Beberapa dokumen yang bocor dan rekaman yang menyamar mengindikasikan bahwa pandangan dunia yang didorong oleh Google dipengaruhi oleh teori interseksi semu-Marxis. 

Informasi ini memangkas klaim berulang Google bahwa Google membuat dan menjalankan produknya menjadi netral secara politik. Faktanya, kepentingan Google paling selaras dengan politik kiri kontemporer yang didominasi oleh Interseksionalitas atau sebuah teori Teori sosiologi feminis yang pertama kali disebut oleh Kimberlé Crenshaw pada tahun 1989 silam. Hal demikian menurut Michael Rectenwald, mantan profesor studi liberal di Universitas New York dan penulis ” Archipelago Google: Gulag Digital dan Simulasi Kebebasan.”

Ideologi raksasa digital seperti Google dan Facebook dapat digambarkan sebagai “perusahaan kiri” dan memiliki kemiripan dengan ideologi “sosialisme dengan karakteristik Tiongkok” yang dipraktikkan oleh rezim komunis di Tiongkok, kata Michael Rectenwald.

 Meski demikian, Google tidak serta-merta mempromosikan propaganda Komunis Tiongkok dengan sengaja.

 Mempengaruhi Operasi

 Algoritme Google juga merespons sinyal yang dapat dimanipulasi dari luar. Peringkat halaman web dapat ditingkatkan jika halaman otoritatif lainnya terhubung ke halaman tersebut, kata Alexander Kehoe, pakar optimisasi mesin pencari dan co-founder Caveni Digital Solutions, sebuah perusahaan pengoptimalan mesin telusur dan pemasaran digital.

Rezim Komunis  Tiongkok berada dalam posisi untuk memanfaatkan fitur ini guna meningkatkan konten tertentu dalam hasil pencarian.

 “Aktor negara…memiliki sumber daya untuk membuat [situs web] palsu atau membuat begitu banyak situs web lain yang terkait dengan anda sehingga anda terlihat otoritatif, meskipun hal tersebut adalah buatan dan bukan organik,” kata Alexander Kehoe kepada The Epoch Times.

Memang, rezim komunis Tiongkok menjalankan operasi pengaruh online besar-besaran. Sebuah studi pada tahun 2017 yang diterbitkan dalam American Political Science Review mengatakan, bahwa rezim Komunis Tiongkok mempekerjakan sebanyak 2 juta troll buzzer internet, yang memposting sekitar 488 juta pesan misinformasi atau sengaja disesatkan setiap tahun.

Baru-baru ini, rezim Tiongkok menggunakan kampanye online yang diproduksi untuk memengaruhi persepsi masyarakat mengenai unjuk rasa di Hong Kong, sebuah analisis oleh The Wall Street Journal menunjukkan.  Pada tahun 2018, rezim Komunis Tiongkok menggunakan siasat serupa untuk mempengaruhi pemilihan umum di Taiwan, demikian pengakuan seorang pria sebagai mata-mata Tiongkok yang membelot.

 Leeshai Lemish yakin rezim Komunis Tiongkok menggunakan buzzer troll internet miliknya untuk memposting di media sosial dan di tempat lain tautan ke halaman propaganda yang menindas Shen Yun untuk meningkatkan peringkatnya.

“Hal tersebut membuat kami bekerja lebih keras karena hanya melalui cara normal orang-orang menemukan sesuatu hari ini adalah mencari melalui Google dan mendengar mengenai Shen Yun di media sosial,” kata Leeshai Lemish.

“Rezim Tiongkok sungguh berusaha keras untuk tidak mengizinkan kami menggunakan saluran-saluran itu, dan kemudian menciptakan kesan negatif pada orang-orang untuk mempersulit kami menjual tiket.”

Kadang-kadang para buzzer troll internet mudah dikenali karena mereka tidak fasih berbahasa  Inggris, gaya mereka dalam berbahasa Inggris adalah khas untuk beberapa orang di Tiongkok Daratan di posting online mereka, kata Leeshai Lemish.

 Alexander Kehoe menyebut buzzer troll internet milik rezim Tiongkok adalah “sangat terang-terangan.”

 “Hampir mirip dengan mereka yang  sungguh-sungguh mengikuti garis Komunis Tiongkok…Tidak ada orang Amerika Serikat yang dengan sungguh-sungguh mengatakan sesuatu seperti ini,” kata Alexander Kehoe.

 Adalah jelas bahwa Google setidaknya menyadari upaya rezim Komunis Tiongkok. Awal tahun ini, Twitter, Facebook, dan YouTube, yang dimiliki oleh Google, menangguhkan ratusan akun yang terhubung dengan operasi informasi rezim Komunis Tiongkok yang berusaha merusak gerakan unjuk rasa di Hong Kong.

Dengan pemilihan presiden tahun 2020 mendatang, operasi pengaruh politik asing kemungkinan akan tetap menjadi topik hangat. (Vv/asr)

Lima Alasan, Mengapa NATO Menempatkan Ancaman Komunis Tiongkok dalam Agendanya

0

Zhang Dun

Negara-negara anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara  mengadakan pertemuan puncak di London pada tanggal 3 dan 4 Desember 2019.

Pada pertemuan itu, untuk kali pertama, NATO memasukkan tantangan strategis dari Komunis Tiongkok ke dalam agendanya. itu mungkin menandakan panah Perang Dingin baru negara Barat terhadap komunis Tiongkok.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg mengatakan pada pertemuan NATO bahwa “kebangkitan komunis Tiongkok menimbulkan risiko keamanan bagi semua sekutu NATO”, dan NATO perlu menemukan “keseimbangan untuk menghadapi tantangan dari komunis Tiongkok. Itu adalah pertama kalinya NATO menempatkan ancaman komunis Tiongkok ke dalam agendanya. 

Deklarasi Konferensi Tingkat Tinggi NATO menyatakan bahwa pengaruh komunis Tiongkok yang semakin besar dan kebijakan internasionalnya menimbulkan tantangan bagi aliansi NATO.

Setelah 70 tahun memusatkan perhatian untuk menghadapi Rusia, kini Pakta Pertahanan Atlantik Utara   memperluas pandangannya kepada tantangan dari Tiongkok.

Mengapa NATO menempatkan komunis Tiongkok, rezim totaliter terbesar di dunia ini?

Berikut ini beberapa alasannya. 

1.  Investasi anggaran besar di bidang militer

Anggaran pertahanan Komunis Tiongkok naik 7,5 persen dari tahun lalu menjadi 1,19 triliun yuan atau setara Rp. 2.500 triliun pada 2019. Sementara anggaran belanja pertahanan tahun 2018 adalah 1,10 triliun yuan atau sekitar Rp. 2.404 triliun. Angka itu meningkat 8,1%. Peningkatan anggaran pertahanan untuk tahun 2017 dan 2016 masing-masing sebesar 7% dan 7,6%.

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi, product domestic bruto (PDB) Tiongkok melambat. Demikian juga tingkat pertumbuhan belanja pertahanan komunis Tiongkok melambat. Namun pertumbuhan belanja pertahanan  masih lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan PDB.

Dalam 10 tahun sebelum tahun 2016, tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata dari pengeluaran anggaran pertahanan komunis Tiongkok melampui 12%.

Pengeluaran militer komunis Tiongkok telah meningkat selama 25 tahun berturut-turut, menjadi negara dengan pengeluaran militer tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Meskipun pengeluaran militer komunis Tiongkok tinggi, namun menurut dunia luar, pengeluaran militer komunis Tiongkok jauh lebih rendah dari pengeluaran sebenarnya.

Menurut laporan Financial Times pada Maret 2019, bahwa anggaran pertahanan resmi Komunis Tiongkok tidak mencakup semua pengeluaran yang harus diklasifikasikan sebagai pengeluaran militer sesuai dengan definisi internasional, misalnya pengeluaran Angkatan Kepolisian Bersenjata dan serangkaian unit militer tambahan, biaya penelitian dan pengembangan militer.

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm atau SIPRI, Institut Internasional untuk Studi Strategis dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat memperkirakan, bahwa total pengeluaran militer Komunis Tiongkok setidaknya sepertiga lebih tinggi dari angka anggaran pertahanan resminya.

2. Militer komunis Tiongkok mengancam keamanan Barat

Seiring meningkatnya pengeluaran militer komunis Tiongkok, negara Barat memperhatikan dengan seksama hal itu dan memonitor secara ketat tujuan strategis militer Tiongkok di kawasan, termasuk pengembangan kapal induk, rudal anti-satelit, dan intelijen.

Dalam parade militer pada 1 Oktober 2019, Komunis Tiongkok memajang banyak peralatan militer baru, termasuk rudal jarak jauh antar benua, yang mampu menjangkau seluruh Eropa dan Amerika Serikat, yang secara langsung mengancam keamanan negara-negara Barat.

Selain rudal, komunis Tiongkok juga secara aktif mengembangkan pasukan angkatan udara dalam beberapa tahun terakhir. Berusaha dengan berbagai cara mencuri teknologi canggih Barat dan mengembangkan jet-jet tempur yang berbeda.

Komunis Tiongkok juga secara aktif mengembangkan pasukan angkatan laut. Pada 25 September 2012, kapal induk pertama Komunis Tiongkok Liaoning mulai dioperasikan. Kapal induk Tipe 002 akan mulai beroperasi pada 2019. Sementara kapal induk 003 diperkirakan mulai diterjunkan pada tahun 2023 mendatang.

Selain itu, komunis Tiongkok diperkirakan memiliki 5 kapal induk pada tahun 2030. Pada saat itu, jumlah kapal induk yang dimiliki oleh komunis Tiongkok akan menjadi yang kedua terbesar setelah Amerika Serikat.

Dokumen yang diumumkan Central Military Commission atau Komisi Militer Pusat pada Februari 2018 menunjukkan, komunis Tiongkok ingin meningkatkan pengaruh militernya di luar negeri, agar pasukannya dapat “mengendalikan krisis, mengatasi perang, dan memenangkan perang”, dan melampaui militer Amerika Serikat.

Dokumen yang bocor itu juga memperkirakan bahwa hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat akan lebih tegang. Hubungan dengan negara-negara tetangga seperti Jepang juga akan semakin tegang karena masalah teritorial di Laut China Timur dan Laut China Selatan.

3.  Ekspansi militer

Seiring dengan angkatan laut komunis Tiongkok yang terus meningkat, komunis Tiongkok terus melebarkan sayap militernya dalam beberapa tahun terakhir.

Selain pembangunan pulau buatan dan landasan pacu di perairan internasional yang dipersengketakan kedaulatannya di Laut China Selatan, komunis Tiongkok juga membangun fasilitas militer dan penyebaran militer di pulau-pulau tersebut. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat terus mengirim kapal induk dan pesawat tempur berlayar ke Laut China Selatan.

Melansir laman “Deutsche Welle” Jerman, Sabtu 7 Desember 2019, provokasi militer Komunis Tiongkok di Laut China Selatan kemungkinan akan berubah menjadi konflik nyata. Meskipun NATO tidak akan terlibat langsung dalam konflik terkait, namun, Amerika Serikat sebagai pemimpin dalam aliansi tersebut kemungkinan akan terlibat. Jika itu terjadi, apakah sekutu lain di NATO akan memberikan bala bantuan?

Organisasi Internasional NATO yang memiliki 29 negara anggota menetapkan di pasal 5 bahwa setiap serangan terhadap satu negara anggota sama dengan serangan total, dan pasukan negara-negara anggota lainnya akan secara otomatis berpartisipasi dalam perang.

Sementara di Selat Taiwan, Komunis Tiongkok terus mengirim pesawat militer dan kapal perang berlayar di sekitar Selat Taiwan. Tiongkok menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara yang memutuskan hubungan dengan Taiwan dengan diplomasi uang, sehingga membuat Selat Taiwan menjadi tegang.

Di Laut China Timur, Komunis Tiongkok juga terus mengirim kapal perang di Kepulauan Diaoyu yang dipersengketakan dengan Jepang, dan Jepang telah berulang kali memprotes hal itu.

Pesawat militer Tiongkok juga menerobos zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan. Menurut laporan media Korea, Komunis Tiongkok juga berulang kali mengirim pesawat militernya terbang di atas atau di dekat wilayah tumpang tindih di Korea, Jepang, dan zona identifikasi pertahanan udara Tiongkok untuk menguji kemampuan pertahanan udara Korea Selatan dan Jepang. Sementara Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan adalah sekutu utama Amerika Serikat di Asia.

4. Komunis Tiongkok adalah “rezim preman/pengacau”

Pada 8 Agustus 2019, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam komunis Tiongkok sebagai “rezim preman atau pengacau” karena tidak mematuhi aturan internasional dan secara terbuka mengungkapkan informasi pribadi seorang diplomat Amerika di Hong Kong, termasuk nama anaknya. 

“Negara-negara yang bertanggung jawab tidak akan berbuat seperti itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

“Premanisme” komunis Tiongkok juga terwujud dalam kegagalannya mematuhi konvensi internasional. Kediktatoran yang didukung komunis Tiongkok seperti Gaddafi di Libya, Saddam di Irak, dan Taliban di Afghanistan telah runtuh dengan intervensi Amerika Serikat.

Dinasti keluarga Kim Korea Utara yang didukung komunis Tiongkok selama ini masih terus memprovokasi dengan meluncurkan misil dan uji coba nuklir.

Iran, “sekutu” lain yang didukung oleh komunis Tiongkok, juga memprovokasi Amerika Serikat. Badan Tenaga Atom Internasional mengkonfirmasi pada 1 Juli 2019, bahwa cadangan uranium yang diperkaya rendah Iran telah melampaui batas atas yang ditetapkan dalam perjanjian internasional.

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan pada saat itu, menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah mengizinkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Presiden Trump mengatakan Iran “bermain api.”

5. Barat akan menyeimbangkan ancaman lain dari komunis Tiongkok

Selain itu, komunis Tiongkok juga memobilisasi kekuatan nasional untuk mencuri teknologi tinggi maupun teknologi militer dari Barat dan telah menjadi “musuh publik” masyarakat Barat. Proyek One Belt One Road atau “Sabuk dan Jalan” yang diprakarsai komunis Tiongkok telah menyebabkan 23 negara terperangkap dalam risiko utang. Sementara komunis Tiongkok memanfaatkannya dengan menjarah sumber daya atau pelabuhan strategis negara bersangkutan. Pelabuhan itu digunakan untuk keperluan militer.

Kekuatan komunis Tiongkok sekarang juga berkembang ke Lingkaran Kutub Utara dan Afrika, serta berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur dan jaringan di Eropa.

“Ekspansi komunis Tiongkok kini sedang mengubah keseimbangan kekuatan global, pertumbuhan ekonomi dan militernya membawa peluang dan tantangan,” kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara di London. 

Stoltenberg mengatakan : “Kita harus menghadapi kenyataan bahwa komunis Tiongkok semakin dekat dan dekat dengan kita, mereka telah banyak berinvestasi dalam infrastruktur. Kita melihat mereka di Afrika, di Kutub Utara, dan kita juga melihat mereka di dunia maya, komunis Tiongkok sekarang memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia.”

Stoltenberg menilai NATO tidak ingin “menciptakan musuh baru,” tetapi “selama sekutu NATO berdiri bersama, maka NATO akan kuat dan aman. NATO  adalah kekuatan militer terkuat di dunia.

Ketika hubungan Tiongkok dengan Amerika Serikat terus memburuk, NATO, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, menandai Komunis Tiongkok untuk kali pertama dan seketika menarik perhatian dunia luar.

Media Hong Kong – Hong Kong Economic Journal, edisi Jum’at 6 Desember 2019 menyatakan bahwa semua tanda itu menunjukkan bahwa Perang Dingin baru negara Barat terhadap Komunis Tiongkok akan segera terjadi.  (jon)

Artikel Ini diterbitkan di Epochtimes.com 

TV Corong Komunis Tiongkok Beredel Pertandingan Arsenal vs Manchester City Pasca Özil Bela Uighur

0

Reuters

Televisi corong Komunis  Tiongkok, CCTV, pada 15 Desember lalu memberedel tayangan pertandingan Liga Premier Inggris antara Arsenal melawan Manchester City dari jadwal siarannya. Pemberedelan tersebut sebagai imbas dari cuitan pemain Arsenal, Mesut Özil yang mengkritik kebijakan negara komunis itu terhadap minoritas Muslim Uighur.

Koran Global Times mengatakan pada akun Twitter-nya pada 15 Desember bahwa CCTV membuat keputusan tersebut setelah cuitan Ozil pada 14 Desember membuat para penggemar dan otoritas sepak bola Tiongkok kecewa.

Unggahan Özil menyebut Uighur sebagai “pejuang yang menentang penganiayaan”, serta mengkritik tindakan keras Partai Komunis Tiongkok dan respon umat Muslim dunia yang terkesan tak peduli.

“(Di Tiongkok) Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan agama dibunuh satu per satu. Namun terlepas dari semua ini, umat Muslim dunia tetap diam tidak peduli,” ujat tweet Ozil, yang juga merupakan seorang Muslim.

Seorang juru bicara Arsenal mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak memiliki pernyataan resmi tentang masalah ini setelah keputusan CCTV untuk mengganti tayangan pertandingan Arsenal-Man. City dengan Tottenham Hotspur- Wolverhampton Wanderers.

Sementara CCTV juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Arsenal sendiri pada 14 Desember berusaha menjauhkan diri dari komentar Ozil yang mereka unggah pada akun Twitter dan Instagram.

“Konten yang dia ungkapkan sepenuhnya adalah pendapat pribadi Ozil,” tulis akun resmi Arsenal dalam sebuah unggahan di platform Weibo yang mirip dengan Twitter di Tiongkok.

“Sebagai klub sepak bola, Arsenal selalu menganut prinsip tidak terlibat dalam politik.”

Akun Twitter klub tidak memiliki unggahan yang membahas komentar Ozil pada pagi hari tanggal 15 Desember.

Sebagai balasan ke unggahan Arsenal di Weibo, sejumlah pendukung asal Tiongkok marah-marah, dengan salah satu unggahan menunjukkan kaus sepak bola Ozil yang telah digunting-gunting, dan komentar lainnya menuntut dia dikeluarkan dari klub.

Pencarian di Weibo untuk tagar yang diterjemahkan sebagai “Ozil mengeluarkan pernyataan yang tidak pantas”, telah menjadi salah satu topik trending teratas di platform tersebut pada 14 Desember sore, namun dengan segera hal itu terhapus.

Weibo memang kerap menyensor diskusi tentang topik sensitif, terutama di tengah desakan oleh Beijing untuk melakukannya.

Asosiasi Sepak Bola Tiongkok mengatakan kepada media yang didukung pemerintah, The Paper, pada 14 Desember bahwa mereka “marah dan kecewa” oleh pernyataan Ozil, dan menggambarkan cuitan Ozil sebagai hal yang “tidak pantas”.

PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah memperkirakan bahwa antara 1-2 juta orang, kebanyakan Muslim etnik Uyghur, telah ditahan dalam kondisi yang keras di Xinjiang, Tiongkok. (Osc/asr)

Video Rekomendasi :

Marah Besar Atas Kekejaman Komunis Tiongkok, Netizen Gemakan #WeStandWithUyghur dan #SuapBungkamIsuUyghur

0

EtIndonesia. Netzien dari seluruh penjuru tanah air di Indonesia menggaungkan tagar #WeStandWithUyghur. Saat bersamaan netizen juga menggemakan secara meluas tagar #SuapBungkamIsuUyghur.

Kemarahan netizen tersebut atas perlakuan buruk dan penindasan terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang oleh pemerintahan rezim Komunis Tiongkok.

Hingga selasa siang, 17 Desember 2019, sudah dicuitkan sekitar lebih dari 100 ribu kali hingga pukul 14.00 WIB. Tagar tersebut menggema bersamaan dengan tagar #SuapBungkamIsuUyghur.

Pemerintahan dengan kepimpinan totaliter yang berhaluan komunis memberantas segala bentuk keyakinan di Tiongkok. Hinga etnis Uighur menjadi korban genosida budaya hingga dicap dengan retorika radikal atau teroris.

Lebih parah lagi, penindasan serupa juga dialami oleh pengikut spiritual Falun Gong yang berlandaskan pada prinsip Sejati-Baik-Sabar. Pengikut latihan spiritual ini juga menjadi target penangkapan, sasaran ujaran kebencian dan kampanye hitam. Seperti dituduh sebagai aliran sesat dan pelaku bakar diri yang sejatinya adalah api palsu. Bahkan, kasus pengambilan organ tubuh secara paksa di Tiongkok yang kini sudah dilaporkan ke Dewan HAM PBB.

Beberapa waktu lalu,  Voice of America mengutip kesaksian seorang yang selamat dari penjara di Xinjiang dan ‘kamp pendidikan ulang’ kepada Associated Press. Omir Bekali terlahir di Tiongkok, orang tuanya adalah suku Kazakh dan Uighur mengungkapkan pernah disiksa dengan duduk di “bangku harimau” dan terus diinterogasi di kamp interniran yang disebut pendidikan ulang.  

Dia digantung dengan sepasang kakinya hampir tidak menyentuh lantai dan selama 4 hari 4 malam dan tidak boleh tidur. Pada hari biasa, kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi dan diikatkan pada tempat tidur dimana badannya tidak bisa berdiri tegak.

Di sana, ia dikurung dalam sebuah ruangan bersama 40 orang lainnya. Setiap subuh bangun tidur, harus menyanyikan dulu “lagu-lagu Komunis.” Sebelum makan diharuskan berteriak keras “Terima Kasih Partai” dan lain-lain; di dalam kelas wajib melafalkan slogan berulang-ulang.

Yang paling sulit baginya adalah ketika harus terus-menerus mencela keyakinannya sebagai Muslim, melakukan oto kritik dan mengkritik kerabat. Ketika Bekali menolak untuk melakukan, ia dihukum berdiri didepan dinding selama 5 jam. Satu minggu kemudian ia dimasukkan ke dalam sel isolasi dan tidak diijinkan untuk makan selama 24 jam.

Berikut kutipan dari netizen :

Misalnya perlawanan netizen dengan akun @mrizals77 yang menuliskan dengan kata-kata dengan bahasa Inggris yang artinya :

“Aku bersamamu saudaraku, maafkan aku yang hanya bicara di media sosial dan berdoa untukmu, setidaknya kamu tahu aku ada di pihak mana #WeStandWithUyghur.”

Sedangkan netizen bernama @LindoTaehyung1 menuliskan, “kami, Indonesia, memprotes kekejaman Pemerintah China terhadap muslim Uighur, mereka saudara kami. Hentikan aksi itu.”

Ia turut menyertakan sejumlah foto-foto peragaan penyiksaan yang diantaranya sebenarnya adalah ilustrasi penyiksaan yang dialami oleh praktisi Falun Gong.

Tak hanya itu, netizen-netizen turut meretweet ulang cuitan dari bintang pesepakbola Mesut Ozil yang mana dalam cuitannya mempertanyakan negara-negara Islam yang bungkam atas penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur.

Netizen @LenteraMalam8 misalnya menuliskan, Mungkin mreka bukan sodaramu satu Bangsa…Tapi mreka sodaramu seiman dan se akidah..Pun mungkin mreka tak mengenalmu…, namun doa dan support kalian sangat mreka harapkan..

 Adapun netizen @ARH19241 menuliskan dengan berbunyi : Xinjiang terus mengerang, Menahan beban duka segudang, Geram rasanya melihat para penguasa pecundang, Yang slalu memilih diam ….  di terang siang, Dan bangga menghamba …. , Seperti …. yang melenggang senang, Hanya dilempar sekerat tulang belulang, ia juga menuliskan dengan tagar #WeStandWithUyghur.

Sedangkan netizen @fennirosa menuliskan, Ketika suami tidak ada dirumah, Sorang pria memasuki rumah lalu memperkosa kami, anak2 perempuan kami. Korban sudah tak terhitung lagi jumlahnya, Kejadian ini tak ada yg peduli, bahkan duniapun seolah-olah bungkam.

Adapun akun @eta_R305, mencuit : Tolonglah saudara kita dengan memposting tentang #WeStandWithUyghur setiap hari sampai dunia mengambil tindakan untuk menyelamatkan komunitas Muslim ‘UYGHUR’  Sekitar 1,5 juta orang tidak bersalah ditahan di kamp konsentrasi. Hentakkan Jarimu Kawan..!! (asr)

Pernyataan Sikap PP Muhammadiyah Soal Penindasan HAM Terhadap Etnis Uighur di Xinjiang

0

EtIndonesia – Belum lama ini laporan Wall Street Journal (WSJ) menyebutkan bahwa adanya upaya dari pemerintahan Tiongkok agar Organisasi  Islam bungkam soal penindasan yang dialami oleh etnis Uighur di Xinjiang. 

Menyikapi hal tersebut, PP Muhammadiyah menyatakan menolak tuduhan tersebut dalam pernyataan resminya yang dibacakan di Kantor PP Muhammadiyah di Jakarta, Senin (16/12/2019).

Bahkan dalam laporan WSJ, adanya perubahan sikap dari Ormas Islam yang sebelumnya mengkritik penindasan Muslim Uighur. Hal demikian terjadi setelah ikut serta dalam tur gratis ke Xinjiang.  

Berikut poin-poin utama pernyataan sikap PP Muhammadiyah : 

1- Muhammadiyah menyesalkan pemberitaan Wallstreet Journal yang menyebutkan adanya fasilitas dan lobi-lobi Pemerintah Tiongkok terhadap PP. Muhammadiyah, PBNU, dan Majelis Ulama Indonesia sebagai upaya mempengaruhi sikap politik Muhammadiyah, NU, dan MUI atas permasalahan HAM di Xinjiang.

Pemberitaan tersebut sangat tidak berdasar dan fitnah yang merusak nama baik Muhammadiyah, NU, dan MUI. Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendesak agar Wallstreet Journal meralat berita tersebut dan meminta maaf kepada warga Muhammadiyah. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi, Muhammadiyah akan mengambil langkah hukum sebagaimana mestinya

2- PP Muhammadiyah mendesak kepada Pemerintah Tiongkok untuk lebih terbuka dalam memberikan informasi dan akses masyarakat internasional mengenai kebijakan di Xinjiang dan Masyakarat Uyghur.

Pemerintahan Tiongkok diserukan agar menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM, khususnya kepada masyarakat Uighur atas dalih apapun.

Pemerintahan Tiongkok hendaknya menyelesaikan masalah Uighur dengan damai melalui dialog dengan tokoh-tokoh Uighur dan memberikan kebebasan kepada Muslim untuk melaksanakan ibadah dan memelihara identitas.

3- PP Muhammadiyah mendesak kepada Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mengeluarkan resolusi terkait pelanggaran HAM atas Masyarakat Uyghur, Rohingnya, Palestina, Suriah, Yaman, India, dan sebagainya.

Mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mengadakan Sidang khusus dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM yang dialami umat Islam, khususnya di Xinjiang.

4- PP Muhammadiyah mendesak Pemerintah Indonesia agar menindaklanjuti arus aspirasi umat Islam dan bersikap lebih tegas untuk menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM di Xinjiang sesuai dengan amanat UUD 1945 dan politik luar negeri yang bebas aktif.

Pemerintah Indonesia juga hendaknya lebih aktif menggunakan peran sebagai anggota OKI dan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, untuk menggalang diplomasi bagi dihentikannya pelanggaran HAM di Xinjiang dan beberapa negara lainnya.

5- Mengimbau umat Islam agar menyikapi masalah pelanggaran HAM di Xinjiang dengan penuh kearifan, rasional, damai, dan tetap memelihara ukhuwah Islamiyah dan persatuan bangsa.

Hendaknya tidak ada pihak-pihak yang sengaja menjadikan masalah Uighur sebagai komoditas politik kelompok dan partai tertentu serta mengadu domba masyarakat dengan menyebarkan berita yang menyesatkan dan memecah belah umat dan bangsa melalui media sosial, media massa, dan berbagai bentuk provokasi lainnya. (asr)

FOTO : Ribuan warga etnis Uighur Xinjiang dijebloskan ke kamp konsentrasi tanpa melalui persidangan. (Kevin Frayer/Getty Images)

Muhammadiyah Beberkan Fakta Perlakuan Komunis Tiongkok yang Menyedihkan Terhadap Etnis Uighur

0

EtIndonesia. Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah KH. Muhyiddin Junaidi dan Ketua Lembaga Dakwah Khusus LDK PP Muhammadiyah, Ustaz Muhammad Ziyad mengungkapkan fakta-fakta mengejutkan yang ditemuinya saat kunjungan ke Xinjiang, Tiongkok.

Kunjungan ke Xinjiang tersebut atas undangan dari Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia pada 17-24 Februari 2019. Muhyiddin Junaidi yang juga mewakili MUI adalah ketua rombongan ormas Islam Indonesia.

Saat itu,  delegasi ormas Islam Indonesia terdiri Muhammadiyah, PBNU dan MUI yang jumlahnya 15 orang. Setiap Ormas mengutus lima orang. Dalam rombongan tersebut termasuk 3 orang dari wartawan media cetak dan elektronik.

Muhyiddin Junaidi mengatakan kunjungan ke beberapa tempat, Masjid, Institut Agama Islam di Xinjiang semakin meyakinkan bahwa tidak ada kebebasan beragama dan sulit dibuktikan. Ia menambahkan, agama diterapkan di ruang tertutup dan tidak boleh di ruang terbuka, Jika tidak maka akan dicap sebagai radikal.

“Maka kalau Anda menggunakan jilbab ke jalan itu Anda dianggap radikal, kalau Anda radikal maka Anda berhak dikirim ke camp re-education center, dilatih di sana selama satu tahun agar Anda paham konstitusi Tiongkok dan Anda paham bahasa Mandarin, umumnya orang Uighur tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa mandarin,” katanya dalam jumpa pers di PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Senin (16/12/2019).

Junaidi juga mengungkapkan pengekangan keyakinan yang dialami selama Etnis Uighur yang dikirim ke Kamp disebut pemerintah komunis Tiongkok sebagai pendidikan vokasi. Bahkan, tempat tersebut berada di bawah pengawasan dengan pengontrolan secara ketat.

“Jadi selama satu tahun di re-education center tak boleh shalat, tak boleh baca Al-quran, tak boleh puasa dan makan apa adanya (tanpa halal/haram) yang disajikan oleh pemerintah, dan under heavy surveillance, itu CCTV every corner,” tambahnya.

“Jadi kalau sekarang Tiongkok mengembangkan Artifical Inteligence saya pikir dia belajar dari situ sehingga semua bisa terkontrol anda makan, anda minum, anda baca apa, dan anda tak boleh membawa gadget anda ke sana, jadi anda Cutt Off, terputus dengan dunia luar,” imbuhnya.

Lebih rinci, Junaidi mengungkapkan, jika Anda Shalat maka dianggap radikal apabila dilakukan di ruangan terbuka. Sama halnya, kalau Anda bekerja di sebuah kantor di sana pada hari Jumat lalu Anda ingin salat Jumat maka itu akan dianggap sebagai radikal.

Oleh karena itu, Junaidi mengungkapkan di Masjid saat Shalat Jumat hanya dipenuhi oleh kakek-kakek saja dengan seragam sama. Selain itu, tidak ada anak kecil, tidak ada anak muda. Pasalnya, aturan di sana beragama setelah 18 tahun.  

Lebih jauh dibeberkan, seorang ibu yang mengajarkan anaknya agama di rumah dianggap sebagai radikal. Oleh karena itu, Muhammadiyah tidak paham dengan istilah de-radikalisasi dan lain sebagainya.

Pada kesempatan tersebut, Junaidi juga berdiskusi kepada  pimpinan China Islamic Association atau CIA tentang menunaikan Shalat sistem rapel selama sebulan dan satu minggu.

“Jadi enak sekali ini, kalau orang yang di re-education center ini, Salatnya setahun di rapel, jadi kalau dihitung berapa itu, dan itu versi mereka,” katanya.

Junaidi menjelaskan bahwa China Islamic Association (CIA) atau Asosiasi Muslim Tiongkok adalah bukan organisasi seperti Muhammadiyah, MUI dan PBNU.  China Islamic Association adalah wadah perpanjangan pemerintah. Pasalnya, tidak ada organisasi non-pemerintah di Tiongkok. Dikarenakan, semuanya harus di bawah kontrol pemerintah.  

Setelah kunjungan tersebut, Junaidi mengatakan, menyampaikan rekomendasi  ke Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Ada beberapa poin antara lain pihaknya meminta kepada pemerintah Tiongkok agar memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah mereka secara terbuka karena itu dijamin oleh piagam PBB.

Ia juga mengungkapkan, Dubes Tiongkok juga mengundang makan malam. Akan tetapi belum bisa memenuhi undangan tersebut. Ia juga menyebutkan, tak menerima apapun  dari pihak Tiongkok. Ia meyakinkan tak akan menjual agama dengan harga murah.

“Alhamdulillah belum memenuhinya (Undangan Dubes Tiongkok), kami tidak terima apa-apa, bahkan yang diberikan untuk minum kopi itu ya, dana yang kami habiskan lebih banyak dari dan yang diberikan untuk minum kopi di Air Port. Mudahan-mudahan bermanfaat, Kami tegaskan no money, no corruption, Insyaallah kami ormas Islam tetap Istiqamah, tidak akan menjual harga agama dengan nilai yang sangat murah,” katanya.

Sedangkan, Ketua Lembaga Dakwah Khusus LDK PP Muhammadiyah, Ustaz Muhammad Ziyad mengungkapkan tentang peserta yang dimasukkan ke dalam pusat pendidikan vokasi tersebut dikarenakan soal keyakinan agamanya.

“Ada pengakuan yang mengatakan dan diwawancarai di televisi, mengapa kami dibawa ke sini, karena kami mempertanyakan tentang halal dan haram dan kewajiban Shalat dan seterusnya,” ujarnya.

Ustaz Muhammad Ziyad juga menyayangkan tak ada ruang untuk Shalat. Ketika ditanya kepada pejabat setempat, lalu jawabannya bahwa Undang-Undang negara tak mengizinkannya.  Pejabat tersebut juga menolak perbandingan dengan negara lain seperti Rusia dan Australia soal menunaikan keyakinan beragama.

“Yang menjawab Presiden CIA Xinjiang itu mengatakan, masing-masing negara mempunyai peraturan, kami punya peraturan sendiri, Muslim di sini punya model sendiri, anda tak bisa menganologkan dengan yang lain,” tiru Ziyad apa yang disampaikan pejabat Komunis Tiongkok itu.

Lebih rinci, Ziyad juga menyoroti tentang makanan halal dan haram untuk etnis Uighur.  Bahkan dia mendapatkan pertanyaan menyedihkan dari dialog dengan etnis Uighur seperti saat di Kashgar, Xinjiang.

“Saya tanya, apakah anda Muslimah, jawabannya Yes, saya tanya Are You Praying, dia jawab No, saya tanya lagi No or Forbidden, dia bilang Forbidden,” katanya. (asr)

Video Rekomendasi :

Proporsi Karyawan Tiongkok di Facebook yang Tinggi Meningkatkan Kekhawatiran akan Penetrasi Komunis Tiongkok

0

Epochtimes.com

Pendiri Facebook Zuckerberg baru-baru ini mengkritik sistem sensor online komunis Tiongkok, dan mengatakan membatalkan wacananya memasuki pasar Tiongkok. Tetapi Facebook saat ini mempekerjakan banyak karyawan Tiongkok. Mereka adalah kelompok pekerja terbesar di Facebook, yang beberapa diantaranya mendukung sikap Beijing.

Hal itu membuat khawatir dunia luar, apakah pekerja-pekerja itu telah dicuci otak oleh komunis Tiongkok ketika datang ke Amerika Serikat? Bekerja untuk komunis Tiongkok?

Menurut laporan “CUP”, pendiri Facebook Zuckerberg baru-baru ini mengkritik perangkat lunak sosial Tiongkok Douyin atau Tik Tok dan sensor opini online komunis Tiongkok, menyatakan niatnya untuk membatalkan wacana memasuki pasar Tiongkok. 

Pada Maret 2019 lalu, Zuckerberg mengatakan bahwa tidak akan ada lagi data penyimpanan negara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Kemudian pada Oktober 2019, Zuckerberg kembali menyatakan bahwa ia dan komunis Tiongkok tidak akan pernah bisa mencapai kesepakatan tentang pembebasan sensor di Facebook.

Namun, Facebook mempekerjakan banyak karyawan Tiongkok, dan laporan itu mengatakan bahwa banyak pekerja itu menyatakan dukungannya kepada pemerintah komunis Tiongkok.

Menurut laporan itu, jumlah karyawan Tiongkok yang bekerja di Facebook telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar adalah insinyur perangkat lunak dan peneliti data. Ditilik dari komunitas Chinese FB yang khusus dibuat untuk karyawan Tiongkok, diperkirakan lebih dari 6.000 orang adalah grup terbesar sejenis di internal Facebook.

Karena banyaknya orang Tionghoa, mereka kerap tidak perlu berbicara bahasa Inggris sama sekali, cukup berbicara dalam bahasa Mandarin.

Beberapa karyawan Tiongkok mengatakan alasan mereka lebih suka bekerja di Facebook adalah karena Facebook mengutamakan orientasi pada hasil atau imbalan. Yang dimaksud “imbalan”  adalah dapat menyediakan hak tinggal permanen di Amerika Serikat sesegera mungkin bagi karyawannya.

Selama dekade terakhir, banyak karyawan Tiongkok dipromosikan menjadi direktur dan bahkan wakil presiden, yang membuat mereka lebih suka mempekerjakan karyawan Tiongkok. Dengan meningkatnya jumlah pekerja Tiongkok, Facebook lebih cenderung mengandalkan orang-orang dari daratan Tiongkok saat merekrut karyawan berbakat.

Tiba di Amerika Serikat juga tetap dicuci otak oleh komunis Tiongkok

Laporan itu mengatakan bahwa orang-orang yang baru datang itu tentu pernah membaca berita tentang pencucian otak yang dikendalikan oleh komunis Tiongkok. Menggunakan perangkat lunak sosial yang dikendalikan oleh komunis Tiongkok. 

Mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda dengan orang Amerika tentang internet dan tidak setuju dengan kebebasan berbicara dan diskusi terbuka.

Dalam beberapa bulan terakhir, karena insiden Hong Kong dan perang dagang, suara pertentangan terhadap Komunis Tiongkok semakin meningkat di dalam negeri Amerika Serikat.

Menanggapi berita itu, seorang netizen HK Locust, mengatakan bahwa orang yang bertanggung jawab untuk meninjau konten versi Hong Kong di Facebook ternyata karyawan Tiongkok. Jadi Zuckerberg harus memecatnya untuk mempertahankan eksistensi Facebook. 

Seorang netizen mengatakan bahwa meski mereka mengecap pendidikan di Amerika Serikat, mereka sepenuhnya selalu mendukung komunis Tiongkok. 

“Saya pernah bertemu seorang bocah tanggung berusia 12 tahun yang studi sejak sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga kuliah di Amerika Serikat dan ia sepenuhnya mendukung komunis Tiongkok,” cerita netizen itu.

Orang-orang itu sama sekali tidak tahu dengan nilai-nilai Amerika Serikat. Mereka bilang wajar saja polisi Hong Kong bertindak represif terhadap demonstran anarkis. Orang-orang itu kelak pasti akan mengkhianati Amerika. 

“Menurut saya, selama mereka melihat bahwa massa Hong Kong mendukung Komunis Tiongkok, tembak saja,” tegas netizen itu. 

Demi keselamatan keluarga di Tiongkok, orang-orang Tiongkok-Amerika terpaksa menyensor diri mereka sendiri

Sebenarnya, banyak orang Tiongkok menentang komunis Tiongkok. Saat ini, sebagian besar orang Tiongkok daratan yang tinggal di Amerika Serikat menggunakan platform jejaring sosial Tiongkok WeChat untuk berkomunikasi dengan kerabat dan teman-temannya di Tiongkok. Karena Komunis Tiongkok memblokir Facebook dan Twitter, maka WeChat menjadi media penting untuk tetap berhubungan.

Sepuluh tahun yang lalu, karyawan Tiongkok yang dipekerjakan oleh Facebook semuanya merupakan lulusan dari universitas di Amerika, memiliki pengalaman belajar di luar negeri, menerima lingkungan sosial Amerika Serikat, dan memiliki pengetahuan tentang budaya Amerika.

Tetapi sekarang, agar dapat berbicara dengan anggota keluarga dengan aman, banyak orang dari Tiongkok sudah terbiasa melakukan sensor diri. Situs web berita teknologi The Verge baru-baru ini, setelah kemenangan telak kubu pan-demokrasi Hong Kong dalam pemilihan dewan distrik November 2019 lalu, banyak orang Tiongkok-Amerika tidak dapat menyampaikan pesannya secara online karena WeChat sedang meninjau pesan-pesan politik.

Xie Bin, seorang analis keamanan informasi di Anderson Cancer Center, Houston, Texas, ditutup akunnya setelah dia memosting di WeChat tentang kekalahan total kandidat pro-Beijing dalam pemilu dewan distrik Hong Kong. 

Xie Bin mengatakan bahwa ia harus menghindari pembicaraan topik sensitif terkait politik di WeChat untuk memastikan keselamatan keluarganya di Tiongkok.

“Saya masih harus kembali untuk menjenguk keluargaku, dan saya bisa melihat konsekuensinya,” kata Xie Bin.

Komunis Tiongkok menciptakan teror dan menjalar ke luar negeri

Seberapa waspadanya orang Tiongkok di luar negeri? 

Yu Fei, yang telah pindah dan menetap di Kanada selama 16 tahun, mengatakan kepada Radio Free Asia, bahwa beberapa teman Tiongkoknya tahu dia suka menulis artikel yang mengkritik dan menyindir komunis Tiongkok. Dia mengingatkannya jangan sampai menyeret orang lain karena bisa menjadi celaka karenanya. Hingga akhirnya kehilangan teman-teman. Dia mengenal beberapa temannya selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi mereka tetap tidak mau memberi tahu nama Tionghoa mereka.

Dalam tulisannya beberapa waktu lalu, Peneliti Human Rights Watch Tiongkok, Yaqiu Wang mengatakan bahwa ia mewawancarai puluhan imigran Tionghoa Kanada. Mereka tampaknya takut untuk secara terbuka mengkritik Komunis Tiongkok karena terlalu banyak contoh kejadian, Komunis Tiongkok akan mengganggu anggota keluarga para pengkritik komunis Tiongkok di dalam negeri. 

Beberapa pengusaha yang berbisnis dengan Tiongkok akan diputus kontrak bisnisnya. Imbasnya, Spiral of Silence atau spiral keheningan berangsur-angsur terbentuk di Kanada, dan itulah yang diinginkan Beijing.

Dalam ilmu komunikasi, Spiral of Silence/Spiral Keheningan, adalah salah satu dari teori komunikasi massa yang ketika seorang atau individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara terbuka atau tidak.

Pengguna WeChat di Minnesota, Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka ke Amerika Serikat untuk kebebasan dan demokrasi.

 “Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, saya merasa bahwa meski saya berkewarganegaraan Amerika, saya akan terus dipantau oleh komunis Tiongkok,” kata pengguna itu. 

Infiltrasi komunis Tiongkok dan serangan balik Amerika

Pada Juni tahun lalu, enam anggota bipartisan di Kongres Amerika Serikat mengusulkan undang-undang baru yang meminta pemerintah Amerika  untuk menyelidiki secara lintas departemen kegiatan politik komunis Tiongkok di Amerika Serikat.

Rancangan “Undang-Undang Menentang Pengaruh Politik Pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis” menyatakan bahwa komunis Tiongkok menggunakan “kolaborasi organisasi, metode rahasia, penggunaan informasi palsu, manipulasi opini publik, pemaksaan ekonomi, investasi bertarget, korupsi, atau sensor akademik, memaksa dan merusak institusi atau individu di Amerika Serikat, sehingga mereka membuat keputusan yang menguntungkan Komunis Tiongkok. 

Sementara itu, komentator peristiwa terkini dan seorang ahli senior tentang masalah Tiongkok, Heng he mengatakan : “United Front Work Department atau Departemen Pekerjaan Front Bersatu Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, menggunakan seluruh kekuatan yang dapat dimanfaatkan yang ditampilkan dalam berbagai penyamaran. Proposal itu  adalah untuk mengekspos agen-agen komunis Tiongkok yang sangat tersembunyi sebelumnya.”

Proposal itu adalah untuk mengekspos agen-agen komunis Tiongkok di masa lalu yang penyamarannya sangat tersembunyi.

“Pisahkan mereka dari sebagian besar mahasiswa dan sarjana Tiongkok serta orang-orang Tiongkok yang tidak ingin bekerja untuk komunis Tiongkok, tetapi secara pribadi merasa tidak berdaya,” kata Heng he.

United Front Work Department atau Departemen Pekerjaan Front Bersatu Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok adalah agen Partai Komunis Tiongkok yang mengelola hubungan dengan berbagai individu dan organisasi elit penting dan berpengaruh di dalam maupun di luar Tiongkok. (jon)

Seorang fotografer televisi merekam tanda nama di luar markas Facebook di Menlo Park, California (Foto : Paul Sakuma/AP Photo/The Epoch Times)

Gadis Cilik Usia 4 Tahun yang Diculik, Berhasil Diselamatkan Seorang Pria Cerdik Hanya dengan Pizza, Bagaimana Bisa?

0

Epochtimes.com

Seorang bocah perempuan berusia 4 tahun dibawa pergi oleh ayah kandungnya pada 2017 lalu. Kakek-nenek yang memiliki hak asuh dari pengadilan meminta polisi untuk membantu mencari cucunya. Namun, tidak ditemukan setelah tiga pekan kemudian.

Suatu ketika, kakeknya menemukan foto seorang pria Inggris bersama ayah dan putrinya.Pria itu kemudian menggunakan sepotong pizza dan berhasil menyelamatkan gadis cilik itu.

Gary Forester, berusia 46 tahun dan istrinya Kim Forester, berusia 47 tahun  tinggal di California. Mereka sangat khawatir dengan Yvette Henley, cucu perempuan mereka yang baru berusia 4 tahun. Meskipun keduanya memiliki hak asuh atas cucunya, namun, anak itu dibawa pergi oleh ayahnya, Virgil Henley, 28 tahun.

Pasangan suami istri Forester itu kemudian meminta bantuan polisi, namun tidak ditemukan setelah tiga pekan kemudian. Meskipun polisi telah berusaha semaksimal mungkin mencari, namun, keberadaan Virgil tidak diketahui.

Khawatir cucu perempuannya mendapat perlakuan buruk ayahnya, Forester berusaha keras untuk menemukan  anak dan cucu perempuannya yang hilang itu. 

Ketika Forester mencari Virgil di Facebook, ia melihat selembar foto Virgil yang ditandai dengan tiga nama, salah satunya “Harry Brown” menarik perhatiannya.

Dilihat dari akun Facebooknya, pemuda bernama Harry Brown itu baru berusia 21 tahun dan tinggal di Staines, Surrey, Inggris. Sementara Virgil menggunakan nama samaran “Mark Johnson” di Facebook.

Dengan secercah harapan, Forrest mengirim pesan ke Brown, dan tak disangka segera mendapat tanggapan dari Brown. 

Forester menceritakan kepada Brown tentang cucunya, Yvette yang diam-diam dibawa pergi oleh ayahnya, Virgil, dan mengatakan bahwa cucunya dalam kondisi bahaya saat itu. Jika Brown dapat memberikan informasi tentang cucunya, ia akan memberikan imbalan $ 2.000 atau sekitar Rp. 28 juta. 

Sebagai petunjuk, Forester mengirim foto cucunya pada Brown, memohon bantuan padanya.

Brown pun dengan cepat menanggapinya dan mengatakan : “Saya akan berusaha membantu Anda.” 

Brown menyarankan Forester untuk tidak menambahkan pertemanan di akun Facebook Virgil, agar tidak membuatnya curiga terhadap Brown.  Keduanya mencapai kesepakatan dan Brown mulai menjalankan aksinya.

Lalu bagaimana Brown bisa berteman dengan Virgil? 

Brown, tinggal sekitar 5.000 mil jauhnya di Inggris. Secara tidak sengaja berkenalan dengan Virgil di dunia maya beberapa tahun yang lalu dan berteman di Facebook.

Setelah menerima pesan dari Forester, Brown meninggalkan pesan di Facebook Virgil dan dengan sabar menunggu balasannya.

Dua hari kemudian, Virgil membalas pesannya, dan dalam percakapannya, Virgil menggerutu cuaca yang lembab, “Aku benci Arizona”. 

Tanpa sadar, Virgil mengatakan keberadaannya di Arizona, Amerika Serikat. 

Brown dengan sabar mengajak Virgil ngobrol santai dan berhasil mengetahui Virgil bersama pacarnya, Alyssa, 28 tahun berikut putrinya Yvette. Mereka ternyata menginap di sebuah hotel murah di Kingman, Arizona, Amerika Serikat.

Setelah mengetahui secara pasti lokasi Virgil, Brown pun seketika mendapatkan ide. Brown menawarkan layanan antar piza untuk Virgil ke hotelnya. Virgil setuju dan memberikan alamat dan nomor kamar hotelnya. 

Nah, Brown pun menyampaikan informasi itu ke Forester, yang kemudian meneruskannya ke polisi. Alih-alih pengantar piza yang datang, ternyata polisi yang datang ke kamar Virgil dan menangkapnya. 

Bocah perempuan usia 4 tahun itu berhasil diselamatkan. Brown, pemuda asal Inggris itu pun meneteskan air mata haru. 

Tak lama kemudian, Forester mengirimkan kepada Brown fotonya saat berkumpul kembali dengan cucunya, Yvette. Brown yang terharu melihat foto itu pun tak kuasa menahan linangan air matanya.

“Saya menghabiskan banyak waktu di depan internet, tetapi tak disangka secara tidak sengaja mengobrol dengan orang asing dan membantu menemukan gadis cilik itu. Yvette sangat suka dengan hari-hari yang dilewatinya sekarang. Melihat foto Yvette bersama kakek-neneknya saya pun menangis terharu,” kata Brown.

Brown sendiri juga merasa sangat bangga bisa menemukan Yvette. Polisi telah mencari keberadaannya sejak Mei lalu, namun Brown bisa menemukannya hanya dalam waktu dua hari. Padahal Brown berada di tempat sejauh 5.000 mil dari lokasi ayah dan anak tersebut.

Melihat foto-foto bahagia Yvette bersama kakek-neneknya, Brown pun berencana ke California, Amerika Serikat untuk menjenguk gadis cilik itu. Bisa jadi, ia pun akan menerima 2.000 dolar atau sekitar Rp. 28 juta dari Forester seperti yang ia janjikan pada Brown. (jon)

TikTok Dituntut Pengadilan Amerika Serikat, Nilai Pasar dari Jumlah Unduhan Aplikasinya yang Menakjubkan Terungkap

0

Epochtimes.com

TikTok versi internasional Tiongkok digugat oleh lebih dari 100 pengguna internasional di Pengadilan Negeri Distrik Utara California, Amerika Serikat pada Rabu 27 November 2019. TikTok dan perusahaan induknya “Beijing ByteDance Technology” dan empat entitas lainnya menghadapi delapan dakwaan.

Perwakilan utama atas gugatan class action itu adalah Misty Hong, seorang mahasiswi di Amerika.  Dalam gugatan itu, Misty Hong menuduh TikTok mengirim data pribadinya ke server perusahaan TikTok di Tiongkok, sementara perusahaan tersebut pernah menjanjikan bahwa perusahaan tidak akan melakukan hal itu.

Misty Hong adalah penduduk Palo Alto, negara bagian California Utara, Amerika Serikat. Dia mengatakan mengunduh aplikasi TikTok pada Maret dan April 2019, tetapi tidak pernah membuat akun.

Namun, beberapa bulan kemudian, dia menemukan TikTok telah membuat akun untuknya tanpa sepengetahuannya, dan mengumpulkan sekaligus membuat arsip informasi pribadinya, termasuk informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi dari video yang dia buat tetapi tidak pernah dirilis olehnya.

Dokumen gugatan mengungkapkan bahwa nilai gugatan itu lebih dari 5 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp. 70 miliar. Hingga Agustus 2019, TikTok atau Douyin memiliki total 625 juta pengguna aktif bulanan di dunia. Nilai pasar dari salah satu yang digugat saja, yakni “Beijing ByteDance Technology” di kisaran antara  US $ 75 miliar hingga US $ 78 miliar saat ini.

 Menurut data, pada paruh pertama tahun 2018, TikTok adalah aplikasi yang paling banyak diunduh di Apple App Store di dunia. Dengan lebih dari 100 juta unduhan, melebihi unduhan simultan dari raksasa industri seperti “Tube” dan “Facebook”. Hingga tahun 2018, TikTok beroperasi di lebih dari 150 pasar dalam 75 bahasa.

Pengacara di California Wang Thaihe mengatakan kepada VOA, bahwa karena komputer, ponsel, dan internet telah sepenuhnya menempati ruang pekerjaan dan kehidupan manusia, hampir semua perilaku pengguna sehari-hari akan tercermin dan disimpan di Internet.

Pengacara Wang Thaihe mengatakan bahwa bagi perusahaan perangkat lunak, estimasi nilai pasar TikTok terutama adalah jumlah unduhan dan pengguna aktif online. Semakin banyak unduhan dan semakin banyak pengguna terdaftar, semakin tinggi penilaian bisnis TikTok. 

“Oleh karena itu, perusahaan itu akan mempromosikan perangkat lunak Anda secara ekstrim,” kata Wang Thaihe. 

Menurut Thaihe, kasus itu jelas pengumpulan dan penggunaan informasi konsumen oleh perusahaan perangkat lunak tanpa otorisasi. Itu tentu saja merupakan perampasan pelanggan dan pelanggaran hak pelanggan.  Amerika Serikat selalu mementingkan hal itu. Demi meningkatkan pengguna baru, menerapkan operasi tanpa dasar, adalah cara yang keterlaluan dan tidak dapat ditolerir di bawah sistem Amerika Serikat.

Dokumen gugatan itu juga menyatakan bahwa kode sumber perusahaan raksasa teknologi Tiongkok Baidu telah tertanam dalam aplikasi TikTok. Demikian juga dengan jasa layanan iklan Tiongkok, Igexin. Peneliti keamanan menemukan pada 2017, bahwa penanaman seperti itu memungkinkan pengembang untuk menginstal spyware pada ponsel pengguna. 

Selain itu, TikTok juga mentransfer data pengguna ke dua servernya di Tiongkok yakni bugly.qq.com dan umeng.com pada April 2019. Data itu, termasuk informasi tentang perangkat pengguna dan semua situs web yang dikunjungi pengguna

Pengacara Wang Thaihe mengatakan kepada VOA, jika memang TikTok mengklaim beroperasi secara independen di Amerika Serikat di luar Tiongkok, maka manajemen dan operasi bisnisnya harus dijalankan sesuai dengan hukum dan peraturan Amerika Serikat. Itu termasuk informasi pelanggan yang dikumpulkannya, disimpan di server di Amerika Serikat, bukan ditransfer ke Tiongkok di luar Amerika Serikat.

Beberapa netizen mengatakan bahwa TikTok membuat pengguna menjadi sayuran di bawah otokrasi. Netizen Hong Yu mengatakan bahwa pengguna internet di dalam negeri Tiongkok selama ini seperti “berlari dalam keadaan bugil atau terlihat, terbaca jelas.

Netizen Qi Zhang mengatakan, bahwa pemantauan dan pengenalan wajah ada di mana-mana di seantero Tiongkok. Orang-orang tidak punya tempat untuk bersembunyi, dan memang begitulah faktanya.

Ling Cangzhou, seorang sarjana budaya senior yang telah menerbitkan lebih dari 10 monograf dalam studi budaya, mengatakan kepada VOA, bahwa media sosial seperti Twitter dan Facebook Amerika Serikat menghadapi tembok tinggi di Tiongkok dan sama sekali tidak bisa menapakkan kakinya. 

Sementara media sosial Tiongkok bisa mendapatkan momentum di Amerika Serikat, ditambah lagi orang-orang Tionghoa perantauan yang sangat bersemangat untuk menggunakannya tanpa pikir panjang, yang kemungkinan akan mengarah pada bocornya informasi pengguna.

TikTok tidak segera menanggapi terkait gugatan pengadilan terhadapnya di California, Amerika Serikat, tetapi bersikeras bahwa TikTok  menyimpan semua data pengguna di Amerika Serikat dan dicadangkan di Singapura.

Beberapa analis mengatakan bahwa gugatan yang dilayangkan pada TikTok saat ini dapat memperdalam perselisihan hukum perusahaan di Amerika Serikat. Selama satu tahun terakhir, perangkat lunak tersebut sangat diragukan oleh lembaga think tank Amerika, militer, Kongres, dan Gedung Putih karena risiko keamanan nasionalnya. (jon)

Kebijakan Satu Anak komunis Tiongkok Sebagai Pengingat Nyata Tentang Kolektivisme Adalah Jahat

0

Chris Talgo

Tahun ini menjadi peringatan ke- 40 tahun dari salah satu kebijakan publik yang pernah paling mengerikan dalam ingatan orang-orang yakni kebijakan satu anak komunis Tiongkok.

Untungnya, film dokumenter terbaru, “One Child Nation,” menerangi  cahaya sangat dibutuhkan dari kegelapan yang menyelimuti program mengerikan tersebut, sejak diluncurkan pada empat dekade lalu.

Singkatnya, Komunis Tiongkok  sudah meluncurkan kebijakan satu anak pada tahun 1979 silam. Langkah tersebut dalam upaya untuk meningkatkan standar hidup secara artifisial dengan membatasi populasi negara yang meningkat pesat.

Selama beberapa dekade, kebijakan itu diberlakukan dengan ketat, terutama di daerah perkotaan. Mereka yang menolak, bakal ditangani dengan brutal. 

Dalam beberapa tahun pertama, keluarga yang ditangkap dengan lebih dari satu anak harus membayar denda dalam jumlah besar, harta benda disita, atau rumah mereka benar-benar dihancurkan oleh pejabat desa dan provinsi Komunis Tiongkok. 

Partai juga menyebarkan pasukan “perencana keluarga” untuk memastikan kebijakan itu ditegakkan dengan benar.

Wanita yang merindukan lebih dari satu anak,  secara rutin ditanamkan dengan alat kontrasepsi intrauterin atau alat kontrasepsi dalam rahim. Itu setelah mereka melahirkan anak pertama mereka. 

Jika para wanita tersebut memiliki keberanian untuk melepas alat kontrasepsi dan melahirkan anak kedua, maka sterilisasi paksa dilakukan secara teratur.

Untuk menempatkan ini dalam perspektif, sebanyak 324 juta wanita Tiongkok memiliki alat kontrasepsi dalam kandungan yang dioperasi, dan 108 juta wanita dipaksa untuk menjalani prosedur sterilisasi dari tahun 1980 hingga 2014. 

Chris Talgo mengungkapkan, selama periode tersebut, jumlah aborsi yang tak terhitung, termasuk pasca kelahiran, juga dilembagakan. Sedihnya, pembunuhan bayi juga dilakukan secara rutin.

Menurut perkiraan, 500 juta kelahiran “dicegah” selama era kebijakan satu anak, yang secara resmi berakhir pada Tahun 2014.

Kisah program yang mengerikan tersebut menjadi seram pada tahun 1992, ketika Komunis Tiongkok mengizinkan pemberlakuan adopsi internasional. Yang terjadi selanjutnya adalah korupsi yang merajalela dan pasar gelap yang berkembang pesat untuk bayi-bayi di Tiongkok. 

Singkatnya, setidaknya 130.000 anak-anak dari Tiongkok, mungkin juga jutaan, menurut beberapa ahli, diambil dari orang tua kandung mereka dan dijual ke panti asuhan yang dikelola pemerintah.

Panti asuhan kemudian “menjual” anak-anak tersebut kepada keluarga Amerika, biaya rata-rata adopsi di Tiongkok berkisar dari setidaknya  10.000 hingga 20.000 dolar AS. Uang-uang tersebut mengisi kantong pejabat Komunis Tiongkok dan kroni-kroni mereka yang membantu proses tersebut. 

Bahkan yang lebih tercela, panti asuhan milik negara sering berdusta kepada orang tua angkat. Mereka hanya mengatakan bahwa bayi-bayi yang mereka adopsi “ditinggalkan.” Kenyataannya,  Komunis Tiongkok secara memalukan menjalankan skema penjualan bayi internasional.

Seperti yang ditunjukkan oleh dokumenter “One Child Nation”, ribuan keluarga Tiongkok sampai hari ini tidak mengetahui di mana anak-anak mereka  berakhir. 

Database internasional telah dibuat untuk mencoba menghubungkan kembali beberapa anak-anak tersebut dengan orang tua kandung mereka. 

Proses ini, bagaimanapun, telah berhasil menghubungkan kembali hanya segelintir anak-anak ini dengan keluarga mereka di Tiongkok.

Pada titik ini, Anda mungkin bertanya-tanya, meskipun kisah tragis ini sangat menyedihkan, lalu apa hubungannya pada hari ini? 

Bagaimanapun, Komunis Tiongkok sudah meninggalkan kebijakan satu anak itu sejak lima tahun  lalu.

Nah, inilah intinya: Kebijakan satu anak dan kengerian yang diabadikannya pada keluarga masyarakat Tiongkok yang tak terhitung jumlahnya adalah gejala pemerintahan komunis dan sosialis. 

Kebijakan satu anak adalah skema perencanaan pusat secara besar-besaran yang membabibuta. 

Seperti yang ditunjukkan oleh film dokumenter One Child Nation dengan sangat jelas dan luar biasa, mayoritas  warga Tiongkok, termasuk wanita yang menjalani sterilisasi atau anak-anak yang mereka gugurkan, benar-benar percaya bahwa kebijakan itu bermanfaat dan perlu.

Bagaimana ini mungkin terjadi? dikarenakan pemerintah mengindoktrinasi orang-orang dengan propaganda tanpa akhir yang mempromosikan program satu anak. 

Baik melalui ancaman secara terselubung atau terang-terangan, atau segala macam teknik pencucian otak lainnya, Komunis Tiongkok benar-benar meyakinkan ratusan juta jiwa, bahwa mereka melakukannya demi “kebaikan bangsa.”

Dengan kata lain, di Tiongkok, kebebasan individu tunduk pada kehendak Komunis Tiongkok dan ideologi kolektivitasnya. 

Paham atau ajaran kolektivitas artinya tidak menghendaki adanya hak milik perseorangan, baik atas modal, tanah, maupun alat produksi.  

Dan, dalam lingkaran penuh, inilah inti dari semuanya bahwa Kebijakan satu anak dan kengerian yang ditimbulkannya terhadap satu miliar orang hanya mungkin karena kebebasan individu, hak kepemilikan pribadi, dan supremasi hukum bertentangan dengan sosialisme dan ideologi kolektivisme.

Dengan sedikit keberuntungan, jutaan orang Amerika akan menonton dokumenter “One Child Nation.” Mereka menyadari bahwa sosialisme, komunisme, dan kolektivisme adalah gagasan gila yang selalu berubah menjadi pembunuhan massal dan kegilaan.

Sebagai catatan pribadi, dengan bangga mengatakan bahwa orang tua saya mengadopsi seorang gadis cilik dari Tiongkok lebih dari satu dekade lalu, selama masa puncak kebijakan satu anak. 

Hari ini, dia tumbuh dan sangat senang memiliki kesempatan untuk tinggal di Amerika Serikat. 

Saya ingin mengetahui apakah dia adalah korban dari skema perdagangan manusia yang merajalela diabadikan oleh Komunis Tiongkok – sesuatu yang mungkin tak pernah kita ketahui.

Satu hal yang pasti. Kebijakan satu anak harus selamanya diingat karena kebrutalan dan horor yang ditimbulkannya selama lebih dari 30 tahun.

Kebijakan satu anak, tentu saja, benar-benar menjadi bumerang. 

Populasi di Tiongkok kini sudah berada di bawah tekanan besar, karena kebijakan satu anak menyebabkan dua masalah bencana.

Pertama, Tiongkok memiliki terlalu sedikit perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dikarenakan, anak laki-laki lebih disukai untuk melanjutkan garis keturunan keluarga. 

Kedua, Tiongkok memiliki terlalu sedikit orang muda untuk mendukung populasi lansia yang besar.  

Untuk “memecahkan” masalah baru ini, Komunis Tiongkok akhirnya meluncurkan kebijakan perencanaan kelahiran nasional yang baru pada tahun 2016 yakni kebijakan dua anak.

Seperti yang mereka katakan, perencana pusat tak pernah belajar, bukan?

Penulis adalah editor di The Heartland Institute

Mengapa Bahtera Nabi Nuh Tanpa Kemudi? (2)

0

Qin Shuntian

Tuhan Telah Memilih Keluarga Nabi Nuh

Pada “Alkitab” tercatat, Adam dan Hawa telah memakan buah terlarang dan diusir dari Taman Eden, lalu mereka hidup di dunia manusia, lambat laun memiliki banyak anak cucu.

Saat manusia semakin banyak, tamak, iri hati, dan kejahatan juga ikut bertumbuh subur, manusia saling membenci dan bertikai, saling membunuh dan merampas, aksi kekerasanpun memenuhi seluruh dunia. Jehovah melihat dosa manusia di bumi begitu berat, pada akhirnya Ia memutusakan hendak mengirimkan air bah untuk memusnahkan manusia.

Nabi Nuh adalah orang yang percaya dan taat pada Tuhan, ia sepenuhnya mematuhi perintah Tuhan, hatinya sangat baik, ketiga putranya dididik keras dan tidak terjerumus ke jalan sesat.

Saat Nabi Nuh berusia 480 tahun (manusia pada masa itu dapat hidup hingga 900 tahun), Jehovah mengatakan padanya, Tuhan memilih Nabi Nuh dan keluarganya, sebagai bibit manusia terakhir yang akan dipertahankan.

Jehovah juga mengatakan pada Nabi Nuh: Jika hati manusia tidak kembali pada kebajikan, maka manusia akan musnah ditelan air bah. Tapi Jehovah tidak rela melihat manusia musnah, dan ingin memberi satu kesempatan terakhir bagi manusia, maka diputuskan untuk menunda 120 tahun lagi, bila saat itu tiba, manusia tidak juga bertobat, maka mereka akan dimusnahkan dengan air bah.

Jehovah memerintahkan Nabi Nuh membuat sebuah bahtera besar dengan bahan kayu Gofir guna menyelamatkan diri saat terjadi air bah. Kayu Gofir adalah semacam kayu ciprus yang mengandung banyak getah atau damar, yang mampu bertahan bila terendam air, dan setelah bahtera selesai dibangun, bagian dalam serta bagian luarnya diolesi dengan rosin.

Maka Nabi Nuh pun memimpin seluruh keluarganya untuk mulai membuat bahtera besar itu di atas gunung. Masyarakat merasa aneh, Nabi Nuh berkhotbah pada mereka dan memberitahu mereka peringatan dari Jehovah: Manusia harus hidup sesuai perintah Tuhan, jika tidak, Tuhan akan mengirim air bah memusnahkan mereka, bila hari kiamat itu tiba, orang-orang yang bertobat bisa naik ke bahtera, dan mendapat penyelamatan dari Tuhan.

Pada saat itu, di bumi tidak terdapat perubahan empat musim, lapisan luar bumi dikelilingi oleh lapisan air, ketika matahari menyinari bumi, bumi selalu hangat berkat perlindungan dari lapisan air tersebut. Kabut membubung dari tanah dan membasahi seluruh pelosok bumi, itu sebabnya di bumi belum pernah turun hujan.

Manusia selamanya belum pernah melihat hujan dan tidak mengerti apa itu hujan, bagaimana mereka bisa percaya bahwa akan terjadi  air bah di masa depan?

Jadi, orang-orang yang hanya memercayai segala hal yang kasat mata, berlomba-lomba mengejek Nuh: Cuaca selalu cerah seperti ini, bagaimana mungkin akan terjadi air bah? Selain itu kamu malah membangun bahtera di atas gunung, setelah selesai dibuat bagaimana mengangkatnya ke laut?

Nuh selamanya juga belum pernah melihat hujan, juga tidak mengerti seperti apakah hujan itu, tetapi Nuh sedikitpun tidak meragukan Firman Tuhan, ia percaya bahwa Firman Tuhan lebih canggih daripada apa yang ia lihat secara kasat mata.

Nuh dengan serius mengatakan kepada orang-orang bahwa karena Tuhan menyuruhnya melakukan seperti ini, pasti ada pengaturan Tuhan. Di masa yang akan datang, banjir akan menenggelamkan semua gunung, pada saat itu bahtera akan mengambang.

Semua orang mengabaikannya, mereka berpikir bahwa  Nuh terlalu bodoh dan terlalu kolot. Mereka lebih memercayai diri mereka sendiri dan percaya pada pengalaman serta penilaian mereka sendiri.

Selama masa 120 tahun yang diperpanjang Tuhan, Nuh sambil membuat bahtera sambil mengklarifikasi fakta, ia dengan sabar membujuk orang-orang untuk masuk ke dalam bahtera bersamanya di masa depan untuk menghindari air bah.

Waktu terus berlalu, orang-orang yang dikendalikan oleh nafsu keinginan, terus melanjutkan perbuatan jahat dan menikmati apa yang mereka inginkan serta tanpa berniat melakukan pertobatan. Ketika batas waktu terakhir tiba, bahtera pun telah selesai dibangun. (Hui/WHS)

Bersambung

Viral Tagar #IndonesiaStandsWithUyghur, Mesut Özil Bela Uyghur dari Penindasan Komunis Tiongkok

0

ETIndonesia – Pengguna media sosial Indonesia diramaikan dengan puluhan ribu tagar #IndonesiaStandsWithUyghur. Bersamaan itu, ada berita yang menyebutkan punggawa Arsenal dan mantan bintang Real Madrid, Mesut Oezil mengutuk penindasan Muslim Uighur. Ia juga menyindir negara-negara Islam yang membisu atas penindasan tersebut.

Tagar  #IndonesiaStandsWithUyghur ramai di medsos bersamaan dengan adanya perlawanan yang malah menyerang balik dengan tudingan bahwa media Wall Street Journal adalah media propaganda. 

 Salah satu akun menulis : “Sedikit lagi masuk Indonesia. Diawali dengan membungkam Tokoh agama yang keras terhadap kedzholiman.”

Sedangkan akun lainnya menuliskan dengan berbunyi : “Begitulah cara Pemerintah KOMUNIS China membungkam mulut Pemerintah Indonesia, Meski Pemerintah & NU Mengabaikan, Kami (Muslim INDONESIA) akan tetap bersama saudara/i Muslim kami di Uighur.” Cuitan tersebut juga menyertakan berita daring dari CNN Indonesia yang berjudul, Riset: Indonesia Diam Soal Uighur karena Investasi China.

Adapun netizen lainnya dengan akun @zapinm70 menuliskan dengan kata-kata Ketika akhirat dijual untuk segenggam Yuan… #IndonesiaStandsWithUyghur. Ada juga netizen yang menyindir :  Ini tidak akan disebut radikal intoleran ataupun ekstrem dengan tagar#IndonesiaStandsWithUyghur.

Ada juga netizen @abuhiraq yang mencantumkan China Cables. Dokumen-dokumen yang bocor mengungkapkan tentang penahanan dan perlakuan buruk terhadap Muslim Uighur. 

Netizen itu juga menulis tentang video drone memperlihatkan sekitar 600 orang kemungkinan Muslim Uighur dengan mata tertutup, kepala dicukur, dan tangan diikat. 

Ada juga netizen yang turut menuliskan #IndonesiaStandsWithUyghur  Semoga Allah membantu dan membebaskan mereka dr penjajahan komunis China.

“Ini bukan soal agama, ini soal hak asasi manusia. #IndonesiaStandsWithUyghur #SaveUyghurMoslem,” tulis netizen @NMoekijat.

Laporan The Wall Street Journal 

Kehebohan tagar tersebut bersamaan dengan laporan sebelumnya yang diterbitkan The Wall Street Journal pada 11 Desember 2019 dengan judul “How China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps.”

Isi laporan tersebut menyebutkan bagaimana pihak Komunis Tiongkok disebut merayu sejumlah organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, sejumlah media Indonesia, akademisi hingga blogger agar tak lagi bersuara untuk mengkritik dugaan penindasan yang dialami oleh etnis Uighur di Xinjiang.

Laporan WSJ mengatakan pihak Tiongkok membiayai mereka berkunjung langsung ke kamp-kamp yang justru diklaim Komunis Tiongkok sebagai tempat pendidikan vokasi. Sebagaimana diketahui, pihak Komunis Tiongkok selalu memperluas narasi-narasinya ke seluruh dunia kamp-kamp tersebut bertujuan untuk memberantas radikalisme.

NU yang disebutkan dalam laporan tersebut langsung angkat bicara dengan penolakannya yang diterbitkan sejumlah media. Bahkan, Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, Robikim Emas angkat bicara saat diwawancarai secara live dalam Kabar Petang TV One Sabtu 14 Desember 2019.

Saat diwawancarai TV One, Robikim Emas secara terbuka menolak dalam laporan Wall Street Journal. Ia tak menampik adanya kunjungan secara langsung terhadap Kam-kamp yang ada di Xinjiang dan bertemu secara langsung tokoh-tokoh yang disebutnya sebagai Tokoh agama.  

Sedangkan dalam laporan sebelumnya yang dikutip oleh VOA Indonesia menyebutkan, bahwa PBNU secara yakin memastikan tidak ada kamp konsentrasi bagi Muslim Uighur. Sedangkan dalam kesempatan berbeda Dubes Tiongkok di Indonesia pernah menyambangi kantor PBNU. Dubes Tiongkok juga beberapa kali menyambangi petinggi PBNU. 

Bantahan serupa juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah  Abdul M’uti ketika dikonfirmasi oleh CNN Indonesia.

Adapun, Majelis Ulama Indonesia juga membantah laporan WSJ tersebut. Akan tetapi, Kepala Hubungan Internasional MUI, Muhyiddin Junaidi dalam laporan CNN Indonesia menegaskan, tak semua petinggi agama yang ikut tur ke Xinjiang mendukung sikap Komunis Tiongkok terkait kebijakannya di wilayah itu.

Muhyiddin tak membantah bahwa kunjungannya ke Xinjiang pada Februari lalu, sangat dipantau ketat oleh pihak berwenang. Ia juga mengatakan bahwa orang-orang Uighur yang ia temui di sana terlihat ketakutan.

Muhyiddin mengatakan upaya Tiongkok untuk mengundang tokoh-tokoh Islam berpengaruh di Indonesia ke Xinjiang, didesain untuk “mencuci otak opini publik. Menurut dia, sejumlah tokoh Muslim Indonesia yang pernah mengkritik Tiongkok soal Uighur malah jadi membela Tiongkok.

Mesut Özil Bela Uighur

Adapun bintang Arsenal dan mantan punggawa Real Madrid, Mesut Özil dalam akun twitter dengan 24 juta lebih follower dan instagramnya mengutuk penindasan komunis Tiongkok terhadap Uighur. Tentunya cuitan dan statusnya di akun medsosnya mendapat serangan balik dari netizen daratan Tiongkok yang pro Komunis Tiongkok. Walaupun akun-akun tersebut adalah akun boot, bahkan terlihat seperti baru menetas.

Akan tetapi, sejumlah netizen internasional memberikan dukungan penuh kepada Mesut Özil.

“(Di Tiongkok), Al-Qur’an dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan Muslim dibunuh satu per satu,” demikian tulisan Oezil.

Mesut Özil dalam cuitannya menyindir negara-negara Islam yang tetap membisu atas terjadinya penindasan tersebut.

“Turkistan Timur. Luka berdarah umat. Mereka melawan kekuatan yang coba memisahkan mereka dari agama mereka. Para laki-laki ditahan di kamp, sementara keluarga mereka dipaksa hidup dengan orang-orang China. Para wanita juga dipaksa menikah dengan orang China,” tulis mantan bintang Timnas Sepakbola Jerman itu melanjutkan.

“Tak tahukah mereka bahwa menutup mata terhadap penindasan adalah sesuatu yang keji? Tak tahukah mereka bahwa bukan derita saudara-saudara kita yang akan dikenang, melainkan sikap diam kita? Oh, Tuhan, tolong saudara-saudara kami di Turkistan Timur,” demikian lanjutan tulisan Oezil.

FPI Serukan Ormas Islam Bertobat

Sementara itu, Juru Bicara FPI Munarman kepada CNNIndonesia mengatakan, ethnic cleansing terhadap muslim Uighur adalah bentuk musuh peradaban. Ia menyerukan kepada ormas Islam harus berada terdepan ketika mengecam komunis Tiongkok.

“Harusnya justru ormas-ormas Islam paling depan menyuarakan kekejaman komunis China terhadap saudara muslim Uighur. Bukan malah menyerukan agar umat Islam tidak mengganggu politik China,” demikian  keterangan Munarman kepada CNNIndonesia.com, Jumat 13 Desember 2019.

Pada wawancara itu, Juru Bicara Ormas yang terkenal dengan Imam Besarnya Habib Rizieq Syihab itu mengecam beberapa ormas Islam di Indonesia yang berhenti mengkritik pemerintahan Komunis Tiongkok karena mendapat suap dari Beijing. Munarman menegaskan bahwa suap-menyuap adalah tradisi komunis.

Munarman menyerukan kepada orang-orang dari ormas Islam segera bertobat. Ia menyerukan agar tak tergoda dengan rayuan seperti itu.  Ia menyayangkan, ormas Islam di Indonesia yang menuruti kemauan dari pemerintah Komunis Tiongkok.

“Dalam kaidah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, maka sudah pasti si penerima suap akan jadi kacung dan menyelipkan ekornya di antara kaki serta membungkuk takzim pada pemberi suap, semoga segera bertobat,” tutup mantan Ketua YLBHI itu. 

Upaya Komunis Tiongkok Bungkam Muslim Indonesia Soal Uighur

Melihat lagi dalam laporan Wall Street Journal, media itu menyebutkan bermula para ulama di negara mayoritas Muslim terbesar di dunia itu menyatakan kekhawatirannya atas perlakuan Tiongkok terhadap Muslim minoritas etnik. Yang mana dalam laporan kelompok-kelompok HAM sekitar satu juta di antaranya telah ditahan di kamp-kamp pendidikan ulang.

Masih dalam laporan WSJ, para pemimpin Muhammadiyah, organisasi Muslim terbesar kedua di Indonesia, mengeluarkan surat terbuka pada bulan Desember 2018. Isinya mencatat laporan kekerasan terhadap komunitas Uighur yang “lemah dan tidak bersalah”, yang sebagian besar Muslim, dan meminta Beijing untuk menjelaskannya.

Segera setelah itu, Beijing mulai bertindak dengan kampanye bersama untuk meyakinkan otoritas agama dan jurnalis Indonesia. Pihak Beijing berdalih bahwa kamp pendidikan ulang di wilayah Xinjiang barat laut Tiongkok adalah upaya menyediakan pelatihan kerja dan memerangi ekstremisme.

Masih dalam laporannya, WSJ menyebutkan, sejumlah pemimpin agama Indonesia dibawa ke Xinjiang dan mengunjungi fasilitas pendidikan ulang. Tur gratis tersebut diikuti wartawan dan akademisi.

Saat itu, otoritas komunis Tiongkok memberikan presentasi tentang serangan teroris oleh Uighur dan mengundang pengunjung untuk bersembahyang di masjid-masjid lokal.

Setelah itu, WSJ melaporkan, tampilan di Indonesia berubah. Seorang ulama yang melakukan tur dikutip dalam majalah resmi kelompok itu mengatakan bahwa sebuah kamp yang dia kunjungi sangat bagus, memiliki ruang kelas yang nyaman dan tidak seperti penjara.

Masih dalam laporannya, WSJ menyebutkan, upaya Tiongkok untuk membentuk opini — yang didukung oleh sumbangan dan dukungan finansial lainnya — telah membantu menumpulkan kritik terhadap perlakuannya terhadap orang-orang Uighur oleh negara-negara mayoritas Muslim — berbeda dengan kecaman secara blak-blakan yang disampaikan dari AS dan negara-negara Barat lainnya.

Menurut WSJ, Indonesia telah berada di garis depan upaya tersebut. Selama berbulan-bulan disebutkan, Komunis Tiongkok telah berupaya membujuk para ulama, politisi, dan jurnalis untuk mendukung kebijakannya di Xinjiang. Selain itu, mendorong para Influencer untuk mempromosikan pandangan yang lebih baik tentang Komunis Tiongkok dan menampilkan budaya Islam di negara itu.

Laporan Republika Dipermasalahkan Pegawai di Kedubes Tiongkok

WSJ juga turut melaporkan  soal jurnalis Surat Kabar Republika, Bayu Hermawan, yang turut melakukan perjalanan ke Xinjiang dalam sebuah tur yang diselenggarakan di Beijing pada bulan Februari lalu. Akan tetapi laporannya malah berbeda dengan tulisan lainnya. 

Hermawan mengatakan menerima pesan WhatsApp dari seorang pegawai kedutaan Tiongkok di Jakarta. Karyawan itu mengatakan dia kecewa dengan artikel tersebut karena memiliki kesalahan dan tidak fokus pada aspek-aspek positif dari perjalanan, menurut pesan yang diperlihatkannya kepada The Wall Street Journal.

Melihat lagi dalam laporannya di Surat Kabar Republika ternyata tulisan tersebut berjudul ‘Tuhan Tak Diizinkan Disembah di Kamp Vokasi Xinjiang.’ 

Laporan tersebut menggaris bawahi bahwa selama di kamp vokasi yang mana nama itu selalu digembor-gemborkan oleh komunis Tiongkok, Muslim Xinjiang tidak boleh melakukan shalat lima waktu.

“Meski kebanyakan penghuni kamar-kamar tersebut adalah pemeluk agama Islam, nyaris tak ada ruang untuk berdiri, rukuk, dan bersujud ke arah Makkah. Seperti Tuhan tidak diizinkan disembah di sana.”

“Tak ada sajadah, tak ada penanda kiblat, tak ada tasbih, tak nampak selembar pun Alquran. Aksesori milik penghuni hanya sebuah cangkir besar berisi sikat gigi dan pasta gigi semata.” Demikian tulisan jurnalis Republika itu.

“Perempuan yang ikut dalam program pendidikan, tidak ada satu pun yang mengenakan jilbab atau sekadar berkerudung. Semuanya sama dengan peserta pria, yakni mengenakan setelan jaket dan celana berwarna merah dengan aksen hitam,” demikian tulisan tersebut diterbitkan. (asr)

FOTO : Suasana aksi bela Uighur yang digelar di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta Jumat (21/12/2018). Pada kesempatan itu, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak menyatakan pihaknya mengutuk keras terhadap pemerintahan komunis Tiongkok atas penindasan terhadap muslim Uighur di Xinjiang. Pada saat aksi massa meneriakkan usir Komunis sekarang juga! (FOTO : M.Asari/ET)

Peringati Hari HAM Sedunia 2019, Praktisi Falun Gong Gelar Aksi Damai Menentang Penindasan Rekannya di Tiongkok

0

EtIndonesia- Sejumlah praktisi Falun Gong menggelar aksi damai dalam rangka menentang penindasan Falun Gong di Tiongkok dalam rangka peringatan Hari HAM Sedunia 10 Desember 2019. 

Aksi tersebut digelar di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2019).

Melansir dari id.falundafa.org, Falun Dafa juga disebut Falun Gong adalah sebuah latihan kultivasi peringkat atas di mana “berasimilasi dengan karakter tertinggi alam semesta – Zhen, Shan, Ren atau Sejati, Baik, Sabar.  Disebutkan, fokus dari latihan Falun Dafa adalah pada hati, mengultivasikan hati dan pikiran seseorang, atau “Xinxing.”

Pada saat peringatan Hari HAM sore itu, diperagakan aksi pengambilan organ yang dialami oleh praktisi Falun Gong. Terlihat contoh bagian organ dalam tubuh seperti hati yang diambil secara paksa. Menyertainya spanduk besar yang menyerukan “Hentikan Penindasan Terhadap Praktisi Falun Gong di China.”

Peragaan lainnya tentang keadaan praktisi Falun Gong yang dirantai dan dipukuli oleh aparat di Tiongkok. Selain itu, diperlihatkan kondisi praktisi Falun Gong yang dikerangkeng dalam kurungan besi yang sempit.

Tak kalah kejamnya, peragaan lainnya adalah penusukan batang bambu runcing ke ujung jari-jari tangan praktisi Falun Gong hingga darah menetes. Tak terbayangkan seperti apa penderitaan dan kesakitan luar biasa yang dialaminya. Praktek penyiksaan-penyiksaan brutal tersebut adalah umumnya dilakukan di kamp penahanan Komunis Tiongkok.

Sejumlah praktisi lainnya terlihat membentangkan spanduk yang bertuliskan “Dunia Membutuhkan Sejati-Baik-Sabar.” Tulisan lainnya bertuliskan “Help Stop Crimes Against Humanity.”  Tulisan lainnya adalah “Help Stop Forced Organ Harvesting in China” dan “Up to 1,5 Million Killed in China for Their Organ.”

Tak hanya itu, spanduk lainnya bertuliskan “Hentikan Penganiayaan dan Pengambilan Organ Terhadap Praktisi Falun Gong di China.” Spanduk lainnya lagi bertuliskan “Falun Gong Meditation Guided by Truth-Compassion-Forbearance.

Pada kesempatan tersebut juga dibentangkan spanduk lainnya yang mempringatkan bahwa “Paham Komunis Merusak Moral Manusia.”T ulisan lainnya juga berbunyi : “Tujuan Akhir Komunisme adalah Memusnahkan Manusia.”

Ketua Himpunan Falun Dafa Indonesia, Gatot Machali mengatakan dalam orasinya bahwa kini telah 20 tahun berlangsungnya penindasan genosida HAM terhadap Falun Gong yang diprakarsai oleh mantan pemimpin Komunis Tiongkok Jiang Zemin dan rezim Komunis Tiongkok.

Menurut Gatot,  Jiang Zemin dan rezim Komunis Tiongkok telah menggunakan seluruh sumber daya negara untuk menindas Falun Gong. Seluruh media di Tiongkok, baik televisi, radio, koran dan saluran media lainnya secara serentak digunakan untuk memfitnah praktisi Falun Gong dengan narasi negatif, bawah Falun Gong adalah aliran sesat dan berpolitik. Padahal fakta sebenarnya tak seperti yang disebutkan.

“Fitnahan tersebut (Hoaks) membanjiri seluruh seluruh media yang dilansir secara terus menerus, yang tidak satu pun media bersuara berbeda, bukankah ini berarti telah mencuci otak seluruh rakyat untuk membenci Falun Gong?,” kata Gatot.

Menurut dia, apalagi berita tersebut kemudian juga dilansir ulang oleh media di luar negeri di banyak negeri yang akhirnya meneruskan hoaks tersebut. Hal demikian semakin memperparah keadaan para praktisi Falun Gong. Termasuk insiden paling fenomenal tentang hoaks bakar diri palsu di Tiananmen.

Gatot menjelaskan, strategi utama Komunis Tiongkok untuk menindas Falun Gong adalah menciptakan kebencian, jika tidak ada kebencian maka perlu diciptakan kebencian. Akibat strategi menciptakan kebencian inilah rakyat Tiongkok menjadi terbelah dan saling membenci.

Sehingga, kata Gatot, rakyat yang tak tahu menahu tentang Falun Gong akhirnya terseret arus ikutan membenci Falun Gong. Padahal hanya termakan isu dusta dan propaganda Komunis Tiongkok.

Dengan demikian, maka penindasan apapun yang dilakukan oleh Komunis Tiongkok seakan menjadi rasional dan sewajarnya, sedemikian sehingga sebagai rakyat yang tercuci otaknya dengan otomatis mendukung dan setuju agar Komunis Tiongkok menindas terhadap Falun Gong. Seperti itulah, watak jahat budaya Partai Komunis Tiongkok.

Mengutip dari situs Minghui.org, data terakhir sejak dimulainya penindasan 20 Juli 1999 sampai hari ini, setidaknya 4.236 orang telah dikonfirmasi tewas akibat penganiayaan dan diperkirakan masih ribuan lebih banyak lagi kasus kematian namun masih belum bisa dikonfirmasi.

“Angka ini hanyalah puncak gunung es, ketika fakta kebenaran nanti telah diungkapkan dan pengadilan akhir terhadap pelaku kejahatan disidangkan, total jumlah kematian dan korban lainnya bakal bisa lebih mengejutkan lagi,” ujar Gatot.

Gatot mengatakan, puncak penganiayaan yang paling mengerikan tersebut dan telah menjadi sorotan dunia internasional adalah perampasan organ tubuh secara hidup-hidup dari puluhan ribu praktisi Falun Gong untuk kebutuhan industri transplantasi organ di tiongkok yang melibatkan pejabat Komunis Tiongkok sampai ke tingkat Politbiro.

Lalu mengapa rezim komunis Tiongkok menindas Falun Gong? Gatot mengatakan, praktek tersebut diakibatkan selain sifat dengki-iri Jiang Zemin terhadap popularitas Falun Gong. Hal lain dikarenakan nilai-nilai moral Sejati-Baik-Sabar adalah bertolak belakang dengan ideologi Komunis yang bohong, Jahat dan Teror.

Maka dari itu, bagi negara Komunis yang juga ateis, filosofi Falun Gong yang bisa membuat orang berwatak baik menjadi ancaman baginya yang berwatak amoral dan jahat. Komunis Tiongkok ketakutan pada prinsip Sejati-Baik-Sabar dan takut pada keyakinan ratusan juta praktisi yang kokoh dan penuh kedamaian.

Gatot mengatakan, sebuah penindasan kerap dapat berlangsung karena sebagian orang masih membisu dan belum bersikap di tengah kejahatan manusia ini, seolah tengah menunggu kebangkitan nurani dan rasa keadilan kita semua. Karena pada seruan mengakhiri dua dekade kejahatan komunis Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong maka akan terus disuarakan fakta kebenarannya.

“Kami akan terus mengungkapkan fakta-fakta kejahatan kemanusiaan rezim Komunis Tiongkok ini bersamaan mengajak agar bergabung membubuhkan petisi melalui https ://Faluninfo.net/act-now//. Setiap terkumpulnya 100.000 tandatangan akan diteruskan ke Komisioner HAM PBB,” katanya.  (asr)

AS – Tiongkok Menandatangani Perjanjian Perdagangan Januari 2020

0

oleh Zhang Ting

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pada hari Jumat 13 Desember memberitahukan kepada wartawan, bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok berharap dapat melaksanakan penandatanganan perjanjian perdagangan tahap pertama pada bulan Januari 2020.  Ia mengungkapkan bahwa Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping, tidak akan hadir dalam acara penandatanganan.

Pemerintah kedua negara pada hari Jumat lalu mengumumkan ihwal masalah tersebut. Menurut pengumuman AS, bahwa pihak AS akan menunda pemberlakuan kenaikan tarif impor terhadap komoditas Tiongkok yang telah ditetapkan pada 15 Desember besok. 

Bahkan, menurunkan sebagian tarif yang ada. Sedangkan pihak Tiongkok berjanji akan membeli produk terutama di bidang manufaktur, energi, pertanian dan jasa AS lainnya sebesar 200 miliar dolar AS dalam 2 tahun ke depan. 

Pihak Tiongkok dalam konferensi persnya mengatakan, bahwa perjanjian perdagangan tahap pertama tersebut termasuk 9 bab. 

Pada langkah selanjutnya, kedua pihak akan menyelesaikan tinjauan hukum, terjemahan, pengoreksi dan pengeditan teks perjanjian dalam waktu secepat mungkin.

Penandatanganan dilaksanakan di Washington DC pada bulan Januari tahun depan 

Mengenai kapan dan di mana kedua belah pihak menandatangani perjanjian perdagangan, dan apakah akan ditandatangani oleh Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping? Lighthizer mengatakan pada hari Jumat lalu bahwa perjanjian perdagangan tahap pertama ini, akan ditandatangani pada pertemuan menteri di Washington DC pada bulan Januari mendatang. Saat itu, tidak akan melibatkan Presiden Trump dan  Xi Jinping.

Lighthizer mengatakan, selama pihak Tiongkok berunding dengan itikad baik, AS tidak akan mengenakan tarif baru. Ia juga mengatakan, bahwa pemerintahan Trump tidak berjanji untuk mengurangi tarif di masa depan. Adalah hal yang lumrah dalam bersikap skeptis terhadap Tiongkok untuk melihat bagaimana mereka menghormati komitmennya.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS menyebutkan, bahwa Amerika Serikat akan mempertahankan tarif impor 25% atas komoditas Tiongkok senilai 250 miliar dolar AS dan setuju untuk mengurangi tarif impor dari 15% menjadi 7,5% atas komoditas Tiongkok senilai 120 miliar dolar AS. Lighthizer mengatakan, bahwa pengurangan tarif akan berlaku selama 30 hari setelah kedua pihak menandatangani perjanjian.

Pihak Tiongkok berjanji membeli Produk pertanian AS sebesar USD 40 miliar

Kepada para wartawan, Lighthizer mengatakan, pihak Tiongkok berjanji membeli produk pertanian AS sebesar 40 miliar dolar AS. Pemerintahan Trump akan berupaya agar pembelian dapat mencapai USD. 50 miliar. Ini merupakan target yang ingin dicapai Trump.

Untuk pertama kalinya dalam negosiasi perdagangan tingkat tinggi yang berlangsung pada bulan Oktober tahun ini, kedua belah pihak mengumumkan bahwa negosiasi harus mencapai perjanjian tahap pertama. Lighthizer mengatakan kedua pihak telah membahas rincian perjanjian untuk beberapa bulan ke depan.

Lighthizer juga menambahkan bahwa perundingan AS – Tiongkok berlanjut hingga 13 Desember Jumat pagi waktu Amerika Timur. Presiden Trump pada hari Jumat pukul 10 pagi menyetujui kesepakatan tersebut melalui sambungan telepon dari Gedung Putih.

Secara umum, Tiongkok berkomitmen untuk melaksanakan reformasi struktural besar dan telah berjanji untuk meningkatkan pembelian produk terutama dalam bidang manufaktur, energi, pertanian dan jasa AS lainnya. Nilainya sebesar 200 miliar dolar AS dalam 2 tahun ke depan. Demikian kata Lighthizer.

Ia mengatakan, produk spesifik yang dibeli oleh Tiongkok akan memiliki target spesifik. Akan tetapi mereka tidak akan mempublikasikan target ini agar tidak mengganggu pasar.

Ia menegaskan bahwa perjanjian perdagangan itu sejalan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia. Lighthizer menambahkan, bahwa ketika waktu terbaik untuk membeli barang di pasar tiba, pihak Tiongkok dapat secara bebas untuk membeli produk.

Negosiasi perdagangan tahap kedua dilaksanakan sebelum pemilu AS

Trump menyampaikan pesan melalui Twitter pada hari Jumat : Negosiasi perdagangan tahap kedua perjanjian akan segera dimulai. Lighthizer juga mengatakan bahwa tahap negosiasi berikutnya tidak akan menunggu sampai pemilihan umum AS tahun 2020.

Ia memberitahukan kepada wartawan bahwa kedua pihak dapat melaksanakan negosiasi mengenai masalah-masalah yang lebih sulit sebelum pemilu 2020 pada bulan November.

Ia mengatakan, bahwa ini adalah masalah yang sangat sulit. Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki sistem yang berbeda. Kedua pihak harus menemukan solusi untuk menjalankan kedua sistem dan memberi manfaat lebih baik bagi Amerika Serikat.

Lighthizer juga menyelesaikan perjanjian perdagangan AS – Meksiko – Kanada yang lebih besar dengan Meksiko dan Kanada pada awal pekan ini. Lighthizer mengatakan bahwa ia sekarang sedang terserang radang tenggorokan dan berharap dapat beristirahat di rumah. Termasuk, untuk  memperingati hari Natal setelah negosiasi panjang selama beberapa bulan terakhir. (Sin/asr)

FOTO : Para negosiator perdagangan AS – Tiongkok. (Mark Schiefelbein/AFP/Getty Images)

Trump Umumkan Human Rights Day, Amerika Serikat Terapkan Sanksi Berat Karena Pelanggar HAM

0

Epochtimes.com

Dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan tanggal 10 Desember sebagai Human Rights Day, 15 Desember sebagai Bill of Rights Day, dan minggu mulai 8 Desember 2019 sebagai Human Rights Week 2019.

Pemerintah Amerika Serikat juga mengumumkan pada hari yang sama sanksi ekonomi terhadap setidaknya 20 orang yang dituduh melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia – HAM dari 6 negara.

Pernyataan Trump itu, menyebutkan bahwa, setelah Perserikatan Bangsa Bangsa – PBB mengadopsi Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada 10 Desember 1948, jutaan orang di seluruh dunia masih menderita penangkapan dan penahanan yang tidak adil, penganiayaan agama dan pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung jumlahnya. 

Pemerintah Amerika Serikat saat ini menganggap melindungi hak asasi manusia sebagai tanggung jawabnya. Amerika Serikat terus menggunakan kekuatan administratif untuk mempromosikan hak asasi manusia di seluruh dunia dan melindungi kebebasan beragama.

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 10 Desember 1948 telah memberlakukan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Untuk memperingati tonggak bersejarah ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1950 menetapkan 10 Desember sebagai Hari Hak Asasi Manusia Internasional.

Presiden Trump mendeklarasikan 10 Desember 2019 sebagai Human Rights Day, 15 Desember 2019 sebagai Bill of Rights Day, dan minggu mulai 8 Desember 2019, sebagai Human Rights Week 2019.

Trump menyebutkan dalam sebuah pernyataan berbunyi, “Selama Human Rights Day, Bill of Rights Day dan Human Rights Week, kita merayakan Bill of Rights untuk membela hak-hak alami manusia dan melindungi kita semua dari penyalahgunaan kekuasaan pemerintah. Kita juga mengakui kenyataan yakni, ketika hak asasi manusia dilindungi oleh hukum, rakyat di negara mana saja akan mendapat perlindungan. Amerika Serikat telah lama berada di garis depan upaya ini, dan kita akan selalu membela kebebasan individu dan menentang segala bentuk penindasan.”

Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo juga mengeluarkan pernyataan pada Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Pompeo mengatakan bahwa selama lebih dari 200 tahun, United States Declaration of Independence, Constitution of the United States dan Bill of Human Rights telah memandu Amerika Serikat dalam mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan.

Pompeo dalam pernyataannya menyebutkan bahwa Universal Declaration of Human Rights menentukan hak-hak umum dan kebebasan yang harus dinikmati manusia, dan memberikan komitmen untuk melindungi dan mempromosikan kebebasan yang paling pokok, universal dan mendasar.

Lebih jauh Pompeo mengatakan bahwa otoritas moral pemerintah sebagian besar berasal dari kesediaannya untuk melindungi hak-hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. 

“Sayangnya, tidak semua negara menunjukkan kemauan ini,” keluh Pompeo.

Pompeo menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok terus menganiaya orang-orang beragama dan etnis minoritas di negaranya dan merusak kebebasan rakyat Hongkong yang dijamin oleh Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris dan Undang-Undang Dasar. Pompeo juga mengkritik negara-negara seperti Iran, Suriah, dan Venezuela karena pelanggaran HAM setiap hari.

Pompeo juga menekankan bahwa Amerika Serikat akan selalu menjadi pendukung paling setia bagi mereka yang berjuang untuk mempertahankan hak-hak dan martabat manusia yang tidak boleh dirampas oleh pihak lain.

Selain itu, Pompeo juga menegaskan bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakan untuk memerangi korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Amerika Serikat dalam dua minggu terakhir telah mengumumkan 72 sanksi melalui program sanksi Global Magnitsky. Tujuan dari program itu  adalah untuk memerangi pelanggaran hak asasi manusia yang serius dan korupsi dalam skala global. 

Hal itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk mengambil tindakan yang akan membawa konsekuensi nyata dan serius bagi mereka yang merusak aturan hukum, mengabaikan hak asasi manusia yang diakui secara internasional, dan mengancam stabilitas sistem politik dan ekonomi internasional.

Pada Hari Hak Asasi Manusia Internasional, Kementerian Keuangan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi kepada setidaknya 20 orang pejabat pemerintah dan pengusaha dari Myanmar, Pakistan, Libya, Slovakia, Sudan Selatan, dan Republik Demokratik Kongo yang dituduh melakukan pelanggaran HAM. (Sin)