EpochTimesId — Jaksa Agung Jeff Sessions mengatakan sistem suaka Amerika penuh masalah. Masalah penyelundup manusia bahkan marak terjadi selama bertahun-tahun. Sistem suaka yang ada bahkan seolah menganjurkan para imigran gelap untuk datang ke Amerika untuk mencari suaka.
“Rasa takut yang kredibel dimaksudkan untuk menjadi peluang hidup bagi orang-orang yang menghadapi penganiayaan serius. Tapi di sini, justru menjadi tiket murah untuk masuk secara ilegal ke Amerika Serikat,” kata Jeff Sessions di kantor pusat Imigrasi Amerika (Executive Office for Immigration Review/EOIR), Virginia, Amerika Serikat baru-baru ini.
Sangat mudah sekali bagi imigran untuk melintasi perbatasan Amerika secara ilegal. Ketika mereka ditangkap oleh agen imigrasi, mereka dapat mengklaim bahwa mereka memiliki ‘ketakutan yang kredibel’ untuk kembali ke negara asal mereka.
Kemudian, karena kebijakan era Obama 2009, otoritas imigrasi berkewajiban melepaskan individu tersebut untuk tinggal di wilayah Amerika Serikat. Mereka boleh tinggal sambil menunggu sidang pengadilan penuh, yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Tidak perlu biaya untuk mengajukan permohonan suaka. Ketika permohonan menjadi pengungsi ditunda selama enam bulan, pemohon boleh menjadi pekerja lepas tanpa perlu diawasi.
Begitu memasuki negara Paman Sam, pencari suaka memiliki waktu setahun untuk mengajukan klaim suaka. Sessions mengatakan setengah dari mereka yang mengaku memiliki ‘rasa takut yang kredibel’ ketika memasuki perbatasan, bahkan tidak mengajukan permohonan sebagai pengungsi.
“Ini menunjukkan bahwa mereka tahu bahwa formulir suaka mereka tidak memiliki kelebihan. Dan klaim ketakutan mereka hanyalah tipu muslihat untuk memasuki negara kita secara ilegal,” imbuh Sessions.
Pencari suaka seharusnya memenuhi kriteria yang sama dengan pengungsi. Perbedaannya adalah suaka berlaku di dalam Amerika Serikat, dan pengungsi biasanya berlaku saat berada di negara kedua, setelah melarikan diri dari negara asalnya.
Jaksa Agung mengatakan banyak dari mereka yang dilepaskan ke Amerika Serikat setelah determinasi ‘rasa takut yang kredibel menghilang dan tidak pernah muncul di hadapan hakim imigrasi. Jika seseorang gagal untuk tampil dalam audiensi imigrasi, mereka secara otomatis ditolak sebagai pencari suaka secara in absentia (tanpa kehadiran).
“Sistem kita sedang dipermainkan. Tidak ada keraguan tentang itu. Undang-undang suaka kita dimaksudkan untuk melindungi orang-orang yang datang karena karakteristik seperti ras, agama, kewarganegaraan, atau opini politik dan tidak dapat menemukan perlindungan di negara asal mereka. Undang-Undang tidak pernah bermaksud memberikan suaka kepada semua orang yang takut akan kekerasan, kejahatan, dendam pribadi, atau kurangnya prospek pekerjaan,” beber Sessions.
Sessions mengatakan bahwa dengan kecurangan dan penyalahgunaan yang merajalela, sistem jadi kebanjiran klaim palsu. Sistem tidak akan mampu menangani permohonan secara efektif hanya dengan selembar formulir. “Lonjakan dalam persidangan, dengar pendapat, banding, proses persidangan sangat banyak,” kata Jaksa Agung pilihan Donald Trump ini.
Dia berpendapat bahwa kebijakan era Obama, bersama dengan kasus hukum, telah memperluas konsep suaka yang jauh melampaui maksud konstitusi. Kebijakan tersebut menciptakan lebih banyak insentif untuk imigran ilegal.
“Konsekuensinya hanya seperti yang Anda harapkan. Klaim rasa takut untuk kembali telah meroket, dan persentase klaim yang benar-benar terpercaya telah merosot,” sambung Sessions.
Pada tahun 2009, Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security/DHS) melakukan lebih dari 5.000 tinjauan ‘ketakutan yang kredibel’ menurut data Departemen Kehakiman. Pada 2016, jumlah tersebut meningkat menjadi 94.000 klaim.
Jumlah pencari suaka yang ditempatkan dalam proses permohonan kurang dari 4.000 di tahun 2009 menjadi lebih dari 73.000 pada tahun 2016. Jumlah tersebut meningkat hampir 19 kali lipat. Jumlah itu mengalahkan sistem dan membiarkan formulir dari mereka yang hanya mengklaim tertumpuk.
Kenaikan tersebut terutama terjadi di perbatasan. Dari tahun 2009 sampai 2016, klaim ketakutan yang kredibel di perbatasan beralih dari sekitar 3.000 kasus menjadi lebih dari 69.000 orang. Pengadilan imigrasi tingkat pertama menangani lebih dari 600.000 kasus, naik tiga kali lipat dari tahun 2009.
Tahun lalu, ada tujuh perintah penolakan yang dikeluarkan secara in absentia untuk kasus-kasus yang dimulai dengan klaim ketakutan yang kredibel dari tahun 2009. Sebenarnya, perintah penghapusan yang dikeluarkan secara in absentia dalam semua kasus imigrasi telah berlipat ganda sejak 2012, dengan hampir 40.000 dikeluarkan selama tahun 2017. Setiap tahun, sejak tahun 2001, Amerika Serikat telah memberikan rata-rata 26.000 status imigran resmi bagi pencari suaka (umumnya berupa Green Card).
Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan imigrasi pada 8 Oktober 2017. Salah satunya adalah memperbaiki sistem suaka. Penyalahgunaan sistem suaka akan diatasi dengan memperketat standar dan persyaratan, menjatuhkan hukuman atas kecurangan, dan memastikan penahanan sementara ketika klaim sedang diverifikasi. Jumlah hakim yang diperbantukan juga akan ditambah guna membantu mengurangi penumpukan permohonan suaka di pengadilan.
“Kecurangan suaka dan celah suaka kronis memungkinkan imigran gelap untuk masuk Amerika dengan cepat dan mudah. Keputusan pengadilan yang salah telah menghambat pencegahan terhadap imigran yang berniat melakukan kejahatan,” ujar Trump, ketika mengumumkan kebijakan baru Imigrasi Amerika. (waa)