EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan kebijakan baru dalam mencegah rezim Iran mengembangkan senjata nuklir. Trump tidak akan menyetujui kembali kesepakatan nuklir Iran untuk dikirim kepada kongres. Dia juga mengancam akan membatalkan sepenuhnya kesepakatan nuklir Iran jika tidak ada perbaikan.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh pemerintahan Obama pada tahun 2015, Iran yakin dapat mengembangkan senjata nuklir pada tahun 2026. Tahun itu kesepakatan pembatasan Program Nuklir Iran akan berakhir.
Trump mengatakan sejarah telah menunjukkan bahwa sebuah masalah akan menjadi lebih berbahaya, jika kebijakan yang diambil hanya bersifat menunda penyelesaian masalah. Dia menunjuk masalah nuklir Korea Utara sebagai contoh nyata.
“Kami akan menghadapi tindakan bermusuhan Iran untuk memastikan Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir. Saya tidak pada posisi membiarkan Iran memiliki senjata nuklir untuk kemudian mengendalikan dan mengakuisisinya,” ujar Trump, di Gedung Putih, Jumat (13/10/2017) waktu setempat.
Tiga kebijakan utama baru yang diambil oleh Trump adalah tidak menyetujui kembali kesepakatan dengan Kongres terkait Kesepakatan Program Nuklir Iran. Kedua adalah mencoba menegosiasikan kembali bagian dari kesepakatan yang lama sebelum disetujui kembali. Dan yang ketika adalah, Dia juga ingin Amerika dan dunia memberikan sanksi tambahan kepada Garda Revolusi Iran.
Amerika Serikat turut serta menandatangani perjanjian pembatasan nuklir dengan Iran dengan sejumlah negara. Bagi sistem politik Amerika, perjanjian dengan tajuk Iran Nuclear Agreement Review Act of 2015 (INARA) itu harus disetujui kembali oleh presiden dan mengirim sertifikat nya kepada Kongres Amerika, setiap 90 hari sekali.
Langkah-langkah persetujuan kembali atau sertifikasi ulang biasanya didasari oleh kajian tentang apakah sanksi yang diberikan kepada rezim Iran sebanding dengan upaya negara tersebut untuk membatasi pengembangan senjata nuklirnya.
Trump mengatakan setelah melakukan kajian selama berbulan-bulan bahwa sangsi yang diberikan tidak sanggup membatasi Program Nuklir Iran.
“Berdasarkan catatan faktual yang telah saya sampaikan, saya mengumumkan bahwa kita tidak dapat, dan tidak akan, menyetujui kembali sertifikasi ini,” kata Trump.
Dengan Trump tidak menyetujui perjanjian INARA, sekarang saatnya Kongres memutuskan bagaimana kelanjutannya. Mereka kini dihadapkan pada tiga pilihan: Tidak melakukan apa-apa dan menjaga Amerika Serikat tetap dalam kesepakatan; Kembali memberlakukan sanksi terhadap rezim Iran; atau Tetap pada perjanjian INARA namun mengajukan klausul baru dengan menambahkan ‘titik pemicu’ tertentu, yang jika dilanggar, secara otomatis akan menjatuhkan sanksi kepada Iran.
Penasihat Keamanan Nasional AS, H.R. McMaster mengatakan bahwa pemerintahan Trump telah berbicara dengan para pemimpin kongres. Menurutnya ada banyak dukungan dari kedua partai yang ada mengenai masalah ini. Trump juga akan menangani beberapa masalah mendasar dengan kesepakatan nuklir itu sendiri, yang terpisah dari sertifikasi INARA dan akan segera diajukan kepada Kongres.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, yang secara resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Iran menghentikan sementara program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi dan pemberian bantuan lebih dari dari US$ 100 miliar.
Namun, setelah 10 tahun, pada 2026, Iran diizinkan untuk memasang ribuan sentrifugal canggih. Menurut para ahli, ini akan membuat Iran mampu mengembangkan senjata nuklir hanya dalam waktu enam bulan.
“Jamnya berdetak; kita tahu kapan tanggal pemicunya,” ujar Sekretaris Negara, Rex Tillerson dalam sebuah acara baru-baru ini.
Trump mengatakan bahwa pemerintahannya akan mengambil tindakan untuk mengatasi batas waktu sanksi, serta pengembangan teknologi rudal balistik Iran. Ini akan dilakukan melalui renegosiasi ulang bagian kesepakatan atau dengan mencapai kesepakatan terpisah. Jika pemerintahannya tidak dapat mencapai kesepakatan dengan Iran serta dengan para penandatangan perjanjian nuklir lainnya, dia akan menghentikan kesepakatan tersebut.
“Bisa diakhiri oleh saya setiap saat. Mereka adalah rezim fanatik yang merebut kekuasaan pada tahun 1979. Mereka enyebarkan kematian, kehancuran, dan kekacauan di seluruh dunia,” tegas Trump.
Dia menagaskan bahwa Iran tetap menjadi salah satu negara terkemuka yang menjadi sponsor terorisme. Ini memberi rezim Suriah senjata dan bantuan militer lainnya, menyediakan dana untuk kelompok teror Hizbullah, dan mendukung pejuang radikal lainnya di seluruh wilayah Timur Tengah.
“Agresi kediktatoran Iran berlanjut hingga hari ini, “kata Trump, menunjuk pada penindasan rezim terhadap rakyat dan permusuhannya terhadap Amerika Serikat dan Israel.
Trump merujuk pada seringnya teriakan ‘death to America’ dan ‘death to Israel’ yang digunakan oleh rezim tersebut. Dia mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan Menteri Keuangan Steven Mnuchin untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Garda Revolusi Iran atas dukungannya terhadap terorisme. Sanksi tersebut secara khusus akan menargetkan individu dan aset Iran, seperti ahli senjata dan cyberactivity yang mendukung terorisme.
“Kami berdoa untuk masa depan di mana orang muda, Amerika dan Iran … dapat tumbuh dalam dunia yang bebas dari kebencian. Sampai saat itu tiba, kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan agar Amerika tetap aman,” tutup Trump.