EtIndonesia. Kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump yang berubah-ubah dapat menjadi ujian berat bagi pasar properti Kanada. Jika inflasi melonjak bersamaan dengan resesi ekonomi, harga rumah di Kanada bisa mengalami penurunan drastis seperti tebing runtuh.
Dalam beberapa bulan terakhir, penjualan rumah di berbagai wilayah Kanada telah menurun tajam, harga rumah terus melemah, dan stok properti yang belum terjual menumpuk.
Di kota-kota besar seperti Toronto dan Vancouver, banyak unit apartemen yang dulunya sangat diminati para investor kini justru tidak lagi dilirik. Kepercayaan konsumen pun jatuh ke tingkat terendah sepanjang sejarah pencatatan.
“Kanada kini menghadapi risiko stagflasi,” kata David Doyle, Kepala Ekonom di Macquarie Group — mengacu pada situasi ketika inflasi tinggi dan ekonomi melemah secara bersamaan, yang merupakan skenario tersulit bagi bank sentral.
Dia menambahkan : “Dulu, sektor properti adalah motor penggerak ekonomi Kanada. Namun saat ini, pertanyaannya bukan lagi apakah pasar properti bisa mendukung pertumbuhan, melainkan sejauh mana ia akan menjadi beban bagi ekonomi.”
Data menunjukkan, penjualan rumah nasional pada bulan Maret turun 9,3%, menyentuh titik terendah sejak krisis keuangan 2009.
Di Toronto, hanya 5.011 unit rumah yang terjual — angka terendah untuk periode yang sama sejak 1995.
Sementara itu, indeks komposit MLS dari Asosiasi Real Estat Kanada menunjukkan bahwa harga rumah nasional turun 8,5% dibanding tahun sebelumnya, mencatat penurunan selama tiga bulan berturut-turut.
Calon Pembeli Menarik Diri dari Pasar
Mike Hattim, agen hipotek dari Dominion Lending Centres, mengungkapkan: “Banyak klien saya menunda rencana membeli rumah.”
Menurutnya, bukan tarif itu sendiri yang membuat orang ragu, melainkan ketidakpastian yang ditimbulkan tarif, yang membuat baik individu maupun bisnis sulit membuat keputusan.
Penelope Graham dari Ratehub.ca menambahkan : “Dengan suku bunga saat ini yang stagnan, sulit membangkitkan kembali minat pembeli, apalagi dalam iklim ketidakpastian global akibat kebijakan tarif.”
Kebijakan perdagangan Trump tidak hanya memperburuk ketidakpastian pasar global, tetapi juga mendorong naik imbal hasil obligasi Kanada, yang kemudian menaikkan biaya hipotek berbunga tetap.
Robert Kavcic, ekonom senior di Bank of Montreal (BMO), mengingatkan: “Dulu, sektor properti menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Kanada. Tapi kali ini, sektor ini justru bisa menjadi beban berat.”
Dia menegaskan bahwa jika perang dagang terus memburuk, Kanada berpotensi masuk ke dalam kondisi stagflasi, dan harga rumah tidak lagi hanya bergerak datar, melainkan bisa anjlok secara drastis.
Pengembang Mulai Menarik Diri
Menurut data terbaru dari Urbanation, sejak awal tahun 2024, di Toronto:
- 8 proyek perumahan, mencakup 1.899 unit apartemen, dibatalkan;
- 3 proyek (338 unit) dihentikan sementara;
- 6 proyek (1.434 unit) diubah menjadi properti sewa.
Laporan Urbanation yang dirilis pertengahan April menunjukkan, di kawasan Greater Toronto dan Hamilton, sepanjang 2025 hingga kini sudah ada 28 proyek mencakup 5.734 unit yang dibatalkan, dihentikan, disita, atau dialihkan menjadi unit sewa — jauh lebih banyak dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatat 7 proyek.
Jonathan Zadegan, mitra di The Zadegan Group, menjelaskan: “Saat proyek tidak laku terjual, pengembang terus membakar uang untuk biaya operasional. Maka, banyak dari mereka akhirnya memilih untuk menghentikan proyek.”
Larry Masseo, Ketua Asosiasi Pengembang Rumah di Waterloo Region, menambahkan: “Kegiatan pembangunan perumahan sangat lambat sekarang. Kita sudah mengalami pasar yang lesu selama hampir dua tahun.”
Selain ketidakpastian perdagangan dan ekonomi, pengembang juga harus menghadapi tantangan lain, seperti proses perizinan yang lambat, biaya konstruksi yang tinggi, kekurangan tenaga kerja, dan kekurangan bahan bangunan.
Pada bulan Maret, angka pembangunan rumah baru di Ontario hanya 39.000 unit secara tahunan — terendah sejak 2009.
Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Kanada Membebani Pasar
Dahulu, Bank Sentral Kanada sering menggunakan strategi pemangkasan suku bunga untuk menghidupkan kembali pasar properti. Namun kali ini, ruang gerak mereka terbatas karena tekanan inflasi masih tinggi. Bank Sentral telah menghentikan penurunan suku bunga berturut-turut yang sempat berlangsung tujuh kali, dan saat ini mempertahankan suku bunga acuan di 2,75%.
Victor Tran, pakar hipotek dan properti dari Ratesdotca, mengatakan: “Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, kepercayaan konsumen untuk melakukan pengeluaran besar seperti membeli rumah masih sangat rendah.”
“Keputusan untuk tidak memangkas suku bunga ini,” katanya. “Tidak akan cukup untuk menghidupkan kembali pasar properti.”
Dia menambahkan bahwa jika prediksi pasar tentang kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga sepanjang tahun ini benar-benar terjadi, mungkin akan ada gelombang kebangkitan kecil di pasar properti, berkat turunnya biaya hipotek berbunga mengambang.
Namun, Tran memperingatkan: “Itu pun masih sulit dipastikan, karena tren pembelian rumah sangat bergantung pada arah perkembangan ekonomi, dan saat ini kita masih belum memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan.” (jhn/yn)