Home Blog Page 2

Kebiasaan Sehari-hari Ini Membunuh Hormon Bahagia Anda

EtIndonesia. Kebiasaan sehari-hari tertentu tanpa kita sadari dapat membunuh “hormon bahagia” kita seperti serotonin, dopamin, oksitosin, dan endorfin yang penting untuk menjaga suasana hati yang baik, motivasi, ikatan emosional, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Ketika hormon-hormon ini ditekan karena stres, pilihan gaya hidup yang buruk, atau kurangnya perawatan diri, hal itu dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan, mudah tersinggung, dan bahkan depresi. Mengenali dan mengubah kebiasaan-kebiasaan ini dapat membantu memulihkan keseimbangan emosional dan meningkatkan kebahagiaan jangka panjang.

Dalam artikel ini, kami membagikan daftar cara-cara di mana kebiasaan sehari-hari Anda membunuh hormon bahagia Anda.

Kebiasaan sehari-hari ini mungkin memengaruhi hormon bahagia Anda

  1. Melewatkan sarapan

Melewatkan sarapan menyebabkan ketidakseimbangan gula darah, yang dapat menyebabkan mudah tersinggung dan kelelahan. Hal itu juga membatasi pasokan nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi serotonin dan dopamin. Atasi dengan memulai hari Anda dengan makanan kaya nutrisi termasuk protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks.

  1. Penggunaan media sosial yang berlebihan

Menggulir media sosial secara terus-menerus dapat menyebabkan lonjakan dopamin yang diikuti oleh penurunan kadarnya, sehingga menimbulkan ketergantungan dan perasaan tidak mampu atau cemas. Atasi dengan menetapkan batasan waktu penggunaan layar dan terlibat dalam hubungan di dunia nyata yang membangun oksitosin dan serotonin.

  1. Kurangnya aktivitas fisik

Gaya hidup yang tidak banyak bergerak menurunkan produksi endorfin dan dopamin, keduanya penting untuk mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Atasi dengan menambahkan jalan kaki, peregangan, menari, atau bentuk gerakan fisik apa pun yang menyenangkan setiap hari untuk melepaskan hormon bahagia.

  1. Pembicaraan negatif terhadap diri sendiri

Mengkritik diri sendiri atau berpikir berlebihan secara terus-menerus dapat mengurangi kadar serotonin dan dopamin, membuat Anda merasa tidak berharga atau cemas. Mulailah berlatih menyayangi diri sendiri, menulis jurnal rasa syukur, dan mengganti pikiran negatif dengan afirmasi.

  1. Tidak mendapatkan cukup sinar matahari

Kurangnya paparan sinar matahari alami menurunkan kadar vitamin D, yang secara langsung memengaruhi produksi serotonin. Atasi dengan melangkah keluar rumah setidaknya selama 15–20 menit sehari, terutama di pagi hari.

  1. Kebiasaan tidur yang buruk

Tidur yang tidak cukup atau terganggu mengurangi sensitivitas serotonin dan dopamin serta meningkatkan kortisol, yang mengurangi kebahagiaan. Perbaiki dengan menjaga jadwal tidur yang konsisten dan rutinitas waktu tidur yang menenangkan.

  1. Konsumsi gula dan junk food yang berlebihan

Gula olahan dan makanan olahan menyebabkan lonjakan dan penurunan dopamin yang cepat, yang menyebabkan mudah tersinggung dan mengidam. Atasi dengan mengganti makanan manis dengan buah-buahan, kacang-kacangan, dan cokelat hitam, yang secara alami mendukung hormon suasana hati.

  1. Isolasi sosial

Manusia diciptakan untuk terhubung. Menghindari interaksi sosial menurunkan kadar oksitosin, meningkatkan perasaan kesepian. Cobalah luangkan waktu untuk kegiatan yang mempererat hubungan, berpelukan, atau bahkan percakapan singkat yang bermakna setiap hari.

  1. Multitasking dan kesibukan yang konstan

Selalu “aktif” membebani otak, meningkatkan kortisol, dan menghalangi efek menenangkan dari serotonin dan endorfin. Mengambil waktu istirahat sejenak dengan penuh perhatian, berfokus pada satu tugas pada satu waktu, dan berlatih pernapasan dalam dapat membantu.

  1. Mengabaikan hobi dan gairah

Ketika Anda mengabaikan aktivitas yang menyenangkan atau kreatif, kadar dopamin dan endorfin akan menurun, yang menyebabkan kurangnya motivasi dan kesenangan. Atasi hal ini dengan secara teratur menekuni hobi, musik, seni, memasak, berkebun, atau apa pun yang memicu kegembiraan.

Hormon bahagia perlu dipelihara setiap hari melalui kebiasaan yang penuh perhatian. Dengan mengganti pola-pola yang tidak sehat dengan rutinitas yang positif dan menyehatkan, kita dapat secara alami meningkatkan suasana hati, energi, dan kesejahteraan emosional.(yn)

Sumber: doctor.ndtv

Elon Musk Ungkapkan Penyesalan Atas Postingannya Tentang Trump

CEO SpaceX dan Tesla tersebut sebelumnya berseteru dengan Presiden AS, dan kini menyatakan bahwa postingannya “terlalu berlebihan.”

EtIndonesia. Miliarder teknologi Elon Musk mengungkapkan penyesalannya atas sejumlah unggahan terkait Presiden Donald Trump di tengah perseteruan publik antara keduanya.

“Saya menyesali beberapa unggahan saya tentang Presiden [Donald Trump] minggu lalu,” tulis Musk dalam sebuah unggahan di platform media sosial X pada 11 Juni. “Unggahan-unggahan itu terlalu berlebihan.”

Musk tidak merinci unggahan mana yang ia sesali.

Saham Tesla naik 2,5 persen dalam perdagangan pra-pasar setelah unggahan tersebut.

Perseteruan dengan Trump bermula setelah Musk mengkritik tajam “One Big Beautiful Bill Act”, sebuah paket legislasi besar yang didukung Gedung Putih. Musk, yang menjabat sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump hingga akhir Mei, menyebut RUU itu sebagai “aib yang menjijikkan” dan penuh dengan pengeluaran boros.

Musk juga sempat membuat klaim kontroversial terkait dugaan hubungan antara Jeffrey Epstein dan presiden, dalam sebuah unggahan yang kemudian ia hapus.

Ia bahkan menyebut dirinya berperan dalam membantu Trump kembali ke Gedung Putih, membantu Partai Republik merebut kembali mayoritas di DPR, serta meningkatkan jumlah kursi mereka di Senat dari 51 menjadi 53.

Trump, sebagai balasan, mengancam akan memutus kontrak serta subsidi federal bagi perusahaan-perusahaan milik Musk.

“Cara paling mudah untuk menghemat anggaran negara, miliaran dan miliaran dolar, adalah dengan mengakhiri subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon,” tulis Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.

Sebagai tanggapan, Musk mengatakan bahwa ia akan mulai menghentikan operasional kapsul SpaceX Crew Dragon, satu-satunya sarana aktif penerbangan antariksa berawak milik AS saat itu.

Namun, Musk kemudian menarik kembali ancaman tersebut. Pada 6 Juni, Trump ditanya seberapa serius ia mempertimbangkan untuk memutus kontrak tersebut.

“Kami akan meninjau semuanya,” jawab presiden. “Dia punya banyak uang. Dia menerima banyak subsidi.”

Ketika didesak lebih lanjut apakah ia akan mempertimbangkan kembali hubungan dengan Musk, Trump enggan berkomentar lebih jauh dan hanya mengatakan, “Saya hanya berharap yang terbaik untuknya.”

Selama 130 hari menjabat di pemerintahan Trump, Musk berperan sebagai penasihat presiden dan membantu Department of Government Efficiency (DOGE) dalam mengidentifikasi cara untuk memangkas pengeluaran federal yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi pemerintahan.

Terkait DOGE, Trump menyatakan bahwa pekerjaan departemen itu belum selesai dan pemerintahannya “pada dasarnya akan mengambil alih,” dengan banyak staf yang tetap bertugas. (asr)

Laporan ini turut disusun oleh Tom Ozimek

Dari Bank Besar hingga Cabang Pedesaan, Pembersihan Sektor Perbankan Tiongkok Makin Intens di Tengah Kekacauan Finansial

0

Dengan menggulingkan ratusan bankir, gelombang anti-korupsi Tiongkok menandai upaya penyelamatan penuh risiko terhadap sektor perbankan yang tertekan akibat pinjaman properti bermasalah dan utang lokal triliunan yuan.

Sean Tseng

Selama hampir tiga tahun terakhir, kampanye anti-korupsi di Tiongkok telah menyapu seluruh penjuru sektor keuangan, menggulingkan ratusan pejabat perbankan tingkat menengah dan tinggi—dari pejabat setingkat wakil menteri di kantor pusat Beijing hingga manajer cabang di pelosok kabupaten.

Kampanye ini dimulai pada akhir 2022 dan kini telah mencakup seluruh enam bank raksasa milik negara, tiga bank kebijakan utama, serta puluhan lembaga keuangan tingkat provinsi dan kota.

Sejak tahun 2023, setidaknya 200 pejabat perbankan telah diselidiki atau dihukum, menurut penghitungan The Epoch Times berdasarkan pengumuman resmi.

Pembersihan ini terjadi saat sistem perbankan Tiongkok bergulat dengan keruntuhan pasar properti yang menghancurkan nilai agunan, serta tumpukan utang tersembunyi dari pemerintah daerah—kombinasi eksplosif yang telah memaksa penggabungan, pembubaran, atau pencabutan izin 162 bank kecil hanya dalam tahun 2024, menurut laporan South China Morning Post pada Januari.

Orang dalam mengatakan bahwa kampanye ini merupakan reset menyeluruh yang bertujuan membongkar jaringan patronase yang telah mendorong praktik pinjaman sembrono, menyebabkan kehancuran sektor properti, dan menjerumuskan pemerintah daerah ke dalam jeratan utang di luar neraca.

Dengan memberantas korupsi dan menempatkan teknokrat yang memiliki latar belakang pengendalian risiko, Beijing berharap bisa menstabilkan industri yang kini tertekan akibat meningkatnya gagal bayar, krisis likuiditas, dan keraguan publik atas keamanan simpanan.


Jaring Penyisiran Sektor Finansial

Pengumuman resmi menunjukkan bahwa hampir tidak ada satu minggu pun di tahun ini yang berlalu tanpa ada bankir yang tumbang.

 Hingga akhir April, Komisi Pusat untuk Pemeriksaan Disiplin (CCDI) Partai Komunis Tiongkok telah membuka 90 penyelidikan di sektor keuangan, 63 di antaranya di bank.

Enam bank raksasa negara telah kehilangan 34 eksekutif—10 dari China Construction Bank (CCB), 6 dari Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), masing-masing 7 dari Agricultural Bank of China (ABC) dan Bank of China (BOC), serta masing-masing 2 dari Bank of Communications (BoCom) dan Postal Savings Bank of China (PSBC).

Tiga bank kebijakan juga telah kehilangan 11 pejabat senior—5 dari Agricultural Development Bank of China, sisanya dari China Development Bank dan Export-Import Bank of China.

Sebanyak 14 kasus lainnya melibatkan serikat kredit pedesaan dan bank komersial kota di Guangdong, Sichuan, Shandong, Yunnan, dan Hubei, ditambah banyak penangkapan di bank-bank provinsi Sichuan, Guizhou, dan Jiangxi, serta Chongqing Rural Commercial Bank.

Bulan April saja mencatat setidaknya 7 penahanan, termasuk mantan Presiden CCB Henan Shi Tingfeng—yang kemudian menjabat sebagai ketua CCB Pension Co. dan wakil direktur lembaga think tank bank—dan mantan Wakil Presiden CCB Lu Jianhua.

Penangkapan mereka menegaskan bahwa kampanye ini mencakup basis kekuasaan provinsi hingga ke kantor pusat korporasi di Beijing.

 “Ini adalah pembersihan menyeluruh dari atas ke bawah,” kata Peng Desheng, penasihat kebijakan di BoCom Beijing kepada The Epoch Times.

 “Dulu, pengangkatan pejabat bergantung pada koneksi politik dan bisnis. Sekarang Beijing menginginkan pengalaman pengendalian risiko dan kompetensi profesional,” tambahnya. “Jabatan senior kini akan lebih condong ke teknokrat dan menjauh dari jejaring patronase lama.”


Mengapa Beijing Bergerak Sekarang

Ketika ledakan properti Tiongkok meledak pada akhir 2021, harga tanah anjlok dan permintaan hipotek menguap, menghapus nilai agunan yang menopang triliunan yuan pinjaman bank.

Bank-bank kecil di pedesaan dan kota kecil menjadi yang paling terdampak; banyak dari mereka kini memiliki rasio kredit macet hingga 40%, menurut Asian Banking & Finance, mengutip Betty Huang dari BBVA Research.

Tak mampu menyerap kerugian, setidaknya 162 bank kecil telah dipaksa bergabung, dibubarkan, atau dicabut izinnya hanya dalam tahun 2024.

Pada saat yang sama, pemerintah daerah tak lagi mampu bertindak sebagai penyelamat.

Selama bertahun-tahun, provinsi dan kota menggunakan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah (LGFV)—perusahaan cangkang yang mereka bentuk untuk meminjam dana secara off-the-books guna membangun jalan, kereta bawah tanah, dan taman industri—dengan harapan bahwa pendapatan dari penjualan tanah dan pasar properti yang booming akan menutupi biaya tersebut.

Namun, taruhan itu kini berbalik arah.

 Dengan merosotnya penjualan properti dan penerimaan pajak, perusahaan cangkang itu kesulitan membayar ulang utang yang menurut analis mencapai 78 triliun yuan (sekitar USD 10 triliun)—lebih dari setengah ukuran total ekonomi Tiongkok.

Setiap kuartal, setidaknya 1 triliun yuan (sekitar USD 137 miliar) obligasi LGFV jatuh tempo, memaksa pejabat daerah terus mencari dana baru.

Solusi darurat Beijing—program tukar utang sekali pakai sebesar 10 triliun yuan (sekitar USD 1,4 triliun) yang memungkinkan provinsi membiayai kembali sebagian dari pinjaman “tersembunyi” ini dengan obligasi jangka panjang yang dijamin negara—hanya mencakup sebagian kecil dari total utang dan hanya menunda pembayaran ke masa depan.

“Sebagian besar pejabat perbankan yang tumbang berasal dari unit yang telah lama ditandai—masalah telah membusuk selama bertahun-tahun,” kata Sun Tao, ekonom Tiongkok dan pakar hukum keuangan dari Universitas Shandong kepada The Epoch Times.
Ia menelusuri kampanye anti-korupsi ini ke putaran kedua inspeksi CCDI dan audit mendalam oleh Kantor Audit Nasional yang berfokus pada bank kebijakan dan utang lokal tersembunyi.


Begini Cara Mesin Uang Beroperasi

 Orang dalam menggambarkan sistem yang digerakkan oleh target kuota pinjaman tanpa henti dan diminyaki oleh suap.

 Tuan Guo, mantan manajer cabang bank negara di Guangdong, mengatakan bahwa banyak presiden cabang lokal menggunakan perantara untuk mengarahkan pinjaman ke perusahaan “favorit,” mengambil bagian keuntungan, dan memindahkan uangnya ke luar negeri untuk membeli properti.

“Di dalam sistem, kami sejak lama tahu bahwa risikonya terus menumpuk. Banyak cabang lokal dipaksa oleh ‘target’ untuk terus mengeluarkan pinjaman; tanpa pinjaman, mereka tidak bisa memenuhi kuota,” ujar Guo kepada The Epoch Times.

 Ia mengatakan banyak dari mereka yang kini diselidiki adalah “orang lama perbankan” yang naik pangkat lewat koneksi politik dan bisnis.

“Beberapa eksekutif sudah memindahkan keuntungan mereka ke luar negeri sejak 2015—membeli properti di Australia dan Jepang yang sekarang nilainya berkali lipat. Beberapa dari mereka kena larangan keluar dan tak bisa meninggalkan Tiongkok, jadi rumah-rumah itu mungkin hanya akan kosong begitu saja,” tambahnya.

Buletin CCDI menyebutkan tuduhan yang umum: penerbitan pinjaman ilegal, suap, pertukaran kekuasaan dengan uang, mencari keuntungan lewat LGFV, dan pencucian uang ke luar negeri.


Syarat Awal untuk Reformasi di Tengah Krisis Finansial

 Yao Liming, konsultan regulasi keuangan di Beijing, menyebut pembersihan ini sebagai “pembersihan politik sekaligus prasyarat untuk reformasi finansial.”

Bahkan manajer tingkat rendah pun menjadi sasaran, menunjukkan bahwa politik dan pengendalian risiko kini berjalan beriringan.

Seorang eksekutif fintech yang berbasis di Shanghai, yang meminta anonimitas, menggambarkan kampanye ini sebagai triase yang sudah lama tertunda.

“Bank-bank telah digunakan untuk menambal defisit fiskal pemerintah daerah dan memfasilitasi pelarian modal bagi elit lokal. Banyak pemberi pinjaman hanya menggulung pinjaman buruk dengan kredit baru. Regulator tahu itu. Kampanye ini adalah bentuk pertanggungjawaban sekaligus cara untuk membersihkan ruang bagi restrukturisasi berikutnya,” ujarnya kepada The Epoch Times.

“Kampanye saat ini hanya menangani masalah yang telah terakumulasi selama satu dekade atau lebih.”

Dengan menyapu semua tingkat—dari kantor pusat hingga cabang kabupaten—Beijing tampaknya berusaha memutus rantai yang telah menjadikan sistem perbankan yang sangat berutang sebagai titik ledak krisis finansial Tiongkok yang sedang berlangsung. (asr)

Shen Yue turut berkontribusi dalam laporan ini.

Israel Akan Menyerang Fasilitas Nuklir Iran? Saat AS Menarik Staf dari Timur Tengah, Berikut Kronologi Program Nuklir Iran

EtIndonesia. Di tengah kekhawatiran bahwa Israel akan melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, AS pada hari Rabu (11/6) meminta personel militer dan personel lain dari kawasan Timur Tengah untuk pergi. Hal ini dilakukan karena tidak ada kemajuan antara Iran dan AS dalam negosiasi mengenai program nuklirnya.

Israel melihat Iran yang bersenjata nuklir sebagai ancaman eksistensial. Serangan terhadap fasilitas nuklirnya, jika terjadi, akan ditujukan untuk memundurkan program nuklir Iran hingga beberapa dekade.

Di tengah perkembangan yang menegangkan ini, berikut adalah tinjauan program nuklir Iran, dengan fokus khusus pada pengayaan Uranium yang diperlukan untuk membangun senjata nuklir.

Jenis uranium apa yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir?

Iran dilaporkan telah menimbun uranium yang diperkaya hingga 60 persen dari isotop U-235 yang dapat dibelah sejak April 2021. Secara teori, uranium dianggap bermutu senjata ketika isotop U-235-nya telah diperkaya hingga sekitar 90 persen, yang disebut uranium yang diperkaya tinggi. Sampai saat ini, Iran diperkirakan telah memperkaya Uranium hingga 60 persen. Sekali lagi, secara teori, hanya uranium yang diperkaya 20 persen yang cukup dan disebut ‘dapat digunakan sebagai senjata’. Namun, ratusan kilogram bahan tersebut akan diperlukan untuk membuat senjata nuklir, yang tidak praktis.

Kronologi program nuklir Iran

Iran telah memperkaya uranium selama beberapa dekade, meskipun bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai.

Program nuklir Iran dimulai pada tahun 1960-an, dan berkembang menjadi pengayaan tingkat lanjut.

Tahun-tahun awal program nuklir Iran

Faktanya, AS-lah yang menyediakan reaktor riset pertama Iran, TRR. Hal itu terjadi pada tahun 1960-an, saat hubungan kedua negara masih lebih baik. Di bawah pemerintahan Shah Iran saat itu, negara tersebut memulai program nuklirnya untuk tujuan damai. TRR mulai beroperasi di TNRC pada tahun 1967.

Pada tahun 1970-an, Iran meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).

Program nuklir Iran setelah Revolusi Islam

Pada tahun-tahun awal setelah Revolusi Islam yang menggulingkan Shah, Iran menghentikan program nuklirnya.

Namun pada tahun-tahun berikutnya, program tersebut dihidupkan kembali, dengan maksud yang diungkapkan untuk menggunakannya untuk tujuan damai, terutama untuk pertanian.

Namun perlahan-lahan, perolehan lebih banyak uranium, pembangunan fasilitas nuklir, dan pengayaan yang berkelanjutan di tengah ketegangan Timur Tengah, menimbulkan kecurigaan masyarakat internasional.

Program nuklir Iran menjadi penyebab kekhawatiran bagi Israel, yang berpendapat di forum internasional bahwa senjata itu, pada akhirnya, dapat menargetkan negara Yahudi, yang merupakan pesaing beratnya di kawasan tersebut.

Iran meningkatkan pengayaan pada tahun 2000-an, yang menuai kritik dan pengawasan

Pada awal tahun 2000-an, kelompok pembangkang seperti Dewan Perlawanan Nasional Iran menarik perhatian global terhadap program nuklir rahasia Iran, termasuk pabrik pengayaan.

Hal ini menyebabkan serangkaian negosiasi. Barat mengadopsi kebijakan wortel dan tongkat terhadap Iran, dengan memberlakukan sejumlah sanksi sekaligus bernegosiasi dengan Iran untuk mengurangi ambisi nuklirnya.

Perundingan nuklir Iran: Era negosiasi

Pada periode 2003-2004, Iran membuat perjanjian dengan Inggris, Prancis, dan Jerman untuk menangguhkan pengayaan dan menerima peningkatan inspeksi terhadap fasilitas nuklirnya, terutama pengawas PBB IAEA.

Namun pada pertengahan tahun 2000-an, Iran melanjutkan aktivitas pengayaan uranium, termasuk di fasilitas nuklir utamanya di Natanz.

Perluasan pengayaan nuklir Iran dan sanksi AS

Meskipun ada tekanan global, Iran terus memperkaya uranium secara bertahap, sehingga membuatnya mendekati tingkat senjata. Barat menanggapi dengan sejumlah tindakan hukuman, bahkan ketika Israel membunyikan alarm di setiap kesempatan untuk menarik perhatian pada program nuklir Iran.

Pada tahun 2006, Dewan Keamanan PBB melarang penyediaan peralatan untuk pengayaan uranium kepada Iran. Ini terjadi setelah Iran mengumumkan pengayaan uranium hingga 3,6 persen. Antara tahun 2007 dan 2010, Iran meningkatkan jumlah sentrifus dan memperkaya uranium hingga 20 persen.

Kesepakatan nuklir Iran: JCPOA dan pembatasan terhadap Iran

Di bawah pemerintahan Barack Obama, AS dan negara-negara Barat berhasil mencapai kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya pada tahun 2015. Kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dicapai antara Iran dan P5+1 – lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB – Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris, dan AS – ditambah Jerman. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi Barat. Iran setuju untuk melakukan pembatasan dan inspeksi lebih lanjut terhadap fasilitas nuklirnya.

Berdasarkan ketentuannya, Iran hanya diperbolehkan memiliki sejumlah uranium yang diperkaya hingga 3,67 persen. Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada tahun 2006, dan Iran sebagian besar mematuhi JCPOA pada periode 2016-2018.

Trump keluar dari kesepakatan Iran, dan Iran melanjutkan pengayaan

Pada tahun 2018, Donald Trump, dalam masa jabatan pertamanya sebagai presiden, menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran, yang pada dasarnya menyebabkan runtuhnya JCPOA. Trump, yang setuju dengan apa yang dikatakan Israel selama bertahun-tahun, menuduh bahwa Iran telah melanggar ketentuan kesepakatan tersebut.

Pada periode 2018-2020, Iran melanjutkan aktivitas pengayaan uraniumnya dan memperluas persediaan bahan nuklirnya.

Pada tahun 2021, Iran mengumumkan pengayaan hingga 60 persen, yang menyebabkan kekhawatiran di masyarakat internasional. Pada periode 2021-2025, Iran dituduh merusak ketentuan kesepakatan nuklir dengan membatasi akses IAEA ke data dan peralatan pemantauannya.

Negosiasi nuklir Iran tahun 2025

Di bawah pemerintahan Trump yang baru, AS melanjutkan negosiasi dengan pemerintah Iran mengenai program nuklirnya, tetapi pembicaraan tetap tidak meyakinkan. Negosiasi tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tahun 2023, dan pendudukan Israel berikutnya di Gaza serta perang yang sedang berlangsung. Perang tersebut menyebabkan Iran mendukung kelompok-kelompok anti-Israel seperti Hamas, Houthi, dan Hizbullah, dan perang proksi antara kedua negara semakin intensif.

Dalam konteks inilah sekarang muncul spekulasi kuat bahwa Israel mungkin secara langsung menargetkan fasilitas nuklir Iran. (yn)

“Protes Atau Operasi Rahasia? Fakta Mengejutkan di Balik Rusuh Los Angeles!”

Jiang Feng Times

Apa yang sedang terjadi di Los Angeles beberapa hari terakhir ini bukan sekadar rentetan protes jalanan biasa. Di balik kerusuhan dan bentrokan yang menghiasi pemberitaan, tersimpan kisah besar tentang operasi infiltrasi politik nyata yang kini berlangsung terang-terangan di jalanan Amerika Serikat. Ini bukan teori konspirasi murahan—fakta-fakta dan data mengarah pada skenario yang jauh lebih serius dan terorganisir dari sekadar protes spontan warga.

Prolog Sebuah Kekacauan—Gelombang Protes yang Berujung Darurat

Dalam hitungan hari, kota Los Angeles diguncang gelombang demonstrasi besar-besaran. Semuanya dipicu oleh aksi penggerebekan aparat Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) di sejumlah lokasi persembunyian imigran ilegal. Lebih dari seratus orang ditangkap, situasi pun memanas dan segera lepas kendali. Massa tidak hanya memblokir jalan dan mengepung mobil polisi, namun aksi mulai anarkis ketika bom molotov dilemparkan ke arah aparat.

Pemerintah pusat di bawah komando Presiden Donald Trump pun bergerak cepat. Garda Nasional Amerika Serikat langsung dikerahkan ke jantung kota Los Angeles. Status darurat pun ditetapkan, jam malam diberlakukan, dan atmosfer kota berubah drastis—seolah-olah kota terbesar kedua di Amerika itu sedang dalam kondisi perang.

Benturan Kekuasaan—Konflik Federal vs Negara Bagian

Langkah cepat Presiden Trump langsung menuai perdebatan di berbagai level. Gubernur California, Gavin Newsom, secara terbuka menuding pengerahan Garda Nasional ke Los Angeles sebagai tindakan inkonstitusional. Menurut Newsom, komando tertinggi Garda Nasional seharusnya berada di tangan gubernur negara bagian, bukan presiden.

Trump tak bergeming. Ia bahkan menyiapkan Marinir AS untuk siaga penuh di sekitar Los Angeles. Situasi pun kian tegang. Perdebatan sengit muncul, baik di dunia maya maupun diskusi masyarakat, tentang siapa sesungguhnya yang berhak memerintah Garda Nasional. Mana yang lebih kuat: kekuasaan federal atau negara bagian? Tak sedikit yang membandingkan peristiwa Los Angeles ini dengan tragedi Tiananmen di Tiongkok pada 1989—tentara menghadapi rakyatnya sendiri, dengan prosedur hukum dan kepentingan yang bertolak belakang.

Namun, jelas ada perbedaan mendasar. Jika di Tiananmen tentara adalah “pasukan partai” yang menumpas rakyat tanpa proses hukum, di Amerika Serikat prosedur konstitusi dan hukum tetap dipegang sebagai acuan utama, meskipun dalam praktiknya tetap menyisakan perdebatan sengit tentang prioritas dan wewenang.

Melihat ke Balik Layar—Apakah Ini Hanya Protes Spontan?

Edisi laporan khusus ini sengaja tidak hanya mengupas polemik antara Trump dan Newsom atau membandingkannya dengan tragedi politik di belahan dunia lain. Pertanyaan utamanya: apakah protes di Los Angeles ini murni gerakan spontan masyarakat, atau justru sebuah operasi terstruktur?

Banyak pihak, khususnya media arus utama, memotret fenomena ini sekadar sebagai letupan sosial akibat kebijakan imigrasi yang keras. Namun, laporan ini menemukan benang merah dan data yang jarang, bahkan hampir tidak pernah, diangkat ke permukaan publik Amerika. Di balik protes ini, ada jejaring besar “agen merah”—operator yang menghubungkan aktivis kampus, organisasi masyarakat, dan gerakan sosial di Amerika langsung ke Tiongkok.

Jaringan Merah—Anatomi Operasi dan Nama Besar di Baliknya

Siapakah sebenarnya yang menggerakkan dan membiayai seluruh rangkaian aksi ini? Siapa yang mencetak spanduk, membagikan kaos seragam, menyusun jadwal aksi, mengatur penasehat hukum, hingga mengundang para streamer untuk menyiarkan langsung ke seluruh dunia?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut hampir selalu bermuara pada satu nama: Neville Roy Singham. Singham adalah miliarder Amerika Serikat yang kini menetap di Shanghai, Tiongkok. Ia adalah mantan pengusaha IT Silicon Valley, seorang pemuja ideologi Mao Zedong, sekaligus penyandang dana utama berbagai gerakan mahasiswa radikal di Amerika Serikat.

Singham bukan sekadar dermawan. Ia adalah arsitek operasi jaringan media sayap kiri yang kontennya hampir seluruhnya merupakan duplikasi propaganda resmi pemerintah Tiongkok. Ia adalah alumni teologi Columbia University, namun lebih dikenal sebagai pendiri perusahaan dan penghubung resmi berbagai lembaga, mulai dari media pemerintah Tiongkok, kampus-kampus elite di Shanghai, hingga departemen propaganda partai.

Jaringan ini sangat terorganisir—mengelola arus dana, publikasi, rekrutmen kader, hingga penetrasi ke berbagai kampus ternama Amerika, bahkan ke parlemen dan institusi legislatif. Di jalanan Los Angeles, demonstran yang meneriakkan “Get ICE Out”, mengangkat spanduk, mengenakan kaos seragam, dan menyanyikan slogan, sesungguhnya adalah hasil kerja sistematis jaringan merah yang kini aktif menata ulang opini publik Amerika dari dalam.

Bukti-Bukti Keterlibatan Jaringan Internasional

Sebagian masyarakat mungkin masih meragukan paparan ini, menyangka semua itu sekadar teori konspirasi yang berlebihan. Namun, data keuangan, aliran dana, dan dokumen organisasi menunjukkan betapa sistematisnya pola infiltrasi ini. Bukan lagi sekadar agen bayangan, kini mereka hadir sebagai agen resmi, terbuka, dan berani menantang sistem Amerika di ruang publik.

Bahkan, pemerintah Trump menyadari sepenuhnya bahaya ini. Itulah sebabnya, langkah yang diambil bukan lagi sekadar penindakan hukum biasa, tetapi pengerahan kekuatan militer demi menjaga stabilitas negara dan mencegah operasi opini yang bisa merusak fondasi peradaban Amerika Serikat.

Eksportir Model Gerakan—Dari Ideologi ke Aktivisme Jalanan

Di masa lalu, Tiongkok dikenal sebagai pengekspor ideologi revolusi. Kini, model yang diekspor adalah sistem gerakan sosial dan infiltrasi opini. Jika dulu yang dikirim adalah guru-guru Institut Konfusius, kini aktivis jalanan dari Partai Sosialis dan Pembebasan dikirim ke Amerika, Kanada, Eropa, bahkan Taiwan.

Pertanyaannya, apakah Amerika siap menghadapi skema ini? Bagaimana pemerintah dan legislatif akan menanggapi operasi yang bergerak di bawah permukaan, namun hasilnya nyata di jalanan?

Ancaman Nyata dan Langkah Perlawanan

Dalam waktu dekat, perubahan besar di Amerika Serikat sangat mungkin terjadi, terutama terkait UU Agen Asing dan regulasi imigrasi. Kongres dan pemerintah mulai mengambil langkah nyata untuk memutus jalur dana, membongkar jejaring infiltrasi, serta memperkuat pertahanan sistem hukum dan konstitusi dari serangan operasi opini.

Tak kalah penting, model “jaringan merah” ini patut diwaspadai sebagai ancaman global—karena pola, dana, dan aktor di baliknya sudah merambah Taiwan, Kanada, hingga Eropa.

Penutup:

Apa yang terjadi di Los Angeles bukan sekadar demonstrasi kebijakan imigrasi, melainkan bagian dari perang panjang antara infiltrasi dan pertahanan, antara operasi opini dan sistem peradaban. Ini bukan lagi cerita fiksi, namun realita yang menuntut ketegasan, kecerdasan, dan sinergi seluruh elemen bangsa—bukan hanya Amerika, tapi juga negara-negara demokratis di seluruh dunia. (kyr)

‘Jalan Kecil yang Dilalui’ di Padang Rumput Membawa Penyelamat ke Tempat Persembunyian Keluarga yang Mengejutkan

EtIndonesia. Dua bulan lalu, anggota staf di tempat pembuangan sampah konstruksi melihat seekor anjing hamil besar berkeliaran di sekitar lokasi.

“Para karyawan di kantor tiket memperhatikannya berkeliaran, tampak lapar,” Nancy Cowan, anggota dewan dan relawan Three Little Pitties Rescue, memberi tahu The Dodo.

Sayangnya, tempat pembuangan sampah tersebut merupakan tempat pembuangan umum bagi anjing, terutama yang hamil, jadi staf terbiasa merawat anak anjing yang terlantar hingga bantuan datang. Mereka menyediakan makanan untuk anak anjing yang hamil, tetapi tidak melihatnya lagi untuk beberapa saat.

“Dia menghilang selama beberapa hari, lalu akhirnya muncul dalam kondisi jauh lebih kurus,” kata Cowan. “Jadi kami tahu dia pernah melahirkan anak anjing di suatu tempat.”

Cowan mulai mencari induk anjing dan anak-anaknya ke mana-mana, karena tahu mereka akan membutuhkan dukungan. Cowan tahu bahwa induk anjing biasanya suka mencari perlindungan di bawah tempat sampah, tempat mereka dapat melindungi anak-anak anjing mereka yang baru lahir, jadi dia memulai pencariannya di sana.

“Saya melihat tempat sampah yang ditumbuhi rumput tinggi dan jalan setapak kecil di bawahnya,” kata Cowan. “Jadi itulah petunjuk saya.”

Benar saja, ada induk anjing itu, yang menjaga anak-anaknya. Awalnya, induk anjing itu terlalu takut untuk membiarkan Cowan mendekatinya. Cowan menghabiskan beberapa hari memberinya makan dan mendapatkan kepercayaannya. Begitu anjing itu akhirnya merasa nyaman, induk anjing itu membiarkan Cowan mendekati anak-anaknya.

Tim penyelamat datang segera setelah itu dan memindahkan anjing-anjing itu ke tempat penitipan anak, tempat mereka semua dapat pulih dalam lingkungan yang aman dan damai.

Dalam dua bulan sejak mereka diselamatkan, induk anjing itu, yang bernama Lucy, telah mendapatkan semua perawatan yang layak diterimanya. Pada Hari Ibu, Lucy bahkan disajikan sarapan di tempat tidur. Begitu dia dikebiri, dia akan siap untuk diadopsi.

“Dia adalah induk yang sangat bersyukur dan kami bersyukur menjadi bagian dari perjalanannya,” tulis Three Little Pitties Rescue di Instagram.

Mengenai anak-anak anjing itu, mereka semua telah disapih dan siap untuk diadopsi. Satu telah dipilih oleh keluarga selamanya, dan lima sisanya, bernama Teddy, Cleo, Sadie, Rusty, dan Willow, siap untuk dibawa pulang kapan saja.

“Anak-anak anjing itu tumbuh subur,” kata Cowan.

Ini adalah akhir yang bahagia bagi keluarga yang beranggotakan tujuh orang itu. Dari tinggal di bawah tempat sampah hingga mendapatkan perlakuan istimewa setiap hari, kehidupan mereka tak dapat dikenali lagi.(yn)

Sumber: the dodo

Mengejutkan!  Akhir Juni PKT Akan Alami Guncangan Besar?  Trump Serukan Tiongkok untuk Membuka Diri, Ada Apa Media Partai Bergerak Serempak?

Li Jingyao -Secretchina.com 

Semakin banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa situasi politik internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) sudah mengalami sejumlah perubahan. Media corong PKT pada 10 Juni, People’s Daily (Harian Rakyat) menerbitkan artikel berjudul “Semakin Terbukanya Negara, Semakin Memacu Kemajuan Kita — Wawancara dengan Ren Zhengfei”. Bahkan,  beberapa waktu terakhir, internet di daratan Tiongkok juga ramai dengan kemunculan kabar mengenai para pejabat tinggi PKT yang telah pensiun. Selain itu, beberapa orang yang memiliki kedekatan dengan kalangan elit militer mengungkapkan bahwa akan terjadi perubahan secara besar-besaran di panggung politik Tiongkok pada akhir Juni mendatang.

Trump: Kami Ingin Pasar Tiongkok Terbuka

Salah satu indikator penting dalam mengamati perubahan situasi di Tiongkok adalah melalui jaringan internet dan media resmi negara.

Pada 9 Juni, putaran kedua negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok berlangsung di London, Inggris. Dilaporkan bahwa kedua pihak memfokuskan pembahasan pada pembatasan ekspor logam tanah jarang  dan semikonduktor. 

Pada kesempatan itu, Delegasi AS diwakili oleh Perwakilan Dagang Jamieson Greer, Menteri Keuangan Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick. Sementara itu, pihak Tiongkok diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, Menteri Perdagangan Wang Wentao, serta Wakil Menteri sekaligus Perwakilan Perdagangan Internasional Li Chenggang.

Pejabat tinggi Gedung Putih menyatakan bahwa jika Beijing bersedia mempercepat ekspor logam tanah jarang, maka Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan melonggarkan pembatasan penjualan chip ke Tiongkok.

Trump mengatakan, “Kami ingin membuka pasar Tiongkok. Jika kami tidak bisa melakukannya, mungkin kami tidak akan melakukan apa-apa sama sekali.” Ia juga kembali menegaskan bahwa Tiongkok “selama bertahun-tahun telah mengambil keuntungan dari Amerika Serikat.”

People’s Daily: Semakin Terbuka Sebuah Negara, Semakin Maju Kita

Setelah Trump menyampaikan harapannya agar pasar Tiongkok dibuka, media resmi PKT People’s Daily langsung menanggapi pada 10 Juni dengan menerbitkan artikel utama berjudul “Semakin Terbukanya Negara, Semakin Memacu Kemajuan Kita — Wawancara dengan Ren Zhengfei.”

Pengamat politik Jiang Feng, dalam kanal medianya, menyatakan bahwa menghadapi gaya bicara Trump seperti itu, PKT tidak bisa lagi bersikap konfrontatif secara langsung. “Jadi kali ini PKT mengganti strategi: tidak membalas dengan keras, tidak menyerang balik, melainkan langsung mendorong Ren Zhengfei (pendiri Huawei) ke depan, dan memberinya panggung di halaman depan People’s Daily.”

Ren Zhengfei dalam wawancaranya menyampaikan bahwa Huawei “belum sehebat itu,” dan “Amerika Serikat melebih-lebihkan teknologi kami,” dengan sikap yang menunjukkan seolah-olah berkata, “Kami bukan musuh yang ingin kalian hancurkan,” dan “Kami ini lemah.”

Jiang Feng menganalisis, “Jika kita melihat dari waktu, latar belakang politik, dan di mana wawancara itu dipublikasikan, kita bisa mengetahui bahwa ini bukan keinginan pribadi Ren Zhengfei untuk bersuara, melainkan ada pihak yang membutuhkan Ren untuk berbicara. Siapa? Petinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT), lebih tepatnya faksi yang saat ini mengendalikan opini publik.” Ia menilai bahwa PKT mendorong Ren Zhengfei tampil ke depan karena “Partai tidak bisa secara langsung mengucapkan kata-kata yang lembek, karena akan terlihat sangat memalukan.”

Hal  menarik yang patut dicermati adalah sepanjang wawancara tersebut sama sekali tidak disebutkan nama Xi Jinping maupun gelarnya selaku  “Sekretaris Jenderal.” Hanya di kalimat terakhir muncul secara formal sebuah frasa berbunyi, “Negara di bawah kepemimpinan Partai…”. Jiang Feng menilai ini adalah upaya yang disengaja untuk menyingkirkan unsur Xi dan mengurangi aroma partai (PKT).

Dalam wawancara itu, Ren Zhengfei tampaknya menyampaikan pesan, “Kami tidak sekuat itu, jadi jangan langsung memblokir jalan kami.” Pesan lainnya seakan berbunyi, “Kami sudah mengganti orang-orang yang akan berkomunikasi dengan kalian.”

Jiang Feng menekankan, makna sebenarnya yang ingin disampaikan dari balik ini semuanya adalah bahwa sistem politik sedang mengirimkan “sinyal negosiasi” kepada pemerintahan Trump. Ada dua makna utama:

  1. Kami tidak lagi bersikeras pada narasi konfrontatif; tolong beri kami sebuah kesempatan.
  2. Kami bukan Xi Jinping. Kami adalah “Tiongkok generasi berikutnya” yang tidak akan meneruskan kebijakan keras yang lama.

Jiang Feng menyimpulkan bahwa ini menandai adanya perubahan mendasar dalam gaya bahasa sistem propaganda. Rezim saat ini mulai menarik diri secara kolektif, merendahkan nada, dan mengganti pendekatan retorik. Dulu mereka berkata, “Kami akan memecahkan blokade,” sekarang menjadi, “Sebenarnya kami masih jauh tertinggal.” Dulu mereka menyatakan, “Barat takut kami melampaui mereka,” kini berubah menjadi, “Barat sebenarnya terlalu melebih-lebihkan kami.”

Munculnya Bertubi-tubi Berita Tentang Pejabat Pensiunan: Pertanda Xi Jinping Kehilangan Kekuasaan?

Partai Komunis Tiongkok (PKT) melalui Ren Zhengfei mencoba melunak kepada Amerika Serikat, sekaligus mengirimkan sinyal bahwa “puncak kekuasaan partai” telah berganti orang. Media daratan Tiongkok dan media sosial dalam beberapa waktu terakhir juga tiba-tiba dipenuhi dengan berita-berita yang berkaitan dengan para pejabat tinggi PKT yang telah pensiun, serta artikel-artikel sejarah yang secara halus menyindir situasi politik yang semakin goyah saat ini.

Pengamat politik Zhou Xiaohui dalam tulisannya menyebutkan bahwa salah satu contohnya adalah puisi karya Wen Jiabao berjudul Memandang Langit Penuh Bintang (仰望星空) yang kembali beredar luas di internet Tiongkok. Puisi itu mencerminkan sebuah harapan — harapan agar Wen benar-benar bisa mengambil pelajaran dari berbagai petunjuk yang diberikan langit, lalu memilih jalan yang benar, demi mewujudkan kebangkitan sejati bangsa Tiongkok dan membawa kehidupan yang bahagia bagi rakyat. Jika Wen benar-benar menempuh pilihan tersebut, namanya akan tercatat dalam sejarah dengan tinta emas.

Selain puisi Wen Jiabao, artikel berjudul Tian Jiyun: Aku Merindukan Era Hu Yaobang dan Zhao Ziyang di Kompleks Zhongnanhai juga kerap muncul kembali di media dan platform sosial Tiongkok.

Menurut Zhou Xiaohui, kemunculan kembali artikel Tian Jiyun dimaksudkan untuk menyindir pejabat tinggi PKT saat ini yang nepotis, gemar pamer kekuasaan, dan gila jabatan. Fenomena ini bukan hanya terjadi di era Jiang Zemin, Hu Jintao, maupun Xi Jinping — semuanya pernah menunjukkan contoh mencolok dari praktik-praktik semacam itu. Meski artikel Tian tidak secara eksplisit menyebut “sang pemusatan kekuasaan” (merujuk pada Xi Jinping), maknanya tetap terasa sangat dalam dan tajam.

Selain itu, tulisan-tulisan dari mantan pemimpin seperti Hu Jintao, Wang Qishan, Hui Liangyu, dan Li Lanqing juga turut bermunculan di media dan media sosial.

Zhou Xiaohui menegaskan, “Jika Xi Jinping masih berkuasa penuh, artikel-artikel dari para pejabat pensiunan ini tidak akan mungkin bermunculan secara masif. Kemunculan berita tentang para pensiunan ini merupakan salah satu indikator kuat bahwa Xi sedang kehilangan kekuasaan.”

Perombakan Besar Dunia Politik Tiongkok Menjelang Akhir Juni?


Pengamat politik Li Dayu dalam siaran medianya mengungkapkan bahwa menurut seorang narasumber yang memiliki akses langsung ke jajaran paling atas militer PKT, “Xi Jinping sejatinya sudah kehilangan kekuasaan dan pengaruh. Orang dalam yang dekat dengan elite militer PKT menyampaikan bahwa pada akhir Juni akan terjadi perubahan besar-besaran dalam dunia politik Tiongkok. Salah satu pertemuan rahasia yang digelar menjelang pertengahan Juni akan menjadi penentu akhir siapa sosok pengganti Xi di masa depan. Wang Yang dan Hu Chunhua saat ini super sibuk hingga tak sempat bernapas.”

“Para pejabat PKT ibarat ilalang yang condong ke mana angin bertiup. Sekarang mereka mulai berbondong-bondong ‘lompat pagar’ dan berpindah kubu. Wang dan Hu juga dikabarkan bersiap memulai reformasi sistem politik,” lanjut narasumber tersebut. Ia juga menyerukan kepada media internasional agar memberi perhatian serius terhadap momen sejarah besar yang akan segera tiba ini, serta mendorong, mendukung, bahkan mengarahkan kekuatan-kekuatan keadilan baik dari dalam maupun luar sistem, untuk bersama-sama membebaskan bangsa Tiongkok dari perbudakan Partai Komunis serta dari cengkeraman kekuatan jahat “iblis merah.” (asr)

Ada Investasi Tiongkok di Balik Kerusakan Ekosistem Raja Ampat

0

Oleh: Fadjar Pratikto

Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya kembali menjadi sorotan publik, bukan karena keindahan lautnya, tetapi karena kerusakan ekosistem akibat aktivitas pertambangan nikel. Warganet ramai-ramai membagikan informasi tentang kerusakan tersebut dengan tagar #SaveRajaAmpat.

Tekanan publik memuncak setelah aktivis Greenpeace melakukan aksi protes saat Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno berbicara di “Indonesia Critical Minerals Conference & Expo 2025”, 3 Juni lalu. Aksi itu berujung pada pengusiran para aktivis, termasuk seorang perempuan Papua yang membentangkan spanduk protes terhadap tambang nikel.

Protes ini mengarah pada pertanyaan besar: siapa di balik kerusakan ini? Pemerintah kemudian melakukan inspeksi terhadap empat perusahaan tambang nikel yang beroperasi di wilayah Raja Ampat dari 26–31 Mei 2025. Keempatnya adalah PT Gag Nikel (GN), PT Anugerah Surya Pratama (ASP), PT Kawei Sejahtera Mining (KSM), dan PT Mulia Raymond Perkasa (MRP).

Jejak Modal Asing dan Kepentingannya

PT Gag Nikel (GN), yang beroperasi di Pulau Gag seluas 13.136 hektare, awalnya dimiliki oleh perusahaan Australia Asia Pacific Nickel dan PT Aneka Tambang (Antam). Namun sejak 2008, Antam menjadi pemilik penuh. Pada Oktober 2024, Antam mengakuisisi 30% saham PT Jiu Long Metal Industry (JLMI), anak usaha Eternal Tsingshan Group dari Tiongkok, senilai Rp1,6 triliun. JLMI sendiri menjalankan smelter di Pulau Gag, menjadikannya bagian penting dari rantai pasok hilirisasi nikel Indonesia.

JLMI juga memiliki fasilitas pengolahan di Weda, Halmahera Tengah, dan mengolah bijih nikel dari PT GN menjadi Nickel Pig Iron dan Nickel Matte. Akuisisi ini bukan hanya tentang investasi, tapi juga memastikan pasokan bahan baku ke pabrik Tiongkok.

Sementara itu, PT Anugerah Surya Pratama (ASP) juga terafiliasi dengan Tiongkok melalui induknya, PT Wanxiang Nickel Indonesia, yang menguasai ribuan hektare di Kepulauan Waigeo dan Pulau Manuram. Perusahaan ini merupakan bagian dari jaringan bisnis raksasa tambang Tiongkok, Vansun Group, yang juga mengoperasikan smelter besar di Morowali.

PT Kawei Sejahtera Mining (KSM) yang beroperasi di Pulau Kawei seluas 5.922 hektare, dimiliki oleh WNI Hamzah Hendrawan. Meski sahamnya tidak dimiliki asing, hasil tambangnya sebagian besar diekspor ke Tiongkok. Sementara PT Mulia Raymond Perkasa (MRP), yang baru mulai survei sejak September 2024 di Pulau Manyaifun dan Batang Pele, belum diketahui pasti keterkaitannya dengan investor asing.

Pemerintah Akhirnya Mencabut Empat Izin

Menyusul tekanan publik, pemerintah akhirnya mencabut izin empat perusahaan tambang: PT ASP, PT KSM, PT MRP, dan PT Nurham. Pengumuman resmi dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi pada 10 Juni 2025. Keputusan ini disebut berdasarkan evaluasi lintas kementerian dan bukan semata karena viralnya isu di media sosial.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa hanya PT Gag Nikel yang mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025 dan telah diperiksa langsung oleh timnya. Meskipun sebelumnya sempat dihentikan operasinya karena dianggap melanggar UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Bahlil kemudian menyatakan bahwa Pulau Gag tidak masuk kawasan Geopark Raja Ampat dan letaknya cukup jauh dari pusat wisata Piaynemo.

Namun, keputusan mempertahankan izin PT GN memunculkan tanda tanya besar. Terlebih, laporan menunjukkan bahwa 300 dari 500 hektare deforestasi di Raja Ampat justru terjadi di Pulau Gag—lokasi operasi PT GN.

Sementara itu, PT ASP diketahui melakukan penambangan tanpa sistem manajemen lingkungan dan pengelolaan limbah. KLHK telah memasang papan peringatan untuk menghentikan aktivitasnya. Secara umum, keempat perusahaan yang dicabut izinnya diduga melakukan pelanggaran serius terkait legalitas dan pengelolaan lingkungan.

Sorotan Terhadap Investasi Asing dan Lemahnya Pengawasan

Kasus ini menunjukkan bagaimana investasi asing, khususnya dari Tiongkok, menjadi faktor dominan dalam industri tambang di Papua. Banyak perusahaan asing memanfaatkan celah hukum dan lemahnya pengawasan pemerintah untuk mengeksploitasi sumber daya alam di kawasan konservasi seperti Raja Ampat.

Anggota Komisi VII DPR RI, Desy Natalia, meminta pemerintah meninjau ulang kerja sama investasi yang mengabaikan prinsip keberlanjutan dan hak masyarakat lokal. Ia menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat adat dalam pengambilan keputusan.

Greenpeace melalui juru kampanyenya, Iqbal Damanik, juga mengkritik pembenaran pemerintah bahwa lokasi tambang PT GN cukup jauh dari kawasan wisata. Menurutnya, hal itu tak relevan karena aturan melarang penambangan di pulau kecil. Fakta bahwa 500 hektare hutan telah hilang, 300 hektare di antaranya di Pulau Gag, adalah sinyal bahaya.

Masyarakat adat, nelayan, dan warga yang terdampak kerusakan lingkungan mulai melakukan perlawanan hukum. Mereka dibantu Lembaga Bantuan Hukum Papua Barat dan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) untuk menyiapkan gugatan perdata terhadap perusahaan tambang yang merusak lingkungan dan merampas ruang hidup mereka.

Langkah ini penting sebagai preseden bahwa masyarakat lokal tidak tinggal diam ketika ekosistem mereka dirusak atas nama pembangunan. Mereka menuntut keadilan lingkungan dan ekonomi.

Raja Ampat, yang dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia, kini belum aman oleh kerakusan industri tambang. Kasus ini memperlihatkan ketidakseimbangan antara ambisi ekonomi nasional dan tanggung jawab ekologis. Meski pemerintah mencabut beberapa izin, pertanyaan besar masih menggantung: mengapa PT Gag Nikel tetap diizinkan beroperasi, padahal kerusakan lingkungan paling besar terjadi di wilayahnya?

Investasi asing, khususnya dari Tiongkok, juga berperan besar dalam skema tambang dan hilirisasi. Namun, tanpa pengawasan ketat dan keberpihakan kepada lingkungan serta masyarakat adat, investasi semacam ini justru membawa bencana ekologis.

Kasus Raja Ampat adalah peringatan: Indonesia tidak boleh mengorbankan warisan alamnya demi kepentingan modal asing dan pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Keberlanjutan, keadilan, dan kedaulatan ekologis harus menjadi landasan utama dalam setiap kebijakan pembangunan.

Gestapo Kantor 610: Jejak Kekejaman yang Masih Berlanjut Hingga Sekarang

0

Fadjar Pratikto

Dua puluh enam tahun yang lalu, tepatnya pada 10 Juni, dibentuk Kantor 610, entitas rahasia milik Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang bertanggung jawab langsung atas penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong sejak 1999. Meski perannya sudah dialihkan ke lembaga lain, namun berbagai laporan menunjukkan bahwa praktik penganiayaan terhadap Falun Gong masih berlangsung,  fungsinya tetap berjalan di balik layar.

Awalnye Kantor 610 dibentuk sebagai sayap pelaksanaan dari Kelompok Pimpinan Pusat untuk Menangani Falun Gong (CLGDF),  yang juga dikenal sebagai Kelompok Pimpinan Pusat untuk Menangani Agama-Agama Sesat,  sebuah kelompok kecil terkemuka dari PKT. Karena kantor ini dipimpin oleh PKT tanpa mandat hukum formal, kantor ini terkadang digambarkan sebagai organisasi ekstralegal.

“Kantor 6-10 itu seperti Gestapo milik Hitler,” kata Guo Guoting, seorang pengacara hak asasi manusia Tiongkok yang tinggal di pengasingan. “Mereka berkuasa dan mendapat cukup dukungan finansial dari pemerintah, jadi… mereka diam-diam mengendalikan semua praktisi Falun Gong di daerah setempat.”

Menjadi Negara Dalam Negara

Falun Gong, dikenal juga sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual dan meditasi yang diperkenalkan oleh Guru Li Hongzhi pada Mei 1992. Gerakan ini dengan cepat menarik minat masyarakat luas di Tiongkok karena manfaatnya dalam meningkatkan kesehatan dan spiritualitas. Menjelang tahun 1999, diperkirakan 70 hingga 100 juta warga Tiongkok telah mempraktikkannya — mencakup berbagai lapisan masyarakat, termasuk pejabat dan militer.

Namun, popularitas luar biasa ini menimbulkan kecemburuan dan ketakutan dalam diri Jiang Zemin, Sekretaris Jenderal PKT kala itu. Jiang merasa posisi dan warisannya terancam oleh gerakan spiritual damai ini, apalagi ketika hasil penyelidikan internal oleh mantan Ketua Kongres Rakyat Nasional, Qiao Shi, menyatakan Falun Gong “membawa manfaat dan tidak merugikan.”

Tanpa persetujuan resmi dari Politbiro atau lembaga legislatif, Jiang mendirikan Kantor 610 — sebuah entitas rahasia dengan kekuasaan luar hukum dan menjadi lembaga ‘superbody, diberi wewenang penuh untuk mengoordinasikan upaya nasional dalam menindas Falun Gong. Kantor ini dinamai berdasarkan tanggal pembentukannya, dan menyusup ke seluruh struktur pemerintahan Tiongkok — dari kementerian pusat hingga desa terpencil.

Sejak awal, Kantor 610 mengoperasikan kampanye fitnah nasional terhadap Falun Gong, termasuk insiden  rekayasa bakar diri di Lapangan Tiananmen” pada 2001 — propaganda yang kemudian terungkap sebagai pementasan oleh pihak berwenang. Organ ini bekerja sama dengan Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC), serta Biro Keamanan Umum, untuk memastikan bahwa praktisi Falun Gong dapat ditangkap, ditahan, disiksa, bahkan dibunuh, tanpa proses hukum.

Di setiap provinsi, kota, kabupaten, dan bahkan lembaga pemerintahan, Kantor 610 memiliki cabang. Kepala polisi lokal sering kali merangkap sebagai kepala Kantor 610 setempat. Total ada sedikitnya 15.000 pegawai resmi yang digaji dari dana pemerintah pusat. Seluruh struktur hukum dan penegakan hukum Tiongkok digiring untuk tunduk kepada Kantor ini.

Praktisi Falun Gong yang ditahan tidak melalui proses pengadilan. Hukuman mereka ditentukan langsung oleh agen Kantor 610. Jika tidak ada bukti, maka bukti dipalsukan. Tekanan juga diberikan kepada keluarga praktisi, yang sering kehilangan pekerjaan, hak pendidikan, dan tunjangan hanya karena tidak mau memaksa kerabat mereka melepaskan keyakinan.

Akibat meluasnya kekuasaan Kantor 610, sistem hukum Tiongkok runtuh. Badan-badan pemerintahan yang dulunya menjalankan fungsinya secara terpisah menjadi subordinat dari entitas represif. Kantor ini membentuk semacam “negara dalam negara” yang secara efektif mengontrol polisi, kejaksaan, pengadilan, media, hingga lembaga pendidikan. Warga diintimidasi, dipaksa menandatangani pernyataan meninggalkan Falun Gong, dan diawasi ketat oleh komite lingkungan setempat yang dikendalikan Kantor 610.

Terbukanya Tirai Kelabu

Tirai yang menutupi keberadaan Kantor 610 mulai terbuka saat Li Dongsheng — kepala lembaga tersebut sekaligus Wakil Menteri Keamanan Publik — ditangkap pada 2013 karena korupsi. Li dikenal luas sebagai arsitek propaganda anti-Falun Gong. Ia memimpin produksi materi fitnah dan mengarahkan insiden bakar diri  palsu di lapangan Tiananmen. Kejatuhan Li membuka kedok eksistensi Kantor 610 kepada publik luas.

Setelahnya, Zhou Yongkang, mantan kepala PLAC dan pelindung utama Kantor 610, turut ditangkap. Dalam lima tahun setelah Kongres Nasional PKT ke-18 (2012), sebanyak 96 pejabat tinggi yang terafiliasi dengan Kantor 610 dan PLAC dijatuhi hukuman oleh pimpinan PKT Xi Jinping karena korupsi, termasuk banyak kepala polisi dan hakim.

Meski alasan resmi adalah korupsi, banyak pengamat menilai bahwa tindakan ini merupakan upaya internal PKT untuk menutup luka lama dan menenangkan tekanan internasional terkait pelanggaran HAM. Sebab setelah Xi berkuasa selama dua periode lebih, penganiayaan terhadap Falun Gong tetap berlangsung.

Hingga 2025, diperkirakan 72.000 pejabat pemerintah dan petugas keamanan telah dihukum atas berbagai pelanggaran, termasuk korupsi. Namun, tak satu pun dihukum secara resmi atas peran mereka dalam penganiayaan terhadap Falun Gong. Para pelaku yang dulunya agresif, kini hidup dalam kekuatiran, takut dibalas atau diadili di masa depan.

Pada 21 Maret 2018, Komite Sentral PKT mengumumkan bahwa  Kantor 610  direorganisasi, dan fungsinya dialihkan ke Komisi Politik dan Hukum Pusat dan Kementerian Keamanan Publik PKT sebagai bagian dari pendalaman reformasi partai dan lembaga negara .

Namun secara struktural, meskipun Kantor 610 secara formal dinyatakan  selesai, fungsi dan sistem kerjanya tetap berjalan di bawah nama atau struktur berbeda. Operasi pengawasan, penahanan sewenang-wenang, dan indoktrinasi tetap terjadi di penjara dan kamp kerja paksa khususnya terhadap merereka yang teguh berkultivasi Falun Gong.

Pada 12 Mei 2021, pemerintah Amerika Serikat untuk pertama kalinya secara resmi menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Kantor 610, yakni Yu Hui, mantan direktur lembaga tersebut di Kota Chengdu. Sanksi ini berupa larangan masuk ke wilayah AS dan pembekuan aset.

Tak lama sebelumnya, praktisi Falun Gong dari 38 negara menyerahkan daftar 9.300 nama agen Kantor 610 ke pemerintah mereka masing-masing, meminta tindakan hukum dan sanksi terhadap para pelaku penganiayaan. Meskipun langkah itu belum cukup untuk menghentikan penindasan, namun ia memberi sinyal kuat bahwa dunia tidak menutup mata.

Saat ini Kantor 610 mungkin telah dibubarkan secara administratif, namun engan jangkauan luas dan sistem yang mengakar dalam pemerintahan PKT, penindasan terhadap Falun Gong terus berlangsung, bahkan sudah berskala transnasional.

Kini, dengan munculnya tekanan internasional dan krisis internal yang merongrong PKT, kelanjutan  sistem penganiayaannya tampak goyah. Namun, selama penganiayaan belum berhenti, dan para pelaku belum diadili, Kantor 610 — dalam bentuknya yang  baru — tetap menjadi simbol kelam pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok.

“Dia yang tidak adil pasti akan binasa,” demikian pepatah lama Tiongkok yang kini menghantui para pelaku kekejaman. Dunia hanya perlu satu hal lagi: keadilan yang sejati dan menyeluruh bagi para korban.

Grand Mercure Malang Mirama Hadirkan Program Escape Sale untuk Menikmati Momen Istimewa di Hotel Bintang 5

0

Malang Sudah tidak heran jika Grand Mercure Malang Mirama sudah dikenal satu – satunya hotel premium bintang 5 yang ada di Malang Raya saat ini yang selalu menjadi rekomendasi liburan hingga akomodasi kegiatan secara bisnis. Selain itu, Grand Mercure Malang Mirama juga selalu menjadi trendsetter di Malang Raya setiap program yang dijalankan baik secara online maupun offline.

Grand Mercure Malang Mirama menawarkan pengalaman seru mulai dari pengalaman tamu yang menginap serta banyaknya kegiatan yang menjadi referensi bagi keluarga mulai dari kegiatan harvesting, feeding animal, permainan ATV hingga kegiatan lain yang cukup banyak untuk dapat di coba. Tak ketinggalan, sebagai referensi kegiatan bisnis meeting dengan standar internasional yang dimana dapat mencakup kurang lebih 2.200 orang yang ada di Grand Ballroom Malang Mirama dan didukung oleh fasilitas 11 ruang meeting lainnya. Tak ketinggalan area fasilitas parkir dapat menampung kurang lebih 500 kendaraan roda empat serta area untuk kendaraan roda dua yang dapat menampung kurang lebih 250. Di periode bulan ini hingga nanti 31 Juli 2025, Grand Mercure Malang Mirama promo menawarkan “Escape Sale” yang menawarkan hingga potongan 25% dengan minimal menginap 2 malam untuk periode stay sampai dengan 30 September 2025.

Di temui di lobby Grand Mercure Malang Mirama, Sugito Adhi selaku Cluster General Manager Grand Mercure Malang Mirama & Mercure Surabaya Grand Mirama menjelaskan bahwa promo ini diberikan secara global untuk seluruh jaringan Accor termasuk di Grand Mercure Malang Mirama.

Escape Sale ini promo yang memberikan banyak benefit untuk para loyal customer kami. Apalagi untuk para ALL Member & Accor Plus bisa mendapatkan tambahan potongan dari 5% hingga 10%. Promo ini juga sangat terbatas hanya dapat di booking sampai dengan akhir bulan Juli 2025.” ujar Sugito Adhi.

Ia juga menambahkan untuk menjadi member cukup mudah hanya cukup dengan registrasi sendiri dengan email dan otomatis tamu akan menjadi ALL Member. Selain itu, untuk lebih mempermudah tim hotel juga dapat membantu untuk memberikan arahan registrasi member. Menjadi ALL Member memiliki banyak benefit mulai dari diskon khusus anggota di seluruh hotel jaringan Accor yang ada di seluruh dunia, poin reward untuk setiap menginap ataupun bersantap, penukaran poin hingga promo eksklusif dan masih banyak keuntungan lainnya.

UE Larang Huawei di Sektor Baru! Aturan Baru Tunjukkan Perubahan Strategis Besar 

EtIndonesia. Menurut Euractiv, Komisi Eropa baru-baru ini merilis “Strategi Digital Internasional” yang menyatakan kemungkinan perluasan larangan perangkat Huawei di jaringan 4G/5G ke sektor kabel bawah laut. Huawei kini resmi dilarang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan kabel bawah laut antara UE dan negara non-anggota. Ini mencerminkan perubahan besar dalam kebijakan perlindungan infrastruktur digital krusial Uni Eropa.

Setelah serangkaian insiden sabotase kabel bawah laut di Laut Baltik yang menimbulkan kekhawatiran di Finlandia, Komisioner UE untuk Urusan Digital, Henna Virkkunen, semakin memprioritaskan keamanan kabel bawah laut. Sejak Februari, dia mendorong “Rencana Aksi Kabel Bawah Laut” untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemasok “berisiko tinggi”—istilah yang kerap merujuk ke Huawei dan ZTE. Karena pengaruh ZTE kecil di sektor ini, larangan ini terutama diarahkan ke Huawei.

Sebagai langkah implementasi, Komisi Eropa juga mengusulkan pertemuan tahunan lintas negara UE untuk koordinasi rute kabel, evaluasi proyek, dan mekanisme pendanaan—dengan tujuan meningkatkan otonomi strategis dan diversifikasi vendor.

Kebijakan ini muncul bersamaan dengan skandal dugaan suap Huawei terhadap sejumlah anggota parlemen Eropa, yang semakin memperburuk hubungan Huawei-UE dan meningkatkan tekanan politik agar UE bersikap lebih tegas.

Meski larangan ini belum diterapkan secara penuh, Komisi Eropa secara de facto memiliki kewenangan untuk mengecualikan Huawei dari proyek kabel bawah laut yang didanai oleh dana “Connecting Europe Facility (CEF)”.

Pasar kabel bawah laut global saat ini dikuasai oleh empat pemain besar: Alcatel Submarine Networks (Prancis), SubCom (AS), NEC (Jepang), dan Huawei Marine (Tiongkok). Jika kebijakan ini diberlakukan penuh, dampaknya akan mengguncang peta persaingan global di sektor kabel bawah laut. (jhn/yn)

Sikap Jepang Terhadap Gempa Bukan Sekadar Klarifikasi: Pemerintah Siapkan Rencana Hadapi Mega-Gempa Nankai

EtIndonesia. Pemerintah Jepang merilis rencana ambisius untuk mengurangi korban jiwa akibat gempa besar Nankai Trough hingga 80% dalam 10 tahun ke depan. Dari simulasi terbaru yang memprediksi maksimal 298.000 korban jiwa, pemerintah menargetkan menekannya secara signifikan. Jumlah bangunan yang diperkirakan akan hancur total—yakni 2,35 juta unit—juga ditargetkan berkurang separuh.

Target ini telah dimasukkan dalam draf revisi Rencana Dasar Penanggulangan Bencana Jepang yang disahkan dalam rapat internal Partai Demokrat Liberal pada Selasa, 10 Juni, dan dijadwalkan disetujui oleh Dewan Penanggulangan Bencana Nasional sebelum Juli.

Menurut laporan Nikkei, rencana baru tersebut mewajibkan pemerintah daerah—khususnya yang berada di zona risiko tsunami tinggi—untuk memperbarui peta risiko tsunami skenario terburuk dalam waktu lima tahun, serta rutin mengadakan latihan evakuasi demi memperkuat kesiapsiagaan warga.

Kemajuan 10 Tahun Lalu Dinilai Masih Kurang

Rencana sebelumnya yang dirilis pada 2014 juga menargetkan penurunan korban hingga 80% dari proyeksi saat itu, yaitu 332.000 jiwa. Namun, setelah satu dekade, hasilnya belum maksimal—jumlah korban hanya turun sekitar 20% menjadi 264.000. Hal ini mengindikasikan bahwa langkah-langkah pencegahan di tingkat daerah belum terlaksana secara efektif, memicu kekhawatiran terhadap efektivitas penanggulangan bencana secara keseluruhan.

Simulasi Terbaru: Skenario Paling Buruk

Simulasi yang dipublikasikan oleh Kantor Kabinet Jepang pada 31 Maret 2024 menggambarkan potensi terburuk jika terjadi mega-gempa dan tsunami di Nankai Trough:

·        Korban jiwa: hingga 298.000 orang

·        Jumlah pengungsi: 12,3 juta orang

·        Kerugian ekonomi: mencapai 270 triliun yen (~1,8 triliun USD)

·        Ini akan menjadi bencana nasional paling parah dalam sejarah modern Jepang.

Pemerintah tengah memperbarui rencana mitigasi berdasarkan data ini dengan menetapkan target-target terukur dan sistem pemantauan ketat untuk memastikan setiap langkah dilaksanakan secara konkret.

Mengapa Gempa Nankai Begitu Diwaspadai?

Gempa Nankai Trough merupakan ancaman geologi utama Jepang. Zona sumber gempa ini membentang sekitar 700 km, dari Teluk Suruga hingga sisi timur Kyushu. Berdasarkan simulasi yang dirilis pada 2012 dan 2014 oleh Dewan Penanggulangan Bencana Pusat, gempa jenis ini berpotensi terjadi setiap 90–150 tahun dan bisa memicu tsunami setinggi puluhan meter—mengancam kota-kota pesisir dengan kerusakan masif.

Para ahli seismologi sepakat: pertanyaannya bukan “apakah” gempa ini akan terjadi, melainkan “kapan”.(jhn/yn)

FBI Selidiki Aliran Uang di Balik Kerusuhan Los Angeles

Pertanyaan muncul apakah ada pengaruh Tiongkok yang turut memicu kekacauan tersebut

EtIndonesia. Direktur FBI Kash Patel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apa yang memicu kerusuhan terhadap penegakan imigrasi di Los Angeles.

“FBI sedang menyelidiki semua dan segala bentuk keterkaitan keuangan yang bertanggung jawab atas kerusuhan ini,” kata Patel kepada The Epoch Times menanggapi meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan pengaruh Tiongkok di balik kekacauan tersebut.

Salah satu kelompok yang mendukung kerusuhan ini adalah Partai Sosialisme dan Pembebasan (Party for Socialism and Liberation), sebuah partai politik komunis yang terhubung dengan jaringan yang didanai oleh taipan teknologi pro-Beijing, Neville Roy Singham.

Kelompok ini telah mengunggah pembaruan tentang kerusuhan tersebut di platform media sosial X, menggambarkan penangkapan imigran ilegal sebagai “perang yang dilancarkan terhadap komunitas imigran” sambil menuduh Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) telah “menculik tetangga, teman, dan keluarga kami.”

Berkaitan erat dengan Partai Sosialisme dan Pembebasan adalah The People’s Forum, sebuah organisasi yang didanai Singham dan berbasis di Manhattan, New York City, yang telah mendukung agenda rezim penguasa Tiongkok.

Manolo De Los Santos, salah satu direktur eksekutif The People’s Forum dan penduduk New York City, telah memuji kebijakan pandemi COVID-19 Tiongkok. Kelompok ini telah mengadakan acara di Manhattan yang memuji kebangkitan Partai Komunis Tiongkok (PKT) sebagai “pertarungan epik selama beberapa dekade yang tidak hanya mengubah Tiongkok, tetapi juga dunia,” menurut deskripsi yang diunggah di X.

Kedua organisasi tersebut saling berbagi unggahan di X untuk menunjukkan solidaritas dengan para perusuh. Keduanya juga menyerukan lebih banyak protes di wilayah masing-masing.

The People’s Forum, dalam unggahan di X pada 10 Juni sore, meminta masyarakat untuk berkumpul di Foley Square, Manhattan pukul 17.00 untuk “menuntut ICE keluar dari [komunitas] kami.” Sebuah poster yang dilampirkan mencantumkan Partai Sosialisme dan Pembebasan, serta CODEPINK—kelompok aktivis anti-perang yang didirikan bersama oleh istri Singham, Jodie Evans—sebagai pendukung acara tersebut.

Evans memulai kampanye yang disebut “Tiongkok Bukan Musuh Kita” melalui CODEPINK pada tahun 2020. Ia juga merupakan kontributor The China Academy, sebuah platform konten yang bekerja sama dengan media pemerintah Tiongkok dan entitas terkait negara lainnya untuk menyebarkan narasi Beijing. Salah satu anggota kelompoknya sempat mengganggu sidang Komite Khusus DPR tentang PKT pada Februari 2023, dengan mengibarkan spanduk bertuliskan slogan “Tiongkok bukan musuh kita.”

Pada Juli 2023, Singham menghadiri forum propaganda Tiongkok di Shanghai yang bertujuan mempromosikan citra internasional rezim tersebut. Ia duduk di sebelah pembicara Zhou Zhan’an, yang mengajar di Sekolah Marxisme Universitas Fudan—universitas yang berafiliasi dengan negara Tiongkok—dan tampak mencatat di buku bersampul merah, sebagaimana terlihat dalam foto dari universitas tersebut.

The People’s Forum secara terbuka mengomentari sumber pendanaan dan posisi ideologisnya. Mereka juga menyatakan bahwa mereka “tidak memiliki apa pun untuk disembunyikan” dan “bangga” dengan apa yang telah mereka bangun.

“Ya, kami mendukung Palestina. Ya, kami menentang dorongan perang AS terhadap Rusia dan Tiongkok,” tulis kelompok tersebut dalam unggahan Instagram pada Januari 2024.

“Dan ya, untuk yang keseribu kalinya, [The People’s Forum] telah menerima donasi dari teman kami Roy Singham, seorang mantan anggota Black Panther dan sosialis seumur hidup, yang memiliki rekening bank di Goldman Sachs.”

Organisasi nirlaba di New York City ini juga pernah mengundang Sheila Xiao, anggota Partai Sosialisme dan Pembebasan, untuk mempromosikan bukunya yang mengagungkan pergeseran Tiongkok ke arah sosialisme dan mengisi seri kuliah dengan tema serupa. Salah satu pendiri forum tersebut, Claudia De la Cruz, maju sebagai calon presiden dari Partai Sosialisme dan Pembebasan pada pemilu 2024.

Keterkaitan jaringan-jaringan ini dengan Tiongkok telah menarik perhatian yang semakin besar di Kongres AS.

Pada  April, Ketua Komite Kehakiman Senat AS, Chuck Grassley (R-Iowa), menulis surat kepada Jaksa Agung Pam Bondi dan Kash Patel, mendesak mereka untuk menilai apakah The People’s Forum dan CODEPINK seharusnya mendaftar di bawah Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA) karena dugaan hubungan mereka dengan Beijing.

Anggota Kongres. Anna Paulina Luna (R-Fla.) pada 10 Juni mengatakan bahwa Komite Pengawasan DPR AS, tempat ia menjabat, akan mengeluarkan permintaan dokumen resmi kepada Singham terkait “pendanaan kelompok komunis yang terhubung dengan kerusuhan di LA dan PKT.”

“Jika dia menolak hadir, dia akan dipanggil secara paksa (subpoena), dan jika dia mengabaikannya, dia akan dirujuk ke [Departemen Kehakiman] untuk dituntut,” tulisnya di X dengan huruf kapital semua.

The Epoch Times telah menghubungi Singham, Partai Sosialisme dan Pembebasan, The People’s Forum, dan CODEPINK untuk memberikan komentar.

CODEPINK tidak merespons langsung pertanyaan dari The Epoch Times, tetapi menanggapi unggahan Luna dengan menyatakan bahwa “[Luna] menggunakan posisinya untuk memfitnah organisasi kami dan mengancam hak kami atas kebebasan berbicara.”

Organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka akan mengajukan pengaduan etika terhadap Luna.

Luna kemudian menulis di X bahwa para aktivis CODEPINK telah mendatangi kantornya “menuntut permintaan maaf.”

Ketika The Epoch Times menghubungi Luna untuk memberikan komentar, ia merujuk kembali ke unggahannya di X. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Kekacauan di Dua Benua: Sinyal Perang Dingin Baru dari Beijing dan Washington

EtIndonesia. Dunia kembali dikejutkan oleh serangkaian manuver militer dan gejolak politik yang saling berkaitan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Di tengah meningkatnya ketegangan global, dua kapal induk Tiongkok, Liaoning dan Shandong, secara bersamaan melakukan demonstrasi kekuatan di Samudera Pasifik. Sementara itu, di Amerika Serikat, kerusuhan massal di Los Angeles berkembang menjadi krisis keamanan nasional terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Dua Armada Kapal Induk Tiongkok Muncul di Pasifik: Sinyal Keras ke Gedung Putih

Dalam beberapa hari terakhir, dunia militer dikejutkan oleh kemunculan dua kapal induk andalan Tiongkok, Liaoning dan Shandong, yang secara serentak melakukan operasi di Samudera Pasifik. Untuk pertama kalinya, Liaoning dilaporkan menembus ke wilayah strategis yang dikenal sebagai “rantai pulau kedua”, sebuah garis imajiner yang menjadi parameter penting bagi pertahanan Amerika dan sekutunya di kawasan Pasifik.

Langkah agresif ini jelas merupakan pesan dari Beijing kepada Washington, khususnya kepada Presiden Donald Trump yang kini tengah bersiap menghadapi situasi luar biasa di dalam negeri. Sejumlah analis sepakat, operasi gabungan dua kapal induk ini tidak bisa dilepaskan dari konteks persaingan strategis dan negosiasi alot antara kedua negara adidaya.

Wawancara Eksklusif Bos Huawei: Pesan Politik di Balik Teknologi

Di saat bersamaan, media resmi milik Partai Komunis Tiongkok (PKT), People’s Daily, pada 10 Juni 2025 mempublikasikan wawancara khusus dengan Ren Zhengfei, pendiri sekaligus bos Huawei yang telah lama absen dari sorotan publik. Dalam pernyataannya, Ren secara terbuka mengakui bahwa teknologi chip Tiongkok memang masih tertinggal satu generasi dari Amerika Serikat. Namun ia menegaskan, Huawei tidak akan gentar dan siap berjuang tanpa dukungan teknologi canggih seperti mesin litografi EUV. “Semakin terbuka sebuah negara, semakin besar kemajuannya,” demikian kutipan utama wawancara tersebut.

Langkah ini, menurut banyak pengamat, merupakan sinyal bahwa Beijing tidak gentar terhadap sanksi dan blokade chip dari Amerika. Pesan tersirat lainnya, jika AS tidak mau berkompromi, Tiongkok juga siap melakukan pembalasan—termasuk menahan ekspor tanah jarang yang menjadi komoditas vital dalam industri teknologi Amerika.

Dinamika Politik Internal PKT: Menuju Titik Balik atau Krisis Baru?

Selain manuver militer dan pesan ekonomi, dinamika politik internal di Tiongkok sendiri juga memanas. People’s Daily pada 10 Juni 2025 secara mencolok tidak memuat pemberitaan tentang Presiden Xi Jinping. Sebaliknya, sorotan diberikan kepada Komite Sentral PKT, Perdana Menteri Li Qiang, dan wawancara eksklusif Ren Zhengfei.

Menurut pengamat independen Wu Zuolai, absennya Xi dalam pemberitaan utama adalah sinyal bahwa suara-suara perubahan mulai terdengar dari dalam sistem. Tidak hanya itu, rumor soal perluasan sidang Politbiro dan kemungkinan perombakan kekuasaan juga kian santer beredar.

Kabar paling menghebohkan datang dari bocoran naskah pidato Jenderal Zhang Youxia, yang diklaim menantang legitimasi kekuasaan Xi Jinping. Zhang mengaku dipaksa tetap aktif oleh Xi, bahkan diancam akan dibunuh jika melawan. Ia juga mengusulkan agar Xi segera mundur dari tiga jabatan kunci secara bersamaan. Meski keaslian naskah ini masih diperdebatkan, keberadaannya sudah cukup untuk menghidupkan harapan dan imajinasi publik tentang kemungkinan perubahan besar di puncak kekuasaan Tiongkok.

Kerusuhan Los Angeles: Latihan Strategis atau Ancaman Nyata?

Sementara itu, Amerika Serikat diguncang oleh kerusuhan massal di Los Angeles yang dipicu oleh protes terhadap kebijakan imigrasi Presiden Trump. Namun, bagi para pengamat militer, penanganan kerusuhan ini telah berkembang menjadi skenario latihan strategis yang sangat serius.

Sebuah mobil terbakar di pusat kota Los Angeles pada 8 Juni 2025. Melina Chan/The Epoch Times

Pakar militer Taiwan, Wu Mingjie, dalam program “Melihat ke Depan” menyebut, cara Trump menghadapi kerusuhan ini lebih dari sekadar upaya menjaga ketertiban umum. Ia menilai, Trump sengaja menjadikan situasi di Los Angeles sebagai simulasi penanggulangan jika suatu saat Tiongkok benar-benar menimbulkan kekacauan di Amerika Serikat. Pengerahan Garda Nasional memang bukan hal baru, tapi keterlibatan Marinir—yang hanya pernah terjadi sekali sebelumnya—adalah sesuatu yang sangat langka dalam sejarah Amerika Serikat.

Bahkan, helikopter Black Hawk dan kendaraan lapis baja telah dikerahkan ke Los Angeles. Meskipun Marinir tidak langsung diterjunkan untuk menghadapi massa, mereka berperan melindungi pejabat penting dan berfungsi sebagai cadangan strategis. Lebih menarik lagi, dibentuk satuan khusus “Task Force 51”—istilah yang biasa digunakan dalam operasi tempur militer Amerika. Komando operasi ini dipimpin oleh seorang letnan jenderal bintang dua, meski identitasnya masih dirahasiakan.

Presiden Trump juga secara terbuka menyebut para pelaku kerusuhan sebagai “preman profesional” hingga “pemberontak”, menegaskan keyakinannya bahwa ada motif subversif dan kemungkinan intervensi asing dalam kekacauan ini.

Isu Keamanan Nasional: Los Angeles Sebagai Medan Uji Strategi

Pada 8 Juni 2025, Trump mengumumkan rencana rapat militer besar di Camp David bersama para jenderal dan laksamana tinggi Angkatan Laut. Semua langkah ini mengisyaratkan bahwa Trump dan lingkaran dalamnya kini menganggap kerusuhan Los Angeles sebagai ancaman nyata bagi keamanan nasional Amerika Serikat.

Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat tinggi AS telah memperingatkan, jika krisis Taiwan pecah, bukan tidak mungkin Tiongkok akan melancarkan serangan ke daratan Amerika, misalnya dengan drone yang menyerang fasilitas vital. Wu Mingjie menekankan, jika Amerika Serikat mengalami kekacauan domestik, pihak yang paling diuntungkan adalah Beijing, yang bisa memanfaatkan momentum untuk menekan Washington.

Konflik internal Trump dengan tokoh penting seperti Elon Musk juga berpotensi mengancam kestabilan teknologi dan sistem keuangan Amerika jika berlanjut ke titik krusial.

Kerusuhan Massal: Kekacauan, Penjarahan, dan Narasi Propaganda

Kerusuhan di Los Angeles berkembang cepat menjadi kekacauan total. Rekaman video menunjukkan sekelompok pria bertopeng menjarah toko-toko, polisi memburu pelaku dengan sirene meraung dan tembakan peringatan. Apple Store dan toko-toko perhiasan di pusat kota menjadi sasaran penjarahan massal. Keluarga Sheela, yang telah puluhan tahun membuka toko di sana, menjadi korban: lebih dari 100 perampok menerobos masuk dan meluluhlantakkan seluruh toko mereka pada malam 9 Juni 2025.

“Ini gila, menyedihkan, luar biasa buruk,” ungkap putri Sheela kepada media.

Banyak pelaku usaha setempat mengeluhkan bahwa ini bukan sekadar demonstrasi, melainkan penjarahan murni yang melumpuhkan ekonomi warga kecil.

Bahkan narasi yang mencoba membandingkan kerusuhan LA dengan demonstrasi mahasiswa di Tiananmen pada 1989 dibantah keras oleh sejarawan dan pelaku sejarah di Tiongkok. Menurut Wu Renhua, kekerasan di Tiananmen bermula dari aksi tembak tentara kepada warga sipil, bukan dari pemberontakan massa.

Siapa di Balik Kerusuhan? Bukti Keterlibatan Dana dan Organisasi

Fakta-fakta yang terungkap di lapangan menunjukkan bahwa kerusuhan LA didukung oleh organisasi dengan dana besar dan jaringan politik yang kuat. Pada 10 Juni 2025 di Pasadena, lokasi hotel tempat agen ICE menginap bocor ke publik, sehingga ratusan demonstran dapat mendatangi dan mengintimidasi aparat.

Di media sosial, terungkap adanya keterlibatan politisi, termasuk senator dari California yang diduga membocorkan lokasi tersebut. Menurut anggota Kongres Partai Republik, Carl DeMaio, pejabat-pejabat Demokrat California seperti Gubernur Gavin Newsom dan Wali Kota LA Karen Bass disebut membiayai sejumlah organisasi yang mendukung aksi massa.

Lebih dari 3,4 juta dolar AS dilaporkan telah dialirkan ke Koalisi Hak Imigran LA, termasuk untuk membangun hotline yang memungkinkan warga melaporkan posisi petugas ICE. Presiden Trump pun telah memerintahkan Departemen Kehakiman AS melakukan investigasi menyeluruh guna mengungkap siapa saja pihak yang terlibat membiayai dan mengorganisasi kerusuhan ini.

 Analisis Akhir: Menuju Babak Baru Ketegangan Global

Seluruh rangkaian peristiwa—mulai dari unjuk kekuatan dua kapal induk Tiongkok, pesan diplomasi Huawei, dinamika internal Partai Komunis Tiongkok, hingga kerusuhan besar di Los Angeles—semakin menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok kini berada di ambang babak baru konfrontasi global.

Jika krisis Taiwan atau konflik strategis lain benar-benar meledak, kedua negara sudah saling mengirim sinyal siap bertempur di segala lini: militer, teknologi, ekonomi, bahkan lewat operasi pengaruh dan destabilitasi domestik. (kyr)

Sumber : Sound of Hope