Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Terbesar Iran, 8 Orang Tewas dan 750 Terluka, Api Masih Terus Membara
Pada Sabtu (26 April), ledakan dahsyat tiba-tiba terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di Provinsi Hormozgan, Iran bagian selatan, menyebabkan sedikitnya 8 orang tewas dan 750 orang terluka. Api akibat ledakan tersebut masih terus menyala dan berpotensi meluas. Penyebab ledakan hingga saat ini belum diketahui.
EtIndonesia. Ledakan terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, ibu kota Provinsi Hormozgan, pelabuhan terbesar dan tercanggih di Iran, yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer di selatan ibu kota Teheran.
Kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim News Agency, mengunggah video dari lokasi kejadian, memperlihatkan situasi kacau di mana korban luka-luka tergeletak di jalan dan tengah mendapatkan perawatan.
Media Iran melaporkan bahwa kebakaran yang dipicu oleh ledakan ini telah berlangsung sekitar 10 jam. Api semakin membesar dan dikhawatirkan akan meluas ke wilayah serta kontainer lain.
Sebagai respons terhadap situasi darurat ini, pihak berwenang memerintahkan penutupan semua sekolah, universitas, dan kantor-kantor pemerintahan di kota tersebut pada 27 April.
Menteri Dalam Negeri Iran, Eskandar Momeni, mengatakan di lokasi kejadian kepada stasiun TV: “Tim penyelamat dari kota-kota lain dan dari (ibu kota) Teheran telah dikerahkan… Kami berharap dapat memadamkan api dalam beberapa jam ke depan.”
Menurut laporan Iranian Labour News Agency (ILNA), ledakan ini diduga disebabkan oleh penyimpanan bahan kimia yang tidak semestinya di dalam kontainer pelabuhan.
Otoritas tanggap darurat sebelumnya juga menyampaikan kepada televisi nasional bahwa, “Penyebab insiden ini adalah ledakan beberapa kontainer yang berada di kawasan dermaga pelabuhan.”
Namun, seorang juru bicara pemerintah Iran mengatakan, meskipun bahan kimia bisa saja menjadi pemicu ledakan, penyebab pasti masih belum dapat dipastikan.
Saat ini, pihak berwenang terus berupaya keras memadamkan api di lokasi kejadian. (Hui)
Sumber : NTDTV.com


Filipina Terima Gelombang Kedua Rudal Hipersonik, Perkuat Pertahanan Pesisir
Dalam konteks meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Filipina akibat sengketa Laut Tiongkok Selatan, Filipina akan menerima gelombang kedua rudal anti-kapal hipersonik “BrahMos” dari India. Filipina berharap dengan rudal ini, mereka dapat mempercepat modernisasi militernya serta memperkuat kemampuan pertahanan pesisir dan penguasaan jalur laut.
EtIndonesia. Rudal “BrahMos” diproduksi bersama oleh India dan Rusia, dan dapat diluncurkan dari darat maupun kapal perang. Pada tahun 2022, Filipina mengeluarkan dana sebesar 370 juta dolar AS untuk memesan tiga sistem rudal “BrahMos”. Gelombang pertama telah dikirim pada April tahun lalu.
“BrahMos” merupakan versi peningkatan dari rudal Rusia “P-800 Oniks”. Rudal ini memiliki berat 3 ton, membawa hulu ledak seberat 300 kilogram, mampu terbang dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara, dan memiliki jangkauan tempur sekitar 290 kilometer. Ini adalah rudal anti-kapal paling kuat yang dimiliki Filipina saat ini.
Filipina merupakan jalur utama bagi armada Partai Komunis Tiongkok (PKT) dari Laut Tiongkokk Selatan menuju Samudra Pasifik bagian barat, melalui Selat Luzon atau Selat Bashi di utara Filipina, atau terkadang melalui jalur laut di antara pulau-pulau Filipina. Jika PKT berniat memblokade atau menyerang Taiwan, mereka harus melewati Selat Bashi atau Kepulauan Filipina. Oleh karena itu, jika terjadi konflik bersenjata di Selat Taiwan, Filipina hampir pasti akan terseret ke dalamnya.
Sebagai sekutu Amerika Serikat, Filipina merasa perlu membantu mempertahankan Taiwan dan melindungi sekitar 150.000 warga negara Filipina di Taiwan. Filipina juga telah meminta AS untuk menempatkan sistem persenjataan Typhoon di Pulau Luzon bagian utara, yang mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dan menjangkau Selat Taiwan serta pesisir timur Tiongkok. Dalam latihan militer bersama “Balikatan” yang dimulai 21 April tahun ini, Filipina dan AS juga melakukan skenario latihan pemblokiran Selat Bashi menggunakan rudal anti-kapal.
Saat ini, hubungan diplomatik dan keamanan antara Manila dan Beijing semakin tegang. Selain perselisihan di Laut Tiongkok Selatan, baru-baru ini kedua pihak saling menuduh melakukan kegiatan spionase. PKT baru-baru ini menangkap tiga warga Filipina dengan tuduhan mata-mata, namun Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro dengan tegas membantah tuduhan tersebut, menyebutnya tidak dapat dipercaya. (Hui/asr)
Tim Produksi NTD News
Partai Komunis Tiongkok Diam-diam Turunkan Tarif, Trump: Xi Sudah Menelpon Saya
EtIndonesia. Setelah perang tarif AS-Tiongkok meletus, ekonomi Tiongkok mengalami dampak serius. Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa negosiasi tarif antara AS dan Tiongkok telah dimulai. Namun, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah klaim ini. Pada Kamis (24 April), Trump secara terbuka membantah pernyataan tersebut, menegaskan bahwa memang ada kontak antara kedua pihak, bahkan menyebut bahwa pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah meneleponnya. Mengapa PKT membantah? Mari simak analisis para ahli.
“Mereka (pihak PKT) mengadakan pertemuan pagi ini, saya tidak bisa memberitahu Anda siapa saja mereka. Mungkin nanti kami akan mengungkapkannya, tetapi pagi ini mereka mengadakan pertemuan, dan kami juga terus bertemu dengan Tiongkok,” kata Presiden Donald Trump.
Saat menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Putih pada Kamis, Trump menyebut bahwa AS dan Tiongkok mengadakan pertemuan lebih awal hari itu, namun ia menolak mengungkapkan siapa saja pejabat yang hadir.
Dr. Lin Xiaoxu, anggota Komite Krisis AS-Tiongkok, berkomentar: “Pertemuan seperti ini mungkin hanya komunikasi awal. Trump sengaja membocorkan sedikit informasi untuk memberi sinyal kepada PKT bahwa pintu negosiasi masih terbuka, berharap PKT mau merendahkan diri untuk bernegosiasi dengan Amerika.”
Pada hari yang sama, majalah Time melaporkan bahwa dalam wawancara eksklusif, Trump mengatakan pemerintahannya sedang bernegosiasi dengan pihak Tiongkok untuk mencapai kesepakatan tarif, dan bahwa pemimpin PKT telah meneleponnya.
Namun, tidak hanya Kementerian Perdagangan PKT membantah kabar ini, pada Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri PKT, Guo Jiakun, juga menyatakan dalam konferensi pers bahwa “menurut pemahamannya”, tidak ada negosiasi atau pembicaraan mengenai tarif antara AS dan Tiongkok, menyebut berita tersebut sebagai “berita palsu”.
“Bukan hal baru kalau pihak Tiongkok berbohong. Mereka mempertimbangkan faktor ‘menjaga muka’. Namun setelah berbohong, masalah berikutnya adalah bagaimana Amerika Serikat akan menafsirkan kebohongan tersebut. Fakta bahwa pemerintah PKT resmi membantah adanya percakapan itu justru menunjukkan bahwa Xi Jinping yang memerintahkan mereka untuk membantahnya. Alasan Xi mungkin karena isi pembicaraan tersebut membuatnya malu atau tidak ingin diketahui publik,” kata Profesor Ye Yaoyuan, ketua Studi Internasional di Universitas St. Thomas.
Dr. Lin Xiaoxu menambahkan: “Dalam negosiasi saat ini, Amerika menuntut solusi menyeluruh dari PKT: pembelian besar-besaran, pencabutan hambatan perdagangan, dan serangkaian kesepakatan komprehensif lainnya. Hanya dengan begitu masalah bisa terselesaikan.”
Awal bulan ini, setelah AS meluncurkan kebijakan tarif balasan, PKT pada awalnya mencoba melawan keras dan berusaha mengajak negara lain untuk melawan AS, tetapi tidak berhasil. Akibatnya, ekonomi Tiongkok semakin terpuruk. Bahkan, perusahaan ekspor mengalami gelombang penghentian produksi, pelabuhan dipenuhi tumpukan barang, dan para eksportir mengeluh keras.
Menurut Bloomberg, pemerintah Tiongkok sedang mempertimbangkan untuk membebaskan beberapa produk impor dari AS dari tarif balasan sebesar 125%, termasuk peralatan medis, beberapa bahan kimia industri, dan penyewaan pesawat terbang.
Tiga agen impor di Shenzhen juga mengatakan kepada media bahwa saat mereka mengurus bea cukai pada Kamis, mereka menemukan bahwa tarif untuk delapan jenis chip semikonduktor telah diturunkan dari 125% menjadi 0%, meskipun pengecualian ini tidak berlaku untuk chip memori.
Analisis menunjukkan bahwa langkah PKT menurunkan tarif secara diam-diam mencerminkan bahwa kepemimpinan di Zhongnanhai sudah hampir tidak mampu bertahan.
“Saya rasa mereka sekarang juga tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi mereka tidak ingin kehilangan muka, di sisi lain mereka juga tidak mungkin terus-menerus berkonfrontasi keras dengan Amerika. Kini mereka berada dalam situasi serba salah, bagaikan menunggang harimau yang sulit turun,” ujar Profesor Ye Yaoyuan menyimpulkan. (Hui/asr)
Laporan oleh reporter NTDTV, Tang Rui dan koresponden khusus Luo Ya
Pasar Properti Kanada Mungkin Akan Menghadapi Krisis
EtIndonesia. Kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump yang berubah-ubah dapat menjadi ujian berat bagi pasar properti Kanada. Jika inflasi melonjak bersamaan dengan resesi ekonomi, harga rumah di Kanada bisa mengalami penurunan drastis seperti tebing runtuh.
Dalam beberapa bulan terakhir, penjualan rumah di berbagai wilayah Kanada telah menurun tajam, harga rumah terus melemah, dan stok properti yang belum terjual menumpuk.
Di kota-kota besar seperti Toronto dan Vancouver, banyak unit apartemen yang dulunya sangat diminati para investor kini justru tidak lagi dilirik. Kepercayaan konsumen pun jatuh ke tingkat terendah sepanjang sejarah pencatatan.
“Kanada kini menghadapi risiko stagflasi,” kata David Doyle, Kepala Ekonom di Macquarie Group — mengacu pada situasi ketika inflasi tinggi dan ekonomi melemah secara bersamaan, yang merupakan skenario tersulit bagi bank sentral.
Dia menambahkan : “Dulu, sektor properti adalah motor penggerak ekonomi Kanada. Namun saat ini, pertanyaannya bukan lagi apakah pasar properti bisa mendukung pertumbuhan, melainkan sejauh mana ia akan menjadi beban bagi ekonomi.”
Data menunjukkan, penjualan rumah nasional pada bulan Maret turun 9,3%, menyentuh titik terendah sejak krisis keuangan 2009.
Di Toronto, hanya 5.011 unit rumah yang terjual — angka terendah untuk periode yang sama sejak 1995.
Sementara itu, indeks komposit MLS dari Asosiasi Real Estat Kanada menunjukkan bahwa harga rumah nasional turun 8,5% dibanding tahun sebelumnya, mencatat penurunan selama tiga bulan berturut-turut.
Calon Pembeli Menarik Diri dari Pasar
Mike Hattim, agen hipotek dari Dominion Lending Centres, mengungkapkan: “Banyak klien saya menunda rencana membeli rumah.”
Menurutnya, bukan tarif itu sendiri yang membuat orang ragu, melainkan ketidakpastian yang ditimbulkan tarif, yang membuat baik individu maupun bisnis sulit membuat keputusan.
Penelope Graham dari Ratehub.ca menambahkan : “Dengan suku bunga saat ini yang stagnan, sulit membangkitkan kembali minat pembeli, apalagi dalam iklim ketidakpastian global akibat kebijakan tarif.”
Kebijakan perdagangan Trump tidak hanya memperburuk ketidakpastian pasar global, tetapi juga mendorong naik imbal hasil obligasi Kanada, yang kemudian menaikkan biaya hipotek berbunga tetap.
Robert Kavcic, ekonom senior di Bank of Montreal (BMO), mengingatkan: “Dulu, sektor properti menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Kanada. Tapi kali ini, sektor ini justru bisa menjadi beban berat.”
Dia menegaskan bahwa jika perang dagang terus memburuk, Kanada berpotensi masuk ke dalam kondisi stagflasi, dan harga rumah tidak lagi hanya bergerak datar, melainkan bisa anjlok secara drastis.
Pengembang Mulai Menarik Diri
Menurut data terbaru dari Urbanation, sejak awal tahun 2024, di Toronto:
- 8 proyek perumahan, mencakup 1.899 unit apartemen, dibatalkan;
- 3 proyek (338 unit) dihentikan sementara;
- 6 proyek (1.434 unit) diubah menjadi properti sewa.
Laporan Urbanation yang dirilis pertengahan April menunjukkan, di kawasan Greater Toronto dan Hamilton, sepanjang 2025 hingga kini sudah ada 28 proyek mencakup 5.734 unit yang dibatalkan, dihentikan, disita, atau dialihkan menjadi unit sewa — jauh lebih banyak dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatat 7 proyek.
Jonathan Zadegan, mitra di The Zadegan Group, menjelaskan: “Saat proyek tidak laku terjual, pengembang terus membakar uang untuk biaya operasional. Maka, banyak dari mereka akhirnya memilih untuk menghentikan proyek.”
Larry Masseo, Ketua Asosiasi Pengembang Rumah di Waterloo Region, menambahkan: “Kegiatan pembangunan perumahan sangat lambat sekarang. Kita sudah mengalami pasar yang lesu selama hampir dua tahun.”
Selain ketidakpastian perdagangan dan ekonomi, pengembang juga harus menghadapi tantangan lain, seperti proses perizinan yang lambat, biaya konstruksi yang tinggi, kekurangan tenaga kerja, dan kekurangan bahan bangunan.
Pada bulan Maret, angka pembangunan rumah baru di Ontario hanya 39.000 unit secara tahunan — terendah sejak 2009.
Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Kanada Membebani Pasar
Dahulu, Bank Sentral Kanada sering menggunakan strategi pemangkasan suku bunga untuk menghidupkan kembali pasar properti. Namun kali ini, ruang gerak mereka terbatas karena tekanan inflasi masih tinggi. Bank Sentral telah menghentikan penurunan suku bunga berturut-turut yang sempat berlangsung tujuh kali, dan saat ini mempertahankan suku bunga acuan di 2,75%.
Victor Tran, pakar hipotek dan properti dari Ratesdotca, mengatakan: “Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, kepercayaan konsumen untuk melakukan pengeluaran besar seperti membeli rumah masih sangat rendah.”
“Keputusan untuk tidak memangkas suku bunga ini,” katanya. “Tidak akan cukup untuk menghidupkan kembali pasar properti.”
Dia menambahkan bahwa jika prediksi pasar tentang kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga sepanjang tahun ini benar-benar terjadi, mungkin akan ada gelombang kebangkitan kecil di pasar properti, berkat turunnya biaya hipotek berbunga mengambang.
Namun, Tran memperingatkan: “Itu pun masih sulit dipastikan, karena tren pembelian rumah sangat bergantung pada arah perkembangan ekonomi, dan saat ini kita masih belum memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan.” (jhn/yn)
Pengusaha Tiongkok Mengeluh: 80% Pesanan Terhenti, Penjualan Domestik Tak Bisa Gantikan Ekspor
Perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok memberikan dampak besar terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok, terutama perusahaan ekspor. Seorang pengusaha bahan baku kotak karton mengungkapkan bahwa 80% pesanannya telah terhenti. Sementara itu, seorang pengusaha produk selimut secara blak-blakan mengatakan bahwa penjualan domestik tidak bisa menggantikan ekspor, dan bahkan mendapatkan pesanan domestik pun sangat sulit.
EtIndonesia. Untuk mengurangi dampak tarif tinggi dari AS, pemerintah Tiongkok menyerukan perusahaan-perusahaan untuk memperluas pasar domestik. Namun, banyak produsen yang bergantung pada ekspor mengeluhkan lemahnya permintaan dalam negeri, persaingan harga yang sengit, margin keuntungan yang sangat tipis, ditambah dengan masalah keterlambatan pembayaran dan tingginya tingkat pengembalian barang. Semua ini tidak hanya gagal meredam dampak tarif, tetapi justru memperparah spiral deflasi.
Spiral deflasi adalah kondisi di mana harga barang terus menurun, menyebabkan laba perusahaan menurun, upah karyawan berkurang, yang pada akhirnya menekan konsumsi dan memperburuk siklus tersebut.
Karena kotak karton adalah produk habis pakai, tingkat penggunaannya bisa mencerminkan sejauh mana perusahaan ekspor Tiongkok terdampak tarif tinggi AS.
Dalam sebuah video, seorang pemilik usaha kotak karton mengatakan bahwa sebagian besar pelanggannya adalah produsen lampu, dan industri lampu sangat terdampak tarif AS, dengan penurunan sebesar 80%.
Ia mengatakan banyak pelanggannya telah menghentikan pesanan: “Pesanan sebelumnya hampir semuanya dihentikan, pesanan yang sudah dibuat pun sebagian besar tidak diperbolehkan untuk dikirim.”
Pengusaha tekstil “Saudara Selimut” dalam videonya menunjukkan beberapa manajer pabrik yang membahas kondisi saat ini. Ada yang mengatakan sekarang kerjaan hanya sampai pukul 14.00 siang, setelah itu tidak ada lagi pekerjaan, dan para pekerja merasa tidak tenang. Ada juga yang meminta bos untuk lebih banyak mengambil pesanan domestik.
Namun “Saudara Selimut” dengan terus terang berkata: “Kami sudah berusaha sekuat tenaga. Bisa bertahan kerja sampai jam 2 siang saja sudah lumayan.”
Dia juga menambahkan bahwa kebiasaan konsumsi orang asing dan orang Tiongkok sangat berbeda: orang asing bisa mengganti selimut hanya dalam beberapa minggu atau bulan, sedangkan orang Tiongkok bisa memakai selimut bertahun-tahun dan masih enggan mengganti.
“Kebiasaan konsumsi berbeda. Jadi, mau seberapa besar pun kita memperluas pasar domestik, tetap tidak bisa menandingi pasar ekspor,’ ujarnya.
Untuk mengatasi tekanan tarif, banyak perusahaan ekspor terpaksa beralih ke pasar domestik. Namun, dengan ekonomi Tiongkok yang terus melemah dan konsumsi lesu, perusahaan-perusahaan harus bersaing ketat untuk bertahan hidup, mengobarkan perang harga yang akhirnya memperburuk situasi.
Seorang pengusaha pabrik pakaian, Qian Ainuo (nama disesuaikan pelafalan), mengatakan kepada Reuters bahwa setiap produk ekspor memberinya keuntungan sekitar 20 yuan. Sedangkan untuk pasar domestik, keuntungannya hanya sepersepuluhnya.
Dikarenakan margin keuntungan yang tipis, keterlambatan pembayaran dari pengecer lokal, dan permintaan untuk mengembalikan produk yang tidak terjual, dia memutuskan untuk tidak lagi mengejar pasar domestik.
Saat ini, tarif atas barang-barang ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat sudah mencapai 145%. Selain itu, kebijakan “batas bebas bea” untuk paket kecil di bawah 800 dolar AS juga telah dihapus.
Di bawah tekanan tarif yang berat, pesanan dari Amerika anjlok, dan banyak perusahaan ekspor menghadapi krisis kelangsungan hidup, menyebabkan gelombang penghentian produksi di provinsi-provinsi pesisir utama.
Dalam artikel berjudul “Industri Ekspor Manufaktur Membutuhkan Pertolongan Darurat”, pembawa acara keuangan dari Shenzhen TV, Chen Shuting, menulis bahwa banyak produsen ekspor yang bergantung pada pesanan Amerika kini mulai menghentikan produksi, terutama di kawasan Delta Sungai Yangtze dan Delta Sungai Mutiara. Jika situasi tidak membaik, banyak perusahaan kemungkinan besar akan terpaksa gulung tikar.
Menurut laporan Financial Times, Ketua Asosiasi E-Commerce Lintas Batas Shenzhen, Wang Xin, yang mewakili lebih dari 2.000 pedagang, menyatakan bahwa banyak anggota merasa sangat cemas. Mereka telah memberitahukan kepada pabrik dan pemasok untuk menunda atau menghentikan pengiriman, menyebabkan beberapa pabrik berhenti beroperasi selama satu hingga dua minggu.
Perusahaan Dehong Electric Products di Dongguan mengumumkan bahwa mulai 11 April, operasional mereka dihentikan dan semua karyawan diliburkan selama satu bulan.
Sementara itu, Stellarmed, perusahaan di Hangzhou yang memproduksi perangkat endoskopi untuk pasar Amerika, juga telah memberitahu karyawannya untuk mencari pekerjaan baru. Pihak perusahaan mengatakan: “Kami tidak tahu sampai kapan situasi ini akan berlangsung. Kami hanya bisa menunggu dan tidak bisa berbuat apa-apa.”
Chen Shuting juga menulis bahwa masalah paling mendesak saat ini adalah:
“Berapa lama para pemilik perusahaan ini bisa bertahan?”
“Jika situasi tarif tinggi tidak membaik, menurut banyak pengusaha, mungkin mulai Juni nanti akan ada banyak perusahaan manufaktur ekspor yang terpaksa mengumumkan kebangkrutan.” (hui/asr)
Sumber : NTDTV.com
Mengalami Tiga Kali Kematian dan Kelumpuhan: Dia Pernah Mengunjungi Dunia Lain
EtIndonesia. Seorang pengusaha kaya pernah tersambar petir, koma selama 28 menit, namun secara ajaib berhasil selamat — dan dia menceritakan pengalaman mengejutkan yang mengubah hidupnya.
Dannion Brinkley, pria berusia 74 tahun, dulunya skeptis terhadap konsep kehidupan setelah kematian. Namun setelah mengalami tiga kali pengalaman mendekati kematian, dia kini yakin bahwa tak ada manusia yang benar-benar mati, karena pada hakikatnya kita adalah makhluk spiritual. Dia mengatakan, pengalaman-pengalaman itu sepenuhnya mengubah keyakinannya tentang hidup dan mati.
Menurut laporan, pengalaman pertama Brinkley terjadi pada tahun 1975. Saat itu, sebuah petir besar menyambar tiang listrik dan menyebabkan dirinya tersengat listrik secara fatal.
Brinkley mengenang: “Energi itu masuk dari atas telinga saya, menembus ke bawah melalui tulang belakang, bahkan melelehkan paku di tumit sepatu saya hingga menancap ke lantai.”
Dia melanjutkan:“Saya terlempar ke udara, melihat langit-langit rumah, lalu jatuh keras ke tanah. Sebuah bola api melintas di dalam ruangan, saya langsung kehilangan penglihatan, tubuh saya terbakar, dan saya menjadi lumpuh seketika.”
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, meskipun secara fisik tubuhnya tak bergerak, Brinkley merasa jiwanya keluar dari tubuh, melayang di udara, bahkan mengikuti ambulans dari atas. Dia juga menyaksikan para dokter mengumumkan kematiannya dari sudut pandang di langit-langit ruangan.
Sekitar 28 menit kemudian, secara mengejutkan, dia bangun kembali di kamar mayat. Selama periode koma itu, Brinkley merasakan dirinya melewati sebuah terowongan, bertemu sosok bercahaya, dan mengalami kilas balik seluruh hidupnya seperti sebuah evaluasi spiritual.
Setelah itu, secara tiba-tiba dia kembali ke tubuhnya yang penuh luka. Butuh waktu dua tahun penuh baginya untuk belajar berjalan kembali. Namun selama bertahun-tahun, pengalaman itu tetap dia pendam dalam hati, karena ketika akhirnya mencoba menceritakan kepada keluarganya, mereka tidak percaya.
Pengalaman Kedua: Bertemu “Kota Kristal”
Pada tahun 1989, Brinkley mengalami pengalaman mendekati kematian yang kedua ketika menjalani operasi jantung terbuka. Dia mengungkapkan bahwa meskipun secara medis dinyatakan meninggal, kesadarannya berpindah ke dunia lain — yang dia sebut sebagai “alam baka”.
Di sana, dia menggambarkan dirinya mengunjungi sebuah “kota kristal”, bertemu lagi dengan “malaikat-malaikat pembimbing”, dan menerima pengetahuan baru serta kemampuan khusus yang ditujukan untuk membantu orang-orang yang menghadapi kematian atau keputusasaan.
Pengalaman mendekati kematian ketiga terjadi saat dia menjalani operasi otak. Setelah dua pengalaman sebelumnya, Brinkley kemudian menulis buku yang menjadi bestseller berjudul “Saved by the Light” (Diselamatkan oleh Cahaya), yang menceritakan secara detail semua pengalaman spiritualnya.
Saat ini, Brinkley mendedikasikan hidupnya untuk memberikan konseling psikologis kepada pasien-pasien terminal, membantu mereka menghadapi kematian tanpa ketakutan.
Dia menyimpulkan: “Ketika kamu memahami bahwa kamu tidak benar-benar mati, bahwa pada dasarnya kamu adalah makhluk spiritual, maka kamu tidak akan lagi takut akan ‘neraka’. Pemahaman ini cukup untuk membuatmu mengubah perjalanan hidupmu.”(jhn/yn)
Tentara India dan Pakistan Saling Tembak Selama 2 Hari Berturut-turut
Sejak serangan teroris di Kashmir yang dikuasai India pada 22 April, hubungan antara India dan Pakistan merosot ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Kedua pihak terlibat baku tembak selama dua hari berturut-turut, meskipun sejauh ini belum ada laporan korban jiwa.
Etindonesia. Menurut laporan AFP, pihak berwenang India menyalahkan Pakistan karena mendukung “terorisme lintas batas,” namun Pakistan membantah keterlibatan tersebut dan menyebut upaya mengaitkan serangan itu dengan Pakistan sebagai hal yang “konyol dan menggelikan.”
Militer India melaporkan bahwa sepanjang garis kendali di Kashmir (Line of Control, atau yang dikenal sebagai garis penguasaan efektif saat ini), “banyak” pos militer Pakistan melancarkan serangan menggunakan senjata ringan dari 25 April malam hingga 26 April tanpa alasan yang jelas.
Dalam pernyataan tersebut, militer India mengatakan: “Tentara India membalas dengan penggunaan senjata kecil secara tepat… Tidak ada laporan korban jiwa.”
Baik India maupun Pakistan mengonfirmasi bahwa telah terjadi baku tembak antara pasukan mereka pada malam sebelumnya. Sementara itu, PBB menyerukan kedua negara untuk menunjukkan “tingkat pengendalian diri setinggi mungkin.”
Pada 22 April sore, serangan teroris terjadi di Pahalgam, sebuah destinasi wisata di kawasan Kashmir yang dijuluki “Swiss kecil”, yang menewaskan sedikitnya 26 orang. (Hui/asr)
Sumber : NTDTV.com
Peringatan 26 Tahun Permohonan Damai Praktisi Falun Gong Digelar di Depan Kedubes Tiongkok di Jakarta
EtIndonesia. Sejumlah praktisi Falun Gong menggelar aksi damai dalam rangka memperingati 26 tahun seruan damai di Beijing pada 25 April 1999. Acara ini digelar di seberang jalan Kedutaan Besar Tiongkok, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Pada 25 April 1999, sekitar 10.000 praktisi Falun Gong dari berbagai latar belakang dan daerah di seluruh Tiongkok berkumpul di dekat Zhongnanhai, kompleks tempat tinggal para pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok. Para praktisi Falun Gong menuntut pembebasan 45 rekan rekan mereka telah ditangkap beberapa hari sebelumnya di kota Tianjin dan menyerukan perlindungan atas hak mereka untuk berlatih keyakinan mereka secara bebas.


Selama aksi permohonan pada 25 April, Perdana Menteri Tiongkok saat itu, Zhu Rongji, bertemu dengan beberapa perwakilan Falun Gong di Dewan Negara. Namun, pemimpin Partai Komunis saat itu, Jiang Zemin, menolak sikap damai Zhu terhadap Falun Gong dan memutuskan untuk menganggap aksi tersebut sebagai ancaman kriminal, menurut Pusat Informasi Falun Dafa.
Aksi damai ini kemudian dijadikan salah satu alasan oleh rezim Tiongkok untuk meluncurkan penganiayaan brutal guna memberantas kelompok tersebut pada 20 Juli 1999. Propaganda Partai Komunis Tiongkok menggambarkan permohonan 25 April itu sebagai “pengepungan” terhadap Partai.



Falun Gong mengajarkan Sejati-Baik-Sabar. Dengan lima latihan meditasi dan buku utama Zhuan Falun, latihan ini mudah dipelajari dan menyebar dengan cepat di Tiongkok pada tahun 1990-an, menarik sekitar 70 juta hingga 100 juta pengikut. Kemudian pada tahun 1999, ketika para pemimpin komunis menganggap popularitas latihan ini sebagai ancaman dan meluncurkan kampanye pembersihan. Dimulailah penangkapan massal, penahanan dalam waktu lama, pengambilan organ tubuh secara paksa, dan pelanggaran lainnya.
BACA JUGA : Peringatan 26 Tahun Aksi Damai 25 April – Kegiatan Digelar di Seluruh Dunia
BACA JUGA : Sebuah Seruan Damai di Tiongkok 26 Tahun Lalu Masih Menggema Hingga Sekarang
BACA JUGA : 25 April 1999: Mengapa Penting

Saat kegiatan yang digelar di Jakarta, spanduk bertemakan “Permohonan Damai Falun Dafa 25 April 1999” dibentangkan yang bisa dilihat para pengguna lalu lintas dan pejalan kaki. Petugas kepolisian juga bisa melihat spanduk tersebut.
Selain itu, terlihat juga spanduk lainnya yang dibentangkan bertuliskan “Partai Komunis China Merampas Organ Praktisi Falun Dafa Hidup-hidup dan Menjualnya Secara Ilegal.” Juga dibentangkan spanduk bertuliskan Komunis Merusak Moralitas Tradisi Baik Umat Manusia Menjauhkan Manusia dari Tuhan. China is Not Chinese Communist Party. Spanduk lainnya bertuliskan “Hentikan Penindasan Terhadap Praktisi Falun Gong di China.” Stop of Persecution of Falun Gong in China.

Pada kesempatan lainnya, para praktisi Falun Gong juga membagikan brosur yang menjelaskan tentang Falun Gong kepada para pengguna jalan yang melintas. Mereka pun menerima brosur yang diberikan oleh praktisi Falun Gong dengan baik.

Ketua Himpunan Falun Dafa Indonesia (HFDI) Gatot Machali dalam pers rilis yang dibacakan di depan Kedubes Tiongkok menyatakan sikap sebagai berikut :
1. Mendesak kepada rejim PKT untuk segera menghentikan semua penganiayaan irasional terhadap Falun Gong dan para praktisinya, yang telah berlangsung 26 tahun lebih, serta merehabilitasi nama baik Falun Gong, dan meminta kepada PKT untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya atas kekejaman ini.
2. Meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk ikut proaktif berdiri bersama dengan berbagai negara maju dalam solidaritas aktivis internasional (PBB) untuk melawan pelanggaran HAM berat yang dialami praktisi Falun Gong di Tiongkok, karena tak sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 “bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penindasan di atas bumi ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kamusiaan dan peri keadilan”.
3. Meminta kepada pemerintah Indonesia untuk berani menolak dengan tegas atas segala bentuk tekanan intervensi yang dilakukan rejim PKT kepada negara Indonesia untuk membatasi ruang gerak warga masyarakat yang berlatih Falun Gong dalam menjalankan kegiatan dan mengekspresikan kebebasan berkeyakinan terhadap nilai-nilai “Sejati, Baik, Sabar”
4 Mengajak para anggota parlemen di berbagai tingkatan, pimpinan organisasi/ lembaga, dan tokoh masyarakat serta seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam gerakan menghentikan penganiayaan genosida HAM praktisi Falun Gong yang masih terjadi di Tiongkok dengan turut menandatangani petisi.

Pada orasi lainnya Koordinator Global Human Right Efforts (GHURE) Fadjar Pratikto memberikan apresiasi atas keteguhan hati para praktisi Falun Gong yang terus gigih menyuarakan fakta sebenarnya yang terjadi di Tiongkok hingga saat ini. Ia juga mengecam berbagai penindasan yang dialami para praktisi Falun Gong di daratan Tiongkok termasuk penindasan yang dialami keluarga mereka, termasuk propaganda negartf yang dilakukan PKT secara global.


Acara yang digelar di Jakarta disertai dengan membawa Foto-foto para praktisi Falun Gong yang meninggal dunia karena dianiaya oleh Rezim Komunis Tiongkok. Seluruh kegiatan berlangsung dengan tertib dan berakhir dengan lancar ketika menjelang malam. (asr)

