Home Blog Page 3

Pasangan Asal Tiongkok Selundupkan Patogen ke AS, Pakar Peringatkan Ancaman Infiltrasi oleh PKT

Baru-baru ini, sepasang kekasih asal Tiongkok didakwa karena menyelundupkan “patogen biologis berbahaya” ke Amerika Serikat, dengan tujuan melakukan penelitian di salah satu universitas di AS. Para pakar masalah Tiongkok memperingatkan bahwa seiring semakin dalamnya infiltrasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke dalam kampus-kampus AS, insiden ini seharusnya menjadi alarm bagi keamanan nasional.

EtIndonesia. Pada Selasa, (3/6/2025), Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan pidana terhadap dua warga negara Tiongkok, yaitu Jian Yunqing dan Liu Zunyong, atas sejumlah tuduhan termasuk konspirasi, penyelundupan barang ke dalam negeri, pernyataan palsu, dan penipuan visa.

Keduanya dituduh menyelundupkan jamur bernama Fusarium graminearum, yang dalam literatur akademik dikategorikan sebagai “potensial senjata terorisme pertanian”. Jaksa federal menjelaskan bahwa jamur ini menyebabkan penyakit “head blight” pada tanaman serealia (seperti gandum dan jagung), yang setiap tahun menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar di seluruh dunia. Jamur ini juga menghasilkan racun yang dapat menyebabkan muntah, kerusakan hati, serta mengganggu reproduksi manusia dan hewan ternak.

Menurut dakwaan, Jian Yunqing diketahui pernah menerima dana dari pemerintaan partai komunis TIiongkok (PKT) untuk meneliti patogen tersebut, dan perangkat elektronik miliknya mengandung dokumen yang menunjukkan identitas sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok serta sumpah kesetiaan. Sementara itu, kekasihnya Liu Zunyong, yang juga melakukan penelitian serupa di salah satu universitas di Tiongkok, tertangkap pada Juli tahun lalu membawa sampel jamur tersebut saat pemeriksaan bea cukai, dan mengakui bahwa tujuannya adalah untuk membawanya ke laboratorium Universitas Michigan tempat Jian bekerja.

Michael Sobolik, pakar isu Tiongkok, memperingatkan bahwa mulai dari penyelundupan prekursor fentanyl hingga kegagalan menghentikan penyebaran COVID-19, PKT kini mencoba menggunakan patogen biologis untuk membahayakan rakyat Amerika.

Kasus ini juga memicu kekhawatiran publik mengenai infiltrasi warga negara Tiongkok ke universitas-universitas AS. Laporan dari Universitas Stanford bulan lalu mengungkapkan bahwa mata-mata PKT kemungkinan telah menyusup ke kampus itu dan berbagai kampus lainnya di seluruh Amerika, dengan tujuan mengumpulkan intelijen.

Sobolik menegaskan bahwa sistem pendidikan tinggi AS sudah lama bergantung pada dana dari PKT, dan banyak mahasiswa Tiongkok menjadi sasaran tekanan untuk menjadi informan bagi pemerintah PKT. Ia menyerukan agar universitas-universitas AS mulai menyadari ancaman nyata dari PKT dan berhenti menjadi kaki tangan rezim tersebut. (Hui)

Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.

PKT Curi Teknologi, Menteri Perdagangan AS Peringatkan dan Serukan Penguatan Pengawasan Ekspor

Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, memperingatkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang mempercepat pencurian teknologi canggih Amerika, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan teknologi penerbangan. Ia menekankan bahwa AS perlu memperkuat penegakan pengawasan ekspor, serta mendorong produksi semikonduktor kembali ke dalam negeri.

EtIndonesia. Dalam sidang dengar pendapat di DPR AS pada (5/6/2025), Menteri Howard Lutnick menegaskan pentingnya memperketat penerapan aturan pengendalian ekspor guna mencegah PKT mencuri teknologi penting.

Ia menyerukan kepada Kongres untuk meningkatkan anggaran bagi Biro Industri dan Keamanan (BIS) di bawah Departemen Perdagangan, agar dapat menambah jumlah petugas inspeksi lapangan yang akan memeriksa gudang dan eksportir, guna memastikan bahwa pembatasan ekspor ke negara-negara lawan seperti Tiongkok benar-benar diterapkan secara efektif. Pemerintah juga berencana menempatkan lebih dari dua petugas BIS di dalam wilayah Tiongkok untuk memperkuat penegakan langsung di lapangan.

Secara paralel, dalam upaya membawa kembali produksi semikonduktor ke AS, pemerintahan Trump tengah merundingkan ulang berbagai perjanjian subsidi yang sebelumnya dibuat di era Biden dalam kerangka Undang-Undang CHIPS (CHIPS Act). Pemerintah sekarang meminta perusahaan untuk meningkatkan jumlah investasi, memperluas kapasitas produksi, dan mempercepat pembangunan fasilitas.

Lutnick menyampaikan bahwa hasil dari perundingan ulang tahap awal telah mendorong perusahaan untuk berkomitmen menanamkan investasi lebih dari 300 miliar dolar AS di AS—dua kali lipat dari rencana sebelumnya.

Selain mendorong produksi dalam negeri, Lutnick juga menegaskan bahwa AS akan terus membatasi aliran chip canggih dan teknologi AI ke negara-negara musuh. Menurut laporan Bloomberg, pemerintahan Trump telah meninggalkan kebijakan era Biden yang dikenal sebagai “aturan penyebaran AI”, dan menggantinya dengan kesepakatan bersama sekutu-sekutu AS untuk secara ketat mengontrol ekspor chip AI kelas atas. Ke depannya, hanya pusat data dan penyedia layanan cloud yang telah disetujui oleh pihak AS yang boleh menggunakan chip semacam itu, guna mencegah Tiongkok dan Rusia memperoleh daya komputasi AI Amerika secara tidak langsung.

Lutnick menjelaskan bahwa kebijakan “America First” (Amerika Didahulukan) yang diusung Presiden Trump menekankan pentingnya mempertahankan keunggulan di sektor industri dan teknologi strategis. Ia juga mengungkapkan bahwa Departemen Perdagangan telah membentuk Kantor Percepatan Investasi, yang bertujuan menarik arus modal global untuk masuk dan berinvestasi di Amerika Serikat. (Hui)

Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.

Wabah COVID-19 di Tiongkok Meningkat, Kasus Kematian Mendadak di Kalangan Anak Muda Melonjak

EtIndonesia. Wabah COVID-19 (virus PKT) di Tiongkok terus meningkat. Baru-baru ini, pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok mengakui bahwa saat ini wabah di negara tersebut telah mencapai puncak tahap pertama untuk tahun ini. Warga mengungkapkan bahwa angka kematian tetap tinggi di berbagai daerah, termasuk peningkatan kasus kematian mendadak di kalangan anak muda, sementara pemerintah menutupi fakta yang sebenarnya.

Seorang blogger Tiongkok mengatakan:“Benar-benar tak disangka, COVID bangkit lagi. Jangan sampai diremehkan.”

Pada 4 Juni, Hou Lili, seorang influencer asal Henan berusia 34 tahun, meninggal mendadak akibat stroke iskemik akut. Seminggu sebelumnya, ia masih aktif memperbarui videonya, terlihat sehat saat membantu ibunya memanen gandum.

Blogger lain menanggapi: “Sungguh menyedihkan, satu nyawa muda yang penuh semangat tiba-tiba terhenti begitu saja.”

Pada 5 Juni, CDC Tiongkok merilis data infeksi COVID-19 nasional untuk bulan Mei, menyebutkan bahwa terdapat 440.662 kasus baru, dengan 7 kematian secara resmi dilaporkan. Dalam konferensi pers hari itu, peneliti CDC Liu Qiyong menyatakan bahwa sejak Maret, tren infeksi COVID-19 terus meningkat, dan saat ini telah mencapai puncak tahap pertama untuk tahun ini, meskipun di beberapa provinsi mulai menunjukkan tren penurunan.

Namun, sejumlah dokter dan warga di Tiongkok mengatakan kepada NTD bahwa wabah COVID-19 sebenarnya belum mereda. Jumlah infeksi tetap tinggi, angka kematian juga sangat besar, dan pemerintah terus menyembunyikan kenyataan tersebut.

Dokter Kang Hong dari sebuah klinik di Guangzhou mengatakan: “COVID lebih parah dari flu biasa. Gejalanya lebih berat. Biasanya saya tidak pakai masker, sekarang saya harus pakai.”

Chen Yang, seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok di Zhuzhou, Hunan, berkata: “Virus ini meledak lagi, menurut saya memang tidak pernah berhenti. Saya sering menerima pasien yang sudah tidak mempan dengan pengobatan barat dan akhirnya datang ke saya.”

Tuan Jian, warga Shenzhen, mengungkapkan: “Di Tiongkok selatan sangat parah. Di Shenzhen, banyak rumah sakit dan klinik penuh antrian. Semua orang sakit tenggorokan, demam. Secara resmi disebut COVID, varian baru dari COVID. Orang-orang meninggal karena ini, tapi pemerintah tidak akan pernah mengakuinya.”

Dalam beberapa bulan terakhir, laporan tentang kematian mendadak di kalangan anak muda terus bermunculan di berbagai daerah di Tiongkok.

Misalnya:

  • Pada 3 Juni, artis internet terkenal asal Shanxi, Da Gang (usia 48), meninggal dunia mendadak.
  • Pada 1 Juni, Duan Yu, seorang influencer dari Jiangxi, meninggal akibat pendarahan otak, juga di usia 48 tahun.

Varian virus COVID-19 terbaru yang menyebar di Tiongkok adalah NB.1.8.1, yang memiliki daya tular tinggi. Varian ini kini juga menyebar cepat di Australia, Hong Kong, Jepang, Taiwan, serta negara-negara Asia Tenggara lainnya. Beberapa bandara di Amerika Serikat juga telah mendeteksi kasus varian ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian NB.1.8.1 sebagai “varian dalam pemantauan.” (Hui)

Laporan wartawan NTD, Kai Xin dan Xiong Bin.

Rusia Luncurkan Serangan Balasan: Lebih dari 400 Drone dan 40 Rudal Hujani Ukraina

Pada Jumat  (6 Juni) dini hari, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap enam wilayah di Ukraina menggunakan drone dan rudal, yang disebut sebagai salah satu serangan udara terbesar sejak perang dimulai. Moskow mengklaim serangan ini sebagai balasan atas serangan Ukraina sebelumnya di wilayah Rusia. Sementara itu, Ukraina menyerukan kepada negara-negara Barat untuk mengambil tindakan tegas, guna memberikan tekanan diplomatik, politik, dan ekonomi terhadap Rusia demi mengakhiri perang.

EtIndonesia. Rudal-rudal melesat menembus langit dan menghantam sasaran dengan kecepatan tinggi, disusul ledakan hebat dan bola api yang menyilaukan. Pasukan pertahanan udara Ukraina berusaha keras menembak jatuh puluhan drone Rusia yang menargetkan Kyiv, dengan suara tembakan senapan mesin dan dengungan drone bergema di atas kota.

Tak hanya ibu kota Kyiv, kota-kota di bagian barat seperti Lutsk dan Ternopil juga mengalami serangan hebat.

Angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi bahwa pada Jumat dini hari, Rusia melancarkan serangan udara dengan 407 drone serang—jumlah tertinggi dalam satu kali serangan—ditambah 45 rudal jelajah dan rudal balistik, menargetkan berbagai wilayah Ukraina. Serangan ini menyebabkan sedikitnya 4 orang tewas dan 49 orang terluka, serta kerusakan berat pada apartemen bertingkat tinggi. Layanan kereta bawah tanah di Kyiv juga terhenti karena kerusakan pada rel.

Daria, warga Kyiv, mengatakan: “Sekitar pukul 1:30 pagi, kami terbangun karena ledakan. Pintu rumah kami sampai terbuka karena getaran.”

Talia, warga Kyiv lainnya, menambahkan: “Semua jendela di apartemen saya pecah terkena ledakan. Sangat menakutkan.”

Puluhan ribu warga Kyiv berlindung di tempat perlindungan bawah tanah, mencoba mengatasi ketakutan akibat perang yang terus berlanjut.

Kementerian Pertahanan Rusia pada  Jumat mengklaim bahwa serangan ini adalah respons terhadap “tindakan terorisme rezim Kyiv”, dan menyatakan bahwa target serangan adalah fasilitas militer.

Sebelumnya, Rusia menuduh Ukraina berada di balik serangan bom mematikan terhadap jembatan rel di Rusia pada akhir pekan lalu, dan menyatakan secara terbuka kepada Presiden AS Donald Trump bahwa Moskow akan membalas serangan Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia.

Para analis militer penerbangan Barat memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan lebih dari 10% kekuatan tempur dari armada pengebom jarak jauhnya—seperti Tu-95 dan Tu-22—yang biasanya digunakan untuk menembakkan rudal ke kota-kota Ukraina. Kerugian ini kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan dan menghambat rencana pengembangan pesawat pengebom baru Rusia yang memang sudah tertunda.

Pada  Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil dan energi. Ia menekankan bahwa sekarang adalah saatnya bagi Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara di seluruh dunia untuk menekan Rusia guna menghentikan perang ini.

Presiden Zelenskyy menyampaikan: “Mohon desak diberlakukannya sanksi baru yang efektif terhadap Rusia dan rezimnya. Hentikan pembunuhan dan serangan ini. Wujudkan perdamaian sejati, dan buat Rusia benar-benar bertanggung jawab atas perang ini.” (Hui)

Laporan oleh Yi Jing, wartawan NTD.

PKT Perluas Pemungutan Pajak Luar Negeri, Pakar: Upaya Pengendalian Menjangkau Seluruh Dunia

0

Pajak “orang kaya luar negeri” yang diberlakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) kini telah diperluas jangkauannya hingga ke kalangan kelas menengah. Baru-baru ini, otoritas pajak di berbagai wilayah meningkatkan pemungutan pajak terhadap kelompok kelas menengah. Para pakar menilai bahwa meskipun tampaknya ini karena tekanan fiskal yang dialami pemerintah, pada kenyataannya ini adalah bagian dari perluasan kendali PKT secara global.

EtIndonesia. Pada 5 Juni, Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui kebijakan tersebut, melaporkan bahwa otoritas pajak PKT tengah meninjau berbagai jenis penghasilan luar negeri, termasuk hasil investasi, dividen, dan opsi saham karyawan. Tarif pajak maksimum yang dikenakan bisa mencapai 20%.

Kebijakan pemungutan pajak kali ini berbeda dengan kebijakan tahun lalu yang menargetkan individu dengan kekayaan di atas 10 juta dolar AS. Para konsultan pajak melaporkan bahwa belakangan ini mereka menerima banyak konsultasi dari individu dengan aset kurang dari 1 juta dolar AS.

Sumber tersebut juga mengungkap bahwa pemerintah PKT secara khusus menaruh perhatian pada warga yang memiliki saham di bursa AS dan Hong Kong.

Pada akhir Maret, otoritas pajak di berbagai wilayah mengumumkan pemeriksaan terfokus terhadap pelaporan penghasilan luar negeri oleh warga negara. Jumlah pajak tambahan yang diminta dari warga berkisar antara RMB. 120.000 hingga RMB.1.260.000 .

Sun Guoxiang, profesor penuh di Departemen Urusan Internasional dan Bisnis Universitas Nanhua, Taiwan, mengatakan: “Perluasan pajak terhadap pendapatan luar negeri dari orang kaya ke kelas menengah mencerminkan kecenderungan pengendalian. Kita tahu bahwa kelas menengah adalah lapisan penyangga penting bagi stabilitas ekonomi Tiongkok. Jika kebijakan ini memicu ketidakpercayaan dan ketakutan terhadap sistem, maka dapat semakin mengurangi minat konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya memperparah kelemahan ekonomi.”

Data yang dirilis PKT menunjukkan bahwa pada periode Januari hingga April tahun ini, pendapatan fiskal secara luas mengalami penurunan 1,3%, sementara pengeluaran meningkat 7,2% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan defisit anggaran melebar 54%, tertinggi sepanjang sejarah untuk periode yang sama.

Huang Dawei, ekonom asal Amerika Serikat, menilai bahwa: “Sistem perpajakan Beijing sangat erat kaitannya dengan politik. Saat pemerintah pusat mengalami kekurangan dana, sementara banyak modal telah melarikan diri ke luar negeri, maka pengumpulan pajak diperluas. Ini juga digunakan untuk memperkuat pengawasan terhadap pergerakan warga dan arus aset mereka di luar negeri.”

Sun Guoxiang menambahkan: “Peralihan dari pajak orang kaya ke pajak kelas menengah ini tampak sebagai upaya menutup kekurangan anggaran, namun sebenarnya merupakan kelanjutan dari pola pemerintahan PKT yang cenderung kontrol total.”

Sejak September 2018, PKT telah mengubah peraturan perpajakan dengan mencoba memanfaatkan sistem pertukaran informasi global yang dikenal sebagai Common Reporting Standard (CRS), guna memungut pajak atas penghasilan luar negeri warga negaranya. Namun, karena berbagai hambatan, penerapan sistem ini baru dijalankan secara efektif belakangan ini.

Huang Dawei memperingatkan: “Meskipun Beijing ikut serta dalam CRS, bila informasi internasional itu justru digunakan untuk menghukum rakyat biasa secara politis, maka banyak negara akan mulai meragukan apakah Tiongkok menyalahgunakan data tersebut. Ini bisa menyebabkan negara-negara mempertimbangkan ulang kerja sama mereka dengan Tiongkok dalam hal data keuangan.” (Hui)

Laporan oleh wartawan NTD, Li Yun dan Qiu Yue.

Kantor Pemimpin Partai Xi Dihapus? Media Belarus Bocorkan Rahasia

Setelah menghilang selama setengah bulan dan kembali muncul di hadapan publik, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping menunjukkan berbagai kejanggalan dalam sepekan terakhir. Bukan hanya media partai menunjukkan pelaporan yang aneh, tapi media Belarus juga membocorkan bahwa kantor pemimpin Partai Komunis Tiongkok kemungkinan telah dibubarkan. Para analis menilai hal ini mengindikasikan bahwa Xi mungkin telah kehilangan kekuasaan, dan kemunculannya hanya bagian dari sandiwara politik yang sedang dimainkan oleh rezim di Zhongnanhai.

EtIndonesia. Setelah terakhir terlihat di Henan pada 20 Mei lalu, Xi Jinping menghilang dari publik selama 15 hari, memicu spekulasi bahwa kekuasaannya telah melemah. Pada 5 Juni, ia melakukan percakapan via telepon dengan Presiden AS Donald Trump, tetapi laporan awal oleh Xinhua News (kantor berita resmi Partai Komunis Tiongkok) tidak mencantumkan gelar resminya.

Tiga menit kemudian, Xinhua menerbitkan ulang berita tersebut dan menambahkan gelarnya. Namun, video yang dirilis tetap memakai versi awal. Kejanggalan ini memicu spekulasi bahwa ada masalah serius di balik layar.

Komentator politik Tang Jingyuan mengatakan: “Ini pasti dilakukan dengan sengaja. Kalau mereka tidak sadar ada kesalahan di versi pertama, maka tidak akan ada versi kedua yang memperbaiki. Jadi ini sangat tidak biasa dan sebenarnya merupakan sinyal politik yang jelas: Xi Jinping sedang mengalami masalah besar. Baik saat bertemu Lukashenko maupun berbicara dengan Trump, dia sedang menjalankan perintah dan sekadar mengikuti skenario.”

Lebih lanjut, saat Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengunjungi Tiongkok pada 2 Juni, baik pemerintah maupun media partai sangat minim meliput. Xinhua baru melaporkan pertemuan itu dua hari kemudian, menyebutkan bahwa Xi bertemu Lukashenko di Zhongnanhai.1

Namun diketahui umum bahwa Zhongnanhai adalah kantor pusat Dewan Negara dan Komite Sentral PKT, sedangkan pertemuan dengan pemimpin asing biasanya digelar di Wisma Negara Diaoyutai. Misalnya, pada 4 Desember 2023, Xi menerima Lukashenko di Wisma Negara tersebut.

Menariknya, foto dari Kantor Berita Negara Belarusia menunjukkan gedung tempat pertemuan itu berlabel “Chun Yizhai” (純一齋), dan dalam laporan itu disebutkan Xi memberitahukan kepada Lukashenko bahwa kantornya berada di sebelah ruangan tersebut. Namun, berdasarkan data publik, kantor pemimpin PKT sejak lama berada di pulau Yingtai di tengah Danau Selatan (Nanhai). Hal ini memicu spekulasi bahwa kantor Xi telah dipindahkan atau dibubarkan.

Shen Mingshi, peneliti dari Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan: “Kalau yang datang adalah presiden dari negara sahabat, biasanya memang pemimpin tertinggi yang menyambut. Tapi kali ini, dari lokasi pertemuan, tingkat penyambutan, hingga isi percakapan, semuanya terasa tidak biasa. Terlebih, dalam pidato Lukashenko sama sekali tidak disebutkan nama Xi Jinping.”

Sumber internal yang terpercaya sebelumnya juga mengungkap bahwa meskipun Xi masih muncul di panggung politik, pada kenyataannya ia telah kehilangan kekuasaan, dan sekarang hanya menjalankan peran sesuai skenario dari elite di Zhongnanhai.

Shen menambahkan: “Ada kekuatan tertinggi di dalam Partai Komunis Tiongkok yang melebihi Xi Jinping. Bahkan fenomena tak biasa di kalangan jenderal tinggi dari faksi Xi bisa menjadi bukti bahwa Xi tak lagi memiliki kendali penuh atas arah perkembangan besar di Tiongkok, atau tidak memiliki kekuasaan yang cukup untuk mengatur jalannya negara.” (Hui)

Laporan oleh Tang Rui dan Luo Ya, kontributor khusus NTDTV

Forum Epoch Times di Gedung Capitol AS Ungkap Peningkatan Penindasan Transnasional Partai Komunis Tiongkok 

EtIndonesia. Pada  Jumat (6 Juni), Epoch Times mengadakan sebuah forum di Gedung Capitol Amerika Serikat, membahas peningkatan penindasan transnasional oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), serta mengungkap metode penindasan tersebut. 

 “Forum hari ini di Gedung Capitol mengungkap bagaimana PKT menggunakan media Barat untuk mencoba memanipulasi sistem peradilan dan menyerang kelompok Falun Gong yang meyakini prinsip Sejati–Baik–Sabar, serta Shen Yun Performing Arts, yang berkomitmen melestarikan budaya tradisional Tiongkok selama lima ribu tahun. Para peserta forum menyatakan bahwa tujuan PKT itu jahat, dan metodenya tercela—penyusupan dan serangan ini tengah mengikis fondasi negara Amerika Serikat,” demikian Zhang Liang, wartawan NTD di Kongres AS. 

Pierro Tozzi, Kepala Staf Komisi Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok (CECC) berkata :  “Saya sangat mendukung upaya untuk menegakkan keadilan bagi para korban penindasan PKT di seluruh dunia. Saya juga mengecam keras tindakan-tindakan PKT. Untuk mencegah gangguan dan kekerasan lebih lanjut oleh PKT di Amerika Serikat, kita perlu melakukan lebih banyak upaya.”

Dalam pidatonya, Tozzi mengecam konsulat dan kedutaan besar PKT karena diduga merencanakan serta mengatur serangan terhadap demonstran damai di AS—padahal demonstrasi adalah hak yang dijamin oleh Amandemen Pertama Konstitusi. Ia juga memaparkan beberapa kasus yang ditangani Departemen Kehakiman, termasuk upaya PKT menyuap pejabat IRS agar mencabut status bebas pajak dari Shen Yun Performing Arts, serta penggunaan warga Tionghoa di AS untuk memata-matai praktisi Falun Gong.

Yuan Hongbing, pakar hukum asal Tiongkok yang kini tinggal di Australia, mengungkap bahwa sejak 2022, PKT telah melancarkan strategi penindasan terhadap Falun Gong di luar negeri dengan konsep “satu pusat, dua titik utama.”

Yuan Hongbing:  “‘Satu pusat’ adalah serangan terhadap karakter dan moral pendiri Falun Gong, Tuan Li Hongzhi.”

 “‘Dua titik utama’ adalah perang opini publik dan perang hukum terhadap Falun Gong.”

Yuan menjelaskan bahwa perang opini dilakukan dengan menyuap dan memanfaatkan media arus utama di Barat untuk menyebarkan fitnah terhadap Falun Gong dan lembaga seperti Shen Yun yang didirikan oleh para pengikut Falun Gong. Sementara itu, ‘perang hukum’ berarti memanfaatkan sistem hukum Barat untuk menggugat pendiri Falun Gong, Shen Yun, dan lembaga terkait lainnya, demi mendiskreditkan mereka dan memperkuat serangan opini publik.

Yuan Hongbing:  “Penyusupan dan operasi front bersatu PKT di Amerika benar-benar merasuki semua lini.”

Dr. Eric Patterson selaku President dan CEO of the Victims of Communism Memorial Foundation, dalam pidatonya mengutip laporan dari lembaga think tank Brookings Institution tahun 2024 yang menyatakan bahwa PKT telah mendirikan 102 kantor polisi rahasia di 53 negara, termasuk di berbagai kota besar Amerika Serikat, untuk menjalankan agenda mereka.

 “(Penindasan transnasional) adalah krisis nyata yang menyakitkan dan terus berlangsung, karena PKT dan organisasinya melakukan pelecehan, intimidasi, pemaksaan, bahkan kekerasan terhadap para pengkritik, pembangkang, dan siapa pun yang menolak tunduk pada kehendak mereka, di luar wilayah Tiongkok,” katanya. 

Zhang Liang, wartawan NTD di Kongres AS:  “Perlu disebutkan bahwa ketika Mark Yang, peneliti dari Pusat Informasi Falun Dafa, sedang berpidato, seseorang membunyikan alarm kebakaran di Gedung Kantor DPR Rayburn, yang menyebabkan forum harus dihentikan sementara. Dalam beberapa tahun terakhir, setiap kali ada acara yang mengungkap kebejatan PKT, selalu ada upaya sabotase oleh agen-agen yang diduga dikirim oleh PKT. Identitas pelaku yang membunyikan alarm kebakaran hari ini masih belum diketahui.”

Moderator forum dan editor senior The Epoch Times versi Inggris, Jack Yang, juga menulis di platform X bahwa gangguan semacam ini adalah salah satu metode efektif yang sering digunakan PKT untuk membungkam suara oposisi. (Hui)

Laporan langsung dari Gedung Kongres AS oleh wartawan NTD, Zhang Liang dan Ren Hao.

Wanita Lakukan 7.079 Pull-Up dalam 24 Jam, Pecahkan Rekor Dunia Sebelumnya Hampir Dua Kali Lipat

EtIndonesia. Seorang wanita Australia berusia 34 tahun memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk pull-up terbanyak yang dilakukan oleh seorang wanita dalam 24 jam dengan melakukan 7.079 pull-up.

Mengatakan Olivia Vinson mengalahkan rekor lama untuk pull-up terbanyak oleh seorang wanita dalam 24 jam adalah pernyataan yang meremehkan, mengingat bahwa penggemar kebugaran Australia itu hampir menggandakannya.

Pencapaian itu berawal dari usulan liar dari suami dan pelatihnya, dan meskipun awalnya dia hanya menertawakan gagasan untuk menantang rekor dunia, pada akhirnya hal itu mulai masuk akal.

Olivia berlatih selama tiga bulan sebelum menerima tantangan tersebut pada bulan September tahun lalu, tetapi 12 bulan setelah mencobanya, tendon bisepnya tertarik, yang membuatnya tidak dapat melakukan pull-up lagi. Dia harus membatalkan semuanya, tetapi setelah pulih selama beberapa bulan, dia kembali memecahkan Rekor Dunia Guinness.

“Saya mencari tantangan yang lebih besar, dan suami serta pelatih saya malah menyarankan pull-up selama 24 jam, yang awalnya saya tertawakan karena saya pikir tidak mungkin,” kata Vinson kepada Guinness. “Saya mencari tahu rekor terkini, yaitu 4.081, dan sekali lagi saya berpikir, ‘tidak mungkin’. Setelah beberapa saat, saya menghitungnya dan saya pikir mungkin saya bisa.”

Bagi kebanyakan pria atau wanita, melakukan lebih dari 4.000 pull-up dalam 24 jam terdengar hampir mustahil, yang membuat pencapaian Olivia Vinson semakin mengesankan.

Rekor sebelumnya dipegang oleh Paula Gorlo dari Polandia pada tahun 2021 sebanyak 4.081 kali, tetapi pada tanggal 29-30 Maret tahun ini, penantang berusia 34 tahun itu memecahkannya dengan melakukan 7.079 kali pull-up, atau rata-rata sekitar lima kali pull-up setiap menit selama 24 jam.

“Saya telah mencapai angka yang menurut saya tidak mungkin dicapai saat pertama kali melakukannya,” kata Vinson. “Ke depannya, ini benar-benar memaksa saya untuk mempertanyakan segala hal yang saya rasa tidak dapat saya lakukan.”

Ada sesuatu yang memberi tahu kita bahwa kita akan segera melihat nama Olivia di Guinness World Book of Records lagi.(yn)

Sumber: odditycentral

Wanita Inggris dengan Ijazah Palsu Bekerja sebagai Psikiater Selama 20 Tahun

EtIndonesia. Seorang dokter palsu yang menggunakan dokumen palsu untuk praktik psikiatri di sistem perawatan kesehatan nasional Inggris selama dua dekade telah dipenjara dan diperintahkan untuk membayar kembali ratusan ribu pound.

Lahir di Iran, Zholia Alemi dan keluarganya beremigrasi ke Auckland, Selandia Baru, pada awal 1990-an. Di sana, dia gagal memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dan Sarjana Bedah yang dibutuhkan untuk bekerja sebagai dokter yang berkualifikasi, tetapi dia tidak membiarkan hal itu menghentikannya untuk mewujudkan mimpinya.

Pada pertengahan 90-an, dia pindah ke Inggris, di mana dia memanfaatkan celah hukum yang memungkinkan dokter Persemakmuran untuk praktik tanpa pemeriksaan tambahan.
Biasanya, dokter yang memperoleh gelar di luar negeri harus mengikuti ujian PLAB (Professional and Linguistic Assessments Board), tetapi Alemi dapat menghindarinya dengan menggunakan dokumen yang dipalsukan di Inggris. Dia kemudian melanjutkan praktik psikiatri di seluruh Inggris selama sekitar 20 tahun.

“Alemi kurang peduli dengan kesejahteraan pasien. Dia menggunakan kualifikasi medis Selandia Baru palsu untuk mendapatkan pekerjaan sebagai psikiater NHS selama 20 tahun,” kata Adrian Foster dari Crown Prosecution Service. “Dengan melakukan itu, dia pasti telah merawat ratusan pasien saat dia tidak memenuhi syarat untuk melakukannya, yang berpotensi membahayakan pasien tersebut.”

Nasib dokter palsu itu berakhir pada tahun 2018, ketika dia dinyatakan bersalah karena memalsukan surat wasiat seorang wanita berusia 84 tahun untuk mewarisi rumahnya, senilai £300.000. Hal ini membuat jaksa penuntut terjerumus ke dalam lubang kelinci pemalsuan dan penipuan. Dia dipenjara selama lima tahun setelah dinyatakan bersalah atas tiga tuduhan penipuan, dan pengungkapan berikutnya hanya memperpanjang hukumannya. Dia baru-baru ini diperintahkan untuk membayar lebih dari £400.000 atau menghadapi hukuman penjara lebih lama.

Jaksa penuntut mengklaim bahwa Alemi memperoleh lebih dari £1,2 juta selama lebih dari 20 tahun di Layanan Kesehatan Nasional Inggris dan membahayakan nyawa pasiennya yang tidak dikenalnya. Mereka juga memperingatkan bahwa celah yang digunakan oleh Zholia Alemi untuk menjalankan praktik kedokteran tanpa pengujian apa pun dapat digunakan oleh penipu lainnya. Setelah kasus ini, Dewan Medis Umum Inggris meluncurkan tinjauan besar terhadap sekitar 3.000 lisensi dokter luar negeri yang dikeluarkan pada tahun 1990-an.(yn)

Sumber: odditycentral

Kegilaan pada ‘Ragi Hewan Peliharaan’ Mendapat Daya Tarik di Tiongkok

EtIndonesia. Semakin banyak anak muda Tiongkok yang mencari teman yang tidak perlu banyak perawatan mengalihkan perhatian mereka ke stoples ragi aktif yang hanya membutuhkan tepung dan air.

Hewan peliharaan statis seperti batu, biji mangga, kotak kertas, dan bahkan pasta gigi telah menjadi sangat populer di kalangan anak muda Tiongkok yang mencari teman yang tidak terlalu merepotkan untuk mengimbangi kehidupan dan karier mereka yang penuh tekanan. Namun, salah satu hewan peliharaan statis tersebut telah sangat populer di negara Asia, “ragi hewan peliharaan”.

Dijuluki “cacing wajah” oleh netizen, ragi dapat “dibesarkan” dalam wadah sederhana dengan memberi ragi kering tepung, air, dan sedikit gula. Setelah mengaduk bahan-bahan tersebut, yang perlu Anda lakukan hanyalah menunggu beberapa jam untuk melihat ragi tumbuh menjadi massa lengket dan menggelembung yang mengeluarkan aroma khas seperti anggur. Rupanya, ini cukup bagi anak muda yang mencari teman yang mudah. ​​

“Tidak perlu diajak jalan-jalan, tidak berantakan, bebas khawatir dan mudah dirawat!” tulis seseorang di papan komunitas yang ditujukan untuk pemilik ragi hewan peliharaan.

“Jika Anda tidak ingin memeliharanya lagi, cukup tambahkan tepung dan buat menjadi roti kukus untuk dimakan; tidak ada beban psikologis,” komentar ‘orang tua’ ragi lainnya.

Zhao Meng, direktur Departemen Psikologi di Rumah Sakit Wuhan Wudong, percaya bahwa antusiasme kaum muda terhadap hewan peliharaan eksotis statis berasal dari akumulasi tekanan akademis, pekerjaan, dan ekonomi.

Dibandingkan dengan hewan peliharaan tradisional yang membutuhkan banyak waktu dan uang, hewan peliharaan statis seperti ragi hewan peliharaan berbiaya rendah dan mudah dirawat. Tidak perlu mengambil tanggung jawab seperti mengajaknya jalan-jalan dan memandikannya, yang sejalan dengan gaya hidup “penyembuhan malas” yang semakin populer.

Du Hemin, seorang psikoterapis di Rumah Sakit Wuhan Wudong, menambahkan bahwa hewan peliharaan statis memberi pemiliknya “keterikatan yang aman”. Mereka tidak akan sakit, dan mereka tidak membutuhkan perhatian terus-menerus.

“Mereka tidak seperti hewan peliharaan sungguhan yang mungkin sakit atau membuat masalah, memberi orang rasa senang yang kecil namun pasti,” kata Du.(yn)

Sumber: odditycentral

Studi : Kopi Bisa Jadi Rahasia Menuju Penuaan Sehat Bagi Wanita

EtIndonesia. Ritual harian menyesap secangkir kopi panas yang baru diseduh dan harum tidak hanya baik untuk jiwa – mungkin ini salah satu cara untuk memperlancar jalan menuju penuaan sehat bagi wanita.

Dalam sebuah studi terhadap 47.513 wanita di AS dengan data yang mencakup 30 tahun, para ilmuwan telah menemukan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah sedang dalam jangka panjang di usia paruh baya berkorelasi positif dengan penanda penuaan sehat.

“Meskipun studi-studi sebelumnya telah menghubungkan kopi dengan hasil kesehatan individu, studi kami adalah yang pertama menilai dampak kopi di berbagai domain penuaan selama tiga dekade,” kata Sara Mahdavi, ilmuwan nutrisi di Universitas Harvard dan Universitas Toronto.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kopi berkafein – bukan teh atau kopi tanpa kafein – dapat secara unik mendukung lintasan penuaan yang menjaga fungsi mental dan fisik.”

Untuk menilai dampak jangka panjang dari secangkir kopi (atau dua) cangkir kopi setiap hari terhadap penuaan, Mahdavi dan rekan-rekannya melakukan studi cermat terhadap data yang dikumpulkan sebagai bagian dari Studi Kesehatan Perawat, serangkaian studi epidemiologi yang meneliti dampak jangka panjang berbagai faktor terhadap kesehatan perawat di AS.

Mereka meneliti data kesehatan dan asupan makanan yang dikumpulkan sejak tahun 1984 hingga tahun 2016. Penuaan yang sehat didefinisikan sebagai hidup hingga usia 70 tahun atau lebih, mempertahankan fungsi fisik yang baik, terbebas dari 11 penyakit kronis utama, dan tanpa gangguan kognitif, kesehatan mental, atau memori.

Para peneliti juga menyesuaikan faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kesehatan, seperti merokok, konsumsi alkohol, tingkat aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh.

Pada tahun 2016, para peneliti mengidentifikasi 3.706 wanita yang memenuhi syarat sebagai lansia yang sehat. Untuk kelompok ini, sekitar 80 persen dari asupan kafein harian rata-rata mereka berasal dari tiga cangkir kecil kopi.

Sebaliknya, teh dan kopi tanpa kafein tidak dikaitkan dengan penanda penuaan sehat apa pun; dan asupan kola dikaitkan dengan dampak negatif bagi penanda penuaan sehat. Dengan kata lain, kopi memiliki efek positif; teh dan tanpa kafein bersifat netral; dan kola memiliki efek negatif.

Bagi orang yang menua sehat, setiap cangkir kopi tambahan, hingga lima cangkir kecil sehari, meningkatkan peluang penuaan sehat antara 2 dan 5 persen. Bagi peminum kola, setiap cangkir per hari mengurangi peluang penuaan sehat hingga 20 hingga 26 persen.

Tentu saja, kopi bukanlah peluru ajaib untuk kesehatan Anda; Anda tetap harus menjaga diri sendiri dengan cara lain, kata Mahdavi.

“Hasil ini, meskipun masih awal, menunjukkan bahwa kebiasaan kecil dan konsisten dapat membentuk kesehatan jangka panjang. Asupan kopi dalam jumlah sedang dapat memberikan beberapa manfaat perlindungan jika dikombinasikan dengan perilaku sehat lainnya seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan menghindari merokok,” jelasnya.

“Meskipun penelitian ini melengkapi bukti sebelumnya yang menunjukkan bahwa asupan kopi dapat dikaitkan dengan penuaan yang sehat, manfaat dari kopi relatif sederhana dibandingkan dengan dampak dari kebiasaan gaya hidup sehat secara keseluruhan dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.”

Penelitian ini telah dipresentasikan pada konferensi NUTRITION 2025 di Orlando, Florida.(yn)

Sumber: sciencealert

Kelompok Manusia Purba Misterius Ditemukan Pertama Kali yang Hidup 6.000 Tahun Lalu

EtIndonesia. Para ahli telah menemukan jejak populasi manusia purba misterius di Kolombia yang pernah tinggal di sana.

Negara Amerika Selatan Kolombia, yang terletak di utara benua itu, didasarkan pada tanah yang sama tempat Homo sapiens (alias manusia) pertama kali bepergian dari Amerika Tengah dan menyebar ke Amerika Selatan hampir 15.000 tahun yang lalu.

Namun, para peneliti kini telah menemukan bukti baru yang menunjukkan bahwa sekelompok orang yang sebelumnya tidak dikenal juga pernah tinggal di sana.

DNA dari 21 set sisa-sisa, yang dikumpulkan dari lima situs di dataran tinggi Altiplano di bagian tengah negara itu, dianalisis oleh tim ilmuwan internasional.

Melalui analisis ini, mereka dapat melacak kembali sejarah 6.000 tahun lalu dan mengungkap keberadaan populasi kuno yang genetikanya tidak ada hubungannya dengan keturunan modern mana pun, yang menyebabkan para antropolog percaya bahwa kelompok itu mungkin merupakan beberapa pemukim paling awal di Amerika Selatan, sebelum menghilang.

“Kami tidak dapat menemukan keturunan dari para pemburu-pengumpul awal di dataran tinggi Kolombia ini – gen-gen tersebut tidak diwariskan,” antropolog Kim-Louise Krettek dari Universitas Tübingen menjelaskan.

“Itu berarti di daerah sekitar Bogotá terjadi pertukaran populasi secara menyeluruh.”

Melalui analisis DNA, tim tersebut dapat memetakan lokasi dan menarik hubungan antar generasi untuk melihat bagaimana mereka berevolusi dari waktu ke waktu.

Satu kelompok, yang menetap di wilayah tersebut sekitar 6.000 tahun yang lalu, memiliki genetika yang sama sekali berbeda dengan kelompok lain yang terlihat dari sekitar 2.000 tahun yang lalu, dan yang memiliki hubungan genetik dengan kelompok-kelompok modern.

Diperkirakan kelompok baru tersebut juga mewakili pergeseran dari budaya pemburu-pengumpul ke budaya yang lebih berbasis keterampilan, termasuk pembuatan tembikar dan pertanian.

Andrea Casas-Vargas, dari Universitas Nasional Kolombia, menjelaskan: “Bahwa jejak genetik dari populasi asli menghilang sepenuhnya merupakan hal yang tidak biasa, terutama di Amerika Selatan.” 

Meskipun para peneliti belum berspekulasi mengenai alasan hilangnya kelompok tersebut, para ahli mengatakan bahwa hal itu memberikan wawasan yang sangat berharga mengenai sejarah peradaban di Amerika Selatan.

“Ini adalah genom manusia purba pertama dari Kolombia yang pernah dipublikasikan,” kata antropolog Cosimo Posth, yang juga berasal dari Universitas Tübingen.(yn)

Sumber: indy100

Rusia Serang Ukraina dengan Lebih dari 100 Drone Sebagai Aksi Balasan,  5 Warga Sipil Tewas

Beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Donald Trump dan bersumpah akan membalas serangan terhadap pangkalan udara Rusia, militer Rusia melancarkan serangan besar-besaran dengan drone ke berbagai wilayah Ukraina, menewaskan sejumlah warga sipil.

EtIndonesia. Pada 5 Juni, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan melalui media sosial bahwa pada dini hari, Rusia meluncurkan 103 drone dan 1 rudal balistik dalam serangan yang menargetkan setidaknya tujuh wilayah.

Dalam salah satu unggahannya di platform X, Zelenskyy menuliskan: “Tadi malam, Rusia menyerang wilayah Chernihiv, tepatnya kota Pryluky, dengan enam drone tempur. Operasi penyelamatan berlangsung sepanjang malam. Sayangnya, ada korban luka dan meninggal dunia.”

Ia menambahkan, “Seorang petugas penyelamat yang datang ke lokasi menemukan bahwa rumahnya sendiri yang terkena serangan oleh drone tipe Shahed. Tragisnya, istri, putri, dan cucunya yang baru berusia satu tahun tewas dalam serangan itu. Ini menjadikan anak ke-632 yang tewas sejak awal invasi besar-besaran.”

Pada 4 Juni, Trump dalam sebuah unggahan di platform Truth Social—yang kini telah dihapus—mengatakan bahwa ia dan Putin telah membahas serangan Ukraina terhadap pesawat-pesawat yang diparkir di pangkalan Rusia, serta serangan lainnya antara kedua belah pihak.

“Itu pembicaraan yang bagus,” tulis Trump, “tetapi bukan percakapan yang langsung membawa perdamaian.”

Trump juga mengungkapkan bahwa Putin berjanji akan melakukan pembalasan terhadap Ukraina.

Sebelumnya, Dinas Keamanan Ukraina menyatakan bahwa pada 1 Juni, Ukraina telah melancarkan serangan drone ke beberapa pangkalan militer di wilayah timur jauh Rusia, menghancurkan 41 pesawat tempur, termasuk pembom strategis jarak jauh.

Meski video yang dirilis hanya berhasil mengonfirmasi kehancuran sekitar 20 pesawat, namun serangan itu tetap dianggap sebagai kemenangan besar bagi Ukraina. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Trump Ungkap Nama Putri Xi, Kekuasaan Beijing Tiba-Tiba Goyang! Apa yang Sebenarnya Terjadi?

EtIndonesia. Krisis di puncak kekuasaan Partai Komunis Tiongkok (PKT) memasuki babak baru yang mengguncang dunia. Pada 4 Juni, Presiden Amerika, Serikat Donald Trump menuliskan kalimat yang tampak sopan namun sejatinya menyindir keras Xi Jinping di platform Truth Social:
“Saya suka Presiden Xi, tapi dia terlalu sulit diajak bicara, hampir tidak mungkin bernegosiasi.”

Ucapan yang sepintas terdengar diplomatis itu seolah jadi tanda “surat perpisahan” kepada pemimpin tertinggi Tiongkok tersebut. Tak lama berselang, Gedung Putih menerbitkan dokumen kebijakan besar: penangguhan visa bagi mahasiswa asing Harvard, dan lebih mengejutkan, dokumen itu secara gamblang menyebut nama Xi Mingze, putri Xi Jinping sendiri. Dunia maya, baik di Tiongkok maupun mancanegara, pun langsung heboh.

Namun, di balik semua kejadian ini, tersembunyi drama kudeta politik yang jauh lebih rumit daripada sekadar pemutusan hubungan pendidikan antara AS dan Tiongkok. Berbagai sumber dan sinyal kuat mengindikasikan: Amerika Serikat tahu lebih dulu bahwa kekuasaan Xi Jinping di Beijing telah berakhir secara de facto.

Serangan Langsung ke Xi Jinping dan Keluarga

Serangkaian kejadian pada hari itu jelas bukan kebetulan. Trump, yang dikenal mahir menggunakan diplomasi dua muka, dengan cerdik menyampaikan kritik pedas dalam balutan pujian. Dalam budaya politik Amerika, frasa “Saya suka kamu, tapi…” sering kali menjadi awal dari kritik atau perpisahan yang menyakitkan.

Tak lama kemudian, Gedung Putih meluncurkan kebijakan penangguhan visa F/J/M bagi mahasiswa asing di Harvard selama enam bulan ke depan—bahkan visa yang sudah berlaku pun bisa dicabut sewaktu-waktu. Bukan hanya itu, dua pernyataan dalam dokumen itu sangat menusuk jantung kekuasaan di Zhongnanhai:

  1. “PKT telah mengirim ribuan pejabat ke universitas-universitas Amerika, di mana Harvard dianggap sebagai ‘sekolah partai utama PKT’ di luar negeri.”
  2. “Putri Xi Jinping pernah belajar di Harvard pada dekade 2010-an.”

Ini jelas bukan sekadar kebijakan imigrasi, melainkan sinyal perang psikologis: “Xi sudah tidak lagi berkuasa, dan kami tak segan mempermalukan keluarganya di depan dunia.” Di dunia maya, para pengamat dan jurnalis segera menangkap makna serangan ini, menganggapnya sebagai “pengadilan politik terbuka” terhadap Xi Jinping.

Respons Tiongkok: Tanda-tanda Kelemahan yang Mencolok

Biasanya, isu yang menyentuh keluarga Xi atau struktur inti PKT akan dijawab dengan kecaman keras dari Beijing. Namun kali ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, hanya memberikan respons lemah: “Kami selalu menentang politisasi kerja sama pendidikan. Langkah AS mencoreng citranya sendiri.”

Tak ada kecaman, tak ada protes keras, bahkan media nasional Tiongkok memilih diam seribu bahasa. Dalam tradisi politik PKT, ini menandakan tak ada lagi yang berani membela Xi. Ketika nama Xi Mingze muncul secara resmi dalam dokumen Gedung Putih, dan tidak ada satu pun pejabat PKT yang bereaksi, artinya posisi Xi sudah sangat rapuh.

Lukashenko Datang, ‘Operasi Penyelamatan’ Gagal Total

Dua hari sebelumnya, Presiden Belarus, Alexander Lukashenko tiba di Beijing tanpa upacara kenegaraan. Menurut bocoran, kunjungan ini adalah bagian dari upaya “penyelamatan politik” terhadap Xi Jinping yang dilaporkan dalam situasi “tahanan rumah”. Pesan itu dibawa sendiri oleh Liu Guozhong, loyalis Xi, yang terbang ke Minsk untuk meminta Lukashenko bertindak sebagai penengah.

Namun, dua hari di Beijing, Lukashenko tak kunjung diizinkan bertemu Xi. Baru pada 4 Juni, pertemuan itu terjadi di ruang privat Zhongnanhai, bukan di Balai Rakyat atau Diaoyutai yang biasa digunakan untuk tamu negara. Pertemuan itu digambarkan sangat formal dan singkat, hanya minum teh, tanpa pembahasan substansial—seakan-akan hanya untuk memastikan Xi masih “hidup”.

Video yang dirilis kantor berita Belarus memperlihatkan Xi dalam kondisi fisik menurun: wajah pucat, ekspresi lelah, suara lirih, dan gestur kaku. Tidak tampak penerjemah ataupun diskusi berarti; kedua pemimpin bicara dalam bahasa masing-masing tanpa saling memahami. Media resmi Tiongkok hanya menyiarkan potongan narasi tanpa suara asli, mengindikasikan tingkat pengendalian informasi yang sangat ketat.

Bocoran Daftar Politbiro: Nama Xi Jinping Hilang

Pada hari yang sama, bocoran daftar anggota tetap Politbiro PKT yang baru beredar luas di kalangan pengamat politik dan media asing. Yang paling mencolok, tidak ada lagi nama Xi Jinping di daftar tersebut.

  • Wang Yang kembali sebagai Sekjen, simbol transisi stabil.
  • Hu Chunhua menjadi Perdana Menteri, mirip Li Keqiang dari kelompok reformis.
  • Zhang Youxia, perwakilan militer, turut masuk sebagai anggota tetap.
  • Sisanya diperebutkan teknokrat dan loyalis Xi, namun kali ini mereka berada di bawah kendali kelompok baru, bukan lagi sebagai “tangan kanan” Xi.

Sistem telah bergerak melakukan “pembersihan total model cabang”—tidak ada pengumuman pemecatan, tidak ada sidang terbuka. Xi Jinping secara simbolis “dimatikan”, posisinya dipertahankan di permukaan hanya untuk menghindari gejolak politik dan menjaga citra partai di hadapan dunia. Semua proses ini dilakukan secara sunyi, hati-hati, dan sistematis—ciri khas Partai Komunis Tiongkok dalam merombak sejarahnya sendiri.

Xi Jinping, ‘Simbol Manusia’ Tanpa Kuasa

Menjelang akhir hari, diumumkan Trump dan Xi melakukan panggilan telepon resmi. Isi komunikasi itu sangat normatif: “kerja sama”, “konsensus”, “kunjungan balasan”—tanpa kebijakan konkret atau hasil nyata. 

Trump hanya berkomentar singkat di Gedung Putih:  “Pembicaraan berjalan baik, semua persoalan rumit sudah dirapikan.”

Hal ini menegaskan: Xi Jinping kini hanya jadi juru bicara, bukan pengendali kekuasaan.

Di musim panas 2025 ini, kekuasaan Xi Jinping tinggal “tanda kehidupan”. Daftar Politbiro baru keluar: nama-nama lama seperti Xi, Cai Qi, Li Qiang hilang dari peta kekuasaan. Yang tersisa hanyalah bayang-bayang kekuasaan sepuluh tahun yang dipudarkan secara halus, tanpa pengumuman, tanpa gemuruh.

Akhir Kekuasaan, Awal Babak Baru Politik Tiongkok

Pembersihan di puncak PKT ini bukan hanya mengakhiri era Xi, melainkan juga menjadi pelajaran pahit tentang bagaimana sistem otoriter mampu mempertahankan kekuasaannya lewat rekayasa politik tanpa jejak. Xi mungkin diganti, namun sistem sensor, represi, dan pengendalian tetap berjalan. Semua kegagalan—proyek infrastruktur, utang triliunan, gelembung ekonomi, diplomasi agresif, tsunami PHK—bukan hanya salah satu orang, melainkan produk sistem yang menolak pertanggungjawaban kolektif.

Kini, pertanyaan besar tersisa: Siapa yang akan menutup “buku hutang” sepuluh tahun terakhir?

Dan, lebih penting lagi, apakah rakyat Tiongkok siap menghadapi babak baru tanpa perubahan nyata pada sistem yang telah mendominasi lebih dari satu abad?

Muncul Sekelompok UFO di Langit Xi’an, Tiongkok — Saksi: “Penuh di Langit!”

0

Pada 5 Juni, langit di Xi’an, Provinsi Shaanxi, Tiongkok, tiba-tiba dipenuhi oleh sejumlah besar benda terbang tak dikenal (UFO) berwarna putih dan bercahaya. Para saksi mata terkejut dan berseru, “Penuh di seluruh langit!”

EtIndonesia. Dalam sebuah video, terlihat langit biru cerah Xi’an dengan awan putih, dan di antara awan-awan itu muncul sekelompok titik-titik bercahaya putih yang terbang dalam formasi dengan kecepatan stabil.

Perekam video terdengar berkata, “Wah, banyak sekali! Penuh di langit, semuanya bergerak rapi ke depan!”

Banyak orang menyaksikan pemandangan aneh ini dan bertanya-tanya,

“Itu apa?”
“Itu jelas bukan pesawat!”

Seorang saksi mata mengatakan kepada media “Sichuan Observer”:

“(Benda-benda itu) bisa dilihat dengan mata telanjang, bergerak dengan sangat stabil, rasanya lebih tinggi dari ketinggian terbang pesawat. Sekitar 2 menit kemudian, mereka sudah pergi.”

Seorang pengguna internet juga mengunggah video saat sedang merekam matahari terbenam. Tanpa sengaja, dia menangkap dua benda bercahaya di langit yang tampak mengikuti pesawat komersial yang sedang terbang melintas.

Salah satu komentar menyebut: “Apa Xi’an nggak punya observatorium? Di depan ada pesawat, di belakang ada benda tak dikenal, itu sangat berbahaya kalau nggak bisa dilacak.”

Fenomena UFO ini memicu diskusi ramai di media sosial. Seorang netizen mengaku juga melihat UFO serupa di Pucheng, Weinan, Shaanxi, pada malam harinya:

“Sekitar pukul 9 malam, lagi duduk di luar, tiba-tiba lihat 10 sampai 20 cahaya kecil, mirip banget sama Starlink-nya Elon Musk.”

Ada juga video dari seorang pendaki yang menyebut, saat mendaki Qinling menjelang subuh, ia melihat barisan cahaya yang bergerak di langit malam.

“Sekitar jam 3:30 pagi, saat mendaki, tiba-tiba muncul deretan cahaya, terbang tidak terlalu tinggi, jumlahnya makin banyak, lalu bergerak menuju arah pusat kota,” ujar si perekam.

Beberapa netizen berspekulasi bahwa itu adalah kapal luar angkasa alien:

“Armada alien datang inspeksi! Mantap!”
“Alien sudah gak mau sembunyi lagi.”
“Jangan-jangan ini migrasi massal alien lewat bumi.”
“Xi’an udah sering kejadian kayak gini tahun ini.”

Ada juga yang menyindir:

“Saya selalu percaya bahwa dunia ini punya SUV (Spaceship Unidentified Vehicle).”

Namun, ada juga yang menduga itu adalah satelit Starlink milik Elon Musk:

“Pilihannya cuma dua: Starlink atau alien.”

Sebagian lainnya mengaitkannya dengan proyek drone “Jiutian” di Xi’an, yang menurut laporan media Tiongkok, dijadwalkan melakukan penerbangan perdana sekitar akhir Juni tahun ini.

Xi’an sendiri memang kerap dilaporkan mengalami fenomena aneh. Pada 2 Mei malam, warga menyaksikan benda terbang berbentuk garis di langit. Beberapa saksi menyebut ada setidaknya tiga bayangan hitam berbentuk seperti naga yang terbang berputar di langit saat badai petir.

Beberapa saksi menggambarkan: “Bayangan hitam itu sangat cepat, bergerak seperti gelombang, panjangnya sekitar 5 hingga 10 meter.”

Netizen lain berkata:  “Kelihatannya seperti naga, dan mereka berputar-putar di langit.”

Pada 3 November 2024, netizen Xi’an juga pernah merekam cahaya tak dikenal di langit malam yang berputar-putar lalu tiba-tiba menyebar dan menghilang tanpa jejak. (Hui)

Laporan oleh Luo Tingting / Editor: Wen Hui