Kekacauan Besar di Zhongnanhai, Kabar Buruk tentang Xi Jinping Terus Bermunculan
Dinamika politik di lingkungan Partai Komunis Tiongkok (PKT) semakin penuh intrik, dengan pertarungan internal yang semakin intensif. Belakangan ini, berbagai rumor mengenai kondisi pemimpin PKT, Xi Jinping, terus beredar dan menarik perhatian publik
EtIndonesia. Sejak Sidang Pleno Ketiga pada Juli tahun lalu, berbagai keanehan terjadi di kalangan petinggi PKT dan militer. Beredar kabar bahwa kesehatan Xi memburuk, kekuasaannya atas militer melemah, dan kendali militer kini dipegang oleh Zhang Youxia. Sidang Pleno Keempat, yang seharusnya digelar pada musim gugur 2024, hingga kini belum dilaksanakan.
Pada November tahun lalu, salah satu orang kepercayaan Xi di militer, Miao Hua, yang merupakan anggota Komisi Militer Pusat dan Kepala Departemen Kerja Politik Militer, dilengserkan. Beberapa jenderal dari Grup Tentara ke-31, seperti Qin Shutong, Wang Chunning, Han Weiguo, dan Zhao Keshi, juga dikabarkan sedang diselidiki.
Setelah perhelatan Dua Sesi (Liang Hui) tahun ini, muncul rumor di internet bahwa He Weidong, Wakil Ketua Komisi Militer Pusat dan sekutu Xi, telah ditangkap. Kemudian, tersiar pula kabar bahwa Panglima Komando Teater Timur, Lin Xiangyang, dan Panglima Pasukan Roket, Wang Houbin, juga ditahan. Hingga kini, otoritas PKT belum memberikan klarifikasi terhadap rumor tersebut.
Pada 20 Maret, Xi Jinping bertemu dengan perwakilan garnisun militer di Kunming. Yang tidak biasa, tidak ada satu pun anggota Komisi Militer Pusat yang mendampinginya. Kedua Wakil Ketua Komisi Militer, Zhang Youxia dan He Weidong, tidak terlihat sama sekali. Saat meninjau Lijiang, Xi tampak kelelahan, beruban, dan terlihat tua. Seorang netizen menggambarkannya sebagai sosok yang tampak muram, suram, dan tidak bersemangat.
Belakangan, beredar kabar bahwa dalam kunjungannya ke Guizhou, Xi untuk pertama kalinya membahas isu pensiun. Xi dikabarkan berkata, “Di Kongres ke-20, kami membentuk kepemimpinan pusat yang berkelanjutan dan stabil. Ini memastikan bahwa bahkan jika saya pensiun karena alasan kesehatan, kepemimpinan pusat akan tetap stabil.”
Namun, Wang Youqun, mantan pejabat di Komisi Pusat Inspeksi Disiplin PKT, menulis di Epoch Times pada 25 Maret bahwa setelah menelusuri laporan media Tiongkok, ia tidak menemukan bukti bahwa Xi pernah mengucapkan kata-kata tersebut. Wang menilai rumor itu tidak memiliki sumber yang jelas, sehingga kebenarannya diragukan. Selain itu, Xi yang berkuasa sejak 2012, tidak menunjukkan tanda-tanda ingin pensiun.
Dalam analisisnya, Wang mengungkapkan empat alasan mengapa Xi kemungkinan besar tidak ingin pensiun:
- Xi menghapus batasan masa jabatan presiden untuk membuka jalan bagi kepemimpinan seumur hidupnya.
- Selama 13 tahun berkuasa, Xi belum memilih pengganti.
- Dengan dalih pemberantasan korupsi, Xi telah menyingkirkan banyak lawan politik, sehingga ia memiliki banyak musuh di dalam partai, pemerintahan, dan militer.
- Xi ingin menjadikan “penyatuan Taiwan” sebagai pencapaian utamanya yang tercatat dalam sejarah.
Namun, Wang juga mengakui ada kemungkinan Xi dipaksa pensiun karena tiga faktor berikut:
- Tekanan politik yang luar biasa besar.
- Kondisi kesehatannya yang memburuk.
- Ketidakstabilan kontrolnya atas militer.
Menurut Wang, sejak awal kekuasaannya, Xi selalu berupaya mengendalikan militer. Namun, hingga kini, ia belum berhasil sepenuhnya menguasainya. Ketidakstabilan di tubuh militer menjadi kekhawatiran terbesar Xi. Ada empat alasan utama mengapa Xi kesulitan mengendalikan militer:
- Xi tidak memiliki pengalaman militer atau latar belakang perang seperti Mao Zedong dan Deng Xiaoping, yang memiliki loyalitas dari para jenderal yang pernah berjuang bersama mereka.
- Xi sangat curiga terhadap lingkaran dalamnya.
- Xi membuat banyak musuh di kalangan jenderal senior karena kebijakan anti-korupsinya di militer.
- Xi menghadapi perlawanan balik akibat kebijakan anti-korupsi di militer.
Wang menekankan bahwa Miao Hua dan He Weidong adalah “tangan kanan dan kiri” Xi di militer. Jika mereka benar-benar telah disingkirkan, maka Xi akan kehilangan kendali atas militer dan menjadi “pemimpin tanpa pasukan”. Keempat faktor ini bisa mempercepat proses “pemaksaan pensiun” Xi.
Pada 19 Maret, ahli politik Tiongkok dari Amerika Serikat, Gordon Chang, menulis di The Hill bahwa “pertarungan kekuasaan yang dramatis sedang terjadi di tubuh militer PKT.” Ia memperingatkan bahwa jika perpecahan ini terus berlanjut, situasi ini bisa menjadi salah satu ancaman paling berbahaya bagi dunia.
Chang menganalisis bahwa jika rumor mengenai pencopotan pejabat militer ini benar, itu berarti posisi Xi di militer sedang terancam serius. Bahkan jika rumor ini tidak sepenuhnya benar, fakta bahwa berita semacam ini bisa menyebar luas di dalam sistem PKT menunjukkan betapa kacaunya situasi di level tertinggi partai.
Selain itu, peramal asal Inggris Craig Hamilton-Parker pernah memprediksi bahwa “pada tahun 2025, Tiongkok akan mengalami perubahan besar dan perang saudara akan pecah.” Menurutnya, Xi Jinping akan turun dari jabatannya, dan PKT akan runtuh. Kejatuhan Xi hanyalah awal dari gelombang besar kekacauan dan perubahan di Tiongkok.
Pada Februari tahun ini, komentator independen Cai Shenkun mengutip sumber yang mengatakan bahwa Xi telah kehilangan hampir seluruh kekuasaannya, dan hanya tinggal menunggu pengumuman resmi untuk mundur. Saat ini, kendali atas militer berada di tangan Zhang Youxia.
Wang Youqun menyimpulkan bahwa “apakah Xi akan pensiun pada 2025 masih belum bisa dipastikan. Namun, yang jelas, tahun ini Xi menghadapi situasi yang sangat berbahaya.” (Hui)
Zhongnanhai : Kantor pusat dan komplek petinggi partai komunis Tiongkok
Gempa Bumi Beijing: Getaran kuat, Warga Panik , Mahasiswa Lari Berhamburan dari Asrama untuk Menyelamatkan Diri
EtIndonesia. Pada 26 Maret pukul 01.00 dini hari, terjadi gempa berkekuatan 4,2 Magnitudo di Langfang, Hebei. Guncangan terasa jelas di Beijing, gedung-gedung bergoyang, dan mahasiswa berlarian keluar dari asrama untuk menghindari bahaya.
Di platform media sosial Tiongkok, warga Beijing ramai-ramai membahas bahwa ini adalah gempa dengan guncangan paling kuat dalam 20 tahun terakhir di Beijing:
- “Guncangan terasa jelas di Fengtai, Beijing.”
- “Peringatan gempa di ponsel saya membuat saya ketakutan.”
- “Ponsel saya berbunyi alarm, saya langsung membangunkan keluarga dan berlari ke bawah.”
- “Baru saja terjadi gempa di Beijing, getaran terasa jelas, suaranya sangat keras.”
- “Gempa di Beijing, sangat menakutkan! Seluruh gedung bergetar!”
3月26日凌晨,河北地震,北京震感強烈,房子劇烈晃動。 pic.twitter.com/CARdcf5Mhg
— ying tang (@yingtan04410735) March 26, 2025
Berbagai video beredar di internet yang menunjukkan mahasiswa di Universitas Peking berhamburan keluar dari asrama mereka untuk menghindari bahaya. Beberapa mahasiswi bahkan terjebak di dalam gedung asrama dan tidak bisa keluar.
Seorang pengguna internet mengkritik dalam komentar:
- “Mahasiswa tidak bisa keluar dari asrama, ini justru lebih berbahaya! Jika terjadi kebakaran, akibatnya bisa sangat fatal. Semoga pihak kampus memperhatikan hal ini.”
- “Karena ini hanya gempa kecil, kita masih bisa melihat video dari para blogger. Tapi coba pikirkan, kenapa mereka tidak bisa keluar? Apakah pintu asrama dikunci? Atau ada alasan lain? Kita harus belajar dari kejadian ini dan melakukan reformasi. Jika ini adalah gempa besar dan gedung runtuh, bukankah mereka semua akan tertimpa reruntuhan?”
3月26日凌晨,北京發生地震,大學學生們都跑出宿舍。 pic.twitter.com/MiUetufjPx
— ying tang (@yingtan04410735) March 26, 2025
- Seorang warga Beijing melaporkan bahwa rumahnya bergetar hebat, barang koleksi di lemari jatuh, dan ada yang bahkan sampai terpental dari sofa karena guncangan, membuat mereka ketakutan.
Menurut Pusat Jaringan Gempa Tiongkok, berdasarkan pengukuran resmi, pada pukul 1:21 tanggal 26 Maret, terjadi gempa berkekuatan 4,2 di Kabupaten Yongqing, Kota Langfang, Provinsi Hebei (Lintang 39,42° LU, Bujur 116,60° BT) dengan kedalaman 20 km.
Pada pukul 1:25, terjadi gempa susulan berkekuatan 2,9 di lokasi yang hampir sama dengan kedalaman 15 km. Guncangan terasa jelas di Beijing dan Tianjin.
Sebelumnya, pada 18 Maret, suara gemuruh misterius terdengar di Hebei, Henan, dan Anhui, disertai getaran hebat yang membuat warga khawatir apakah ini pertanda gempa besar.
Sejak awal tahun 2025, berbagai fenomena aneh terjadi di Tiongkok. Pada 28 Februari malam, muncul fenomena astronomi “Tujuh Bintang Berbaris,” di mana Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus sejajar dalam satu garis. Fenomena ini hanya terjadi sekali dalam seratus tahun dan dalam kepercayaan kuno dianggap sebagai pertanda bencana.
Dalam catatan sejarah Tiongkok (Shiji – Buku Astronomi) disebutkan bahwa kemunculan Tujuh Bintang Berbaris sering kali dikaitkan dengan peristiwa sejarah besar, seperti pergantian dinasti, bencana alam, atau pecahnya perang, bahkan bisa menyebabkan runtuhnya suatu pemerintahan.
Menanggapi fenomena ini, peramal terkenal Malaysia, Datuk Chew Bock Gien, memperkirakan bahwa tatanan dunia lama akan runtuh, pergantian rezim akan lebih sering terjadi, dan fenomena cuaca ekstrem seperti panas berlebihan, badai, banjir, serta gempa bumi akan semakin meningkat.
Sumber : NTDTV.com
Antisipasi Agresi Rusia, Kementerian Pertahanan Denmark: Mulai 1 Juli, Kaum Perempuan Usia 18 Tahun ke Atas Wajib Ikut Wajib Militer
EtIndonesia. 2025, kaum perempuan berusia 18 tahun ke atas akan diwajibkan mengikuti penilaian kelayakan militer, sama seperti pria, dan dapat dipanggil untuk bergabung dengan angkatan bersenjata. Masa dinas juga akan diperpanjang dari 4 bulan menjadi 11 bulan.
Selama ini, di Denmark, semua pria wajib menjalani pemeriksaan kesehatan, dan mereka yang dinyatakan layak akan masuk dalam undian untuk mengikuti wajib militer. Namun menurut laporan media Denmark Berlingske, setelah beberapa bulan perdebatan, partai Aliansi Liberal (Liberal Alliance) akhirnya mencabut penolakannya terhadap kebijakan tersebut, sehingga memungkinkan penerapan lebih awal.
Seharusnya, program wajib militer bagi perempuan ini baru akan diterapkan pada tahun 2027, namun minggu ini pemerintah melakukan revisi dan mempercepat implementasinya menjadi musim panas tahun ini.
Menteri Pertahanan Poulsen menjelaskan: “Melihat situasi pertahanan dan keamanan saat ini, angkatan bersenjata perlu merekrut lebih banyak personel.”
Dia juga menambahkan bahwa keputusan ini berlandaskan pada prinsip kesetaraan gender.
Menurut laporan dari The European Conservative, Denmark menjadi negara Nordik ketiga yang menerapkan wajib militer bagi perempuan. Negara anggota NATO pertama yang melakukannya adalah Norwegia, yang mulai merekrut perempuan sejak 2015, diikuti oleh Swedia yang mengaktifkan kembali wajib militer pada 2017 dan langsung mencakup kedua jenis kelamin.
Sementara itu, Latvia yang mulai menerapkan wajib militer bagi pria sejak 2023, juga berencana memperluas kebijakan tersebut untuk mencakup perempuan sebelum 2028. Namun, ada kemungkinan mereka akan mengikuti langkah Denmark dan mempercepat implementasi tersebut.
Selain negara-negara di atas, beberapa negara Eropa lainnya juga masih menerapkan wajib militer untuk pria, seperti Austria, Siprus, Finlandia, Yunani, dan Lituania, dengan masa dinas bervariasi antara 6 hingga 12 bulan. Sementara itu, Kroasia dan Polandia telah menyatakan rencana untuk mengaktifkan kembali sistem wajib militer tahun ini, dan pemerintah Jerman yang baru juga secara aktif mempertimbangkan hal serupa.Menurut The European Conservative, perubahan arah kebijakan di berbagai negara Uni Eropa ini bukan hanya karena klaim para pejabat tentang “realitas geopolitik yang berubah dengan cepat”, tetapi juga disebabkan oleh penurunan jumlah sukarelawan militer setiap tahunnya. Di samping itu, agresi Rusia terhadap Ukraina telah mempercepat langkah banyak negara Eropa untuk menghidupkan kembali wajib militer—termasuk bagi perempuan. (jhn/yn)
“AS Telah Dibohongi Rusia!” – Zelensky: Tidak Percaya Putin Akan Patuh pada Kesepakatan Gencatan Senjata
EtIndonesia. Pada tanggal 24 waktu setempat, delegasi Rusia dan Amerika Serikat menyelesaikan pembicaraan mereka yang diadakan di Riyadh, Arab Saudi. Keesokan harinya, delegasi Ukraina dan Amerika Serikat juga menggelar pembicaraan lanjutan di tempat yang sama. Kemudian, pada 25 Maret, ketiga pihak merilis pernyataan masing-masing terkait hasil pembicaraan tersebut.
Menurut laporan Reuters, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyampaikan bahwa perjanjian gencatan senjata yang mencakup wilayah Laut Hitam dan serangan terhadap infrastruktur energi telah mulai berlaku pada hari itu juga. Namun, ketiga pihak belum mencapai kesepakatan apa pun terkait isu wilayah atau teritori.
Zelenskyy menuduh Rusia telah “memanipulasi dan memutarbalikkan” isi kesepakatan, serta menipu Amerika Serikat dan dunia internasional. Dia juga menyerukan kepada AS untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika Rusia melanggar perjanjian tersebut.
Dalam pidato malamnya pada tanggal 25, Zelenskyy menyampaikan pandangannya dan menegaskan bahwa dia tidak percaya Rusia akan mematuhi kesepakatan.
“Sayangnya, bahkan sekarang, bahkan pada hari ketika perundingan dilakukan, kita sudah melihat Rusia mulai memanipulasi (kesepakatan) tersebut,” kata Zelenskyy. “Rusia sedang berusaha memutarbalikkan isi perjanjian; faktanya, mereka telah menipu mediator kami dan seluruh dunia.”
Zelenskyy menambahkan, jika infrastruktur energi Ukraina kembali mendapat peringatan serangan udara, jika terjadi kembali aktivitas militer di Laut Hitam, atau jika Rusia terus melakukan manipulasi dan ancaman, maka tindakan baru harus diambil—khususnya terhadap Moskow. Dia menegaskan bahwa Ukraina akan berusaha semaksimal mungkin untuk mematuhi perjanjian ini, tetapi Rusia harus memahami bahwa jika mereka kembali melakukan serangan, maka mereka akan menerima respons keras.
Dalam unggahan di platform X (dulu Twitter), Zelenskyy secara terang-terangan mengatakan: “Kami tidak percaya pada mereka. Terus terang, dunia juga tidak percaya pada Rusia. Mereka harus membuktikan bahwa mereka benar-benar siap untuk mengakhiri perang, siap untuk berhenti berbohong kepada dunia, kepada Presiden AS, Donald Trump, dan kepada Amerika Serikat.”
Pada tanggal 25 waktu setempat, Pemerintah AS mengeluarkan dua pernyataan terpisah mengenai hasil pertemuan mereka dengan Rusia dan Ukraina di Riyadh. Dalam pernyataan tersebut, disebutkan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dengan Rusia dan Ukraina untuk menjamin keamanan pelayaran di Laut Hitam, menghindari penggunaan kekuatan, serta mencegah penggunaan kapal komersial untuk tujuan militer. Rusia dan Ukraina juga sepakat bersama AS untuk menyusun langkah-langkah implementasi larangan serangan terhadap infrastruktur energi kedua negara.
Reuters menyebutkan bahwa ini adalah pertama kalinya sejak pecahnya konflik pada Februari 2022, kedua pihak menyepakati suatu perjanjian yang bertujuan menghentikan serangan terhadap fasilitas energi.
Di saat yang sama, situs resmi Kremlin menerbitkan daftar fasilitas energi milik Rusia dan Ukraina yang dilarang untuk diserang, sebagaimana disepakati dengan AS. Daftar tersebut mencakup: fasilitas penyulingan minyak, jaringan pipa minyak dan gas (termasuk stasiun pompa), fasilitas penyimpanan minyak dan gas, pembangkit listrik, gardu induk, trafo, serta fasilitas pendistribusian daya, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan bendungan pembangkit listrik tenaga air.
Pemerintah Rusia menyatakan bahwa mulai 18 Maret, selama 30 hari, dilarang melakukan serangan terhadap jenis fasilitas energi yang telah disebutkan. Perjanjian ini dapat diperpanjang, namun apabila salah satu pihak melanggar kesepakatan, pihak lainnya berhak membatalkan kesepakatan tersebut.
Pada malam harinya, dalam jumpa pers dengan media, Zelenskyy mengatakan bahwa pihak Ukraina dan AS akan bersama-sama mengawasi pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata ini. Dia juga menegaskan bahwa tidak ada konsensus yang dicapai terkait isu wilayah antara Ukraina, Rusia, dan Amerika Serikat. Pihak AS juga menyetujui untuk mengadakan putaran pembicaraan lanjutan dalam waktu dekat guna membahas detail teknis dari kesepakatan ini.
Namun, kepada para jurnalis, Zelenskyy juga mengatakan bahwa dalam perjanjian itu tidak dicantumkan secara eksplisit tindakan apa yang akan diambil jika Rusia melanggar perjanjian tersebut. Ia menegaskan:
“Kami tidak mempercayai pihak Rusia, tetapi kami akan tetap mengambil langkah konstruktif.”
Sejak awal konflik Rusia-Ukraina, kedua belah pihak telah saling menuduh satu sama lain atas pelanggaran kesepakatan, yang membuat tercapainya kesepakatan gencatan senjata menjadi semakin sulit.
Sementara itu, menurut laporan Kantor Berita TASS Rusia pada 25 Maret, di hari yang sama ketika hasil perundingan diumumkan, Ukraina justru kembali melancarkan serangan terhadap infrastruktur energi sipil Rusia. Kementerian Energi Rusia menyatakan bahwa serangan yang dilakukan Ukraina menunjukkan bahwa Zelensky tidak dapat dipercaya untuk mematuhi kesepakatan. (jhn/yn)
Starlink Tak Tergantikan? Jerman Sukses Uji Roket, Eropa Siap Lepas Ketergantungan pada AS
EtIndonesia. Eropa kini sedang memasuki babak baru dalam ambisinya mencapai kemandirian antariksa. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, negara-negara Eropa mulai mempercepat pengembangan teknologi peluncuran komersial sekaligus memperkuat sistem pengawasan militer berbasis satelit, demi melepaskan ketergantungan terhadap Amerika Serikat dan perusahaan seperti SpaceX.
Langkah paling menonjol datang dari Isar Aerospace, perusahaan roket asal Jerman yang baru saja melaksanakan uji coba perdana roket Spectrum dari Pulau Andøya di Norwegia. Ini adalah uji terbang pertama roket orbit buatan Eropa yang diluncurkan dari tanah Eropa, menjadi tonggak sejarah menuju otonomi antariksa.
Uji coba bertajuk “Going Full Spectrum” ini tidak membawa muatan (non-payload flight), dan bertujuan mengonfirmasi performa seluruh sistem roket. Jika sukses, misi ini akan membuka jalan bagi Eropa membangun sistem peluncuran luar angkasa yang mandiri dan berbiaya lebih rendah, mengurangi ketergantungan pada peluncuran dari AS.
Selama ini, peluncuran roket di Eropa sangat tergantung pada proyek milik pemerintah seperti Ariane dan Vega, yang tidak fleksibel dan memiliki biaya tinggi. Dari total 263 peluncuran global pada tahun 2024, AS mendominasi dengan 145 peluncuran, dan 138 di antaranya dilakukan oleh SpaceX. Sebaliknya, Eropa hanya mengandalkan sistem peluncuran konvensional. Di sinilah peran startup seperti Isar Aerospace menjadi vital untuk menghadirkan perubahan.
Eropa kini tengah membangun dua lokasi peluncuran utama: Spaceport Andøya di Norwegia dan SaxaVord Spaceport di Kepulauan Shetland, Inggris. Isar mendapat hak eksklusif untuk menggunakan peluncur utama di Andøya, sementara perusahaan seperti Orbex dan RFA (Rocket Factory Augsburg) akan beroperasi dari SaxaVord — menciptakan strategi peluncuran multipolar.
Roket Spectrum memiliki desain dua tahap dengan panjang 28 meter. Tahap pertama ditenagai oleh sembilan mesin, menggunakan bahan bakar propana cair dan oksigen cair, yang menawarkan efisiensi tinggi. Target akhirnya adalah dapat mengangkut muatan hingga 1.000 kg ke orbit rendah Bumi (LEO). Namun, peluncuran kali ini hanya berfokus pada uji performa sistem.
Akan tetapi, tantangan utama bagi Eropa untuk menyamai SpaceX adalah mengembangkan teknologi daur ulang roket. Beberapa perusahaan seperti RFA dan MaiaSpace tengah mengembangkan sistem pengembalian roket, salah satunya dengan menggunakan parasut, meniru pendekatan Falcon 9. Keberhasilan teknologi ini akan menjadi penentu utama apakah biaya peluncuran Eropa bisa bersaing secara global.
Selain itu, European Space Agency (ESA) juga mendukung sektor swasta melalui program Boost, yang sejak 2019 mendanai perusahaan seperti Isar Aerospace, Orbex, dan RFA. Pada 2024, ESA mengalokasikan tambahan €44,22 juta untuk mendukung pengembangan teknologi peluncuran yang lebih murah dan efisien.
Selain teknologi peluncuran, Eropa juga memperkuat posisi di sektor pertahanan dan pengawasan militer berbasis satelit. Akun X @peterzhou8964 mengungkapkan bahwa Uni Eropa sedang mengembangkan program peningkatan untuk Copernicus Program, dari yang semula menyediakan citra medan perang setiap 24 jam, kini akan di-upgrade menjadi setiap 30 menit.
Melalui 272 satelit orbit rendah Bumi yang terintegrasi dengan analitik AI, sistem ini akan mampu memantau situasi medan secara real-time, termasuk melacak pergantian pasukan Armada Laut Hitam Rusia. Jika terwujud, sistem ini akan membuat posisi militer Rusia lebih terbuka dan sulit untuk bersembunyi.
Namun, sejumlah pengamat menyoroti keterbatasan teknisnya. Sistem Copernicus awalnya adalah proyek satelit sipil, dan resolusi saat ini hanya sekitar 10 meter, yang masih sulit membedakan antara tank dan traktor. Untuk mencapai kemampuan pengawasan militer kelas tinggi, Eropa masih membutuhkan peluncuran lebih banyak satelit resolusi tinggi, dan dalam waktu dekat masih berpotensi bergantung pada peluncuran oleh AS atau SpaceX.
Meski demikian, Eropa memiliki contoh sukses dalam program Galileo, sistem navigasi satelit yang kini sepenuhnya beroperasi dan memiliki akurasi empat kali lebih tinggi dari GPS milik AS, membuktikan bahwa Eropa mampu menciptakan sistem mandiri di sektor tertentu.
Namun demikian, dua sektor utama masih menjadi tantangan besar bagi kemandirian Eropa:
- Peluncuran roket berbiaya murah dan dapat digunakan kembali
- Teknologi satelit militer beresolusi tinggi
- Kapasitas peluncuran skala besar tanpa bantuan SpaceX
Geografi Eropa menawarkan keuntungan lokasi peluncuran menuju orbit sinkron matahari (SSO), ideal untuk observasi Bumi dan misi pengawasan militer. Tetapi, tanpa kemampuan peluncuran ulang roket dan teknologi satelit militer canggih, ketergantungan pada AS masih belum bisa sepenuhnya dihindari.(jhn/yn)
Pangkalan Udara Engels Rusia Diduga Simpan Senjata Nuklir?
EtIndonesia. Pada 20 Maret, militer Ukraina melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap Pangkalan Udara Engels (Engels Airbase) di Saratov, Rusia. Serangan itu memicu ledakan hebat yang menyebabkan dampak serius, termasuk peningkatan radiasi secara signifikan di sekitar pangkalan—hingga 44 kali lipat di atas ambang batas normal.
Akun X bernama “Bricktop_NAFO” pada hari Rabu (26/3) menyebutkan bahwa ledakan tersebut kemungkinan menghancurkan suatu jenis material radioaktif yang disimpan di dalam Pangkalan Udara Engels, sehingga memicu lonjakan tingkat radiasi di area sekitar.
Serangan yang sama juga membuat sebuah stasiun pemindahan minyak berhenti beroperasi sepenuhnya. Menurut akun X “MilitaryNewsUA,” serangan drone Ukraina terhadap fasilitas pemindahan minyak di kawasan Kaukasus, wilayah Krasnodar, telah membuat instalasi tersebut lumpuh total dan tidak memungkinkan untuk dipulihkan dalam waktu dekat.
Militer Ukraina juga dilaporkan terus merusak peralatan tempur milik Rusia. Akun X “NEXTA” menyebut bahwa pasukan Ukraina berhasil menghancurkan sebuah artileri swa-gerak M1978 “Koksan” buatan Korea Utara di suatu lokasi di Donbas. Dalam video yang beredar, tampak drone Ukraina mengunci target sebelum menjatuhkan bom, yang kemudian meledakkan kendaraan militer Rusia tersebut.
Sementara itu, kebakaran hebat juga dilaporkan terjadi di kawasan elit pusat Kota Moskow, tepatnya di kompleks apartemen mewah Roza Rossa. Menurut akun “NEXTA,” kobaran api melahap atap dan lantai-lantai atas bangunan. Mengingat gelombang serangan Ukraina di berbagai wilayah Rusia, ada dugaan bahwa kebakaran tersebut juga berkaitan dengan dampak serangan tersebut.
Dalam rekaman video yang beredar, terlihat langit diselimuti oleh asap hitam tebal dari kebakaran, dan sebagian besar tampilan visual tertutup oleh asap yang pekat—menandakan besarnya intensitas kebakaran dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan.(jhn/yn)
Kartel Narkoba Meksiko Kian Berbahaya, AS Makin Waspada
EtIndonesia. Pada 13 Februari, di Kota Tlaquepaque, Meksiko, aparat lokal menggelar operasi gabungan untuk memberantas kelompok kartel narkoba. Rekaman video hasil operasi tersebut dan citra satelit menunjukkan penangkapan empat tersangka di wilayah dataran tinggi utara negara bagian Jalisco. Pihak berwenang juga menyita bahan peledak, prekursor kimia, kamera pengintai, perlengkapan taktis, dan senjata api.
Antonio Céspedes Saldierna, seorang pensiunan peternak asal Texas Selatan yang kini berusia 74 tahun, menjadi korban dari meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh kartel. Suatu hari, ketika dia tengah mengemudikan mobil pick-up di wilayah peternakannya di Meksiko, mobil tersebut melindas alat peledak rakitan (IED) dan meledak.
Ledakan itu membuat mobil terguling dan menyebabkan Antonio serta sahabatnya meninggal dunia. Istri dari sahabatnya, yang juga berada dalam kendaraan, harus dilarikan ke rumah sakit.
Peristiwa tragis itu terjadi pada bulan Januari, di dekat Kota San Fernando, negara bagian Tamaulipas, Meksiko—yang berbatasan langsung dengan Brownsville, Texas.
Putra Antonio, Ramiro Céspedes—seorang veteran militer AS yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan—menjelaskan bahwa ayahnya adalah warga negara AS yang telah bermigrasi dari Meksiko sejak tahun 1970-an demi meraih impian Amerika.
Dalam wawancaranya dengan The Epoch Times, Ramiro menyebut bahwa ayahnya menjadi korban terorisme kartel narkoba yang kini merajalela di sepanjang perbatasan Meksiko-AS. Ramiro, yang pernah terluka akibat alat peledak saat bertugas dan menerima Medali Hati Ungu, mengatakan bahwa IED dan drone kini menjadi senjata baru dalam perebutan wilayah antarkartel.
“Saya pernah mengatakan, cara ayah saya terbunuh adalah taktik teroris—karena saya pernah menyaksikan sendiri metode itu di Irak,” ujar Ramiro Céspedes.
Ramiro menambahkan bahwa kartel Meksiko kini memiliki persenjataan dan perlengkapan yang semakin canggih—termasuk kendaraan lapis baja, rompi antipeluru Kevlar, teknologi penglihatan malam, hingga senapan sniper kaliber .50—yang setara dengan perlengkapan militer.
“Sekarang ini seperti pertempuran antara dua unit militer skala kecil. Dan kerusakannya sangat besar,” ujarnya tentang kekuatan kartel. “Saya rasa, kebijakan Presiden Trump sebelumnya telah memberikan tekanan besar terhadap Meksiko. Saya bisa melihatnya langsung dari kondisi di perbatasan.”
Pada bulan Januari lalu, Kedutaan Besar AS di Meksiko mengeluarkan peringatan tentang meningkatnya penggunaan IED. Beberapa hari sebelum kematian Antonio, tepatnya pada 23 Januari, sebuah alat peledak rakitan meledakkan kendaraan milik pejabat Meksiko di Kota Rio Bravo, menyebabkan luka-luka pada orang di dalam mobil tersebut.
Insiden-insiden ini mencerminkan meningkatnya kompleksitas taktik kelompok kartel yang dalam beberapa tahun terakhir telah melebarkan sayap ke aktivitas penyelundupan manusia dan narkoba lintas batas.
Dalam empat tahun terakhir, diperkirakan lebih dari 11 juta warga negara asing masuk secara ilegal ke wilayah Amerika Serikat—sebagian besar dari perbatasan selatan dengan Meksiko.
Presiden AS, Donald Trump, yang kembali mencalonkan diri, telah menyatakan komitmennya untuk memperketat keamanan perbatasan, mendeportasi jutaan imigran ilegal, dan menghentikan peredaran fentanyl—obat terlarang yang mematikan—masuk ke AS.
Pada Februari 2025 ini, Departemen Luar Negeri AS secara resmi menetapkan enam kartel narkoba Meksiko sebagai organisasi teroris asing dan entitas teroris global. Enam kartel tersebut adalah:
- Kartel Sinaloa
- Kartel Teluk (Gulf Cartel)
- Kartel Bersatu (United Cartel)
- Kartel Timur Laut (Northeast Cartel)
- Kartel Generasi Baru Jalisco (CJNG)
- Keluarga Baru Michoacan (La Nueva Familia Michoacana)
Pada 4 Maret, dalam pidatonya di Kongres, Presiden Trump menegaskan tekadnya untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh kartel terhadap keamanan nasional Amerika Serikat.
“Kartel narkoba sedang melancarkan perang terhadap Amerika. Kini, saatnya Amerika menyatakan perang terhadap kartel narkoba,” tegas Trump dalam pernyataannya.
Lahirnya “Super Kartel” – Ketika Kartel Narkoba Bekerja Sama Melawan Amerika Serikat
Pada 5 Maret, Wakil Presiden AS JD. Vance saat mengunjungi Kota Eagle Pass, Texas, menyoroti meningkatnya ancaman dari kartel narkoba Meksiko terhadap keamanan nasional Amerika. Menurutnya, kelompok-kelompok ini kini tidak hanya semakin kuat dan kaya, tapi juga semakin canggih.
“Kejahatan terkait imigrasi, kematian akibat fentanil, dan masuknya orang-orang yang seharusnya tidak berada di negara ini — semuanya mencapai rekor tertinggi,” ujar Vance.
“Dan kami melihat bagaimana pemerintahan [mantan Presiden] Joe Biden yang membuka perbatasan selatan, menjadikannya taman bermain bagi kartel. Akibatnya, kartel menjadi lebih maju dan memiliki kemampuan tempur yang meningkat.”
Ammon Blair, penasihat intelijen dan peneliti senior dari inisiatif Secure & Sovereign Texas Initiative di Texas Public Policy Foundation, menjelaskan bahwa kartel kini dilengkapi dengan senjata dan peralatan setara militer, termasuk teknologi pengawasan canggih.
Menurut Blair, kemampuan teknologi mereka telah berkembang ke tingkat yang sangat tinggi—meliputi drone tak terdeteksi, enkripsi militer yang dibenamkan dalam jaringan seluler pribadi, hingga sistem mata-mata Pegasus buatan Israel yang mampu menyusup ke dalam perangkat seluler tanpa terdeteksi.
Dia memperingatkan bahwa beberapa kartel bahkan telah menunjukkan tanda-tanda berkoalisi dalam membentuk jaringan super-kartel, untuk bertahan dari tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat selama empat tahun mendatang.
“Kita sekarang menyaksikan proses integrasi antarkartel,” kata Blair.
Blair menyebut bahwa meskipun beberapa kelompok kartel masih bersaing memperebutkan wilayah, faksi-faksi di bawah Kartel Teluk (Gulf Cartel) seperti “Metros” dan “Scorpions” telah mulai bekerja sama.
Jaksa Agung Negara Bagian Oklahoma, Gentner Drummond, menyatakan pandangan serupa. Ia menggambarkan situasi saat ini sebagai “kolusi antarkartel yang berbahaya.”
Drummond menjelaskan bahwa negara bagian Oklahoma menjadi lahan subur bagi aktivitas kartel, karena lokasinya yang dekat dengan perbatasan Texas-Meksiko dan karena legalisasi ganja medis pada 2018. Akibat ketatnya penegakan hukum di Texas, banyak kartel melihat Oklahoma sebagai tempat berlindung yang lebih mudah diakses.
Menurutnya, sekitar 37 kelompok kartel dan jaringan kriminal internasional, termasuk dari Tiongkok, kini beroperasi di Oklahoma.
“Oklahoma telah menjadi lahan subur kolaborasi antara kartel Meksiko dan kelompok kejahatan terorganisir dari Tiongkok,” ujar Drummond.
Drummond mengungkap bahwa badan penegak hukum Oklahoma telah menemukan bukti kerja sama antara “pengedar narkoba Tiongkok” dan kartel Meksiko dalam distribusi narkoba. Dia mengklaim bahwa rezim Tiongkok merekrut warga miskin dari Provinsi Fujian, lalu mengirim mereka dengan kapal menuju pesisir Sinaloa, Meksiko—wilayah kekuasaan Kartel Sinaloa.
Setibanya di Meksiko, warga Tiongkok tersebut dibawa ke perbatasan barat daya AS, khususnya Oklahoma, di mana mereka kemudian dilibatkan dalam produksi fentanil, perdagangan ganja ilegal, dan perdagangan manusia yang dipimpin oleh mafia.
Drummond menyebutkan salah satu kasus mencolok tahun 2024, yaitu warga negara Tiongkok bernama Chen Wu yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena membunuh empat sesama warga Tiongkok di sebuah perkebunan ganja ilegal di Oklahoma. Perkebunan itu beroperasi di bawah izin ganja medis yang diperoleh secara ilegal.
Jaksa menjelaskan bahwa sebelum menembak mati para korban, Chen Wu sempat menuntut pengembalian investasinya sebesar 300.000 dolar AS dalam bisnis ganja tersebut.
Drummond menekankan bahwa dengan menyatakan kartel Meksiko sebagai organisasi teroris asing, Presiden Trump telah memberi alat hukum tambahan bagi aparat penegak hukum untuk membongkar jaringan kriminal ini.
Dia mengkritik pemerintahan Biden karena tidak mendeportasi imigran ilegal yang bekerja di perkebunan ganja ilegal, meskipun pihak penegak hukum Oklahoma telah menginformasikan keberadaan mereka kepada Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE).
Kini, setelah Trump kembali menjabat, Satuan Tugas Kejahatan Terorganisir Oklahoma dapat bekerja sama dengan ICE untuk membersihkan para pelaku kejahatan ilegal imigran dari negara bagian.
Drummond menambahkan, Oklahoma pernah memiliki 12.000 fasilitas budidaya ganja, dan sebagian besar adalah ilegal. Saat ini, jumlah itu diperkirakan menyusut menjadi sekitar 2.800 fasilitas.
Dia mengungkap bahwa beberapa dari fasilitas tersebut merupakan bagian dari jaringan kriminal Tiongkok bernilai jutaan dolar, dan koneksi mereka ke Partai Komunis Tiongkok sering disembunyikan di balik struktur perusahaan seperti LLC (Limited Liability Company) atau S-Corporation.
Selain itu, kelompok kartel di Oklahoma kini juga menggunakan drone yang dimodifikasi secara canggih, dirancang oleh teknisi internal mereka, sehingga sulit dilacak oleh radar atau sistem pertahanan biasa.
“Kami telah mengamati semua tanda-tanda ini,” ujar Drummond.
Drone Pengangkut Narkoba: Senjata Baru Kartel Melintasi Langit Amerika
Fenomena drone yang menyusup dari Meksiko ke wilayah udara Amerika Serikat bukan lagi hal baru.
Pada Maret 2024, dalam sebuah sidang dengar pendapat Komite Militer Senat AS, Jenderal Gregory Guillot, Komandan Komando Utara AS (USNORTHCOM), mengungkapkan bahwa ribuan drone terbang melintasi perbatasan selatan AS setiap bulan.
Ammon Blair, mantan agen Patroli Perbatasan AS, mengisahkan pengalamannya saat bertugas di wilayah perbatasan Texas. Dia mengaku pernah mendengar suara drone melintas di atas kepalanya saat melakukan patroli—yang tak terdeteksi oleh sistem pemantauan non-militer milik Departemen Keamanan Publik Texas.
“Kadang, saat kamu sedang berlari, tiba-tiba sebuah drone muncul di atas kepala, memantau setiap gerak-gerikmu,” ungkapnya.
Kisah Blair ini sejalan dengan laporan ilmiah berjudul “Narco Drones: Tracing the Evolution of Cartel Aerial Tactics in Mexico’s Low-Intensity Conflicts” yang diterbitkan tahun 2023 oleh penerbit akademik Taylor & Francis di Oxford, Inggris.
Dalam laporan itu, seorang perwira Angkatan Laut Meksiko menyatakan bahwa para pengedar narkoba menggunakan video siaran langsung dari drone untuk melacak pergerakan aparat dan penjaga perbatasan, guna menentukan titik lemah untuk penyelundupan.
Blair menambahkan, jika chip pelacakan dalam drone dicabut atau drone tersebut dibuat menggunakan printer 3D, maka dia bisa lolos dari sistem deteksi radar.
Sementara itu, dalam laporan tahun 2024 yang dirilis oleh lembaga intelijen asal London bernama Grey Dynamics, drone disebut telah menjadi bagian integral dari operasi kriminal kartel. Produksi drone ini tersebar di berbagai kota besar Meksiko, seperti Mexico City, Guadalajara, Monterrey, Querétaro, dan Tijuana.
Penggunaan drone oleh kartel sangat bervariasi—mulai dari berfungsi sebagai “keledai narkoba” (mule) untuk menyelundupkan obat-obatan terlarang, hingga sebagai alat mata-mata yang dilengkapi bahan peledak untuk menyerang atau melakukan pengawasan.
Dalam konteks kartel, drone juga digunakan sebagai “falcon”—sebuah istilah slang yang merujuk pada informan atau mata-mata yang memantau lokasi dan melaporkan aktivitas target. Drone ini dapat merekam gambar dan suara untuk mendukung pengambilan keputusan kartel.
Namun, drone hanyalah salah satu dari banyak alat canggih yang digunakan kartel dalam operasi mereka yang semakin menyerupai perang gerilya modern.
Perangkat Mata-Mata Kelas Militer: Pegasus dan Spionase Kartel
Pada Juli 2022, dalam sidang dengar pendapat di Komite Intelijen Tetap DPR AS, isu lonjakan penggunaan perangkat mata-mata tingkat tinggi menjadi perhatian utama.
John Scott-Railton, pakar keamanan siber dari Citizen Lab—sebuah lembaga riset di Universitas Toronto, Kanada—mengungkap bahwa kartel narkoba kini sudah menggunakan spyware Pegasus, sebuah alat sadap ultra-canggih buatan Israel.
Berbeda dari malware biasa yang membutuhkan interaksi pengguna, Pegasus mampu menyusup ke perangkat tanpa klik sama sekali (zero-click attack). Cukup dengan menerima pesan atau panggilan, spyware ini bisa mengambil alih sistem operasi ponsel tanpa diketahui pemiliknya.
Spyware Pegasus memanfaatkan celah di aplikasi populer seperti iMessage dan WhatsApp, memungkinkan peretas untuk mengakses pesan, kamera, mikrofon, lokasi GPS, dan semua data pribadi tanpa jejak.
Scott-Railton menyebut, sekitar dua dekade lalu, hanya segelintir negara yang memiliki kemampuan untuk melakukan serangan siber tingkat tinggi semacam ini. Namun sekarang, kelompok non-negara seperti kartel narkoba pun bisa mengaksesnya.
“Kami memiliki dokumentasi tentang serangan terhadap Javier Valdez, seorang jurnalis yang memberitakan tentang kejahatan dan kartel narkoba di Meksiko. Ia kemudian dibunuh dalam serangan yang dirancang oleh kartel. Tak lama setelah pembunuhannya, ponsel istrinya dan rekan-rekannya juga terinfeksi Pegasus,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa menjelang pembunuhan jurnalis Cecilio Pineda Birto, nomornya masuk dalam daftar target potensial Pegasus oleh klien Meksiko dari sistem spyware tersebut.
Kartel Meksiko bukan lagi sekadar jaringan kriminal tradisional. Mereka kini bertransformasi menjadi kekuatan hibrida—menggabungkan taktik militer, teknologi pengawasan tinggi, dan keahlian spionase digital—yang menjadikan mereka salah satu ancaman terbesar bagi keamanan internal Amerika Serikat.
Perang Elektronik: Kartel Kini Main di Level Teknologi Tinggi
Dalam perang teknologi melawan aparat dan pemerintah, kartel narkoba kini menggunakan sistem telekomunikasi terenkripsi untuk melindungi operasi mereka.
Dalam sistem komunikasi bergerak biasa, metadata dapat digunakan untuk melacak lokasi secara akurat—sesuatu yang sangat dihindari oleh kartel. Karena itu, mereka berusaha keras untuk menghindari sistem pelacakan dan intersepsi informasi.
Ammon Blair mengungkapkan bahwa situs web milik kelompok white-hat hacker atau “peretas etis” yang bernama Hackers Arise, pernah menerbitkan artikel khusus tentang bagaimana kartel Meksiko membangun infrastruktur jaringan seluler sendiri demi menghindari pelacakan intelijen.
Menurut Blair, ada laporan bahwa kartel mempekerjakan atau bahkan menculik insinyur telekomunikasi untuk menciptakan keunggulan teknis ini.
Dalam laporan Hackers Arise tersebut dijelaskan bahwa sistem komunikasi kartel mencakup analisis sinyal dan deteksi canggih yang setara dengan kemampuan perang elektronik.
Salah satu sistem yang ditemukan pada tahun 2022 di negara bagian Michoacán, Meksiko, menggunakan teknologi super-enkripsi yang sangat sulit untuk dipecahkan. Sistem ini mampu menghasilkan kunci enkripsi sementara (temporary encryption keys) berdasarkan berbagai parameter seperti:
- Lokasi geografis
- Waktu (jam/hari)
- Kondisi atmosfer berdasarkan sensor cuaca yang terintegrasi
Teknologi semacam ini menunjukkan bahwa kartel telah mengembangkan kemampuan setara militer dalam bidang komunikasi.
Menuju Titik Akhir: AS Butuh “Rencana Kemenangan”
Christopher Holton, analis senior dari Center for Security Policy—sebuah lembaga think tank keamanan nasional yang berbasis di Washington, D.C.—mengatakan kepada The Epoch Times bahwa Amerika Serikat kini menghadapi ancaman dari kartel bersenjata lengkap, yang kemampuannya setara dengan kelompok teroris seperti ISIS di Timur Tengah.
Menurut Holton, kartel telah menjadi pelopor di antara aktor non-negara dalam penggunaan drone bersenjata. Mereka bahkan memasang granat dan hulu ledak roket pada drone untuk menyerang musuh-musuh mereka.
Dia menyebut bahwa meskipun militer AS memiliki pesawat intelijen canggih seperti MQ-9 Reaper (si “Malaikat Maut”) dan pesawat intai maritim Boeing P-8 Poseidon, namun penggunaannya terhadap kartel masih sangat terbatas.
“Amerika hampir pasti harus mendapat izin dari pemerintah Meksiko untuk melakukan serangan terhadap kartel,” katanya.
Dengan kondisi tersebut, Holton memperkirakan bahwa serangan udara atau serangan drone langsung dari militer AS terhadap kartel tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Namun, ia menegaskan bahwa militer AS memiliki kemampuan luar biasa dalam memata-matai komunikasi seluler, sehingga operasi rahasia tetap bisa dilakukan.
Meskipun begitu, tingginya infiltrasi kartel ke dalam institusi dan masyarakat Meksiko, termasuk ke dalam struktur pemerintahan, menjadi tantangan serius.
“Kartel beroperasi di balik bayang-bayang pemerintahan resmi,” ujar Holton. “Mereka pada dasarnya adalah pemerintah bayangan (shadow government).”
Holton menilai bahwa opsi paling realistis bagi AS adalah melancarkan operasi khusus rahasia (covert special operations) untuk menghancurkan jaringan kartel.
“Operasi anti-pemberontakan oleh satu tim elit militer bisa memberikan dampak lebih besar daripada satu kompi bersenjata lengkap,” jelasnya.
Akhirnya, Holton menyampaikan satu pesan penting:“Apa yang akan menjadi bentuk kemenangan Amerika?”“Kita harus punya peta jalan menuju kemenangan. Kita harus tahu kapan dan bagaimana kemenangan itu bisa diraih.”(jhn/yn)