Putin Mengadakan Pertemuan Rahasia dengan Utusan AS, Mengirimkan “Sinyal Tambahan” ke Trump
EtIndonesia. Kremlin mengumumkan pada 14 Maret bahwa Presiden Vladimir Putin telah bertemu dengan utusan khusus AS untuk Rusia dan Ukraina, Steve Witkoff, di Moskow pada malam sebelumnya. Kini, diharapkan bahwa akan ada pembicaraan antara Putin dan Trump mengenai proposal gencatan senjata di Ukraina.
Trump Mendesak Putin untuk Mengampuni Pasukan Ukraina yang Terkepung
Presiden AS, Donald Trump, dalam unggahan terbaru di platform media sosialnya, Truth Social, pada 14 Maret, menyerukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengampuni tentara Ukraina yang terkepung oleh pasukan Rusia di wilayah Kursk.
Trump mengawali unggahannya dengan menulis bahwa pihak AS telah mengadakan “diskusi yang sangat baik dan produktif” dengan Putin pada Kamis, 13 Maret. Dalam pertemuan tersebut, Putin menerima utusan AS, Steve Witkoff.
Trump juga menyatakan bahwa perang di Ukraina “sangat mungkin” akan segera berakhir.
Trump menegaskan bahwa perjanjian gencatan senjata dengan Rusia perlu “dilaksanakan dan ditandatangani”.
“Jutaan orang telah meninggal sia-sia dan tidak akan pernah terlihat lagi. Jika kita tidak dapat mencapai gencatan senjata dan tidak bisa menandatangani perjanjian akhir dengan Rusia, lebih banyak kejadian serupa akan terjadi,” tulis Trump.
Dia juga mengkritik keras mantan Presiden AS, Joe Biden, menuduhnya telah membawa AS ke dalam “kekacauan” dengan Rusia.
Trump kembali menegaskan: “Jika saya yang menjadi presiden saat itu, perang ini tidak akan pernah terjadi.”
Putin: Jika Pasukan Ukraina di Kursk Menyerah, Rusia Akan Menjamin Keamanan Mereka
Pada sore hari 14 Maret waktu setempat, Presiden Rusia, Vladimir Putin menyerukan kepada tentara Ukraina di wilayah Kursk untuk menyerah.
Menurut laporan Reuters, Putin menyatakan bahwa jika Pemerintah Ukraina meminta mereka menyerah, keamanan mereka akan dijamin.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada 14 Maret, Putin menegaskan bahwa pemerintahan Trump tengah melakukan segala upaya untuk memulihkan “setidaknya sebagian” hubungan dengan Rusia.
Dia juga menambahkan bahwa hubungan antara Rusia dan AS telah mengalami beberapa perubahan.
Dalam laporan BBC, Putin mengatakan: “Mari kita lihat apa yang akan terjadi.”
Sementara itu, Kremlin secara resmi mengumumkan pada 14 Maret bahwa Putin telah bertemu dengan Witkoff pada malam sebelumnya.
Menurut laporan Reuters, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Presiden Putin telah mengirimkan “sinyal” kepada Trump mengenai proposal gencatan senjata melalui Witkoff. Peskov menyebut bahwa ada alasan untuk “optimisme yang hati-hati” terkait kemungkinan penyelesaian konflik.
“Putin menyampaikan pesan yang sangat penting saat membahas proposal gencatan senjata Trump,” kata Peskov.
Zelenskyy: Situasi di Kursk “Sangat Sulit”
Menurut laporan Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pasukan Ukraina menghadapi tekanan yang semakin besar di wilayah Kursk di Rusia barat dan bahwa situasi di sana “sangat sulit”.
Namun, Zelenskyy juga menyebut bahwa operasi yang dilakukan oleh pasukan Ukraina di wilayah tersebut tahun lalu telah mencapai tujuannya.
Pada pagi hari 14 Maret, Presiden Trump mengunggah pernyataan di akun Truth Social-nya, mengatakan bahwa pasukan Ukraina di wilayah tersebut “benar-benar terkepung” oleh pasukan Rusia.
Putin Mengirim Pesan dan “Sinyal Tambahan” kepada Trump Melalui Utusan Rusia-AS
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada 14 Maret bahwa setelah serangkaian kegiatan diplomatik dalam beberapa hari terakhir, “tidak diragukan lagi ada alasan” untuk mempertahankan “optimisme yang hati-hati” mengenai prospek penyelesaian perang. Pernyataan ini sejalan dengan komentar optimistis yang dibuat oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz.
Peskov menyatakan bahwa utusan khusus AS untuk Rusia dan Ukraina, Steve Witkoff, telah “menyampaikan lebih banyak informasi kepada pihak Rusia”. Sebaliknya, Presiden Putin juga “mengirim pesan dan sinyal tambahan” kepada Presiden Trump melalui Witkoff.
Namun, hasil dari komunikasi diplomatik ini hanya akan menjadi lebih jelas setelah Witkoff menyampaikan laporan kepada Trump dan setelah pemimpin Rusia serta AS berbicara langsung melalui telepon.
Peskov menambahkan: “Setelah Tuan Witkoff menyampaikan semua pesan yang diterimanya di Moskow kepada kepala negaranya, kita akan menentukan waktu dialog lebih lanjut. Kedua belah pihak memiliki konsensus bahwa percakapan antara Presiden Rusia dan AS memang diperlukan.”
Putin: Gencatan Senjata Harus Mengarah pada Perdamaian Jangka Panjang
Dalam konferensi pers di Kremlin pada 13 Maret, Presiden Putin menanggapi usulan AS mengenai gencatan senjata 30 hari di Ukraina. Dia menegaskan bahwa gencatan senjata harus dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian jangka panjang dan menyelesaikan akar permasalahan krisis ini.
Putin mempertanyakan apakah proposal gencatan senjata yang diajukan AS akan menguntungkan Ukraina, terutama mengingat situasi saat ini di Kursk yang sepenuhnya dikendalikan oleh Rusia. Dia mencurigai bahwa Ukraina dapat menggunakan kesempatan ini untuk memobilisasi kembali pasukan dan mengatur kembali pasokan senjata. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan mekanisme yang jelas untuk mencegah pelanggaran gencatan senjata.
Putin juga menyebut bahwa dia mungkin akan segera berbicara dengan Trump melalui telepon. Sementara itu, Trump menyatakan bahwa dia siap berbicara dengan Putin dan menambahkan bahwa komentar Putin mencerminkan “pandangan yang optimistis”. Trump berharap Moskow akan “melakukan hal yang benar”.
Menlu AS: Optimisme terhadap Akhir Perang Ukraina
Menurut laporan Reuters, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa ada alasan untuk tetap “optimis secara hati-hati” terkait upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Namun, Rubio menambahkan bahwa masih ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan para Menteri Luar Negeri G7 di Kanada pada 14 Maret, Rubio berkata: “Saya pikir ada alasan untuk tetap optimis secara hati-hati. Namun, pada saat yang sama, kita masih melihat banyak kesulitan dan kompleksitas dalam situasi ini.”
Ketika ditanya oleh wartawan apakah ia mempercayai Presiden Rusia Vladimir Putin, Rubio menolak untuk menjawab dan mengatakan bahwa pertanyaan tersebut “tidak relevan”.Menteri Luar Negeri AS juga menegaskan: “Kebijakan luar negeri bukanlah tentang kepercayaan, melainkan tentang tindakan.” (jhn/yn)
Lima Negara Tetangga Bersiap Menanam Ranjau di Perbatasan dengan Rusia
EtIndonesia. Mengingat sifat agresif Rusia yang sulit dibendung, lima negara tetangga Rusia—tiga negara Baltik (Lithuania, Latvia, Estonia), Finlandia, dan Polandia—”hampir mencapai” kesepakatan untuk menarik diri dari Konvensi Larangan Ranjau Anti-Personel, yang juga dikenal sebagai Konvensi Ottawa.
Menurut analisis militer, jika kesepakatan ini benar-benar terwujud, negara-negara tersebut akan mulai menanam ranjau secara luas di sepanjang perbatasan mereka dengan Rusia untuk memperkuat pertahanan terhadap kemungkinan invasi Moskow
Pada Kamis (14/3), Menteri Pertahanan Lithuania, Dovilė Šakalienė, mengatakan kepada media bahwa negara-negara Eropa Timur semakin dekat untuk mencapai kesepakatan ini.
“Kami merasa sangat dekat untuk mencapai kesepakatan ini,” ujar Sakalienė.
Dia menambahkan bahwa setelah perundingan yang intens dan mendalam, Polandia, Lithuania, Latvia, Estonia, dan Finlandia telah mencapai kesepakatan strategis untuk meninggalkan Konvensi Ottawa.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Polandia juga menekankan pentingnya keputusan ini.
“Keputusan ini sangat penting saat ini, terutama jika lima negara kita mengambil langkah bersama,” kata Menhan Polandia.
Kekhawatiran Internasional atas Keputusan Negara-Negara Eropa Timur
Sebelumnya pada hari yang sama, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyuarakan keprihatinan mendalam tentang tren re-militerisasi di Eropa.
ICRC menyoroti keputusan Lithuania untuk menarik diri dari Konvensi Larangan Bom Cluster dan langkah lima negara Eropa yang tengah bernegosiasi untuk menarik diri dari Konvensi Ottawa sebagai perkembangan yang sangat mengkhawatirkan.
Menurut ICRC, keputusan untuk menarik diri dari Konvensi Ottawa akan membawa konsekuensi serius, terutama bagi warga sipil dan bahkan bagi negara-negara yang memilih keluar dari perjanjian tersebut.
Ancaman Invasi Rusia Memicu Langkah Drastis
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, negara-negara Eropa Timur semakin khawatir akan menjadi target agresi Rusia berikutnya. Oleh karena itu, mereka telah mempertimbangkan langkah-langkah luar biasa untuk memperkuat pertahanan nasional mereka.
Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa negara-negara Baltik dan Polandia telah memperingatkan komunitas internasional bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk keluar dari Konvensi Ottawa demi kepentingan pertahanan mereka sendiri.
Polandia dan Lithuania Telah Mengambil Langkah Nyata
Pada 6 Maret, Lithuania secara resmi menarik diri dari Konvensi Larangan Bom Cluster, dengan alasan ancaman keamanan dari Rusia.
Keesokan harinya, Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk menyatakan dukungan Pemerintah Polandia untuk menarik diri dari Konvensi Ottawa dan mengizinkan penggunaan ranjau anti-personel untuk meningkatkan pertahanan perbatasan mereka terhadap Rusia.
Konvensi Ottawa dan Implikasinya
Konvensi Ottawa, yang telah diratifikasi oleh lebih dari 160 negara, melarang penggunaan, memproduksi, dan penyimpanan ranjau anti-personel.
Namun, beberapa negara utama tidak menandatangani perjanjian ini, termasuk Amerika Serikat dan Rusia.
Saat ini, Ukraina menuduh Rusia secara luas menggunakan ranjau di wilayah pendudukan, dengan klaim bahwa tindakan ini merupakan bagian dari upaya genosida terhadap rakyat Ukraina.
Akankah Eropa Timur Kembali ke Perang Dingin?
Jika lima negara ini benar-benar menarik diri dari Konvensi Ottawa dan mulai menanam ranjau secara luas di perbatasan Rusia, itu akan menjadi eskalasi besar dalam ketegangan militer Eropa Timur.
- Apakah ini akan memperburuk hubungan antara Rusia dan NATO?
- Bagaimana reaksi Moskow terhadap pergerakan militer di perbatasannya?
- Akankah langkah ini benar-benar mampu mencegah invasi Rusia, atau justru akan memicu konfrontasi lebih lanjut?
Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa, dunia kini menunggu bagaimana langkah berikutnya dari negara-negara perbatasan Rusia ini. (jhn/yn)
Perdagangan Global Diperkirakan Tumbuh Meskipun Ada Tarif AS
EtIndonesia. Meskipun terjadi perubahan kebijakan perdagangan Amerika Serikat, perdagangan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,1 persen per tahun selama lima tahun ke depan, menurut laporan terbaru dari DHL dan NYU Stern.
Perdagangan antar negara, termasuk Amerika Serikat, diperkirakan akan meningkat dalam lima tahun ke depan meskipun ada potensi kenaikan tarif yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump. Hal ini diungkapkan dalam laporan DHL Trade Atlas 2025, yang dirilis pada 12 Maret bekerja sama dengan New York University Stern School of Business.
Volume perdagangan global, yang mengukur jumlah barang yang diperdagangkan dengan mempertahankan harga tetap, diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan gabungan sebesar 3,1 persen dari tahun 2024 hingga 2029, menurut laporan tersebut.
Tingkat pertumbuhan ini mencerminkan percepatan yang moderat dibandingkan dekade sebelumnya, meskipun terdapat ketidakpastian terkait perubahan kebijakan perdagangan AS. Bahkan jika seluruh tarif yang diusulkan oleh pemerintahan Trump diberlakukan dan negara lain melakukan pembalasan sebagaimana diumumkan, pertumbuhan volume perdagangan tetap diharapkan terjadi, meskipun pada tingkat yang lebih lambat.
“DHL Trade Atlas 2025 mengungkap wawasan yang sangat menggembirakan,” kata John Pearson, CEO DHL Express. “Masih ada potensi besar untuk pertumbuhan perdagangan di ekonomi maju maupun berkembang di seluruh dunia.”
Laporan tersebut juga menemukan bahwa perdagangan global terus mengatasi tantangan besar, termasuk krisis keuangan 2008, pandemi COVID-19, dan ketegangan geopolitik, yang membuktikan ketahanannya yang luar biasa.
Secara khusus untuk Amerika Serikat, nilai perdagangan—yang mewakili nilai dalam dolar dari barang yang diperdagangkan tanpa penyesuaian inflasi—diproyeksikan tumbuh sekitar $1,2 triliun antara tahun 2024 hingga 2029, sehingga mencapai total perkiraan $6,6 triliun (5,4+1,2).
Impor AS, yang bernilai $3,3 triliun pada tahun 2024, diperkirakan akan meningkat sebesar $654,98 miliar, mencapai sekitar $3,96 triliun pada tahun 2029. Sementara itu, ekspor AS, yang saat ini sebesar $2,1 triliun, diperkirakan akan tumbuh sebesar $515,68 miliar, sehingga totalnya mencapai sekitar $2,62 triliun pada periode yang sama.
Laporan ini menekankan bahwa Amerika Serikat tetap sangat bergantung pada barang-barang yang diproduksi di Tiongkok, meskipun ada upaya untuk melakukan diversifikasi sumber pasokan akibat konflik perdagangan yang sedang berlangsung.
Pangsa impor langsung AS dari Tiongkok turun menjadi 2,6 persen dari perdagangan dunia pada awal 2024, dibandingkan 3,5 persen pada 2016. Namun, perdagangan tidak langsung—barang yang berasal dari Tiongkok tetapi masuk ke AS melalui negara ketiga—menunjukkan bahwa ketergantungan pada manufaktur Tiongkok tidak mengalami pengurangan yang signifikan.
Steven A. Altman, peneliti senior di NYU Stern, menyoroti ketahanan perdagangan global meskipun ada berbagai hambatan.
“Meskipun ancaman terhadap sistem perdagangan global harus dianggap serius, perdagangan global telah menunjukkan ketahanan luar biasa karena manfaat besar yang diberikannya bagi ekonomi dan masyarakat,” kata Altman.
Secara regional, nilai perdagangan yang tumbuh paling cepat dari 2024 hingga 2029 diproyeksikan terjadi di Asia Selatan dan Tengah, Afrika Sub-Sahara, dan Asia Tenggara, dengan tingkat pertumbuhan tahunan antara 5 hingga 6 persen. Amerika Utara, termasuk AS, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan volume perdagangan tahunan yang moderat sekitar 2,7 persen, sedikit di bawah rata-rata global.
India, Vietnam, Indonesia, dan Filipina diidentifikasi sebagai negara-negara yang diprediksi mengalami pertumbuhan perdagangan yang signifikan, baik dalam kecepatan maupun jumlah absolut. Secara khusus, India diperkirakan akan menyumbang pertumbuhan volume perdagangan global terbesar ketiga, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.
Laporan DHL Trade Atlas juga mencatat bahwa meskipun minat terhadap nearshoring (pemindahan rantai pasok lebih dekat ke pasar utama) meningkat, jarak perdagangan sebenarnya justru terus bertambah. Rata-rata jarak perdagangan barang mencapai rekor baru sebesar 5.000 kilometer selama sembilan bulan pertama tahun 2024, menyoroti berlanjutnya integrasi ekonomi global meskipun ada berbagai tantangan.
Sumber ; Theepochtimes.com
Trump Ancam Tarif 200 Persen pada Alkohol Uni Eropa
‘Ini akan sangat baik bagi bisnis anggur dan sampanye di AS,’ tulis presiden di Truth Social.
EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada alkohol dari Prancis dan negara-negara lain yang tergabung dalam Uni Eropa.
Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada 13 Maret, Trump mengatakan bahwa Uni Eropa telah memberlakukan tarif 50 persen pada wiski dari Amerika Serikat.
Jika pejabat Eropa tidak mencabut tarif balasan tersebut, Amerika Serikat akan mengenakan pajak 200 persen pada anggur, sampanye, dan produk alkohol lainnya dari Prancis serta negara-negara anggota UE lainnya, kata presiden.
“Ini akan sangat baik bagi bisnis anggur dan sampanye di AS,” kata Trump.
Komisi Eropa mengumumkan pada 13 Maret bahwa mereka akan mengambil langkah balasan sebagai respons terhadap tarif 25 persen yang diberlakukan pemerintah AS pada impor baja dan aluminium. Langkah-langkah ini termasuk mengakhiri penangguhan tarif sebelumnya atas barang-barang AS dan menerapkan pajak baru.
Tarif Uni Eropa akan mencakup sekitar $28 miliar produk AS, termasuk produk pertanian, pakaian, peralatan rumah tangga, dan sepeda motor.
Meskipun demikian, blok beranggotakan 27 negara ini “akan selalu terbuka untuk negosiasi,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Kepala perdagangan UE, Maros Sefcovic, bertanggung jawab atas pembicaraan dengan Amerika Serikat.
“Uni Eropa harus bertindak untuk melindungi konsumen dan bisnis. Tindakan balasan yang kami ambil hari ini kuat tetapi proporsional,” kata von der Leyen dalam sebuah pernyataan.
“Kami sangat menyesali tindakan ini. Tarif adalah pajak. Mereka buruk bagi bisnis, dan bahkan lebih buruk bagi konsumen.”
Tarif balasan UE akan mulai berlaku pada 1 April.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent meremehkan kekhawatiran tentang tarif tersebut, dengan mengatakan bahwa dampaknya hanya pada “satu atau dua barang dengan satu blok perdagangan.”
“Saya tidak yakin mengapa ini menjadi masalah besar bagi pasar,” kata Bessent dalam wawancara luas dengan CNBC’s Squawk Box.
Saham Brown-Forman, perusahaan induk Jack Daniel’s, naik lebih dari 1 persen setelah berita ini, meskipun turun lebih dari 6 persen sepanjang tahun ini.
Trump, bersama Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengenakan tarif pada negara-negara lain sesuai dengan tarif yang mereka kenakan pada ekonomi terbesar di dunia ini.
“Tidak ada yang bisa mengeluh tentang itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa Uni Eropa dirancang “untuk mengambil keuntungan dari Amerika Serikat.”
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV setelah pengumuman Trump di media sosial, Menteri Perdagangan Howard Lutnick membela ancaman terbaru presiden.
“Jika Anda membuat [Trump] tidak senang, dia akan merespons dengan tidak senang,” kata Lutnick.
“Tarif mereka jauh di atas, sedangkan tarif kita jauh di bawah. Bagaimana kalau kita seimbangkan?”
Pemerintahan AS telah mengeluhkan perbedaan tarif antara Uni Eropa dan Amerika Serikat, menyebutnya tidak adil. Sebagai contoh, UE mengenakan tarif 10 persen pada mobil AS yang memasuki pasar Eropa, sedangkan tarif AS untuk kendaraan Eropa yang masuk ke negara itu hanya 2,5 persen.
Dalam wawancara akhir pekan dengan CBS News, Lutnick mengkritik Eropa atas pajak pertambahan nilai (VAT) dan hambatan perdagangan non-tarif lainnya.
“Tarif timbal balik adalah standar dasar, dan negara-negara seperti Eropa memiliki VAT sebesar 20 persen,” katanya.
“Tahu berapa banyak mobil Amerika yang kita jual di Eropa, Korea, atau Jepang? Coba beli Chevrolet di Jerman.”
Pejabat Gedung Putih keberatan dengan VAT Uni Eropa, yang berbeda dari pajak penjualan, dengan menyebutnya sebagai “pukulan ganda” bagi ekspor AS.
VAT adalah pajak berbasis konsumsi yang diterapkan pada nilai tambah di setiap tahap produksi atau distribusi barang dan jasa. Tarifnya berkisar antara 17 persen hingga 27 persen dan menyumbang bagian besar dari pendapatan negara-negara anggota UE.
“Ada alasan mengapa Jerman menjual delapan kali lebih banyak mobil kepada kita dibandingkan yang kita jual kepada mereka, dan itu tentu bukan karena keterampilan atau kualitas manufaktur Amerika,” kata seorang pejabat Gedung Putih kepada wartawan dalam panggilan pers bulan lalu. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com
Pesawat American Airlines Terbakar di Bandara Denver, Penumpang Dievakuasi
Tidak ada laporan cedera hingga pukul 18.15 waktu setempat.
EtIndonesia. Para penumpang terpaksa dievakuasi dari pesawat American Airlines yang terbakar pada 13 Maret 2025 di Bandara Internasional Denver.
Penerbangan American Airlines 1006 berangkat dari Bandara Colorado Springs menuju Dallas Fort Worth ketika kru melaporkan getaran pada mesin, sehingga pesawat dialihkan ke Bandara Internasional Denver. Pesawat mendarat sekitar pukul 17.15 waktu setempat pada Kamis, menurut juru bicara Administrasi Penerbangan Federal (FAA) kepada The Epoch Times.
Pesawat Boeing 737-800 itu mendarat dengan selamat dan mulai bergerak menuju gerbang ketika mesinnya terbakar. Para penumpang keluar dari pesawat menggunakan perosotan evakuasi, kata juru bicara tersebut.
FAA sedang menyelidiki insiden ini.
Menurut laporan KDVR News Denver, yang mengutip Bandara Internasional Denver, tidak ada laporan cedera hingga pukul 18.15. Api telah berhasil dipadamkan, menurut laporan tersebut.
Seorang juru bicara Bandara Internasional Denver mengonfirmasi insiden ini kepada The Epoch Times tetapi merujuk pertanyaan tentang cedera penumpang kepada Departemen Pemadam Kebakaran Denver.
Kebakaran ini merupakan kejadian terbaru dalam serangkaian insiden penerbangan sejak tabrakan udara yang fatal pada akhir Januari antara sebuah jet penumpang dan helikopter militer di dekat Bandara Nasional Ronald Reagan Washington, yang menewaskan seluruh 67 orang di dalamnya.
Minggu ini, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat merekomendasikan pembatasan permanen pada rute helikopter di sekitar bandara tersebut karena jarak aman yang sempit antara helikopter dan pesawat komersial. NTSB juga menyatakan bahwa helikopter tersebut terbang terlalu tinggi untuk rutenya, dan kru melewatkan transmisi radio lalu lintas udara yang penting beberapa saat sebelum kecelakaan.
Dua hari setelah tabrakan tersebut, sebuah jet medis jatuh di lingkungan Philadelphia, menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari selusin lainnya.
Pada 17 Februari, sebuah penerbangan Delta Air Lines dari Minneapolis mendarat darurat di landasan pacu Toronto, kemudian terbakar, meluncur di aspal, dan terbalik. Seluruh 80 orang di dalamnya selamat, meskipun 21 di antaranya dibawa ke rumah sakit karena cedera.
Namun, analisis data insiden NTSB menunjukkan bahwa hingga akhir Februari, jumlah insiden pesawat sejak awal tahun ini tidak lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dalam dekade terakhir.
Para ahli penerbangan juga mengatakan kepada The Epoch Times bahwa tingkat kecelakaan dalam penerbangan komersial semakin menurun, dan tetap menjadi bentuk transportasi yang paling aman.
Reuters turut berkontribusi dalam laporan ini.