Reporter Epoch Times: Wu Ying, melaporkan
Epochtimes.id- Seluruh dunia menyoroti situasi tegang di Semenanjung Korea, diktator Korut Kim Jong-Un yang bersikeras mengembangkan senjata nuklir itu sesumbar akan menembakkan rudal (berhulu ledak bom hidrogen) hingga mencapai pesisir timur Amerika Serikat.
Adanya ancaman nuklir Korut dan tingkat keseriusannya mungkin bisa ditelaah tuntas lewat proses upaya rezim dinasti Kim yang berupaya membangun negara nuklir dan perkembangannya baru-baru ini.
AS Tidak Abaikan Kemungkinan Serang Korut, Pyongyang Sesumbar Tembakkan Rudal
Baru-baru ini Kim Jong-Un terus memprovokasi dengan menembakkan rudal balistik jarak jauh ke Samudera Pasifik dan melakukan uji coba nuklir.
DK PBB sampai harus dua kali membuat resolusi untuk memperketat sanksi terhadap Pyongyang.
Pemerintah Australia menyatakan, Kemenlu Korut beberapa hari lalu juga di luar kebiasaan tanpa melalui perantara media massa corong partainya, langsung melayangkan surat terbuka pada Dewan Multinasional yang menyatakan pihaknya “tidak akan melepaskan senjata nuklir, dan jika AS ingin menghalangi, maka akan terjadi bencana nuklir yang mengerikan.”
Sebelumnya Trump menulis di Twitter, kebijakan AS terhadap Korut (perundingan diplomatik) selama 25 tahun terakhir sangat tidak efektif, “Hanya ada satu hal bisa dirampungkan”.
Tanggal 15 Oktober lalu, saat Menteri Sekretaris Negara Tillerson diwawancarai oleh media massa AS menyatakan, Trump menuntut “sebelum bom pertama dijatuhkan”, AS akan terus mengupayakan cara diplomatik untuk menyelesaikan krisis Korut.
Selain opsi diplomatik dan juga militer, minggu lalu saat diwawancara oleh stasiun TV Fox (22/10) Trump menyatakan, pada Kongres Nasional PKT ke-19 kali ini pemimpin negara RRT Xi Jinping telah meraih status kekuasaan yang belum pernah diraih oleh beberapa generasi pemimpin sebelumnya.
“Saya harap setelah Kongres tersebut ia akan melakukan aksi besar-besaran untuk menyelesaikan masalah Korut.”
Ancaman Senjata Nuklir Korut Mencemaskan
ABC News memberitakan, tahun ini Korut untuk kali pertama telah sukses menguji coba rudal balistik antar benua (ICBM).
Para pakar mengatakan, negara preman ini mungkin memiliki kemampuan menyerang wilayah AS bahkan Australia dan berambisi mempersiapkan diri untuk menghadapi perang nuklir.
Tingkat keseriusan ancaman senjata nuklir Korut ini bisa dicermati lewat tiga perkembangan situasi berikut:
1.Frekwensi Peluncuran Rudal Rezim Kim Kian Intens
Korea Utara berdiri pasca PD-II, rezim keluarga Kim memegang kekuasaan dengan Kim Il-Sung sebagai pemimpin pertamanya, kemudian kekuasaan beralih kepada Kim Jong-Il dan Kim Jong-Un.
Tahun 1984, Kim Il-Sung mulai membuat dan menembakkan rudal, setelah putranya Kim Jong-Il dan cucunya Kim Jong-Un berkuasa.
Keduanya juga terus mengembangkan senjata nuklir, dan frekuensi peluncuran rudal yang dilakukan Kim Jong-Un jauh melebihi uji coba yang dilakukan kakek maupun ayahnya jika dijumlahkan.
Semasa kekuasaan Kim Il-Sung, total telah menembakkan 15 buah rudal, sebanyak 11 buah di antaranya adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM), dengan jarak tembak terjauh hanya 500 km.
Ada 1 buah rudal yang sampai saat ini belum diketahui jenisnya. Sedangkan 3 buah lainnya adalah rudal balistik jarak menengah (MRBM) yang salah satunya memiliki jarak tembak 1500 km yang disebut rudal Nodongs.
Setelah Kim Jong-Il memangku jabatan, selama berkuasa telah menembakkan 16 buah rudal, dalam teknologi pengangkut roket juga berhasil meraih kemajuan berarti.
Namun, di tahun 1998 ketika uji coba rudal Taepedong-1 mengalami kegagalan saat melintasi Jepang, telah mengakibatkan krisis diplomatik serius.
Pasca kejadian tersebut, Korut menghentikan sementara peluncuran rudalnya, tapi pada 2006 mulai melakukan uji coba lagi, salah satunya adalah rudal Taepedong-2 yang juga berakhir gagal.
Di tahun 2006 Kim Jong-Un melakukan uji coba nuklir yang pertama kalinya, tahun 2009 kembali melakukan uji coba nuklir. Kedua percobaan tersebut menuai kecaman internasional.
Tahun 2011, Kim Jong-Il meninggal dunia, kekuasaan diwariskan pada putranya Kim Jong-Un. Hingga saat ini, diktator Kim Jong-Un telah meluncurkan 85 buah rudal, dan melakukan 4 kali uji coba nuklir.
2.Percepat Raih Teknologi
Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il hanya menembakkan rudal jarak pendek dan jarak menengah, hanya menimbulkan ancaman bagi negara tetangga.
Sejak tahun 2012, rezim Kim meluncurkan rudal balistik jarak menengah (IRBM) dan juga rudal balistik antar benua (ICBM) yang berjarak jangkau lebih jauh.
Jarak tembak terjauh IRBMs adalah 4.500 km, di tahun 2017 ICBM yang ditembakkan Korut berjarak jangkau antara 8.500 hingga 10.000 km, cukup untuk menjangkau wilayah Amerika dan Australia.
Selain itu Korut juga berupaya mengembangkan kemampuan menembakkan rudal dari kapal selam, yakni rudal balistik kapal selam (SLBM) dengan jarak jangkau 1.200 km.
Menurut nara sumber, rudal tersebut dipasangkan pada kapal selam Sinpo berjarak jangkau 2.800 km sehingga jarak jangkaunya menjadi 4.000 km.
3.Korut Mungkin Persiapkan Perang Nuklir
Tidak hanya menambah frekuensi uji coba, Kim Jong-Un juga menambah lokasi uji cobanya. Lokasi uji rudal di masa kakek dan ayahnya sebagian besar berada di wilayah timur yakni di Tonghae Satellite Launching Ground, sedangkan lokasi uji cobanya tersebar di seluruh negeri.
Menurut NTI (Nuclear Threat Initiative) AS, Kim Jong-Un telah melupakan lokasi peluncuran Tonghai tersebut dan melakukan uji coba di seluruh negeri, ini adalah suatu perubahan sangat besar, yang menandakan Kim akan mengubah “uji coba rudal” menjadi “latihan nyata” (operational training).
Menurut analisa NTI, Korut terus uji coba rudal, mudah ditebak dan yang mencemaskan adalah, kondisi ini sejalan dengan ambisi rezim Kim yang berniat menempatkan senjata nuklir di seluruh negeri.
Intinya, rezim ini sedang melatih pasukannya untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang nuklir. (Sud/whs/asr)